Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FIQIH

HUBUNGAN ZAKAT DAN KESENJANGAN SOSIAL

Disusun oleh :

SANDRA KELIHU

Kelas : X IPS3

MAN 1 MALUKU TENGAH


TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang banyak
melimpahkan nikmat-Nya kepada kita semua. Dan tak lupa penulis ucapkan
shalawat dan salam semoga semua tercurah dan terlimpah kepada Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Berkat rahmat-
Nya jualah penulis dapat menyusun tugas FIQIH tentang HUBUNGAN ZAKAT DAN
KESENJANGAN SOSIAL ini.

Dalam pembuatan tugas ini penulis menyadari dan merasakan masih banyak
kekurangan dan kesalahan karena penulis masih dalam tahap belajar dan
terbatasnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mohon
maaf apabila ada kesalahan baik dalam penulisan, bahasa maupun dalam susunan
kalimatnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca demi sempurnanya penulisan karya tulis ini dimasa yang akan
datang. Demikian kata pengantar dari penulis, semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Amin ya Rabbalalamin. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Ambon, November 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Zakat 3

B. Kesenjangan Sosial 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenjangan penghasilan rizki dan mata pencaharian di antara umat manusia

adalah hal yang tidak bisa ditolak, karena ini merupakan sunnat Allah agar

kehidupan ini berjalan seimbang. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut harus

ada campur tangan Allah, yaitu dengan diwajibkannya zakat dari si kaya untuk

diberikan kepada si miskin bukan hanya sekadar amal tat}awwu’ (sunah) yang

sifatnya opsional.

Dengan zakat kesenjangan sosial, dapat diminimalisasikan dan rasa gotong

royong serta tenggang rasa di kalangan umat Islam dapat ditumbuhkembangkan.

Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat merupakan ibadah ma>liyah ijtima>’iyyah

(bersifat material dan sosial). Dengan kata lain bahwa zakat mempunyai dua

dimensi yaitu dimensi material dan sosial yang sangat penting bagi kehidupan

manusia.

Zakat mempunyai manfaat yang sangat besar baik bagi muzakki> maupun

mustah}iq, bagi harta maupun masyarakat secara umum. Hikmah disyariatkannya

zakat terbagi menjadi tiga aspek yaitu aspek diniyyah, khuluqiyyah, dan ijtimaiyyah

(keagamaan, akhlak, dan sosial). Selanjutnya menurut Abdul Hamid Mahmud al-

Ba’ly, zakat merupakan salah satu tambahan pemasukan (income). Hal ini akan

menyebabkan adanya peningkatan pada permintaan barang pada pasar.

Menurut Isnaini zakat mempunyai beberapa dimensi yang sangat luas yaitu

dimensi agamis, moral-spiritual, finansial, ekonomis, sosial politik, yang pada

akhirnya adalah untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

1
Sementara dalam aspek pendistribusian dana zakat, sejauh ini terdapat dua pola

penyaluran zakat, yaitu pola tradisional (konsumtif) dan pola penyaluran produktif

(pemberdayaan ekonomi). Pola karitas mengandaikan dana filantropi akan

langsung diterima oleh mustahiq, tanpa disertai target adanya kemandirian kondisi

sosial maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan). Sedangkan pola penyaluran

produktif bertujuan untuk mengubah keadaan penerima dari kategori mustahik

menjadi muzaki. Lebih jauh pola produktif atau sosial akan mengarah pada bidang

advokasi atau partisipasi dalam kebijakan public.

B. Rumusan Masalah

 Bagaimana mengetahui hubungan zakat dan kesenjangan sosial?

C. Tujuan

 Untuk mengetahui hubungan zakat dan kesenjangan sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Zakat

Zakat merupakan rukun Islam yang keempat dan merupakan salah satu

unsur pokok bagi tegaknya syari’at agama Islam. Menurut Mutia dan Anzu (2009)

zakat diyakini mampu mengatasi masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

diantaranya mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan

masyarakat. Zakat itu mempunyai dua fungsi, Pertama adalah untuk membersihkan

harta benda dan jiwa manusia supaya senantiasa dalam keadaan fitrah. Kedua,

zakat itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk

kepentingan sosial guna mengurangi kemiskinan. Secara etimologis, zakat memiliki

arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (al-

barakatu).

Sedangkan secara terminologis, zakat mempunyai arti mengeluarkan

Sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk diberikan kepada kelompok

tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula. (Hafidhuddin, 2002). Islam

melarang menumpukan harta, menahannya dari peredaran dan pengembangan.

Sesuai dengan Firman Allah SWT: Dan orang-orang yang menyimpan emas dan

perak serta tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah pada

mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (Q.S At-Taubah: 34)

Pelaksanaan zakat erat hubungannya dengan suatu ekonomi karena dapat

mendorong kehidupan ekonomi hingga orang-orang dapat menunaikan zakat.

3
Dalam sistem perekonomian Islam uang itu tidak akan mempunyai kebaikan

dan laba yang halal bila ia dibiarkan saja tanpa dioperasikan, tetapi ia harus

terpotong oleh zakat manakala masih mencapai satu nisab dan khaulnya

sedangkan Islam mengharamkan riba. Karena itulah ekonomi Islam yang

berlandaskan pada pengarahan zakat akan memberi dorongan terhadap

terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pada umumnya harta yang wajib

dizakatkan adalah mempunyai sifat berkembang atau sudah menjadi harta

simpanan, dan zakat dikeluarkan dari hasil pertumbuhannya, bukan dari modalnya.

Dengan demikian harta itu akan tetap sehat, masyarakatpun sehat dan ekonomi

nasionalpun sehat, berkat harta itu berkembang dengan pesat dan seproduktif

mungkin.

Zakat yang bersifat konsumtif adalah harta zakat secara langsung

diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu dan sangat membutuhkan, terutama

fakir miskin. Harta zakat diarahkan terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok

hidupnya, seperti kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal secara wajar.

Kebutuhan pokok yang bersifat primer ini terutama dirasakan oleh kelompok fakir,

dan cacat fisik yang tidak bisa berbuat apapun untuk mencari nafkah demi

kelangsungan hidupnya. Serta bantuan-bantuan lain yang bersifat temporal seperti

zakat fitrah. Kebutuhan mereka memang nampak hanya bisa diatasi dengan

menggunakan harta zakat secara konsumtif, umpama untuk makan dan minum

pada waktu jangka tertentu, pemenuhan pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan

hidup lainnya yang bersifat mendesak. Program pemberian dana bantuan modal

usaha dapat berjalan secara lancar dan efektif, tergantung dari banyaknya dana

zakat yang terkumpul dan pendistribusian yang dilakukan oleh BAZ haruslah

diprioritaskan kepada usaha yang produktif dan tepat sasaran. Yaitu memang

4
pelaku usaha yang memiliki hak untuk mendapatkan dana tersebut dan diperkirakan

usahanya dapat berkembang dengan adanya dana bantuan modal ini. Zakat

diberikan langsung kepada mustahik atau disalurkan melalui pengelola zakat yang

ada. Dalam UU no 23 tahun 2011 disebutkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan

untuk: Pertama, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat. Kedua, meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. (Hafidhuddin, 2014).

B. Kesenjangan Sosial

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

berkembang adalah masalah ekonomi, termasuk negara Indonesia saat ini.

Permasalahan ekonomi seringkali berdampak negatif terhadap kehidupan sosial

masyarakat seperti, kemiskinan dan pengangguran yang sering kali menimbulkan

tindakan-tindakan kriminal. Oleh karena itu, untuk mengatasi problematika tersebut

perlu adanya sebuah kebijakan untuk penanggulangan masalah kemiskinan.

Sebagai negara yang penduduknya yang kurang lebih 90% beragama Islam,

maka tuntunan dan kiat Islam dalam mengantisipasi problematika kemiskinan umat

menjadi penting untuk direalisasikan 1 Namun demikian, permasalahan kemiskinan

bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan seperti halnya membalik tangan,

karna kemiskinan adalah bukti kekuasaan Allah bahwa dengan kemiskinan Allah

ingin mengetahui sejauh mana kepedulian hamba-Nya yang diberi harta lebih untuk

dapat berbagi dengan yang berkekurangan. Islam menekankan adanya hubungan

saling menolong di dalam lingkungan sosial umatnya. Bahkan Islam

menggambarkan umat muslim sebagai satu batang tubuh yang semua anggota dan

5
bagiannya berkaitan dengan bagian yang lain. Sebagaimana Firman Allah dalam

QS.Al-Maidah /5:2.

ِ ُُ ‫َّلل ا َّ َ ر ِ ائ َ َشع وا ُّ ل ُوا َل‬


َ َْ ‫ت ن َ آم َ ين ِذ َّ ا ال َ ُّ ه أَي َ َي ِ َذا إ َ ۚ و ا اًن‬ ِ ‫دي َل ا ْْل َ َ و ام َ ر َ ا ْْل َ ْر شه َل ال َّ َ و‬

‫اَل م غ َ ت ْ ب َ ي َ ام َ ر َ ْ َت ا ْْل ي َ َني ا ْلب ِ ِ َل آم َ َد و ِ َ َقلئ َل الْ َ و ِام َ ر َ ا ْْل‬TTT‫ف ْض‬ ِ ِّ ‫و َ و ْ م‬TTT‫ِر ْض‬
َ ‫ب َ ر ْ ن ِ َُون‬

ِ ْْ َ ‫ع‬TT‫ان َ ُ ْدو ا ْل‬


‫ثو‬ ِ ۚ ‫ا ْ ُم لَ ْلت َ ح‬TT‫طاد َف‬T ۚ َ ‫ن ْ َّ ُكم ن َ ِرم ْ َل َي‬TT‫دوكم ُّ َص أَ ْن ٍ م ْ آ ُن قَ و َ َش‬
َ T‫ُوا و ْص‬ ُ ْ ‫ ِد ْ َس ِن ا ْلم َ ع‬T‫ِج‬
ۘ َ َ ‫لَى ْْا ِل َ ُوا ع ن َ او َ َع َل ت َ ٰۖى و َ َّ ْقو الت َ ِ و ِ ِب لَى الْ َ ُوا ع ن َ او َ َع ت‬
َ ‫ل‬T‫ع ي َّل‬TT‫ا ِ ُد ا ْل‬TT‫ُدوا و ت ْ َع أَ ْن ت ِب َق‬

‫َش ِد ن ا َّ َّ ِ ۖ إ َّلل َ ُقوا ا َّ َّ ات َ و‬

Terjemahnya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-

syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan

(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaaid, dan

jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang

mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah

menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali

kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu

dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-

menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan

tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu

kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Ayat ini merupakan perintah yang menjadi bagian dari konsekuensi keimanan

seseorang. Dengan adanya konsep tersebut dimungkinkan kesuksesan seseorang

ataupun sekelompok masyarakat dalam sektor ekonomi. Bersamaan dengan

majunya ekonomi, juga akan menciptakan masyarakat yang maju dan sejahtera

taraf hidupnya. Dalam ajaran Islam pemberantasan kemiskinan sudah dilembagakan

dalam salah satu rukunnya, yaitu menunaikan zakat.

6
Pembayaran zakat sebagai sarana untuk mempersempit jurang perbedaan

pendapatan dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial yang

dapat berpotensi konflik dan mengganggu keharmonisan dalam bermasyarakat.

Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup umat

terutama dari golongan yang berhak menerima zakat. Sehingga mereka bisa hidup

dengan layak dan mandiri tanpa menggantungkan kepada orang lain.

Zakat tak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah semata yang diwajibkan

kepada setiap umat Islam bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi lebih dari

pada itu, yakni sebagai sebuah sistem pendistribusian harta benda dikalangan umat

islam, dari si kaya kepada si miskin. Sehingga zakat mampu menghilangkan

kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 6 Bagi kebanyakan umat Islam zakat lebih

diyakini sebagai pemenuhan kesalehan individu yang bersifat ubudiyyah daripada

perwujudan solidaritas sosial yang lebih mendasar. Yakni tidak dalam konteks

mendistribusikan kekayaan secara adil sehingga tidak terakumulasi dalam

sekelompok orang saja. Pelaksanaan zakat hanya sekedar memenuhi tuntutan

syari’at saja. Akibatnya, potensi zakat yang demikian besar itu tidak bisa digali dan

dikelola dengan baik untuk program pengentasan kemiskinan, pendidikan dan

sebagainya yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.

Sesungguhnya zakat memiliki dimensi yang sangat luas bagi manusia. Zakat

tidak saja memiliki dimensi ketuhanan tetapi juga memiliki dimensi kemanusiaan

yang sangat kuat. Zakat membuktikan bahwa hubungan kemanusiaan, tolong-

menolong antar sesama manusia dibangun di atas nilainilai fondasi ketuhanan.

Zakat menjadi bukti bahwa Islam bukanlah agama yang melupakan kehidupan dunia

semata, zakat adalah pembangun umat manusia.

7
Perintah melaksanakan zakat ada dalam Al-Qur’an, antara lain terdapat pada

QS. An-Nuur/24: 56

َ‫صلَة و وا ال َّ ُ يم ِ أَق َ و‬
َ َ ‫ُح َون ْ ُر ت ْ ُكم َّ ل َ َول لَع ُ رس َّ ُوا ال يع أَطِ َ َزكاَة و ُوا ال َّ آت‬

Terjemahnya: "Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada

Rasul Muhammad agar kamu diberi rahmat"). 9 Ayat tersebut memiliki makna

kewajiban, dengan sebuah garis hukum yang tegas: agar diberi rahmat oleh Allah

maka tunaikan zakat. Ayat ini menjadi bukti adanya hubungan vertikal dan horizontal

secara harmonis. Agar rahmat Allah turun, maka tunaikanlah zakat. Zakat

mengandung makna horizontal karena adanya hubungan kemanusiaan, saling

menolong antara si kaya dan si miskin.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesenjangan penghasilan rizki dan mata pencaharian di antara umat manusia

adalah hal yang tidak bisa ditolak, karena ini merupakan sunnat Allah agar

kehidupan ini berjalan seimbang. Untuk mengurangi kesenjangan tersebut harus

ada campur tangan Allah, yaitu dengan diwajibkannya zakat dari si kaya untuk

diberikan kepada si miskin bukan hanya sekadar amal tat}awwu’ (sunah) yang

sifatnya opsional.

Dengan zakat kesenjangan sosial, dapat diminimalisasikan dan rasa gotong

royong serta tenggang rasa di kalangan umat Islam dapat ditumbuhkembangkan.

Menurut Yusuf al-Qardhawi, zakat merupakan ibadah ma>liyah ijtima>’iyyah

(bersifat material dan sosial). Dengan kata lain bahwa zakat mempunyai dua

dimensi yaitu dimensi material dan sosial yang sangat penting bagi kehidupan

manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsby.ac.id/668/4/Bab%201.pdf

http://scholar.unand.ac.id/7716/2/BAB%201.pdf

http://digilib.iainkendari.ac.id/2353/2/BAB%201.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai