Disusun Oleh :
Kelompok 9
Yovita : (2020.04.016)
Perbankan Syariah
Intitut Agama Islam Al Qur’an Al – Ittifaqiah (Iaiqi)
Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan
Tahun 2022-2023
PEMBAHASAN
1
Heri, Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 92
1
Kebutuhan manusia berdasarkan intensitasnya dibagi menjadi tiga yakni
kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Namun, konsep ini pada dasarnya juga
tidak terbatas dengan adanya pengelompokkan tertentu.
2
Faiz, 2009, BMT (Baitul Maal wa Tamwill).www.faiz2006.wordpress.com, diakses 12Pebruari 2013)
2
sejarah Islam sejak masa Rasulullah, diteruskan oleh para khalifah
sesudahnya, yaitu masa Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan,
Ali Bin Abi Thalib, dan khalifah-khalifah berikutnya.
3
Abdul Aziz, Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), 45.
4
Abdul Qadim, Zallum. Al Amwal Fi Daulah Al Khilafah ( Beirut : Darul Ilmi Lil Malayin,
1983).
3
Baitul Mal adalah suatu lembaga atau pihak (Arab: al jihat) yang
mempunyai khusus menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan
maupun pengeluaran negara. Jadi setiap harta baik berupa tanah, bangunan,
barang tambang, uang, komoditas perdagangan, maupun harta benda lainnya
di mana kaum muslimin berhak memilikinya sesuai hukum syara‟ dan tidak
ditentukan individu pemiliknya walaupun telah tertentu pihak yang berhak
menerimanya maka harta tersebut menjadi hak Baitul Mal, yakni sudah
dianggap sebagai pemasukan bagi Baitul Mal. Secara hukum, harta-harta itu
adalah hak Baitul Mal, baik yang sudah benar-benar masuk ke dalam tempat
penyimpanan Baitul Mal maupun yang belum. Demikian pula setiap harta
yang wajib dikeluarkan untuk orang-orang yangberhak menerimanya, atau
untuk merealisasikan kemaslahatan kaum muslimin, atau untuk biaya
penyebarluasan dakwah, adalah harta yang dicatat sebagai pengeluaran Baitul
Mal, baik telah dikeluarkan secara nyata maupun yang masih berada dalam
tempat penyimpanan Baitul Mal.
4
keuntungan BUMN, denda-denda dan perampasan yang dijalankan
pemerintah, pencetakan uang kertas, hasil undian negara, dan hadiah (hibah).5
1. Zakat
Inti dari sumber keuangan negara dalam ekonomi yang islami adalah
zakat. Pendapatan zakat didistribusikan untuk mustahik zakat meliputi 8
golongan sebagaimana tercantum dalam QS At-Taubah: 60. Dana yang
berasal dari zakat sama sekali tidak diperbolehkan untuk menarik laba atau
modal pembangunan.
5
Samuelson dan William D. Nordhaus, Makroekonomi: Edisi Keempatbelas, terj. Haris Munandar
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997), 346.
5
2. Wakaf
3. Nawaib/Daraib
4. Jizyah
6
D. Konsep dan Kaidah Pembelajaran
Pada masa kini, dikenal istilah baitul mal wat tamwil yang disingkat
BMT. Ifham Sholihin mendefinisikannya sebagai lembaga keuangan non
pemerintah yang berfungsi menerima dan menyalurkan dana umat. Dari situ
muncul satu perbedaan mendasar mengenai konsep penerapan baitul mal,
yakni keterlibatan negara dalam pengelolaannya. Pada masa khilafah, baitul
mal merupakan sebuah lembaga pemerintah yang mengelola keuangan negara.
Pertama, harta yang mempunyai kas khusus dalam baitul mal, yaitu
harta zakat. Harta tersebut adalah hak delapan golongan penerima zakat yang
disebutkan dalam Alquran. Apabila harta tersebut tidak ada, hak kepemilikan
terhadap harta tersebut oleh para mustahik tadi gugur. Dengan kata lain, bila
di dalam baitul mal tidak terdapat harta yang bersumber dari zakat, tidak
6
Heri, Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 92
7
seorang pun dari kedelapan golongan tadi yang berhak menda patkan bagian
zakat, serta tidak akan dicarikan pinjaman untuk membayarkan zakat tersebut.
8
E. Pengertian dan Sejarah Ringkas Tentang Baitul Mal.
Pengertian Baitul Mal
Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-
mal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) Baitul Mal
berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta (Dahlan, 1999).
Adapun secara terminologis (ma’na ishtilahi), sebagaimana uraian
Abdul Qadim Zallum (1983) dalam kitabnya Al Amwaal Fi Daulah Al
Khilafah, Baitul Mal adalah suatu lembaga atau pihak (Arab: al jihat) yang
mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat baik berupa
pendapatan maupun pengeluaran negara.
Baitul mal atau kas negara, menurut sebagian orang, tidak didirikan
oleh Nabi Muhammad SAW sendiri ketika beliau mendirikan negara Islam di
Madinah pandangan ini didukung oleh mayoritas sejarawan islam dengan
alasan bahwa didalam pemerintahan Nabi Muhammad penerimaan negara
adalah sedemikian kecilnya sehingga tidak pernah melebihi pengeluran,
sehingga perlunya baitulmal tidak pernah dirasakan. Menurut pandangan yang
lebih akhir dan lebih dominan, baitulmal pertama kali didirikan dimasa
pemerintahan khalifah Abu Bakar yang menggantikan Nabi Muhammad di
tahun 632 M. sebagai Khalifah pertama negara Islam. Dengan ditaklukkannya
Irak, syria dan beberapa negeri lain, terdapatlah peningkatan yang luar biasa
dalam penerimaan negara Islam, dan hal itu menimbulkan kebutuhan akan
adanya sebuah kas Negara. Meski demikian, baitulmal terlihat dalam bentuk
yang sebenarnya sebagai lembaga permanen terjadi dalam masa pemerintahan
Khalifah ‘Umar, khalifah kedua. Di masa pemrintahannyalah harta dari
negeri-negeri bekas kekaisaran Iran dan Roma yang ditaklukkan mulai
tercurah ke dalam negeri Islam, sehingga lembaga baitulmal pun lalu menjadi
departemen negara Islam yang amat penting lagi kuat.7
7
Faiz, 2009, BMT (Baitul Maal wa Tamwill).www.faiz2006.wordpress.com, diakses 12Pebruari 2013)
9
Penerimaan yang ada di dalam baitulmal digolongkan menjadi tiga
oleh para fukaha klasik, yakni: (1) penerimaan “zakat” dan “sedekah” (2)
penerimaan “ghanimah” atau rampasan perang, dan (3) penerimaan ‘fai’
seperti jizyah dan kharaj. Kesemua penerimaan tersebut telah dibicarakan
dengan cukup di bab sebelum ini. Oleh karena penerimaan jenis kedua dan
ketiga tidak lagi tersedia bagi negara Islam modern, maka kedudukannya
digantikan oleh pajak.
10
Dengan adanya harta tersebut, dibuatlah Baitul Mal. sesuatu yang
revolusioner yang dilakukan Rasulullah SAW adalah pembentukan lembaga
penyimpanan yang disebut Baitul Mal. Apa yang dilakukan Rasul itu
merupakan proses penerimaan pendapatan (revenue collection) dan
pembelanjaan (expenditure) yang transparan yang bertujuan apa yang disebut
sekarang ini sebagai welfare oriented. Ini sangat asing pada waktu itu, karena
umumnya pajak-pajak yang dikumpulkan oleh para penguasa di kerajaan-
kerajaan tetangga sekitar Jazirah Arabia seperti Romawi dan Persia umumnya
dikumpulkan oleh seorang mentri dan dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan kaisar dan raja.
Pada masa Rasulullah, pemasukan Baitul Mal juga sudah ada dari
zakat, jizyah, kharaj, ushr, dan pendapatan lain. Penerimaan dan pengeluaran
negara seluruhnya dikelolah oleh Baitul Mal dengan menganut asas anggaran
berimbang (balence budget) artinya semua penerimaan habis digunakan untuk
pengeluaran negara(government expenditure).
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi rekan-rekan mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah ini, Kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Dahlan, 1999, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru van
Hoeve
Abdul Qadim, Zallum, 1983. Al Amwal Fi Daulah Al Khilafah Beirut : Darul Ilmi Lil
Malayin
Bedoer, 2008, Konsep Bisnis Islam. www.duniaislam.com, diakses 15 Januari 2013.
Samuelson dan William D. Nordhaus, 1997, Makroekonomi: Edisi Keempat belas,
terj. Haris Munandar Jakarta: Penerbit Erlangga
Heri, Sudarsono, 2004, Konsep Ekonomi Islam: Suatu Pengantar, Yogyakarta:
Ekonisia.
Faiz, 2009, BMT (Baitul Maal wa Tamwill).www.faiz2006.wordpress.com, diakses
12 Februari 2013
13