Anda di halaman 1dari 4

Siyasah Maliyah

Kajian siyasah maliyah (kebijakan politik keuangan negara) adalah salah satu bagian terpenting
dalam sistem pemerintahan Islam, karena ini menyangkut tentang anggaran pendapatan dan
belanja negara. Dalam kajian ini antara lain dibahas tentang sumber-sumber pendapatan negara
dan pos-pos pengeluaran negara.
A. Sumber Keuangan Negara
1. Zakat
Menurut istilah zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Zakat adalah rukun Islam
yang keempat. Menurut jumhur ulama, zakat ditetapkan pada tahun kedua hijrah.
Penegasan kewajiban zakat ini didukung pula oleh ijma’ ulama yang
menempatkannya sebagai bagian dari rukun islam. Karena itu Abu Bakar bersikukuh
memerangi orang-orang yang mengingkari kewajiban zakat ini setelah ia diangkat
menjadi khalifah.
Peran pemerintah dalam pemungutan dan pendistribusian zakat.
Zakat adalah kewajiban setiap muslim yang merdeka dan menguasai pemilikan harta
secara sempurna serta telah sampai haul. Zakat bukan hanya berfungsi untuk
mebebaskan wajib pajak (muzakki),melainkan juga memiliki dimensi sosial dan
kemanusiaan yang mendalam. Zakat berupaya membantu mereka yang lemah
ekonominya. Karena itu,pelaksanaan zakat tidak cukup hanya diserahkan kepada
kesadaran para wajib zakat. Pemerintah dapat meminta secara langsung, bahkan
memaksa wajib zakat untuk membayar zakatnya. Pemerintah berhak menggunakan
kekuasaan nya untuk memaksa orang kaya. Bahkan pemerintah pun berhak menuntut
hak hak orang miskin yang terdapat dalam harta orang kaya selain zakat tersebut.
Selanjutnya harta zakat yang dikumpulkan pemerintah melalui zakat yang
dikumpulkan pemerintah melalui lembaga amil zakat didistribusikan kepada orang-
orang yang berhak menerimanya,meliputi fakir,miskin,amil zakat, mu’allaf,orang
yang berutang, budak, fi sabilillah, dan ibn sabil. Pendistribuian zakat terhadap
mereka yang tergolong ashnaf delapan tersebut dapat disesuaikan dengan
perkembangan masa dan tempat. Bukan hanya bentuk materi yang wajib dikeluarkan
zakatnya yang perlu direinterrestasi, orang –orang yang berhak menerima zakat juga
perlu dikembangkan dan ditinjau kembali..
2. Khumus Al-Ghana’im
Harta ghanimah adalah harta yang diperoleh umat islam melalui jalan peperangan.
Islam membolehkan umatnya merampas harta musuh yang kalah dalam peperangan.
Pembagian harta ghanimah ini diatur tersendri oleh Allah dan Rasul. Pembagian
ghanimah ini diatur dalam Al-Qur’an surah al-Anfal, 8:41 yang menjelaskan bahwa
seperlima ghanimah adalah untuk Allah, Rasul, karib kerabat, anak yatim dan fakir
miskin.
3. Fa’i
Fa’I adalah harta yang diperoleh dari musuh tanpa peperangan. Pada prinsipnya harta
fa’I dibagikan untuk pasukan Islam, setelah terlebih dahulu dikeluarkan hak Allah,
Rasul, Karib kerabat Rasul, anak yatim, fakir miskin dan ibn sabil. Dalam sejarah
Islam, Khalifah Umar pernah tidak membagikan harta fa’I untuk kalangan tentara.
Dalam hal ini Umar lebih mementingkan kemaslahatan masyarakat yang lebih luas
daripada hanya kemaslahatan segelintir saja.
4. Jizyah
Jizyah adalah pajak kepala yang dibayarkan oleh penduduk dar al-Islam yang bukan
Muslim kepada pemerintah Islam. Jizyah ini dimaksudkan sebagai wujud loyalitas
mereka kepada pemerintah Islam dan konsekuensi dari perlindungan (rasa aman)
yang diberikan pemerintah Islam untuk mereka. Meskipun jizyah merupakan pajak
kepala yang harus diberikan oleh setiap non-muslim (ahl al-dzimmi) yang baligh,
berakal, laki-laki dan mampu berperang, mereka mendapat dispensasi terbebas dari
kewajiban tersebut bila tidak mampu membayarnya. Bila ada ahl al-dzimmi yang
membayar zakat harta (sedekah) secara sukarela sebagaimana halnya zakat yang
diwajibkan atas umat Islam, maka kewajiban mereka membayar zakat dianggap
gugur.
5. ‘Usyur al-Tijarah
‘Usyur al-Tijarah adalah pajak perdagangan yang dikenakan kepada pedagang non-
muslim yang melakukan traksaksi bisnis di negara Islam. Pajak perdagangan ini tetap
diberlakukan dalam dunia perdagangan internasional hingga saat sekarang. Dalam
penerapan ketentuan pajak ini, bagi non-muslim warga negara asing yang tidak
menetap di negara Islam dikenakan pajak perdagangan sebesar sepersepuluh dari
transaksi dagangnya. Sementara bagi non-muslim yang menjadi warga negara Islam
pajk seperduapuluh dari transaksi dagangnya. Dalam masa sekarang, penerapan pajak
ini antara lain dengan memberlakukan bea masuk barang-barang impor.
6. Kharaj
Kharaj secara sederhana dapat diartikan sebagai pajak tanah atau pajak bumi. Kharaj
pertma kali dikenal dalam Islam setelah perang Khaibar. Jumlah pajak yang pernah
dipraktekkan dalam pemerintahan Islam beragam, sesuai dengan kondisi sosial
masyarakat yang wajib memabayarnya dan tanah pertaniannya. Adapu kharaj yang
sebanding dikenakan sepersepuluh dari hasil panen. Namun kharaj sebanding tidak
boleh dipungut apabila terjadi gagal panen yang disebabkan oleh bencana alam
seperti tanah longsor atau banjir. Kharaj ini diserahkan sesuai kebijaksanaan
pemerintah. Kerena kharaj ini bisa berubah sesuai dengan perubahan situasi, kondisi
dan waktu serta tempat.
7. Sumber-sumber lainnya
a. Harta warisan yang tidak terbagi
b. Kaffarat
Denda yang dilakukan apabila melakukan suatu kesalahan/dosa.
c. Dam atau Hadyah
Penyembelihan hewan ternak oleh jemaah haji di tanah Haram,Mekkah,karena
melakukan kesalahan atau kekurangan dalam ibadah hajinya.

B. Pengeluaran Dan Belanja Negara


Prinsip utama pengeluaran dan belanja negara adalah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyrakat dan menolongnya dari kesusahan hidup serta untuk kepentingan negara
sendiri. Tercapainya kesejahteraan masyarakat merupakan langkah awal yang signifikan
menuju kesejahteraan negara Islam (welfare state). Ini diawali dengan cukupnya materi
pada satu sisi dan meningkatkan kehidupan spiritual masyarakat pada sisi lain. Disni
letak uniknya kesejahteraan dalam Islam yang mengutamakan kesejahteraan meterial
duniawi namun tidak melupakan dimensi spiritual rohaniah.
Mengenai pembelanjaan dan pengeluaran negara, sebagaimana dijalankan dalam sejarah
pemerintahan Islam,harus mempertimbangkan kebutuhan negara dan warganya, yaitu :
1. Untuk orang-orang fakir miskin
2. Untuk meningkatkan profesionalisme tentara dan rangka pertahanan dan keamanan
negara.
3. Untuk meningkatkan supremasi hukum
4. Untuk membiayai sektor pendidikan dalam rangka menciptakan sumber daya
manusia yang bertakwa dan berilmu pengetahuan yang luas.
5. Untuk membayar gaji pegawai dan pejabat negara
6. Untuk perkembangan infrastruktur dan sarana/prasarana fisik
7. Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
8. Untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan pemerataan pendapatan kekayaan.
Pengelolaan dan pendistribusian keuangan negara sebenarnya bukan hanya terbatas pada
kompone yang disebutkan diatas, mengingat dalam pengeluaran dan belanja negara tidak
terlepas dari mana sumber pendapatan negara itu berasal. Seperti diuraikan sebelumnya,
sumber pendapatan dapat dibedakan kedalam 3 kelompok. Yang pertama dan kedua
adalah zakat dan ghanimah/fa’i. Pengeluaran kedua kelompok ini diatur berdasarkan
ketentuan Allah dan Rasul. Sementara kelompok ketiga seperti kharaj,jizyah,kaffarat
merupakan harta yang dapat diamanfaatkan untuk kepentingan belanja negara secara
umum.
Bantuan biaya melalui zakat dapat diberikan untuk orang yang membebaskan dirinya dari
perbudakan menunjukkan bahwa Islam bermaksud hendak menghapus perbudakan.
Dalam bentuk lain zakat juga dapat diberikan kepada seseorang untuk membebaskan
dirinya dari penyanderaan. Zakat diberikan pula untuk orang-orang yang berutang dan
tidak mampu membayarnya.
Prinsip penting yang harus diperhatikan adalah bahwa pengelolaan tersebut harus
ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan negara. Diantara pos-pos
pengeluaran dan belanja negara yang terpenting adalah :
1. Memberantas Kemiskinan
Pemerintah Islam bertanggung jawab penuh dalam menata ekonomi negara agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup semua golongan masyarakat. Minimal negara harus dapat
memenuhi kebutuhan asasi masyarakatnya meliputi kebutuhan makanan,perumahan
yang nyaman, dan sandang atau pakaian yang cukup.
2. Petahanan Negara
Pemerintah perlu pula mengalokasikan belanja negra untuk kepentingan pertahanan
dan keamanan negara yang secara khusus berada dalam tanggung jawab militer. Salah
satu ciri negara yang kuat adalah kuatnya sektor militer dan tingginya tingkat
komitmen mereka dalam pertahanan dan keamanan negara.
3. Pembangunan Hukum
Pembangunan hukum merupakan hal yang penting dalam menata kehidupan dan
ketertiban suatu negara. Dapat dipastikan,bila hukum tidak tegak dalam sebuah
negara, maka negara itu akan mengalami kehancuran dalam semua sendi kehidupan
masyarakatnya. Penegakan hukum bukan hanya demi terwijudnya keamanan jiwa
setiap anggota masyarakatnya, melainkan juga demi terciptanya stabilitas ekonomi
dan kesejahteraan rakyatnya.
4. Pembangunan infrastruktur dan fasilitas sosial
Pengeluaran belanja negara dapat digunakan untuk pembangunan infrastruktur fisik
dan fasilitas sosial lainnya. Segala aspek sarana transportasi, layanan kesehatan,
segala sektor ekonomi harus dikelola dengan baik dan dikembangkan. Pemerintah
juga harus mensosialisasikan pola hidup sehat. Dan masyarakat bisa menuntut
pemerintah harus memenuhi fasilitas gizi, air bersih, perumahan sehat, aman nyaman
dan kebersihan lingkungan perlu dijaga.
5. Pendidikan
Pemerintah sepatutnya memberikan perhatian lebih besar pada sektor pendidikan
karena pendidikan merupakan hal penting dan syarat mutlak bagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang diterapkan harus membangun
karakter moral dan akhlak yang baik. Sistem pendidikan Islam berupaya
menanamkan arti penting kerja keras dan efisiensi kepada peserta didik. Dan juga
pengeluaran negara harus seimbang antara kebutuhan fisik dan nonfisiknya. Bila
salah satu bidang terabaikan maka akan sulit untuk menciptakan kehidupan yang
adil,makmur dan diridhai Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai