Anda di halaman 1dari 16

UAS EKONOMI MIKRO

Nama Poppy Aulia Sipayung


Nim 1911450024
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Kelas Eksekutif
Semester V ( LIMA )
Mata kuliah Ekonomi Mikro
Dosen pengampu Illal Nur Habibah , SE.M.Ak

A. Sejarah Perkembangan Pemikiran Ekonomi islam


1. Perekonomian pada masa Nabi Muhammad SAW
Rasulullah diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40
tahun.Pada masa Rasulullah SAW, tidak ada tentara formal. Semua muslim yang
mampu boleh jadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka
diperbolehkan mendapatkan bagian dari harta rampasan perang.Rampasan tersebut
meliputi senjata, kuda, unta, domba, dan barang-barang bergerak lainnya yang
didapatkan dari perang. Situasi berubah setelah turunnya Surat Al-Anfal ayat 41 :
Artinya: “Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, Kerabat Rasul,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Allah
dan kepada yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari furqaan,
yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Rasulullah SAW biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan perang
tersebut menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk beliau dan keluarganya, bagian
kedua untuk kerbatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang sedang
membutuhkan dan orang yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima bagian yang
lain dibagi diantara prajurit yang ikut perang, dalam kasus tertentu beberapa orang
yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat bagian. Penunggang kuda mendapat
dua bagian, untuk dirinya sendiri dan kudanya.

1
Sukirno, Sadono, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta Utara: PT RajaGrafindo Persada, 2004, hal101-120.
Kebijakan ini tidak hanya mambantu mempertahankan kesinambungan kehidupan
administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai, melainkan juga mendorong
keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter.Pada tahun kedua setelah
hijrah, sedekah ini kemudian dengan zakat fitrah yang dibayarkan setiap kali setahun
sekali pada bulan ramadhan. Besarya satu sha kurma, gandum, tepung keju, atau
kismis, setengah sha gandum untuk setiap muslim, budak atau orang bebas, laki-laki
atau perempuan, muda atau tua dan dibayar sebelum shalat idul fitri.

Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shadaqah fitrah pada tahun
ke- 2 hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan sebelum tahun
ke- 9 hijrah ketika Maulana Abdul hasan berkata zakat diwajibkan setelah hijrah dan
kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan
belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.

2. Perekonomian Di Masa Khulafaurrasyidin

a. Abu Bakar As-Sidiq (51 SH – 13 H / 537 – 634 M)

Khalifah Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan


zakat.Beliau juga mengambil langkah-langkah yang tegas untuk mengumpulkan
zakat dari semua umat Islam termasuk Badui yang kembali memperlihatkan tanda-
tanda pembangkangan sepeninggal Rasulullah SAW.

b. Umar bin Khattab (40SH – 23H / 584 – 644 M)

Khalifah Umar sangat memperhatikan sektor ekonomi untuk menunjang


perekonomian negerinya. Pada masa kekhalifahan Umar banyak dibangun saluran
irigasi, waduk, tangki kanal, dan pintu air seba guna untuk mendistribusikan air di
ladang pertanian Hukum perdagangan juga mengalami penyempurnaan untuk
menciptakan perekonomi secara sehat. Umar mengurangi beban pajak untuk
beberapa barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syiria sebesar 50%.

Hal ini untuk memperlancar arus pemasukan bahan makanan ke kota. Pada
saat yang sama juga dibangun pasar agar tercipta peradangan dengan persaingan
yang
bebas. Serta adanya pengawasan terhadap penekanan harga.Beliau juga sangat
tegas dalm menangani masalah zakat.Zakat dijadikan ukuran fiskal utama dalam
rangka memecahkan masalah ekonomi secara umum.Umar menetapkan zakat atas
harta dan bagi yang membangkang didenda sebesar 50% dari kekayaannya.

Pada masa beliau dibangun Institusi Administrasi dan Baitul Mal yang reguler
dan permanen di Ibu Kota, yang kemudian berkembang dan didirikan pula Baitul
Mal cabang di ibu kota propinsi. Baitul Mal secara tidak langsung berfungsi
sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam. Harta Baitul Mal dipergunakan
mulai untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatim, serta anak-
anak terlantar, membiaya penguburan orang-orang miskin, membayarkan utang
orang-orang yang bangkrut, membayar uang diyat, untuk kasu-kasus tertentu,
sampai untuk pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial.

Bersamaan dengan reorganisasi Baitul Mal, Umar mendirikan Diwan Islam


yang disebut Al-divan. Al-divan adalah kantor yang mengurusi pembayaran
tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta tujangan lainnya secara
reguler dan tepat.

c. Ustman bin Affan ( 47 SH – 35H / 577 – 656 M )

Khalifah Ustman mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Umar.Pada enam


tahun pertama Balkh, Kabul, Ghazni Kerman, dan Sistan ditaklukan.Kemudian
tindakan efektif dilakukan untuk pengembangan sumber daya alam.Aliran air
digali, jalan dibangun, pohon-pohon ditanam untuk diambil buah dan hasilnya dan
kebijakan di bidang keamanan perdagangan dilaksanakan dengan pembentukan
organisasi kepolisian tetap.

Ustman mengurangi jumlah zakat dari pensiun.Tabri menyebutkan ketika


khalifah Ustman menaikkan pensiun sebesar seratus dirham, tetapi tidak ada
rinciannya.Beliau menambahkan santunan dengan pakaian. Selain itu ia
memperkenalkan kebiasaan membagikan makanan di masjid untuk orang-orang
miskin dan musafir. Pada masa Ustman, sumber pendapatan pemerintah berasal
dari
zakat, ushr, kharaj, fay, dan ghanimah.

Zakat ditetapkan 2,5 persen dari modal aset. Ushr ditetapkan 10 persen
iuran tanah-tanah pertanian sebagaiman barang-barang dagangan yang diimpor
dari luar negeri.Kharaj merupakan iuran pajak pada daerah-daerah yagn
ditaklukan.Prosentase dari kharaj lebih tinggi dari ushr.Ghanimah yang
didapatkan dibagi 4/5 kepada para prajurit yang ikut andil dalam perang
sedangkan 1/5-nya disimpan sebagai kas negara.

d. Ali bin Abi Thalib ( 23H – 40H / 600 – 661 M )

Pada masa pemerintahan Ali, beliau mendistribusikan seluruh pendapatan


provinsi yang ada di Baitul Mal Madinah , Busra, dan Kuffah. Ali ingin
mendistribusikan sawad, namun ia menahan diri untuk menghindari terjadi
perselisihan. Secara umum, banyak kebijakan dari khalifah Ustman yang masih
diterapkan, seperti alokasi penegeluaran yang tetap sama. Pengeluaran untuk
angkatan laut yang ditambahkan jumlahnya pada masa Ustman hampir
dihilangkan seluruhnya.

Khalifah Ali mempunyai konsep yang jelas mengenai pemerintahan,


administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannnya seperti
mendiskripsikan tugas dan kewajiban dan tanggung jawab penguasa, menyusun
dispensasi terhadap keadilan, kontrol atas pejabat tinggi dan staf, menjelaskan
kebaikan dan kekurangan jaksa, hakim dan abdi hukum, menguraikan
pendapatan pegawai administratif dan pengadaan bendahara.

A. Teori Konsumsi dalam islam


Konsumsi adalah suatu bentuk perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan
manusia. Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia.
Pengertian konsumsi dalam ilmu ekonomi tidak sama dengan istilah konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari yang diartikan dengan perilaku makan dan minum. Dalam ilmu
ekonomi konsumsi adalah setiap perilaku seseorang untuk menggunakan dan
memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.4
Konsumsi merupakan satu dari tiga pokok ekonomi selain produksidan distribusi.
Konsumsi secara umum dimaknai sebagai tindakan untuk mengurangi atau
menghabiskan guna ekonomi suatu benda, seperti memakan makanan, memakai baju,
mengendarai sepeda motor, menempati rumah, dan lain-lain. Dalam berkonsumsi
seseorang atau rumah tangga cenderung untuk memaksimumkan daya guna atau utility-
nya. Dalam berkonsumsi tidak ada batasan untuk mencapainya. Sebagaimana ditegaskan
Mundell, setiap individu atau kelompok memiliki hasrat memaksimumkan keinginannya.
Keinginan yang dimaksud adalah kesenangan (happiness). Dasar dari pemenuhan
happiness tersebut adalah keinginan.2
Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian,
karena tidak ada kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karenanya, kegiatan
ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Mengabaikan
konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan penegakan manusia
terhadap tugasnya dalam kehidupan.
Dalam hal konsumsi, al-Qur‟an memberi petunjuk yang sangat jelas dan mudah
dipahami, al-Qur‟an mendorong untuk menggunakan barang-barang yang baik (halal)
dan bermanfaat serta melarang untuk hidup boros dan melakukan kegiatan konsumsi
untuk hal- hal yang tidak penting, al-Qur‟an juga melarang untuk bermewah-mewahan
dalam hal pakaian ataupun makan, sesuai dengan firman Allah surat al-Baqarah : 168.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyatabagimu.”

B. Preferensi Konsumen
Perilaku konsumen menjelaskan tindakan konsumen dalam mengonsumsi barang-barang

dengan pendapatan dan harga barang tertentu sedemikian rupa sehingga konsumen mencapai

tujuannya. Tujuan konsumen ialah untuk memperoleh manfaat atau kepuasan sebesar-besarnya

dari barang-barang yang dikonsumsi (maximum statisfaction) yang dalam teori ekonomi
dianggap sebagai tujuan akhir konsumen. Dengan banyaknya barang dan jasa yang disediakan

oleh perekonomian industri, individu dihadapkan pada beragam pilihan barang dan jasa yang

menuntutnya untuk melakukan pilihan berdasarkan preferensi. Preferensi berarti kesukaan

pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen yang terbentuk dari persepsi konsumen

terhadap produk melalui asumsi dasar mengenai preferensi individu atas satu keranjang belanja,

yakni daftar kuanitas tertentu dari satu barang atau lebih, dibandingkan keranjang belanja lain.

Asumsi ini berlaku bagi sebagian orang dan situasi.

1. Kelengkapan (Completeness) Preferensi diasumsikan lengkap. Dengan kata lain,

konsumen dapat membandingkan dan memeringkat semua kemungkinan keranjang

belanja yang tersedia. Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang

harus bisa menspesifikasikan apakan A lebih disukai daripada B, B lebih disukai daripada

A atau A dan B sama-sama disukai. Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak

pernah ragu dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang baik dan mana

yang buruk dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif.

2. Transitivitas (Transitivity) Preferensi besifat transitif, artinya ketika seseorang

mengatakan lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka ia

harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian seseorang tidak bisa

mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan.

3. Banyak lebih baik daripada sedikit, barang diasumsikan diinginkan ketika memberikan

manfaat. Konsumen selalu menyukai banyak barang daripada sedikit barang. Selain itu,

konsumen tidak pernah merasa terpuaskan; makin banyak,makin baik, sekalipun hanya

sedikit lebih baik yakni barang yang tidak layak seperti polusi udara.
Preferensi konsumen dapat dibuat dalam bentuk grafis yakni melalui penggunaan kurva

indeferensi. Kurva Indeferensi menggambarkan seluruh kombinasi keranjang belanja yang

memberikan konsumen tingkat utilitas yang sama.

Kurva indiferensi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin), semakin tinggi tingkat kepuasannya.

2. Kurva indeferensi tidak berpotongan satu sama lainnya.

3. Kurva indeferansi berslope negatif.

4. Kurva indeferensi cembung ke arah origin.

Gambar 1.1

Kurva Indeferensi

Sumber: Start Kampus

Kurva indeferensi IC yang melewati keranjang belanja A yakni keranjang belanja B, menunjukkan

keranjang yang memberikan konsumen tingkat utilitas yang sama karena berada pada satu garis
kurva indeferensi. Berdasarkan ciri kurva indeferensi semakin ke kanan atas (menjauhi titik

origin), akan semakin tinggi tingkat kepuasannya.

Himpunan dari kurva indeferensi disebut Peta Indeferensi yang menunjukkan berbagai

keranjang belanja yang membuat konsumen indeferen.

C. Pengertian Teori  Produksi


Sebelum kita mempelajari tentang teori produksi sebaiknya kita mengetahui terlebih
dahulu definisi produksi sendiri banyak pendapat sesuai dengan pemahamannya masing-masing.
Produksi adalah usaha menciptakan dan meningkatkan kegunaan suatu barang untuk memenuhi
kebutuhan. Produksi adalah rangkaian proses yang meliputi semua kegiatan yang dapat
menambah atau menciptakan nilai guna dari barang dan jasa. Pelaku produksi adalah produsen
yaitu, individu atau perusahaan yang memproduksikan hasil pertanian yang menggunakan input
sumber daya yang ada antara lain ; tanah, tenaga kerja, modal dan management. Produksi adalah
kegiatan produsen untuk mengubah input menjadi output. Produsen merupakan pembuat barang
dan jasa tidak berguna menjadi berguna, barang berguna menjadi barang lebih berguna atau
kegiatan produksi dapat menambah nilai guna suatu barang menjadi nilai barang lebih dari
barang sebelumnya.
Yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara
tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya. 

2.2  Faktor Produksi
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses
produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses
produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja manusia, modal dan kewirausahaan.

a.      Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat
dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam di sini meliputi segala
sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti:
1.      Tanah
Tanah  mengandung  pengertian  yang  luas,  yaitu  termasuk  semua  sumber yang  kita  peroleh 
dari  udara,  laut,  gunung,  dan  sebagainya,  sampai  keadaan geografi, angin, dan iklim yang
terkandung dalam tanah. Termasuk dalam faktor produksi tanah adalah :
·         Bumi  (tanah)  merupakan  permukaan  tanah  yang  di  atasnya  kita  dapat berjalan,
mendirikan bangunan, rumah, perusahaan.
·         Mineral, seperti logam, bebatuan dan sebagainya yang terkandung di dalam tanah yang juga
dapat dimanfaatkan oleh manusia.
·         Gunung,  merupakan  suatu  sumber  lain  yang menjadi  sumber  tenaga  asli yang 
membantu  dalam  mengeluarkan  harta  kekayaan. 
2.      Hutan, merupakan sumber kekayaan alam yang penting. Hutan memberikan bahan  api, 
bahan-bahan mentah untuk  industri  kertas,  damar,  perkapalan, perabotan rumah tangga, dan
sebagainya.
3.      Hewan, mempunyai kegunaan memberikan daging, susu, dan  lemak untuk tujuan ekonomi,
industri dan perhiasan. Sebagian lagi digunakan untuk kerja dan pengangkutan.
4.      Udara, sinar matahari, hujan.
5.      Bahan tambang, dan lain sebagainya.
Faktor produksi sumberdaya alam merupakan faktor produksi asli karena telah tersedia di
alam langsung.

b.      Sumberdaya Manusia (Tenaga Kerja Manusia)


Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang
dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu
barang.
Tenaga kerja atau buruh merupakan faktor produksi yang diakui di setiap sistem 
ekonomi  terlepas  dari  kecenderungan  ideologi  mereka.  Kekhususan perburuhan seperti
kemusnahan, keadaan yang  tidak  terpisahkan dari buruh itu  sendiri,  ketidakpekaan  jangka 
pendek  terhadap  permintaan  buruh,  dan yang mempunyai  sikap  dalam  penentuan  upah,
merupakan  hal  yang  sama pada semua sistem.
c.       Sumberdaya Modal
Modal  merupakan  asset  yang  digunakan  untuk  distribusi  asset  yang berikutnya.
Modal dapat memberikan  kepuasan pribadi dan membantu untuk menghasilkan kekayaan yang
lebih banyak.
Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan
untuk menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk mencari ikan.
Dalam hal ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang
digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan). Di dalam proses produksi, modal dapat
berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.
Modal dapat dibedakan menurut:
1.      Kegunaan dalam proses produksi
·         Modal tetap adalah barang-barang modal yang dapat digunakan berkali-kali dalam proses
produksi.
Contoh: gedung, mesin-mesin pabrik.
·         Modal lancar adalah barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam proses produksi.
Contoh: bahan baku, bahan pembantu.
2.      Bentuk Modal
·         Modal konkret (nyata) adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi
Contoh: mesin, bahan baku, gedung pabrik.
·         Modal abstrak (tidak nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihat tetapi mempunyai nilai
dalam perusahaan.
Contoh: nama baik perusahaan dan merek produk.

Pengumpulan modal
Ada beberapa faktor yang menentukan terhadap pengumpulan modal yaitu :
a)         Peningkatan pendapatan,
b)         Pembekuan modal
c)         Keselamatan  dan  keamanan,  dalam  proses  penghimpunan  modal
Dalam perspektif  ekonomi  konvensional, modal dapat  tumbuh dari  sebagian
pendapatan  yang  ditabungkan  oleh  masyarakat.  Besarnya  tabungan  dipengaruhi oleh 
tingkat  bunga. Menurut  ekonom  konvensional,  semakin  tinggi  tingkat  bunga semakin  besar 
imbalan  tabungan,  semakin  tinggi  pula  kecenderungan  untuk menabung  dan  sebaliknya. 
Menurut  Keynes,  tingkat  bunga  yang  tinggi  akan menekan  kegiatan  ekonomi  dan 
menyebabkan  volume  penanaman  modal  yang lebih kecil. Sebagai akibatnya, pendapatan
uang yang terkumpul akan mengecil, dan dengan adanya kecenderungan yang sama untuk
menabung, volume tabungan akan berkurang. 
Kenyataannya  adalah  bahwa  jika  individu-individu  rasional,  mereka mungkin  lebih 
banyak menabungkan  penghasilan mereka,  bila  tingkat  bunganya tinggi.  Suatu  tingkat 
bunga  yang  tinggi  berarti  lebih  tingginya  imbalan  bagi tabungan.  Oleh  karena  itu, 
berdasarkan  alasan-alasan  murni,  orang  akan  lebih banyak menabung.
d.      Sumberdaya Pengusaha
Sumberdaya ini disebut juga kewirausahaan. Pengusaha berperan mengatur dan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau
jasa secara efektif dan efisien.
Pengusaha berkaitan dengan managemen. Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha
perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan
faktor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan usaha.

2.3  Tujuan Produksi


Tujuan  dari  kegiatan produksi   mencapai  dua hal pokok  yaitu:
a) Memenuhi  kebutuhan  setiap  individu. 
b) Merealisasikan  kemandirian 
Dalam  upaya merealisasikan  pemenuhan  kebutuhan ada  beberapa  hal  yang perlu
dilakukan, yaitu :
a.       Melakukan perencanaan. Perencanaannya  mencakup produksi, penyimpanan, pengeluaran
dan distribusi.
b.      Mempersiapkan sumberdaya manusia dan pembagian tugas yang baik.
c.       Memperlakukan sumber daya alam dengan baik.
d.      Keragaman produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen
e.       Mengoptimalkan fungsi kekayaan berupa mata uang.

2.4 Fungsi Produksi
Kegiatan produksi melibatkan dua variabel yang mempunyai hubungan fungsional atau
saling memengaruhi, yaitu :
1. Berapa output yang harus diproduksi; dan

2. Berapa input yang akan dipergunakan.

Dengan demikian, yang disebut fungsi produksi adalah hubungan fungsional atau sebab
akibat antara input dan output. Dalam hal ini input sebagai sebab, dan output sebagai akibat.
Atau input sebagai variabel bebas dan output sebagai variabel tak bebas. Input produksi dikenal
juga dengan factor-faktor produksi, dan ouput produksi dikenal juga dengan jumlah produksi.

D. Mengukur Biaya
1) Pengertian Biaya

Dalam ilmu bisnis dan akuntansi, pengertian biaya adalah nilai moneter atau jumlah
uang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa.
Beban yang dikeluarkan mencakup persediaan, bahan baku, tenaga kerja, produk, peralatan,
layanan, dan lainnya.

Jumlah yang dikeluarkan dicatat dalam catatan pembukuan sebagai beban. Dari sudut


pandang penjual, jika mereka dapat menjual barang dengan harga yang sama dengan beban
produksi, maka mereka akan mencapai BEP (break even point). Artinya mereka tidak akan
kehilangan uang dari penjualan mereka, tetapi juga tidak mendapatkan keuntungan. Sebaliknya
dari sudut pandang pembeli, biaya suatu produk disebut sebagai harga.

Harga yang dimaksud adalah jumlah yang dibebankan oleh penjual terhadap suatu
produk yang sudah termasuk beban untuk membuat produk tersebut dan mark-up yang
ditambahkan oleh penjual untuk menghasilkan keuntungan.

2) Contoh Biaya Produksi


Dalam menjalankan proses produksi tentu harus mengetahui apa saja yang
termasuk production cost. Karena biaya tersebut yang akan berpengaruh dan sebagai pelaporan
keuangan perusahaan.

Inilah yang termasuk contoh biaya yang digunakan dalam acuan perhitungan produksi.
a. Biaya Tetap atau fixed Cost
Fixed cost merupakan biaya dengan jumlah tetap serta tidak bergantung pada produksi
yang didapatkan pada periode tertentu. Sebagai contoh, pajak perusahaan, sewa gedung, biaya
administrasi dan sebagainya.

b. Biaya Variabel atau Variable Cost


Biaya variabel ini besarnya bisa berubah-ubah disesuaikan dengan hasil produksi. Dalam
artian hasil produksi yang semakin besar maka biaya variabel juga akan semakin besar. Seperti,
upah bagi pekerja, biaya bahan baku yang digunakan sesuai dengan jumlah produksi.

c. Biaya Total atau Total Cost


Pada periode tertentu sebuah perusahaan menghasilkan barang jadi. Maka total dari biaya
tetap dan biaya variabel yang digunakan perusahaan tersebut dihitung sebagai
besarnya production cost, inilah biaya total.

d. Average Cost
Adanya production cost per unit yang dihasilkan oleh perusahaan yang menghasilkan
barang produksi dalam jumlah banyak dan average cost ini dihitung melalui pembagian total
biaya dengan jumlah produksi yang dihasilkan di perusahaan.

e. Marginal Cost
Biaya marginal merupakan biaya tambahan yang dibutuhkan dalam menghasilkan unit
barang yang sudah jadi. Marginal cost yang muncul saat adanya perluasan produksi pada saat
akan menambah jumlah barang yang dihasilkan.

Itulah beberapa contoh production cost yang ada serta berpengaruh pada pelaporan


keuangan.

Berikut inilah rumusnya perhitungan production cost :

material biaya bersifat langsung + biaya untuk tenaga kerja langsung + overhead pabrik +
biaya tenaga kerja tak langsung
3) Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semuapengeluaran yang dilakukan olehperusahaan untuk


memperolehfaktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakanuntuk
menciptakan barang-barangyang diproduksikan perusahaantersebut.
Cara Perhitungan Biaya untuk Produksi
Inilah contoh dari cara menghitung production cost. Misalnya saja perusahaan ABC bergerak di
bidang pakaian jadi, dalam kurun waktu satu bulan bisa memproduksi 5000 produk pakaian jadi
yang dipasarkan pada 2 toko besar dan e-commerce secara online.

Pada proses produksi 5.000 produk pakaian jadi, maka diperlukan:

 Rp. 80.000.000 untuk pengadaan bahan baku


 Rp. 30.000.000 sebagai gaji karyawan
 Rp. 20.000.000 untuk endorsement
 Rp. 15.000.000 guna launching produk mengundang media
 Rp. 12.000.000 digunakan sebagai bandwith kuota internet
 Rp. 6.000.000 untuk Transport produk ke 2 toko besar
 Rp. 10.000.000 packaging produk.
 Rp. 3.000.000 digunakan sebagai pengeluaran gudang penyimpanan.

Setelah ditambahkan semua biaya tersebut maka menghasilkan produksi sebesar Rp


176.000.000 dan dibagi dengan 5000 unit, hasilnya biaya rata-rata atau Average Cost untuk satu
buah barang adalah Rp 35.200.

Bahan baku digunakan = saldo awal bahan baku + pembelian bahan baku- saldo akhir bahan
baku

80.000.000 + ( 700.000.000 +10.000.000) – 50.000.000 = 740.000.0001

E. Biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang


1) Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek 
Biaya jangka pendek yaitu biaya yang menunjukkan sebagian faktor produksi tidak dapat
ditambahjumlahnya.
Salah satu faktor produksi bersifattetap, yang lain berubah.
2) Pengertian Biaya Produksi Jangka Panjang
Biaya jangka panjang adalah biayayang menunjukkan semua faktorproduksi dapat
mengalamiperubahan.
Semua faktor produksi bersifatberubah.2
3) Jenis Biaya produksi  jangka pendek
1. Biaya Total (Total Cost)
1
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-biaya-produksi-dan-cara-hitung/
2
http://ilmuekonomi123.blogspot.com/2017/04/biaya-produksi-jangka-pendek-dan-jangka.html?m=1
Keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan , yang terdiri dari biaya tetap (TFC) dan biaya
variable (TVC)
TC = TFC + TVC
2.    Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat
diubah jumlahnya.

3.    Biaya Berubah Total (Total Variabel Cost)


Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya.

4.    Biaya Tetap Rata-rata ( AFC)


Perbandingan antara biaya tetap dengan kuantitas output
AFC = TFC
             Q
Keterangan:
TFC = Total Fixed Cost
Q = Quantity
5.    Biaya Berubah Rata-rata (AVC)
Perbandingan antara biaya variable dengan kuantitas output.
AVC = TVC
          Q

6.    Biaya Total Rata-rata (AC)


Perbandingan antara biaya total dengan kuantitas output.
AC = TC
          Q
Atau AC = AFC + AVC
Keterangan:
TC = Total cost
Q = Quantity
AFC = Average Fixed Cost

7.    Biaya Marginal (Marginal Cost)


Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit.
MC = ∆TC
           ∆Q
Keterangan:
ΔTC = Perubahan total biaya
ΔQ = Perubahan Quantity

4) Jenis Biaya Produksi Jangka Panjang


a) Biaya Total Jangka Panjang (Long Run Total Cost)
Biaya Total Jangka Panjang (Long Run Total Cost) merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel.
b) Kurva Biaya Total Jangka Panjang (Long Run Total Cost Curve)
Kurva biaya total jangka panjang menggambarkan biaya total jangka
panjang minimum untuk memproduksi berbagai tingkat (jumlah) produksi.
Kurva biaya total jangka panjang diturunkan dari kurva expansion path.
c) Kurva Expansion Path
Kurva Expansion Path menggambarkan kombinasi faktor produksi yang
paling optimal untuk menghasilkan berbagai jumlah produksi.
d) Biaya Rata-Rata Jangka Panjang (Long Run Average Cost)
Biaya Rata-Rata Jangka Panjang merupakan biaya rata-rata yang paling
minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu
berubah kapasitas produksinya.
Biaya rata-rata jangka panjang dapat dihitung
menggunakan rumus :
LAC = LTC
Q
Keterangan :
LAC = Biaya rata-rata jangka panjang
Q = Jumlah output
e) Biaya Marginal Jangka Panjang (Long Run Marginal Cost)
Biaya Marginal Jangka Panjang merupakan biaya tambahan karena
menambah produksi sebanyak satu unit. Perubahan biaya total sama dengan
perubahan biaya variabel.
Biaya marginal jangka panjang dapat dihitung

Anda mungkin juga menyukai