Anda di halaman 1dari 5

KEBIJAKAN PENDAPATAN DAN KEBIJAKAN BELANJA EKONOMI ISLAM

Evi Sugiatni
90500120103
evisugiatni@gmail.com
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR ( UINAM )
Abstrak :
Kebijakan pendapatan dan kebijakan belanja negara sudah tidak asing lagi bagi siapapun karena kedua

kebijakan ini merupakan kebijakan yang dibuat oleh negara lalu kemudian di akui dengan tujuan mengatur

arah perekonomian yang dimiliki negara. Dalam ekonomi islam tentunya kedua kebijakan ini memiliki

perbedaan dan fungsi masing masing, dimana kebijakan pendapatan negara merupakan kebijakan yang

dapat di pakai oleh negara dalam memperoleh sebuah modal atau keuntungan dari sebuah pajak akan tetapi

dalam hal ini ekonomi islam mengenal istilah pajak yaitu ZIWAK, Kharaj, Fa’I, Ghanimah, dan Khums.

Sedangkan di dalam kebijakan belanja negara ekonomi islam akan berkaitan dengan beberapa hal yaitu

diantaranya pembangunan infrastruktur, sosial dan kesejateraan, pendidikan dan militer. Dalam ekonomi

kontemporer kedua kebijakan ini mengalami perkembangan meskipun perkembangannya tidak begitu jauh

beda dengan apa yang ada pada masa Rasullah SAW dan para Khularaursasyidin ( Abu Bakar, Umar Bin

Khattab, Ustman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib serta Bani Umayyah, Bani Abbasiyah ).

Kata Kunci : Kebijakan Pendapatan, Kebijakan Belanja, Instrumen Fiskal, Instrumen Moneter,

Khulafaurasyidin.

Pembahasan :

1. Kebijakan Pendapatan Negara

a. Pendapatan Negara Ekonomi Islam

Pandangan ekonomi islam mengenai pendapatan negara akan selalu berkaitan dengan

Zakat, Infak Sadaqah, Waqaf, Kharaj, Ghanimah, Khums dan Jizyah. Negara memperoleh

pendapatan dari instrumen – instrument itu adapun semua instrument itu memiliki fungsi

dan asala masing – masing. Dimana ke delapan instrumen atau sumber pendapatan negara

menurut ekonomi islam ini berasal dari beberapa sumber dna tentunya sumbernya juga
berbeda beda. Pada era kontemporer saat ini kedelapan sumber pendapatan negara sudah

tidak lagi begitu kuat akan tetapi hanya saja masih tetap ada di dalam negara dan masih

terhitung. Sumber pendapatan yang paling kuat saat ini yang di gunakan oleh pemerintah

adalah ZIWAK ( Zakat, Infaq, Sadaqah Dan Waqaf). Zakat merupakan sebuah pengeluaran

yang wajib dikeluarkan oleh setiap warga negara indonesia sebagai warga negara muslim

indonesia jumlah yang biasanya dikeluarkan ituditentukan oleh pihak amil zakat masing –

masing. Zakat memungkinkan perekonomian terus berjalan pada tingkat yang minimum.

Akibat penjaminan konsumsi kebutuhan dasar oleh negara melalui Baitul Mal yang

menggunakan akumulasi dana zakat. Selain itu implementasi konsep dan sistem zakat juga

akan dapat mengurangi pengangguran dalam perekonomian melalui tiga mekanisme.

Pertama, implementasi zakat itu sendiri membutuhkan tenaga kerja. Kedua, perubahan

golongan mustahik yang awalnya tidak memiliki akses pada ekonomi menjadi golongan

yang lebih baik secara ekonomi, yang tentu saja meningkatkan angka partisipasi tenaga

kerja. Ketiga, multiflier effect munculnya usaha/industri pendukung yang akan menambah

lapangan kerja.

b. Pendapatan Negara Masa Khulafaurasyidin

Masa Khulafaurasyidin memiliki bentuk pendapatan masing masing karena bentuk

pendapatan mereka akan disesuaikan dengan karakter mereka dan juga ditentukans esuai

dengan kondisi perekonomian yang ada disetiap masa pemerintahannya. Pada masa Abu

Bakar mereka menggunakan zakat sebagai sumber utama pendapatan mereka dalam

melanjutkan roda perekonomian mereka dimana zakat ini hanya dikeluarkan oleh pihak

pihak tertentu misalnya hanya di wajibkan kepada para masyarakat yang kaya sedangkan

masyarakat yang tergolong miskin hanya akan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Pada

masa Umar Bin Khattab menggunakan baitul Mal sebagai lembaga keuangan pemerintah

dan sumber pendapatannya berasal dari pajak tanah dan bagunan dan juga berasal dari

sedekah non-muslim. Pada masa Ustman Bin Affan sumber pendapatannya dalam
mengerakkan roda perekonomiannya yaitu dengan menggunakan cara yang sama dengan

Umar Bin khattab karena disini Ustman Bin Affan hanya melanjutkan apa yang telah di

bangun oleh khalifah sebelumnya sehingga pada masa ini tidak terjadi begitu banyak

perubahan dalam memperoleh pendapatan negaranya. Sedangkan pada masa Ali Bin Abi

Thalib dalam menggerakkan roda perekoomiannya yanitu dengan menggunakan sistem

pajak dalam memperoleh pendapatan negara. Pajak ini diperuntukkan bagi mereka yang

memiliki tanah dan pada masa Ali Bin Abi Thalib ini juga menggunakan Baitul Mal

sebagai lembaga keuangan Negara atau KAS negara.

2. Kebijakan Belanja Negara

a. Belanja Negara Ekonomi Islam.

Belanja negara dalam pandangan ekonomi islam ada beberapa hal yang dimana semuanya

bertujuan untuk menciptakan kesejateraan dan kemaslahatan bagi masyarakatnya secara

menyeluruh. Pengeluaran negara dalam hal ini berkaitan tentang pembangunan

Infrastruktur, sosial dan kesejateraan, pendidikan dan juga militer. Dalam hal

pembangunan Infrastuktur ini selalu berkaitan kepada pembagunan seperti bagunan rumah,

pembagunan jalan raya, pembagunan Rumah Sakit dll. Sedangkan dalam hal sosial dan

kesejateraan berkaitan dengan masalah upah bagi setiap karyawan yang bekerja di dalam

sebuah perusahaan atau bidang perindustrian di dalam negara. Dalam hal pendidikan ini

akan selalu berkaitan dengan pemberian beasiswa kepada beberapa pelajar baik itu tingkat

siswa, mahasiswa, Prasarna atau bagi mereka yang akan melakukan sebuah penelitian.

b. Belanja Negara Masa Khulafaurasyidin.

Pada masa khulafaurasyidin pengeluaran negara tidak jauh berbeda dengan yang ada di

dalam ekonomi islam hanya saja pada masa pemerintah khalifah itu pengeluaran dana

sosial menjadi membengkak dikarenakan keluarga Rasullah SAW yang masih hidup

sampai masa khulafaurasyidin akan diberikan sebuah dana atau lebih dikenal dengan istilah

harus disantuni. Dan dana yang dipakai saat itu adalah dana yang bersal dari Baitul Mal
yang merupakan lembaga negara yaitu Kas Negara. Pada masa abu bakar pengeluaran juga

semakin banyak karena abu bakar membentuk beberapa bidang yang bertugas di berbeda-

beda dan juga abu bakar selalu melakukan kegiatan ekpansi atau perluasan wilayah. Begitu

juga pada masa Umar Bin Khattab beliau juga membelanjakan kas negara di bidang yang

sama. Akan tetapi, pada masa Kekhalifaan Ustman Bin Affan semakin membengkak

karena Ustman membentuk pasukan maritim sehingga mereka juga harus dibayar dan dana

yang di pakai juga merupakan dana yang berasal dari Baitul Mal. Sedangkan pada mada

Ali bin Abi Thalib seluruh kebijakan dan roda perekonomian hancur dikarenakan banyak

tenjadi konflik antara mereka yang membuat mereka saling menyalahkan dan akhirnya

berakhir kepada sebuah peperangan yang berlangsung cukup lama, perang yang terjadi saat

itu berlansung selama 11 tahun. Setelah itu Bani Umayyah mengambil alih Seluruh

perekonomian negara islam saat itu sehingga ekonomi islam kembali membaik bahkan

salah satu raja atau pemimpin Bani Umayyah yang berhasil mengembalikan keadaan

perekonomian semakin baik yaitu Umar Bin Abdul Aziz bahkan Umar dapat

mensejaterahkan masyarakatnya dalam jangka wnagtu yang cukup singkat.

Daftar Pustaka :

Amalia, E. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam . Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005.

Jajuli, Sulaeman. "Kebijakan Fiskal Dalam Perspektif Islam (Baitul Maal Sebagai Basis Pertama Dalam
Pendapatan Islam) ." Ad-Deenar Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam , 2020: 8-25.

Karim, A. Ekonomi Makro Islam . Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada, 2008.

Khusnul Mubarok, Ferry. "Analisis Kebijakan Fiskal Dalam Perspektif Ekonomi Islam; Sebuah Kajian
Historis Pada Masa Umar Bin Khattab." Jurnal Iqtisad: Reconstruction Of Justice And Welfare
For Indonesia 8, No. 1 (2021): 81-98.

Murtadho, A. "Konsep Fiskal Islam Dalam Perspektif Histori." Journal Ekonomica 4, No. 1 (2013): 23-
49.
Priyono, Sugeng. "Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal ." Al Mashlahah Jurnal Hukum Dan
Pranata Sosial Islam, 2020: 125-142.

Rahmawati, L. "Sistem Kebijakan Fiskal Modern Dan Islam." Oecoomicus Jurnal Of Ekonomics 1, No. 1
(2016): 21-48.

Suib, M Syaiful. "Peran Uang Dan Kebijakan Fiskal Dan Moneter Pada Awal Pemerintahan Islam ."
Kebijakan Fiskal Dan Moneter , 2020: 1-13.

Anda mungkin juga menyukai