Anda di halaman 1dari 4

Kebijakan Publik Khulafaur Rasyidin

1. Abu Bakar As Sidiq


a) Perhatian yang besar terhadap keakuratan penghitungan zakat

Dalam usaha menigkatkan kesejahteraan umat Islam, Abu Bakar melaksanakan


berbagai kebijakan ekonomi seperti yang telah dipraktekan Rasulullah SAW. beliau sangat
memperhatikan keakuratan penghitungan zakat sehingga, tidak trejadi kelebihan atau
kekurangan pembayarannya. Hasil pengumpulan zakat tersebut, dijadikan sebagai pendapatan
dan simpanan di baitul mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum
Muslimin hingga tidak ada yang tersisa.

b) Melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan

Seperti halnya Rasulullah, Abu Bakar juga melaksanakan kebijakan pembagian tanah
hasil taklukan, sebagian diberikan kepada kaum Muslimin dan sebagian lain tetap menjadi
tanggungan Negara. Disamping itu, ia juga mengambil alih tanah-tanah dari orang-orang
murtad untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan Umat Islam secara keseluruhan.

c) Distribusi harta Baitul Mal menerapkan prinsip kesamarataan

Dengan begitu selama pemerintahan Abu bakar As Shidiq harta di Baitul mal tidak
pernah menumpuk dalam jangka waktu lama karena langsung di distribusikan kepada kaum
muslim.

Umat Muslim mendapat manfaat sama dan tida seorangpun yang dibiarkan hidup
dalam kemiskinan. Kebijakan tersebut berimplikasi pada penigkatan aggregate supply pada
akhirnya menaikkan total pendapatan nasional, disamping memperkecil jurang pemisah
antara orang-orang yang kaya dengan yang miskin.

2. Umar bin Khattab


Dalam sambutannya ketika diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khatthab
mengumumkan kebijakankebijakan ekonomi yang akan dijalankannya. Adapun yang menjadi
dasar kebijakan ekonomi Umar bin Khatthab adalah sebagai berikut:
a) Negara Islam mengambil kekayaan umum yang benar dan tidak mengambil hasil dari kharaj
atau harta ID·L yang diberikan Allah kepada rakyat kecuali melalui mekanisme yang benar.
b) Negara memberikan hak atas kekayaan umum, tidak ada pengeluaran kecuali sesuai dengan
haknya, dan Negara menambahkan subsidi serta menutup hutang.
c) Negara tidak menerima harta kekayaan dari hasil yang kotor.
d) Negara menggunakan kekayaan dengan benar (Quthb, 2002: 34).
Pemerintahan Umar bin Khatthab dikenal dengan pemerintahan yang bersih ditopang
dengan karakteristik pribadi yang tegas dan berwibawa sehingga terbentuk kondisi
masyarakat yang damai, makmur dan sejahtera.
Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi perekonomian dan pendapatan masyarakat
arab pada masa itu dapat digolongkan pada taraf perekonomian yang merata. Kekayaan dan
kemakmuran tersebut mereka dapatkan dari harta rampasan perang (ghonimah), pajak tanah
(kharaj), pajak perdagangan/bea cukai (usyur), zakat, pajak tanggungan (jizyah) (Karim,
2006: 48-51). Sebagai khalifah kedua, Umar bin Khatthab sukses dalam mengatur
pemerintahan dan ekonomi negara. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa Umar bin
Khatthab telah menunjukkan kepada dunia tidak menghalangi daya kreatif dan inovasi
seorang pemimpin tertinggi sebuah negara dalam mewujudkan negara yang damai dan
makmur.

3. Utsman bin Affan

1. Zakat

Seperti di masa Rasululah, Abu Bakar, dan Umar bin Chattab, zakat di masa Usman
tetap merupakan ‘primadona‘ pendapat keuangan negara. Mengenai zakat, Usman
menetapkan beberapa kaedah yang penting diperhatikan sebagai kewajiban agama : Pertama,
kewajiban zakat merupakan kewajiban tahunan kecuali zakat pertanian yang harus
dikeluarkan tiap panen. Kedua, kewajiban zakat merupakan kewajiban yang harus jadi
diperhatian serius kaum muslimin. Setiap pemilik harta harus hati-hati dengan harta mereka.

2. Harta Peninggalan Si Mayit yang Tak Mempunyai Ahli Waris

Harta yang ditinggalkan seseorang yang telah meninggal dunia menjadi milik ahli
warisnya. Namun ada juga kasus, seseorang meninggal dunia sedangkan ia tidak mempunyai
ahli waris yang berhak atas harta peninggalnya. Terhadap harta simayit ini, Ustman
mengeluarkan kebijakan harta tersebut diserahkan ke baitul mal sebagai pendapatan negara.
Harta ini kemudian dibagi-bagikan kepada fakir miskin dan pembangunan fasilitas pelayanan
umum.

3. Harta Ghanimah, Jizyah, Kharaj dan ‘Usyur

Keuangan negara yang terkumpul dari sumber –sumber pemasukan berupa zakat, harta
waris yang tidak ada ahli warisnya, ghanimah, jizyah, kharaj dan ‘usyur tijarah
didistribusikan untuk belanja operasional pemerintahan dan angkatan perang atau untuk
pertahanan negara Islam.

Kondisi Ekonomi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib bisa dibilang tidak sejaya
Khalifah-khaliah sebelumnya. Kondisi politik yang terus memanas mulai dari awal
pemerintahannya, membatasi gerak Khalifah Ali bin Thalib dalam melaksanakan kebijakan-
kebijakannya sebagai seorang khalifah disegala aspek, termasuk aspek ekonomi. Namun,
kecerdikan Khalifah Ali dalam administrasi negara bisa membuat pendapatan negara saat itu
mencapai surplus.
4. Ali bin Abi Tholib
1. Pengaturan Keuangan Negara atau Baitul Maal

Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, ia membenahi sistem administrasi
Baitul Mal, baik di tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik.
Baitul Mal pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib mengalami surplus. Kondisi baitul
mall dikembalikan seperti posisi sebelum Utsman bin Affan. Khalifah Ali bin Abi Thalib
menerapkan prinsip pemerataan dalam masalah pendistribusian harta Baitul Maal, ia
memberikan santunan yang sama kepada setiap orang tanpa memandang status sosial atau
kedudukannya dalam islam.

Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, diterapkan prinsip pemerataan. Ali bin Abi Thalib
berpendapat bahwa seluruh pendapatan Negara yang disimpan dalam Baitul Maal harus
didistribusikan kepada kaum muslimin, tanpa ada sedikitpun dana yang tersisa.

2. Pembangunan dan perbaikan tata kota

Era pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib terdapat usaha positif yang
dilaksanakannya terutama masalah tata kota. Keputusan menjadikan Madinah sebagai pusat
pemerintahan dan politik hanya akan menyebabkan kota Madinah kehilangan sifat-sifat yang
telah dibangun rasulullah sejak awal. Atas dasar hal tersebut, maka pergerakan yang paling
tepat untuk mencegah semua itu adalah dengan tidak menjadikan Madinah sebagai pusat
politik dan pemerintahan.

3. Zakat, Jizyah, dan Pajak

Selama pemerintahannya Ali bin Abi Thalib juga menetapkan pajak terhadap hasil
hutan dan sayur-sayuran. ia menetapkan pajak terhadap para pemilik hutan sebesar 4000
dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran
segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Tentang masalah pembayaran pajak
tahunan, Ali bin Abi Thalib mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan Khalifah Umar bin
Khattab.

4. Kepemilikan Tanah

Semasa menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan banyak memberikan fasilitas dalam berbagai bidang kepada para kerabatnya. Ketika
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah kebijakan tersebut kemudian dirubah. Ali bin Abi Thalib
berusaha menarik kembali semua tanah pemberian Utsman bin Affan kepada keluarga
maupun kerabatnya untuk dijadikan milik negara lagi. Langkah ini tentunya mendapat
pertentangan dari keluarga serta kerabat-kerabat Utsman bin Affan, tetapi Khalifah Ali tetap
mengambil langkah tersebut.

5. Meniadakan Pengeluaran Negara untuk Angkatan Laut


Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambah jumlahnya pada masa Khalifah
Utsman dihilangkan karena sepanjang garis pantai Syiria, Palestina, dan Mesir berada di
bawah kekuasaan Muawiyah. Namun demikian, dengan adanya penjaga malam dan patrol
yang telah terbentuk sejak masa pemerintahan Khalifah Umar, Ali membentuk polisi yang
terorganisasi secara resmi yang disebut syurthah dan pemimpinnya diberi gelar shahibu al-
sulthah

6. Melawan Korupsi dan menindak tegas melawan Korupsi dan Tindakan Penindasan
serta mengontrol pasar dalam tindak penimbunan barang dan pasar gelap.

Khalifah Ali bin Abi Thalib sangat memerangi pejabat-pejabat negara yang
melakukan tindakan korupsi dimasanya, meskipun kebijakan itu sering menimbulkan
pergesekan politik. Beliau merapihkan dan menyusun rahasia negara, dokumen-dokumen
khalifah untuk diamankan dan diselamatkan.

7. Pencatakan Mata Uang Koin Atas Nama Negara Islam

Pencetakan mata uang koin atas nama Negara Islam juga dilakukan Khalifah Ali bin
Abi Thalib. Hal ini menunjukkan kaum muslimin telah menguasai teknologi peleburan besi
dan pencetakan koin. Namun demikian peredaran uang koin tersebut tidak beredar luas
dikarenakan pemerintahan Ali bin Abi Thalib berjalan singkat dengan terbunuhnya Ali bin
Abi Thalib pada tahun keenam pemerintahanny

Anda mungkin juga menyukai