Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang ruku’.
QS. At-Taubah :103
Pemilihan kata kontemporer itu artinya ada yg harus di bandingkan dg masa lalu,
lalu apa yg kiranya membedakan dan mnjadi kajian serius di masa kontemporer?
Yaitu dilihat dari segi teknologi, regulasi, serta sistem pengelolaannya.
Hal2 tersebut saangat penting karena:
a. perubahan zaman yg mjdi sebuah keniscayaan, maka diperlukan adaptasi sistem
yg mampu mengakomodir semua problem2 baru yg muncul terkait zakat
b. diperlukannya ijtihad2 baru terhadap seluruh permasalahan yg muncul terkait
wilayah hukum syara' nya.
simpelnya itu krn Quran sdh berhenti turun, hadits jga sdh selesai sementara zaman trs
berubah. maka para ulama (dlm hal ini DSN MUI) harus mampu mengambil
kesimpulan hukum terhadap masalah2 baru yg muncul.
Macam-macam zakat kontemporer
a. Zakat profesi
Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan atas pekerjaan disuatu bidang jasa
atau pelayanan4 yang menghasilkan gaji dalam bentuk mata uang.
Misalnya karyawan pabrik, skretaris, direktur, pegawai bank, guru, pilot dsb.
Landasan hukum :
QS. at-Taubah: 103
a. PMA No. 52 tahun 2014
b. PMA RI No. 31 tahun2019
b. Zakat perniagaan
adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga. Harta niaga adalah harta atau
aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan.
Syarat Wajib Zakatperniagaan
1) mencapai nisab seharga85 gram emas (806 ribu/gram)
2) haul, serta
3) Dikurangi Utang dan Kebutuhan Mendesak (termasuk gaji karyawan dan
4) biaya produksi)
5) kadar zakat 25%
Cara penghitungan zakat perniagaan
(Modal diputar + keuntungan + piutang) - (utang + kerugian) x 2,5% =Zakat Ibu
Azizah seorang pedagang kelontong. Walaupun tokonya tidak begitu besar, ia
memiliki aset (modal) sebanyak Rp 50.000.000. Ia mendapatkan keuntungan
bersih sebesar Rp 5.000.000/bulan. Usaha itu ia mulai pada bulan Januari 2005.
Setelah berjalan 1 tahun pada bulan tersebut ia mempunyai piutang yang dapat
dicairkan sebesar Rp3.000.000 dan utang yang harus ia bayar pada bulan tersebut
sebesar Rp3.100.000
Jawab:
Zakat dagang dianalogikan dengan zakat emas, nisab-nya adalah 85 gram emas
(806 ribu/gram), mencapai haul dan dengan tarif 2,5%.
Aset atau modal yang dimiliki Rp50.000.000
Keuntungan setiap bulan Rp 5.000.000 x 12 = Rp 60.000.000
Piutang sejumlah Rp3.000.000,00
Utang sejumlah Rp3.100.000,00
Penghitungan zakatnya:
(Modal + untung +piutang ) - (utang ) x 2,5% = zakat (50.000.000 + 60.000.000 +
3.000.000)-(3.100.000) x 2,5% = Rp2.747.500
Jadi, zakatnya adalah Rp2.747.500
c. Zakat Uang
Uang merupakan alat tukar langsung yang memiliki harga yang sah yang biasa
dijamin dengan persediaan emas sebesar yang ditentukan oleh undang- undang.
Uang ini diterbitkan oleh pemerintah atau badan yang diberi izin oleh pemerintah
untuk menerbitkannya.
d. Zakat Hasil Produksi
Hasil produksi adalah barang yang diperoleh melalui proses pengelolaan baik
melalui proses alamiah maupun secara manufaktur.
e. Zakat Investasi
Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh
dari hasil investasi, misalnya bangunan atau kendaraan yang disewahkan. Tujuan
dari investasi adalah untuk menghasilkan pemasukan atau untuk berniaga.
f. Zakat Surat-Surat Berharga
Dalam zaman moderen ini yang perlu mendapat perhatian untuk dikeluarkan
zakatnya adalah zakat surat-surat berharga, diantaranya adalah sham dan obligasi
yaitu kertas berharga yang berlaku dalam transaksi-transaksi perdagangan khusus
yang disebut dengan bursa kertas – kertas berharga.
Jadi dengan demikian yang dikatakan dengan saham adalah hak pemilikan
tertentu atas kekayaan satu perseorangan terbatas atau atas penunjukkan atas
saham tersebut. Sedangkan obligasi adalah perjanjian tertulis dari Bank atau
perusahaan atau pemerintah kepada pembawanya untuk melunasi sejumlah
pinjaman dalam masa tertentu dengan bunga tertentu pula.
g. Zakat perusahaan
Perusahaan dikenakan zakatnya karena termasuk dalam kategori maal atau
harta dan mempunyai nilai ekonomi. Perusahaan wajib zakat adalah perusahaan
yang bergerak di usaha yang halal. Biasanya saham perusahaan tidak hanya
dimiliki oleh satu orang, tetapi dimiliki oleh beberapa orang. Oleh karena itu,
dalam muamalah Islam, perusahaan digolongkan ke dalam syirkah (perkongsian),
dan ketika mengeluarkan zakat perusahaan digolongkan kepada syakhsyiya
Iktibarilah (badan hukum yang dianggap orang)