Anda di halaman 1dari 6

Nama : T.

Miftahul ‘Afif
Nim : 1901104010049
Mk : Kebijakan Fiskal Islam

SUMBER PENDAPATAN NEGARA PADA MASA RASULULLAH,


PARA SAHABAT, BANI UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH

1. Pada Masa Rasulullah


sumber pemasukan negara. Ada beberapa sumber lain yang didapatkan oleh kaum
Muslim yaitu:
 Ghanimah
Ghanimah adalah harta rampasan perang yang didapatkan oleh umat Islam saat
memenangkan sebuah pertempuran. Dalam Surat Al Anfal pembagian Ghanimah
yakni 1/5 untuk Allah dan RasulNya. 4/5 untuk tentara yang ikut berperang. Sebagian
ulama berpendapat bahwa yang dimaksud untuk Allah SWT dan Rasulnya adalah
untuk kesejahteraan umum.
 Jizyah
Jizyah merupakan pajak yang dikenakan untuk Ahlul Kitab atau non muslim yang
hidup di negara Muslim. Jizyah dikenakan sebagai uang keamanan, juga sebagai
kontribusi ahlul kitab terhadap fiskal negara. Mengingat mereka tidak dikenai
kewajiban zakat dan wajib militer. Besarnya Jizyah adalah 1 dinar per tahun untuk
laki-laki dewasa. Adapun perempuan, pendeta, pengemis tidak dikenai Jizyah.
 Kharaj
Kharaj adalah pajak tanah yang dikenakan kepada non muslim yang berhasil
ditaklukan. Non Muslim tetap dipersilahkan mengelola tanah tersebut dengan
memberi kontribusi kepada negara. Kontribusi bagi negara berupa penyerahan
setengah hasil produksi kepada negara.
 'Usyur
Adalah tarif bea cukai yang dikenakan kepada barang impor dari luar negara Islam.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW telah terjadi ekspor impor barang perdagangan.
 Amwal Fadhilah
Harta orang muslim yang tidak mempunyai ahli waris atau orang murtad yang
meninggalkan hartanya begitu saja berhak menjadi milik negara.
 Wakaf
Pemberian dari seorang muslim kepada negara untuk dimanfaatkan hasilnya dengan
pokoknya yang tidak berkurang.

Sumber-sumber pendapatan negara terbagi atas 2 bagian yaitu:


 Sumber Pendapatan Primer
Pendapatan utama bagi negara dimasa Rasulullah saw adalah zakat dan ushr. Keduanya
berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat, fa'i atau pendapatan
yang didapat dengan cara damai. Di samping itu, infak, sedekah, dan wakaf. Selain
diperoleh dari pendapatan primer,dan ushr merupakan kewajiban agama dan termasuk
salah satu pilar Islam.

Pada masa rasulullah, zakat dikenakan pada hal-hak berikut:


 Benda logam yang terbuat dari emas seperti koin, perkakas, perhiasan atau dalam
bentuk lainnya.
 Benda logam yang terbuat dari perak seperti koin, perkakas, perhiasan, atau dalam
bentuk lainnya.
 Binatang ternak unta, sapi, domba, kambing.
 Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan.
 Hasil pertanian termasuk buah-buahan.
 Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh.
 Barang temuan.

 Sumber Pendapatan Skunder


Diantara sumber-sumber pendapatan skunder yang memberikan hasil adalah:
 Uang tebusan untuk para tawanan perang ( hanya khusus pada perang Badar, pada
perang lain tidak disebutkan jumlah uang tebusan tawanan perang ).
 Pinjaman-pinjaman ( setelah penaklukan kota Mekkah ) untuk pembayaran uang
pembebasan kaum muslimin dari Judhayma/ sebelum pertemuan Hawazin 30.000
dirham ( 20.000 dirham menurut Bukhari ) dari Abdullah bin Rabia dan pinjaman
beberapa pakaian dan hewan-hewan tunggangan dari Sufyan bin Umaiyah.
 Khums atas rikaz harta karun temuan pada periode sebelum islam.
 Amwal fadillah yaitu harta yang berasal dari harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim yang
meninggalkan negerinya.
 Wakaf yaitu harta benda yang didedikasikan oleh seorang muslim untuk kepentingan
agama Allah dan pendapatnya akan disimpan di Baitul mal.
 Nawaib yaitu pajak khusus yang dibebankan kepada kaum muslimin yang kaya raya
dalam rangka menutupi pengeluaaraan negera selama masa darurat.
 Zakat fitrah, zakat yang ditarik di masa bulan Ramadhan dan dibagi sebelum sholat
Idul Fitri.
 Bentuk lain sedekah seperti hewan qurban dan kifarat. Kifarat adalah denda atas
kesalahan yang dilakukan oleh seorang muslim pada acara keagamaan, seperti
berburu pada musim haji.

2. Pada Masa Khulafaur rasyidin


a. Abu Bakar
Setelah Rasulullah wafat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar
Ash-Shidiq, kebijakan pengumpulan pendapatan negara tetap dilakukan melalui
baitul maal. Pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq belum banyak perubahan dan inovasi
baru yang berkaitan dengan sektor ekonomi dan keuangan negara. pada masa Abu
Bakar Ash-Shidiq, pendapatan negara berasal dari infak, ghanimah, serta jizyah.
Pendapatan negara tersebut diberdayakan untuk menyejahterakan masyarakat secara
adil.

Selain itu, Abu Bakar Ash-Shidiq juga mengolah rikaz (barang tambang) seperti
emas, perak, perunggu, besi menjadi sumber pendapatan negara. Abu Bakar Ash-
Shidiq tidak mengubah kebijakan Rasulullah SAW tentang jenis dan kadar jizyah,
sehingga pada masa pemerintahannya, jizyah bisa berupa emas, perhiasan, pakaian,
kambing, onta, atau benda lain.

b. Umar bin Khatab


pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, didirikan baitul maal yang regular dan
permanen di ibu kota, yang kemudian dibangun cabang-cabangnya di ibu kota
provinsi. Pendapatan negara dalam baitul maal meningkat cepat. Khalifah Umar
melakukan banyak perubahan dari sisi kebijakan. masa Umar bin Khattab,
pendapatan negara diklasifikasikan menjadi empat bagian, yakni:
- Pendapatan dari zakat dan ushr yang dikenakan terhadap Muslim
Pendapatan ini didistribusikan dalam tingkat lokal jika kelebihan penerimaan
sudah disimpan di baitul maal pusat dan sudah dibagikan kepada delapan asnaf.
- Pendapatan dari khums dan sedekah
Pendapatan ini dibagikan kepada orang yang sangat membutuhkan dan fakir
miskin atau untuk membiayai kegiatan dalam mencari kesejahteraan tanpa
diskriminasi.
- Pendapatan kharaj, fa'i, jizyah, ushr, dan sewa tetap tahunan tanah-tanah yang diberikan
Pendapatan ini digunakan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan, serta
menutupi pengeluaran operasional administrasi, kebutuhan militer.
- Berbagai macam pendapatan yang diterima dari berbagai macam sumber
Pendapatan ini didistribusikan untuk para pekerja, pemeliharaan anak-anak
terlantar dan dana sosial lainnya.

c. Utsman bin Affan


Sedangkan pada masa Utsman bin Affan yang memerintah selama 12 tahun, di mana
pada enam tahun pertama pemerintahannya, Khalifah Utsman melakukan penataan
baru dengan mengikuti kebijakan Umar bin Khattab.

Dalam pengelolaan zakat, Utsman bin Affan mendelegasikan kewenangan


menaksirkan harta yang dizakati kepada pemiliknya untuk mengamankan zakat dari
berbagai gangguan dan masalah dalam pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh
beberapa oknum pengumpul pajak. Di samping itu, Utsman bin Affan berpendapat,
zakat dikenakan terhadap milik seseorang setelah dipotong seluruh utang.

d. Ali bin Abi Thalib


Adapun pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib terjadi perbaikan sistem
administrasi baitul maal. Khalifah Ali mengedepankan prinsip pemerataan kekayaan
negara kepada masyarakat.

Selama masa pemerintahannya, Ali bin Ali Thalib menetapkan pajak terhadap
pemilik hutan sebesar 4.000 dirham dan mengizinkan Gubernur Kufah Ibnu Abbas
memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan.
3. Pada Masa Bani Umayyah
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, ada 6 sumber pendapatan negara yang
dikelola oleh Khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan.

 Zakat
Zakat adalah pilar tatanan moneter Islam yang terpenting. Karena hal itu penetapannya
berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah (QS. Al-Bayyinah : 5) Pengumpulan dan
pembagian zakat diserahkan kepada Negara.
 Jizyah
Jizyah adalah harta yang dikutip negara dari ahli dzimmah. Ia adalah pajak atas ahli
dzimmah yang memenuhi syarat sebagai imbalan atas perlindungan negara kepadanya.
Jizyah merupakan pendapatan negara yang paten, berdasarkan QS. At-Taubah : 29.
 Kharaj
Kharaj memiliki makna khusus, yaitu pemasukan negara dari tanah yang ditaklukkan
oleh kaum muslimin dengan kekuatan dan diwakafkan oleh pemerintah untuk
kemaslahatan kaum muslimin selamanya. Khalifah Umar bin Khatab memiliki jasa
besar dalam mengatur Kharaj. Daulah Umayyah melanjutkan kebijakan Umar bin
Khatab. Pada masa Gubernur Irak Ubaidullah bin Ziyad, hasil kharaj di dataran rendah
Irak yang subur memiliki pendapatan 135 juta dirham dalam kurun waktu 54 sampai 66
H.
 Al-Usyur (sepersepuluh)
Al-Usyur adalah harta yang dipungut dari para pedagang yang melewati perbatasan
negeri Islam, baik yang masuk maupun yang keluar dari negara. Sekarang mirip dengan
bea cukai. Orang yang pertama kali menetapkan al-usyur adalah Umar bin Khatab.
Beliau memungutnya dalam prosentase 10% dari kafir harbi, setengahnya atas ahli
dzimmah, dan seperempatnya atas Muslim. Kebijakan tersebut dilanjutkan oleh
Khalifah daulah bani Umayyah.
 Ash-Shawafi
Ash-Shawafi adalah harta yang dipilih oleh pemimpin untuk Baitul Mal dari tanah fai',
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW atau dari negeri-negeri yang
ditaklukkan dengan kekuatan dengan hak seperlima, atau melalui kerelaan orang-orang
yang menakulukkanny, sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khatab.
 Seperlima harta rampasan perang
Harta rampasan perang adalah harta yang didapatkan oleh kaum muslimin melalui
peperangan sehingga kaum muslimin mengambilnya dengan kekuatan. Penaklukan pada
pemerintahan bani Umayyah meningkat, maka hal ini otomatis meningkatkan harta
rampasan perang sebagai sumber pendapatan negara. Soal perampasan harta perang,
para pemimpin daulah bani Umayyah mengikuti manhaj Umar bin Khatab. Yaitu harta
rampasan perang disisihkan seperlima dan sisanya dibagikan kepada pasukan yang ikut
dalam perang, sedangkan tanah ditetapkan sebagai fai' bagi kaum muslimin di samping
penetapan kharaj atasnya.

4. Pada Masa bani Abbasiyah


Sumber pendapatan yang paling utama adalah pajak dan zakat. Ada beberapa jenis pajak
yang berlaku, jenis pajak yang menajdi pendapatan utama adalah pajak tanah atau kharaj.
Zakat di bebankan atas tanah produktif, hewan ternak, emas, perak, barang dangangan.

Anda mungkin juga menyukai