Miftahul ‘Afif
Nim : 1901104010049
Mk : Kebijakan Fiskal Islam
Selain itu, Abu Bakar Ash-Shidiq juga mengolah rikaz (barang tambang) seperti
emas, perak, perunggu, besi menjadi sumber pendapatan negara. Abu Bakar Ash-
Shidiq tidak mengubah kebijakan Rasulullah SAW tentang jenis dan kadar jizyah,
sehingga pada masa pemerintahannya, jizyah bisa berupa emas, perhiasan, pakaian,
kambing, onta, atau benda lain.
Selama masa pemerintahannya, Ali bin Ali Thalib menetapkan pajak terhadap
pemilik hutan sebesar 4.000 dirham dan mengizinkan Gubernur Kufah Ibnu Abbas
memungut zakat terhadap sayuran segar yang akan digunakan.
3. Pada Masa Bani Umayyah
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, ada 6 sumber pendapatan negara yang
dikelola oleh Khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan.
Zakat
Zakat adalah pilar tatanan moneter Islam yang terpenting. Karena hal itu penetapannya
berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah (QS. Al-Bayyinah : 5) Pengumpulan dan
pembagian zakat diserahkan kepada Negara.
Jizyah
Jizyah adalah harta yang dikutip negara dari ahli dzimmah. Ia adalah pajak atas ahli
dzimmah yang memenuhi syarat sebagai imbalan atas perlindungan negara kepadanya.
Jizyah merupakan pendapatan negara yang paten, berdasarkan QS. At-Taubah : 29.
Kharaj
Kharaj memiliki makna khusus, yaitu pemasukan negara dari tanah yang ditaklukkan
oleh kaum muslimin dengan kekuatan dan diwakafkan oleh pemerintah untuk
kemaslahatan kaum muslimin selamanya. Khalifah Umar bin Khatab memiliki jasa
besar dalam mengatur Kharaj. Daulah Umayyah melanjutkan kebijakan Umar bin
Khatab. Pada masa Gubernur Irak Ubaidullah bin Ziyad, hasil kharaj di dataran rendah
Irak yang subur memiliki pendapatan 135 juta dirham dalam kurun waktu 54 sampai 66
H.
Al-Usyur (sepersepuluh)
Al-Usyur adalah harta yang dipungut dari para pedagang yang melewati perbatasan
negeri Islam, baik yang masuk maupun yang keluar dari negara. Sekarang mirip dengan
bea cukai. Orang yang pertama kali menetapkan al-usyur adalah Umar bin Khatab.
Beliau memungutnya dalam prosentase 10% dari kafir harbi, setengahnya atas ahli
dzimmah, dan seperempatnya atas Muslim. Kebijakan tersebut dilanjutkan oleh
Khalifah daulah bani Umayyah.
Ash-Shawafi
Ash-Shawafi adalah harta yang dipilih oleh pemimpin untuk Baitul Mal dari tanah fai',
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW atau dari negeri-negeri yang
ditaklukkan dengan kekuatan dengan hak seperlima, atau melalui kerelaan orang-orang
yang menakulukkanny, sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khatab.
Seperlima harta rampasan perang
Harta rampasan perang adalah harta yang didapatkan oleh kaum muslimin melalui
peperangan sehingga kaum muslimin mengambilnya dengan kekuatan. Penaklukan pada
pemerintahan bani Umayyah meningkat, maka hal ini otomatis meningkatkan harta
rampasan perang sebagai sumber pendapatan negara. Soal perampasan harta perang,
para pemimpin daulah bani Umayyah mengikuti manhaj Umar bin Khatab. Yaitu harta
rampasan perang disisihkan seperlima dan sisanya dibagikan kepada pasukan yang ikut
dalam perang, sedangkan tanah ditetapkan sebagai fai' bagi kaum muslimin di samping
penetapan kharaj atasnya.