Seperti halnya Rasulullah, Abu Bakar juga melaksanakan kebijakan pembagian tanah
hasil taklukan, sebagian diberikan kepada kaum Muslimin dan sebagian lain tetap menjadi
tanggungan Negara. Disamping itu, ia juga mengambil alih tanah-tanah dari orang-orang
murtad untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan Umat Islam secara keseluruhan.
Dengan begitu selama pemerintahan Abu bakar As Shidiq harta di Baitul mal tidak
pernah menumpuk dalam jangka waktu lama karena langsung di distribusikan kepada kaum
muslim.
Umat Muslim mendapat manfaat sama dan tida seorangpun yang dibiarkan hidup
dalam kemiskinan. Kebijakan tersebut berimplikasi pada penigkatan aggregate supply pada
akhirnya menaikkan total pendapatan nasional, disamping memperkecil jurang pemisah
antara orang-orang yang kaya dengan yang miskin.
1. Zakat
Seperti di masa Rasululah, Abu Bakar, dan Umar bin Chattab, zakat di masa Usman
tetap merupakan ‘primadona‘ pendapat keuangan negara. Mengenai zakat, Usman
menetapkan beberapa kaedah yang penting diperhatikan sebagai kewajiban agama : Pertama,
kewajiban zakat merupakan kewajiban tahunan kecuali zakat pertanian yang harus
dikeluarkan tiap panen. Kedua, kewajiban zakat merupakan kewajiban yang harus jadi
diperhatian serius kaum muslimin. Setiap pemilik harta harus hati-hati dengan harta mereka.
Harta yang ditinggalkan seseorang yang telah meninggal dunia menjadi milik ahli
warisnya. Namun ada juga kasus, seseorang meninggal dunia sedangkan ia tidak mempunyai
ahli waris yang berhak atas harta peninggalnya. Terhadap harta simayit ini, Ustman
mengeluarkan kebijakan harta tersebut diserahkan ke baitul mal sebagai pendapatan negara.
Harta ini kemudian dibagi-bagikan kepada fakir miskin dan pembangunan fasilitas pelayanan
umum.
Keuangan negara yang terkumpul dari sumber –sumber pemasukan berupa zakat, harta
waris yang tidak ada ahli warisnya, ghanimah, jizyah, kharaj dan ‘usyur tijarah
didistribusikan untuk belanja operasional pemerintahan dan angkatan perang atau untuk
pertahanan negara Islam.
Kondisi Ekonomi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib bisa dibilang tidak sejaya
Khalifah-khaliah sebelumnya. Kondisi politik yang terus memanas mulai dari awal
pemerintahannya, membatasi gerak Khalifah Ali bin Thalib dalam melaksanakan kebijakan-
kebijakannya sebagai seorang khalifah disegala aspek, termasuk aspek ekonomi. Namun,
kecerdikan Khalifah Ali dalam administrasi negara bisa membuat pendapatan negara saat itu
mencapai surplus.
4. Ali bin Abi Tholib
1. Pengaturan Keuangan Negara atau Baitul Maal
Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, ia membenahi sistem administrasi
Baitul Mal, baik di tingkat pusat maupun daerah hingga semuanya berjalan dengan baik.
Baitul Mal pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib mengalami surplus. Kondisi baitul
mall dikembalikan seperti posisi sebelum Utsman bin Affan. Khalifah Ali bin Abi Thalib
menerapkan prinsip pemerataan dalam masalah pendistribusian harta Baitul Maal, ia
memberikan santunan yang sama kepada setiap orang tanpa memandang status sosial atau
kedudukannya dalam islam.
Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, diterapkan prinsip pemerataan. Ali bin Abi Thalib
berpendapat bahwa seluruh pendapatan Negara yang disimpan dalam Baitul Maal harus
didistribusikan kepada kaum muslimin, tanpa ada sedikitpun dana yang tersisa.
Era pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib terdapat usaha positif yang
dilaksanakannya terutama masalah tata kota. Keputusan menjadikan Madinah sebagai pusat
pemerintahan dan politik hanya akan menyebabkan kota Madinah kehilangan sifat-sifat yang
telah dibangun rasulullah sejak awal. Atas dasar hal tersebut, maka pergerakan yang paling
tepat untuk mencegah semua itu adalah dengan tidak menjadikan Madinah sebagai pusat
politik dan pemerintahan.
Selama pemerintahannya Ali bin Abi Thalib juga menetapkan pajak terhadap hasil
hutan dan sayur-sayuran. ia menetapkan pajak terhadap para pemilik hutan sebesar 4000
dirham dan mengizinkan Ibnu Abbas, gubernur Kufah, memungut zakat terhadap sayuran
segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan. Tentang masalah pembayaran pajak
tahunan, Ali bin Abi Thalib mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan Khalifah Umar bin
Khattab.
4. Kepemilikan Tanah
Semasa menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan banyak memberikan fasilitas dalam berbagai bidang kepada para kerabatnya. Ketika
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah kebijakan tersebut kemudian dirubah. Ali bin Abi Thalib
berusaha menarik kembali semua tanah pemberian Utsman bin Affan kepada keluarga
maupun kerabatnya untuk dijadikan milik negara lagi. Langkah ini tentunya mendapat
pertentangan dari keluarga serta kerabat-kerabat Utsman bin Affan, tetapi Khalifah Ali tetap
mengambil langkah tersebut.
6. Melawan Korupsi dan menindak tegas melawan Korupsi dan Tindakan Penindasan
serta mengontrol pasar dalam tindak penimbunan barang dan pasar gelap.
Khalifah Ali bin Abi Thalib sangat memerangi pejabat-pejabat negara yang
melakukan tindakan korupsi dimasanya, meskipun kebijakan itu sering menimbulkan
pergesekan politik. Beliau merapihkan dan menyusun rahasia negara, dokumen-dokumen
khalifah untuk diamankan dan diselamatkan.
Pencetakan mata uang koin atas nama Negara Islam juga dilakukan Khalifah Ali bin
Abi Thalib. Hal ini menunjukkan kaum muslimin telah menguasai teknologi peleburan besi
dan pencetakan koin. Namun demikian peredaran uang koin tersebut tidak beredar luas
dikarenakan pemerintahan Ali bin Abi Thalib berjalan singkat dengan terbunuhnya Ali bin
Abi Thalib pada tahun keenam pemerintahanny