Anda di halaman 1dari 15

Keuangan Publik Islam

Muhammad Muallifurrahmi Arramidly


Keuangan Publik

Keuangan Publik adalah bagian dari ilmu


ekonomi yang mempelajari aktivitas
financial pemerintah. Keuangan publik
menjelaskan belanja publik dan teknik-
teknik yang digunakan oleh Pemerintah
untuk membiayai belanja tersebut.
Keuangan Publik Islam

Dalam keuangan Islam, kebijakan keuangan yang ada harus


disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu
pemerintahan yang islami. Terdapat perbedaan yang mendasar
dari tujuan kegiatan ekonomi dalam ekonomi konvensional
dengan ekonomi Islam. Tujuan ekonomi konvensional lebih
bersifat material dan tidak mempertimbangkan aspek-aspek
‘immaterial’. Segala analisis ditujukan untuk mengukur hasil
kegiatan tersebut dari sudut pandang keduniaan saja. Sementara
ekonomi Islam memiliki tujuan yang sangat komprehensif yang
menyangkut aspek material dan spiritual baik untuk kehidupan di
dunia maupun kehidupan di akhirat.
Sejarah Keuangan Publik Islam

Dalam perjalanan sejarah Islam telah dikenal beberapa


sumber pendapatan dan keuangan Negara, menurut
Wahhab Khalaf sumber sumber pendapatan Negara dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Dawriyyah yaitu yang bersifat rutin


2. Ghairu Dawriyyah yaitu yang bersifat tidak rutin
Dawriyyah & Ghairu Dawriyyah

Pendapatan rutin ini terdiri dariZakat, Kharaj, Jizyah, dan


‘usyur sedangkan pendapatan tidak rutin ialah termasuk
pendapatan yang tidak terduga adalah seperti Ghanimah ,
Fa’i , ma’din dan Rikaz serta harta peninggalan pewaris
yang tidak memiliki ahli waris, harta temuan dan segala
harta yang tidak diketahui secara pasti siapa pemiliknya.
Zakat

• Menurut Abu Yusuf penerimaan negara dari sektor zakat dibedakan menjadi dua.  Pertama,  zakat pertanian
dimana jumlah pembayaran zakat pertanian adalah sebesar usyr, yaitu 10 persen dan 5 persen tergantung dari
jenis tanah dan irigasi.
• Adapun yang termasuk kategori tanah ‘usyriyah menurut  Abu Yusuf adalah:
a). Lahan yang termasuk jazirah arab, meliputi Hijaz, Makkah, Madinah dan Yaman.
b). Tanah tandus atau mati yang dihidupkan kembali oleh orang Islam.
c). Setiap tanah taklukan yang dibagikan kepada tentara yang ikut berperang, seperti kasus tanah khaibar.
d). Tanah yang diberikan kepada orang Islam, seperti tanah yang dibagikan melalui institusi kita kepada orang-
orang yang berjasa bagi Negara.
e). Tanah yang dimiliki oleh orang Islam dari Negara, seperti tanah sebelumnya dimiliki oleh raja-raja Persia dan
keluarganya, atau tanah yang ditinggalkan oleh musuh yang terbunuh atau melrikan diri dari peperangan.
• Kedua, objek zakat dari hasil mineral atau barang tambang lainnya. Abu Yusuf dan Ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa standar zakat untuk barang-barang tersebut, tarifnya seperti ghanimah 1/5 atau 20persen dari total
produksi.
Kharaj

Kharaj adalah pajak tanah yang dipungut dari non


Muslim. Menurut Abu Yusuf, tanah yang akan dikenai
pajak dibagi menjadi tiga macam yakni; tanah wilayah
lain (di luar Arab) yang berada di bawah kekuasaan
Islam; Wilayah yang berada di bawah perjanjian damai;
dan tanah dari penaklukan.
Jizyah

Jizyah  dalam   ilmu   fiqh  berarti   pajak   kepala   atau   pajak


perseorangan   yang   dikeluarkan   terhadap   orang-orang non-
muslim  tertentu  yang telah  mengikat  perjanjian dengan
pemerintah.

Dengan kata  lain, jizyah merupakan  pajak  per kepala  yang


dipungut  oleh pemerintah islam dari orang laki-laki  non-islam, 
merdeka, baligh, berakal, sehat,  dan kuat, sebagai imbalan bagi
keamanan diri mereka.
Usyur

Usyur merupakan hak kaum muslim yang diambil dari harta


perdagangan ahl jimmah dan penduduk kaum Harbi yang melewati
perbatasan Negara Islam. Usyur dibayar dengan cash atau barang.
Tarifusyur ditetapkan sesuai dengan status pedagang. Jika ia
Muslim maka ia akan dikenakan zakat pedagang sebesar 2,5 persen
dari total barang yang dibawanya. Sedangkan ahl jimah dikenakan tarif
5 persen, kafir harbi dikenakan tarif 10 persen.
Ghanimah

Ghanimah adalah segala sesuatu yang dikuasai oleh


kaum Muslim dari harta orang kafir melalui
peperangan. Dikatakan Abu Yusuf bahwa ghanimah
merupakan sumber pemasukan Negara. Pemasukan
dari ghanimah tetap ada dan menjadi bagian yang
penting dalam keuangan publik. Akan tetapi, karena
sifatnya yang tidak rutin, maka ini dapat digolongkan
sebagai pemasukan yang tidak tetap bagi Negara.
Fa’i

• Fa’i adalah segala sesuatu yang dikuasai kaum Muslimin dari harta


orang kafir tanpa peperangan, temasuk harta yang mengikutinya, yaitu
kharaj tanah tersebut,jizyah perorangan danusyur dari perdagangan.

• Semua hartafa’i dan harta- harta yang mengikutinya berupakharaj ,


jizyah danusyur merupaka harta yang boleh dimanfaatkan oleh kaum
muslimin dan disimpan dalam Baitulmaal, semuanya termasuk
kategori pajak dan merupakan sumber pendapatan tetap bagi Negara,
harta tersebut dapat dibelanjakan untuk memelihara dan mewujudkan
kemaslahatan Umat.
Ma'din

Ma'din  (barang tambang) adalah segala benda


berharga yang ditemukan dari perut bumi, seperti
emas, perak, permata, besi, timah, tembaga, dll.
 Menurut Imam Syafi'i dan Imam Malik,  ma'din  yang
wajib dizakati hanya jenis emas dan perak. Selain
emas atau perak tidak wajib dizakati. Apabila telah
mencapai nishob maka wajib dizakati sebanyak 2,5%,
dan zakat dikeluarkan pada saat barang tambang itu
diperoleh sehingga tidak perlu menunggu sampai
satu tahun.
Rikaz & Luqathah

Rikaz  (harta terpendam) adalah harta pendaman kafir jahiliah (orang-


orang sebelum datangnya Islam). Menurut Imam Syafi'i dan Imam
rikaz  yang wajib dizakati hanya jenis emas dan perak. Selain
Malik, 
emas atau perak tidak wajib dizakati.
Luqathah  menurut syara' ialah harta yang tersisa/hilang dari
pemiliknya sebab jatuh atau kelalaian/kelengahan dan yang
semacamnya. Bila ada seseorang, baik ia sudah baligh/dewasa atau
belum, orang Islam atau bukan, fasiq atau tidak, menemukan/
menjumpai barang temuan di jalan, maka baginya boleh mengambil
barang tersebut atau meninggalkannya, itupun jika orang yang hendak
mengambil dapat dipercaya menjaga/menjalankan barang temuan
Kebijakan Fiskal Konvensional

• Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk


mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan
pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Instrumen utama kebijakan fiskal
adalah pengeluaran dan pajak. Pemerintah yang menjalankan kebijakan
fiskal dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian atau
dengan perkataan lain, dengan kebijakan fiskal pemerintah berusaha
mengarahkan jalannya perekonomian menuju keadaan yang
diinginkannya. Dengan melalui kebijakan fiskal, antara lain pemerintah
dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi
kesempatan kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi
nasional, dan dapat mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.
Kebijakan Fiskal Islam
Tidak seperti kebijakan fiskal konvensional, di mana suatu pemerintahan dapat
mempengaruhi kegiatan perekonomian melalui berbagai insentif dalam tarif pajak
maupun besarnya ‘tax. base’ dari suatu kegiatan perekonomian, maka dalam
sistem zakat, segala ketentuan tentang besarnya ‘tarif’ zakat sudah ditentukan
berdasarkan petunjuk dari Rasulullah. Oleh karena itu, kebijakan zakat sangat
berbeda dengan kebijakan perpajakan.

Zakat merupakan komponen utama dalam sistem keuangan publik sekaligus


merupaka kebijakan fiskal yang utama dalam sistem ekonomi Islam. Zakat
merupakan kegiatan yang bersifat wajib bagi seluruh umat Islam. Walaupun
demikian masih ada komponen lainnya, yang bersifat sukarela, yang dapat
dijadikan sebagai unsur lain dalam sumber penerimaan negara. Komponen-
komponen sukarela ini terkait dikaitkan dengan tingkat ketaqwaan seseorang.

Anda mungkin juga menyukai