Anda di halaman 1dari 6

Kebijakan Fiskal dalam Islam

Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam

Dosen : Ibu Patimatu Jahra, S.Ag, M.Si

Menjelaskan Kebijakan Fiskal dalam Islam, Konsep dan Bentuk Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin
Pengeluaran Pemerintah dan Utang Pemetintah

Disusun oleh:

Nama : Rizky Fadillah


NIM : 200105010154
Jurusan : Ekonomi Syariah Local A 2020

Kebijakan Fiskal Dan Islam

Pendahuluan
Kebijakan fiskal diartikan sebagai langkah-langkah pemerintah untuk membuat
perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya yang bertujuan
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno, 2006:184).
Kebijakan fiskal dianggap sebagai alat untuk mengatur dan mengawasi perilaku manusia
yang dipengaruhi melalui insentif yang disediakan dengan meningkatkan pemasukan
pemerintah (melalui perpajakan, pinjaman atau jaminan terhadap pengeluaran pemerintah).
Kebijakan fiskal dalam suatu negara tentulah diharapkan sesuai dengan prinsip dan nilai-nilai
Islam karena tujuan pokok agama Islam adalah mencapai kesejahteraan umat manusia secara
keseluruhan (Rozalinda, 2014:210).
Kebijakan fiskal islami dengan konvensional sebenarnya memiliki kesamaan dalam segi
tujuan secara umum, yaitu sama-sama menganalisis dan membuat kebijakan ekonomi.Tujuan
dari semua aktivitas ekonomi -bagi semua manusia- adalah untuk memaksimumkan
kesejahteraan hidup manusia, dan kebijakan publik adalah suatu alat untuk mencapai tujuan
tersebut. Meskipun antara kebijakan fiskal islami dan konvensional ada kesamaan, namun
keduanya memiliki perbedaan yang sangat prinsipil. Jika dalam sistem konvensional, konsep
kesejahteraan hidup yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum
bagi individu dalam kehidupan tanpa memandang kebutuhan spiritual manusia, maka dalam
sistem Islam konsep kesejahteraannya sangat luas, meliputi kehidupan di dunia dan di akhirat
serta peningkatan spiritual lebih ditekankan daripada pemilikan material. Dapat dipahami,
kebijakan fiskal dalamIslam bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarakat yang
didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-nilai materil dan
spirituil pada tingkat yang sama.

1. Definisi dan Konsep Kebijakan Fiskal Dalam Islam


Dalam konsep ekonomi Islam, kebijaksanaan fiskal bertujuan untuk mengembangkan
suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan
nilai-nilai material dan spiritual pada tinggat yang sama
Kebijakan fiskal mendapat perhatian serius dalam tatanan perekonomian Islam sejak
awal. Dalam negara Islam, kebijaksanaan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk
mencapai tujuan syariah. Tujuan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan dengan tetap
menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan, dan kepemilikan. Prinsip Islam
tentang kebijakan fiskal dan anggaran belanja bertujuan untuk mengembangkan suatu
masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan nilai-
nilai material dan spritual pada tingkat yang sama.
Kebijakan Fiskal Islami Kebijakan fiskal menurut ekonomi Islam diharapkan
melaksanakan fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi dalam suatu negara yang mempunyai
ciri khas tertentu dari nilai orientasi, dimensi etik dan sosial dalam pendapatan dan
pengeluaran negara Islam.Sistem perpajakan Islam harus menjamin bahwa hanya golongan
kaya dan makmur yang mempunyai kelebihanlah yang memikul beban utama pajak.

2. Adapun Bentuk Kebijakan Fiskal Dalam Islam


Adapun ciri kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam adalah (Rozalinda, 2014:211):
1. Pengeluaran negara dilakukan berdasarkan pendapatan, sehingga jarang terjadi defisit
anggaran.
2. Sistem pajak proporsional, pajak dalam ekonomi Islam dibebankan berdasarkan tingkat
produktifitas. Misalnya kharaj, besarnya pajak ditentukan berdasarkan tingkat
kesuburan tanah, metode irigasi maupun jenis tanaman.
3. Penghitungan zakat berdasarkan hasil keuntungan bukan pada jumlah barang. Misalnya
zakat perdagangan, yang dikeluarkan zakatnya adalah hasil keuntungan, sehingga
tidak ada pembebanan terhadap biaya produksi.

A. Ziswa merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam kebijakan fiscal Ziswa


merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam kebijakan fiskal. Unsur-unsur tersebut
ada yang bersifat wajib seperti zakat ada pula yang bersifat sukarela seperti sedekah,
infak dan wakaf. Dalam konsep ekonomi Islam, kebijaksanaan fiskal bertujuan untuk
mengembangkan suatu masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang
dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tinggat yang sama. Tujuan
utama dari kegiatan zakat berdasarkan sudut pandang sistem ekonomi adalah
menciptakan distribusi pendapatan menjadi lebih merata. Dalam sistem ekonomi
konvensional, unsur utama dari kebijakan fiskal adalah unsur-unsur yang berasal dari
berbagai jenis pajak sebagai sumber penerimaan pemerinta dan unsur-unsur yang
berkaitan dengan variabel pengeluaran pemerintah. Tidak seperti kebijakan fiskal
konvensional, dimana suatu pemerintahan dapat memengaruhi kegiatan perekonomian
melalui insentif dalam pajak maupun besarnya ‘tax base’ dari suatu kegiatan
perekonomian, maka dalam sistem zakat, segala ketentuan tentang besarnya ‘tarif’ zakat
sudah ditentukan berdasarkan petunjuk dari Rasulullah. Oleh karena itu, kebijakan zakat
berbeda dengan kebijkan perpajakan

B. Zakat merupakan komponen utama dalam sistem keuangan publik sekaligus kebijakan
fiskal yang utama dalam sistem ekonomi Islam. Zakat merupakan kegiatan yang bersifat
wajib bagi seluruh umat Islam. Sumber-sumber keuangan pemerintah di luar zakat dapat
ditentukan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan syariah yang ada. Sumber-
sumber keuangan baru dapat dibentuk setelah melalui proses kajian fikih, yaitu dengan
mempertimbangkan ketentuan ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran an Hadis.
zakat sesungguhnya merupakan instrumen fiskal Islami yang sangat luar biasa
potensinya. Potensi zakat ini jika digarap dengan baik, akan menjadi sumber pendanaan
yang sangat besar, sehingga dapat menjadi kekuatan pendorong pemberdayaan ekonomi
umat dan pemerataan pendapatan. Ujung dari semua itu akan bermuara pada
meningkatnya perekonomian bangsa. ada masa kenabian hingga masa kekhalifahan,
kaum muslimin cukup berpengalaman dalam menerapkan beberapa instrument sebagai
kebijakan fiskal yang diselenggarakan pada lembaga baitulmal.Sejarah Islam telah
mencatat bagaimana perkembangan peran kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam,
mulai dari zaman awal Islam sampai kepada puncak kejayaan Islam pada zaman
pertengahan.Setelah zaman pertengahan, seiring dengan kemunduran-kemunduran dalam
pemerintahan Islam yang ada pada waktu itu, maka kebijakan fiskal islami sedikit demi
sedikit mulai ditinggalkan dan digantikan dengan kebijakan fiskal lainnya dari sistem
ekonomi sekarang yang dikenal dengan sistem ekonomi konvensional.

3. Kebijakan Fiskal pada masa Rasulullah


Ketika itu negara tidak mempunyai kekayaan apa pun, karena sumber penerimaan negara
hampir tidak ada. Segala kegiatan Rasulullah dalam awal masa pemerinthan dilakukan
berdasarkan keikhlasan sebagai bagian dari kegiatan dakwah yang ada. Umumnya para
sahabat tidak meminta balasan meterial dari segala kegiatan mereka dalam dakwah teresebut.
Dalam masa Rasulullah juga sudah terdapat jizyah yaitu pajak yang dibayarkan oleh
orang nonmuslim khususnya ahli kitab, untuk jaminan perlindungan jiwa, properti, ibadah,
bebas dari nilai-nilai, dan tidak wajib militer. Tujuannya adalah kebersamaan dalam
menanggung beban negara yang bertugas memberikan perlindungan, keamanan dan tempat
tinggal bagi mereka dan juga sebagai dorongan kepada kaum kafir untuk masuk Islam.

4. Kebijakan Fiskal Pada Masa Khulafaur Rasyidin


Khalifah Usman Bin Affan (47 SH-35 H/577-656 M)
Kebijakan yang dilakukan Usman :
a. Pembangunan pengairan
b. Pembentukan organisasi kepolisian untuk menjaga keamanan perdangan
c. Pembangunan gedung pengadilan, guna penegakan hukum
d. Kebijakan pembagian lahan luas milik raja persia kepada individu dan hasilnya
mengalami peningkatan bila dibandingkan pada masa Umar dari 9 juta menjadi 50
juta dirham.
e. Selama enam tahun terakhir dari pemerintahan usaman situasi politik negara sangat
kacau. Kepercayaan terhadap pemerintah Usman mulai berkurang dan puncaknya
rumah Usman dikepung dan beliau dibunuh dalam usia 82 tahun.
Khalifah Ali Bin Abi Talib
Beberapa perubahan kebijakan yang dilakukan pada masa Ali :
a. Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada baitulmal berbeda dengan Umar
yang menyisihkan untuk cadangan
b. Pengeluaran angkatan laut dihilangkan
c. Adanya kebijakan pengetatan anggaran

5. Pengeluaran Pemerintah dan Utang Pemetintah


Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
a. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah kebijakan
pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna
memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan
ekonomi sedang resesif.
b. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian
pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan
tekanan permintaan.
KETERANGAN EKONOMI ISLAM EKONOMI KONVENSIONAL

ANGGARAN 1. Kharaj 1. Membuka Usaha Baru


2. Zakat 2. Memungut Pajak
PENDAPATAN
3. Khums 3. Meminjam Uang
4. Jizya
5. Penerimaan Lain
1. Penyebaran Islam 1. Jenis
BELANJA NEGARA 2. Pendidikan & - Wasteful Spending
Kebudayaan
- Productive Spending
3. Pengembangan Ilmu
Pengetahuan - Transfer Spending
4. Pembangunan Armada 2. Sifatnya
Perang dan keamanan - Temporary Spending
5. Penyediaan layanan - Permanen Spending
kesejahteraan sosial

APBN

Anda mungkin juga menyukai