Anda di halaman 1dari 31

SETRATEGI KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DI INDONESIA

UNTUK MENGHADAPI RESESI DI TAHUN 2023

MAKALAH

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Islam

Dosen Pengampu : Miftahur Rahman, SHI.,M.S.I

Nama : Latif Nur Hidayatulloh

NIM : 022000179

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

JURUSAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NAWAWI

PURWOREJO

2023
A. LATAR BELAKANG

Negara berperan untuk mengatur kegiatan ekonomi agar terjaga stabilitas


ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya sehingga tidak mengalami kemiskinan dan
pengangguran. Dalam konsep Islam pemerintah bertanggung jawab atas
kesejahteraan kehidupan seluruh warganya di berbagai bidang, terutama bidang
ekonomi yang menjadi tulang punggung kehidupan. Campur tangan negara
merupakan suatu bentuk tanggung jawab negara dalam menjamin kemaslahatan
rakyat.

Negara adalah pemegang otoritas tertinggi dalam merumuskan suatu


kebijakan. Kebijakan pemerintah yang kerapkali bersinggungan langsung dan
mempengaruhi iklim aktivitas masyarakat adalah kebijakan di bidang ekonomi.
Salah satu kebijakan penting yang berada di dalam otoritas pemerintah adalah
kebijakan fiskal, dimana negara berperan dalam mengatur kegiatan ekonomi agar
tetap terjaga stabilitas dan kesejahteraan rakyatnya, sehingga dapat membantu
untuk mengatasi dari persoalan fundamental kemiskinan dan pengangguran.
Paling tidak, fungsi Pemerintah dalam perekonomian nasional yaitu melakukan
upaya untuk meningkatkan efisiensi perekonomian nasional, meningkatkan
keadilan berkenaan dengan distribusi pendapatan antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat, mengusahakan stabilitas ekonomi serta mengatur perpajakan
dan pengeluaran negara.

Suatu negara yang sedang melaksanakan pembangunan, terutama dalam


bidang ekonomi, membutuhkan kebijakan yang tepat untuk mencapai sasaran
yang diinginkan. Salah satu kebijakan yang dapat digunakan adalah kebijakan
moneter. Kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang menekankan pada
sisi perubahan Jumlah Uang Beredar (JUB).

2
Peningkatan kasus COVID-19 menjadi perhatian setiap negara. Setiap
negara berupaya menerapkan kebijakan untuk memotong rantai penularan dari
virus ini. Pembatasan aktivitas seperti transportasi, karantina wilayah, pembatasan
mobilitas orang menjadi contoh dari kebijakan yang diambil untuk memotong
rantai perluasan COVID-19. Pembatasan yang dilakukan ternyata juga
memberikan dampak terhadap aktivitas ekonomi yang kemudian juga berdampak
pada perekonomian negara.

Kasus COVID-19 menjadi perhatian setiap negara saat ini dikarenakan


kasus ini tidak hanya berdampak pada krisis kesehatan, namun dalam
perkembangannya kasus ini membawa dampak ekonomi yang berbeda antara satu
dengan negara lain. Sehubungan dengan dampak ekonomi, secara global kasus ini
akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan bahwa
secara global akan terjadi kontraksi PDB sebesar 5,2 persen. Persoalan ini
memberikan dampak yang lebih jauh terhadap penurunan investasi, masalah sosial
seperti meningkatnya angka pengangguran. Hal ini tentu saja tidak mudah bagi
setiap negara untuk mengambil kebijakan dalam mengatasi krisis kesehatan dan
kebijakan pemulihan ekonomi dalam waktu bersamaan. Negara berkembang,
misalnya, akan dihadapkan dengan sejumlah tantangan seperti penurunan kinerja
perdagangan, infrastruktur kesehatan yang membutuhkan dukungan besar dalam
menyikapi kasus COVID-19, penurunan aliran modal bahkan peningkatan utang
(World Bank, 2020).1

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud kebijakan fiskal?

2. Apa yang di maksud kebijakan moneter ?

3. Apa yang di maksud resesi itu ?

4. Apa penyebab Resesi di suatu Negara?

1
J. Madani., Vol. 4, No. 1, Maret 2021

3
C. PEMBAHASAN
1. Kebijakan Fiskal
a) Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah suatu komponen kebijakan publik,
yang merupakan tindakan kebijaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah, yang berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran
uang.2
Menurut Wolfson, kebijakan fiskal merupakan tindakan-
tindakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan umum
melalui kebijakan penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
mobilisasi sumberdaya dan penentuan harga barang dan jasa dari
perusahaan.Yang dimaksud disini menyangkut pengelolaan
pengeluaran dan penerimaan Negara yang dilakukan oleh
pemerintah suatu negara. Kebijakan fiskal dalam negara Indonesia
tercermin dari APBN, dimana dapat mengatur inflasi agar tidak
terjadi krisis moneter, membangun ekonomi dengan pertumbuhan
yang signifikan dan merata. Pertumbuhan ekonomi sangat
berpengaruh pada kebijakan fiskal yang terwujud dalam APBN.
Ketika APBN digunakan sesuai dengan waktu dan tempat yang
tepat maka inflasi akan terkendali dengan baik sehingga
berdampak pada pertumbuhan yang signifikan dan merata dalam
ruang lingkup makro yaitu negara.
Secara konvensional kebijakan fiskal dimaksudkan sebagai
alat rekayasa pemerintah dalam perekonomian yang menganut
mekanisme pasar bebas yang diharapkan dapat mempengaruhi
jalannya aktvitas perekonomian suatu negara.3 Kebijakan fiskal
adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan

2
Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), h. 46
3
Ali Murtadho, “Konsep Fiskal Islam dalam Perspektif Historis”, Economica, Vol. IV, Edisi 1, Mei
2013, h. 35

4
mengubah penerimaan danpengeluaran pemerintah4Atau
merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang
anggaran belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi
jalannya perekonomian.5 Dapat diartikan kebijakan fiskal adalah
penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran pemerintah
sebagaimana ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara yang disingkat APBN untuk mencapai kestabilan ekonomi
yang dikehendaki pada umumnya ditetapkan dalam rencana
pembangunan.6 Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan penggunaan pajak, pinjaman masyarakat,
pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan stabilitas
atau pembangunan sehingga terbentuk modal dan laju
pertumbuhan ekonomi yang berjalan secara baik. Dasar kebijakan
fiskal secara umum bertujuan untuk pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan. Akan tetapi, kesejahteraan dalam Islam mencakup
kesejahteraan material dan spiritual. Oleh karena itu, nilai-nilai
moral harus selalu mendasari dalam setiap kebijakan fiscal
Perbedaan substansial antara Islam dengan konvensional
dalam kebijakan fiskal adalah tidak adakebijakan moneter yang
memakai alat suku bunga, khususnya dalam peran dan manajemen
dari kewajiban hutang publik.Seluruh mekanisme pinjaman (loan)
dalam Islam diproses dengan bebas bunga (free – interest).
Penekanan dalam sistem Islammengenai kebijakan pembelanjaan
berorientasi pada keadilan dan bukan kepada pinjaman.
Bandingkan dengan sistem berbasis bunga yang menitikberatkan
varian problematika pada keefisienan dan ketidakefisienan, atau
usaha-usaha menguntungkan dan tidak menguntungkan. Artinya
variasi- variasi sistem bunga relatif terbatas dan jarang yang secara

4
Ani Sri Rahayu, Pengantar Kebijakan Fiskal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 1
5
M. Nur Rianto Al-Arif, Teori Makroekonomi Islam, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 149
6
I. Wayan Sudirman, Kebijakan Fiskal dan Moneter: Teori dan Empirikal, (Jakarta: Kencana,
2011), h. 2

5
khusus didasarkan pada penerapan kriteria efisiensi dalam bidang
ekonomi yang secara informal memiliki sektor moneter yang
sangat luas dan terorganisasi.
Walaupun dalam beberapa tujuan hampir sama dengan
kebijakan fiskal antara ekonomi Islam dengan ekonomi modern
seperti dalam aspek keseimbangan, pertumbuhan dan pembagian
yang adil. Akan tetapi, Islam mengaplikasikannya dengan tujuan
untuk menerjemahkan aspek dan nilai hukum Islam. Seperti
penetapan Islam terhadap kewajiban zakat merupakan bukti
realisasi dari layanan Islam. Juga larangan Islam terhadap
pembayaran dalam segala model pinjaman (loan) dengan
mekanisme bunga, membuktikan bahwa ekonomi Islam tidak dapat
dimanipulasi oleh pekerjaan dengan perhitungan suku bunga
tersebut untuk dapat mencapai keseimbangan dalam pasar uang.
Tanggung jawab negara (pemerintah) untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kemaslahatan warga memerlukan anggaran yang
memadai, berikut merupakan sumber pendapatandan pengeluaran
pemerintah dalamsistem ekonomi konvensional dan ekonomi
Islam, diantaranya:
1) Sistem Ekonomi Konvensional
Dalam sistem ekonomi konvensional, sumber penerimaan
pemerintah terdiri dari tiga bagian yaitu dana yang merupakan
sumber penerimaan primer, berasal dari pungutan pajak, terdiri
dari pajak dalam negeri (pajak penghasilan, perseroan,
pertambahan nilai , penjualan dan sebagainya) dan pajak
perdagangan internasional. Kemudian, penerimaan negara
bukan pajak, terdiri dari penerimaan sumber daya alam, bagian
pemerintah atas laba BUMN dan penerimaan negara bukan
pajak lainnya. . Selain itu, hibah atau bantuan dan pinjaman
luar negeri. Bukan hanya itu, APBN dalamsistem ekonomi
konvensional sangat mengandalkan pajak dari rakyat dan

6
hutang, terutama dari luar negeri jika tidak mencukupi. Hal ini
bisa dilihat dari Pendapatan Negara dan Hibah dalam APBN-P
2009 Indonesia sebesar Rp 848 triliun, dimana 68 persennya
adalah dari pajak yaitu sebesar Rp 609,2 triliun. APBN dalam
sistemsekular, pemasukan dari berbagai sumber dilebur
menjadi satu tanpa melihat dari mana asalnya apakah dari
kepemilikan umum atau negara dan memang demikian adanya
aturannya. Setelah semua pemasukan dilebur menjadi satu,
baru digunakan untuk berbagai pembiayaan negara.
2) Sistem Ekonomi Islam
Dalam Islam, walaupun pola anggaran negara hampir sama
dengan perekonomian konvensional, namun penggalian sumber
dana didasarkan pada syariah. Terhadap peraturan pendapatan
publik, Rasulullah merupakan kepala negara pertama yang
memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara pada
abad ketujuh, yakni semua hasil pengumpulan negara harus
dikumpulkan terlebih dahuu kemudian dibelanjakan sesuai
dengan kebutuhan negara. Status harta tersebut adalah milik
negara dan bukan milik individu.
Mengenai sumber pendapatan negara dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok: Pertama, bersumber dari kalangan
muslim (zakat, zakat fitrah, wakaf, nawaib,sedekah dan amwal
fadla). Kedua, penerimaan yang bersumber dari kalangan
nonmuslim seperti jizyah, kharaj dan ‘ushur. Dan ketiga,
penerimaan dari sumber lain seperti ghanimah, fai’, uang
tebusan, hadiah dari pimpinan negara lain dan pinjaman
pemerintah baik dari kalangan muslim maupun nonmuslim.
Terkait kebijakan pengeluaran pemerintah, pengendalian
anggaran yang efisien dan efektif merupakan landasan pokok
dalam kebijakan pengeluaran pemerintah, yang dalam ajaran
Islam dipandu oleh kaidah-kaidah syariah dan penentuan skala

7
prioritas. Para ulama terdahulu telah memberikan kaidah-
kaidah umum yang didasarkan dari al-Qur’an dan al- Sunnah
dalam memandu kebijakan belanja pemerintah.
2. Peranan Kebijakan Fiskal dalamSebuah Negara
Kebijakan fiskal adalah komponen penting bagi kebijakan
publik. Kebijakan publik adalah suatu alat untuk mencapai
kesejahteraan hidup manusia.7 Peranan kebijakan fiskal dalam
ekonomi ditentukan oleh keterlibatan pemerintah dalamaktivitas
ekonomi, yang khususnya kembali ditentukan oleh tujuan sosio-
ekonomi, komitmen ideologi dan hakikat sistem ekonomi. Pada
sistemekonomi sekuler konsep kesejahteraan hidup adalah dibatasi
untuk mendapatkan keuntungan maksimumbagi individu di dunia.
Di dalamIslam, konsep kesejahteraan adalah luas, meliputi
kehidupan di dunia dan akhirat dan peningatan spiritual lebih
ditekankan daripada kepemilikan material. Kebijakan fiskal
dalamekonomi kapitalis berperan sebagai:
a. Alokasi Sumber Daya
Dalam hal pengalokasian, maka digunakan
untuk apa saja sumber – sumber keuangan Negara
Pengalokasian sumber daya yang merupakan
sumber kesejahteraan pada tujuan kebijakan fiskal
tidak boleh dipraktikkan sebagaimana pada sumber
pendapatan lain. Tidak dibenarkan pengalokasian
sumber daya untuk kebijakan pengeluaran yang
israf, yaitu kebijakan tidak terdimensi substansial
dan tidak untuk kepentingan rakyat. Pengalokasian
kebijakan fiskal mencakup sektor individu (private
sector) dan sektor publik (public sector), yang
kesemuanya harus sesuai dengan syariah dan dalam

7
Muhammad, Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Salemba Empat,
2002), h. 197

8
konteks pemanfaatan sumber daya harus
mempertimbangkan kepentingan generasi
berikutnya.8 Pencapaian beragam kebutuhan dalam
skala individu, pemerintah harus memperhatikan
kebutuhan asasi (basic needs) setiap individu, seperti
kebutuhan pangan, sandang dan papan. Pada kondisi
tertentu, seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokoknya, maka negara wajib menjamin kebutuhan
pokok tersebut. Dalam skala umum (sektor publik),
pemerintah menyediakan fasilitas-fasilitas
masyarakat umum. Seperti jalan-jalan, jembatan,
sungai-sungai, pendidikan, keamanan dan juga
pertahanan.Dengan demikian, pembahasan
mengenai kebutuhan pokok, sebenarnya tidak hanya
sebatas papan, pangan dan sandang saja, namun
kebutuhan-kebutuhan lain seperti pendidikan dan
kesehatan juga merupakan kebutuhan yang tidak
boleh diabaikan. Bahkan, dalam sistemIslam, negara
wajib menyempurnakan sektor pendidikan melalui
sistempendidikan bebas biaya bagi seluruh
rakyatnya dan negara berkewajiban pula untuk
menjamin semua yang dibutuhkan.
Dalampencapaian tujuan dari berbagai kewajiban
negara baik dalam sektor publik atau non publik,
kesemuanya harus berjalan secara komprehen Harus
ditekankan bahwa kebijakan fiskal dalamperspektif
Islam tidak bebas nilai, namun harus ditopang oleh
tuntunan syariah.

8
Lilik Rahmawati, “Kebijakan...., h. 454

9
b) Stabilitas Ekonomi.
Pada stabilitas ini adalah bagaimana negara
menciptakan perekonomian yang stabil. Pada
Negara-negara berkembang kebijakan fiskal lebih
ditekankan pada pembentukan modal daripada laju
pertumbuhan.Karena tingkat tabungan (S) di negara
maju cukup tinggi sehingga modal dari masyarakat
bisa bisa terserap dalam jumlah yang cukup tinggi
pula.Adapun pada Negara berkembang, tingkat
tabungan (S) rendah lebih rendah daripada tingkat
konsumsi (C).dengan formula pendapatan Y = C +
S, dengan ini dikerahui bahwa semakin tinggi
tabungan suatu Negara, maka semakin tinggi tingkat
pendapatannya. Sebaliknya, pada Negara
berkembang kecendrungan pendapatan rendah,
sedangkan kebutuhan konsumsi rumah tangga tidak
bisa dikurangi. Maka secara otomatis akan
mengurangi tabungan atau bahkan tidak ada
tabungan sama sekali.9
Fenomena yang terjadi pada Negara
berkembang yang minim modal ini, akan mengakibatkan
inflasi tinggi yang merupakan gejala berbahaya bagi
stabilitas ekonomi negara dan menghambat upaya
pencapaian kesejahteraan masyarakat. Untuk
menciptakan stabilitas ekonomi, suatu Negara
memerlukan sistem pemasukan dan pengeluaran
yang fleksibel dan elastis. Kebijakan fiskal
berfungsi untuk mendukung iklim investasi.
Berbagai langkah yang dapat dilakukan untuk

9
Ibid, h. 99

10
meningkatkan produktivitas perekonomian,
diantaranya10:
pertama, mengupayakan terjadinya
perubahan alokasi dana dari dana- dana konsumsi
tidak penting (non essential consumption) digunaka
untuk menjadi dana modal kerja atau pembangunan.
Kedua, Meningkatkan iklimm investasi.
Konsekuensinya, pemerintah harus menjamin
bahwa investasi tersebut diarahkan kepada sektor
utama (hogh priority areas) dan investasi swasta
harus didorong untuk membantu menciptakan laju
petumbuhan ekonomi. Ketiga, efisiensi dalam
penggunaan summber daya alam (SDA) karena
sumber-sumber tersebut sifatnya terbatas, tidak
dapat dibentuk kembali dan untk menjamin
kebutuhan generasi mendatang. Keempat, Tidak
menutup diri terhadap penggunaan teknologi maju
yang berasal dari investasi negara asing selama hal
itu dapatmeningkatkan ekonomi masyarakat.
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatur
aset permodalan pada tahun 2007 telah
mennerbitkan dua Perpres No. 76 dan 77 tahun
2007, dimana ada 47 jenis usaha yang modalnya
tidak boleh dari asing. Peraturan Presiden tersebut
meemperkuatt UU No.25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
c) Distribusi Pendapatan.
Konsep distribusi bertujuan untuk
menyelaraskan kebijakan pemerintah dalam aspek
pemerataan pendapatan yang tidak boleh hanya

10
Ibid, h. 100-101

11
semata-mata untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi. Distibusi menyangkut bagaimana
kebijakan negara mengeola pengeluarannya untuk
menciptakann mekanisme distribusi ekonomi yang
adil di masyarakat.11Tidak sedikit kesalahan
perencanaan pembangunan di negara berkembang
yang ditujukan untuk mengurangi kesenjangan dan
penghapusan kemiskinan, namun terlalu
terkonsentrasi pada upaya peningkatan Gross
National Bruto.12 Hal ini mengakibatkan kebijakan
fiskal dalam konteksdistribusi, kebijakan
pemerintah hanya berpihak kepada kelompok yang
kaya dan kuat. Hasil pembangunan lebih dinikmati
oleh lapisan tertentu saja sehingga menimbulkan
kesenjangan. Dalam kebijakan yang berpijak pada
pertumbuhan ekonomi yang membatasi peredaran
harta di kalangan orang kaya saja. Allah SWT
dengan tegas melarang peredaran harta dengan cara
seperti ini, sebagaimana firman dalam QS. AL-
Hasyr ayat 7:
‫َوا ْب ِن ال َّسبِی ِل َك ْي الَ َی ُكونَ دُولَةً بَیْنَ اْأل َ ْغنِیَا ِء ِم ْن ُك ْم‬
“.... agarharta itu jangan hanya beredar
diantara orang-orang kaya saja di antara kamu ...”13
Ekonomi Islam dalammenuntaskan
kemiskinan sangat bertolak belakang dengan
kebijakan ekonomi kapitalis yang berpijak pada
metode pertumbuhan ekonomi seperti yang
diterapkan pemerintah sekarang ini. Kebijakan

11
Lilik Rahmawati, “Kebijakan...., h. 454
12
Ahmad Dahlan, Keuangan ...,, h. 102
13
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:
Fokusmedia,2010), h. 546

12
ekonomi Islam memuliakan manusia sebagai
“manusia” yang harus hidup layak dengan
menjamin pemenuhan kebutuhan pokoknya.
Sementara, kebijakan ekonomi kapitalis
memuliakan materi dengan menjamin tercapainya
peningkatanproduksi barang dan jasa secara
maksimum, maka tidak heran kalau sistem ekonomi
saat ini menempatkan aspek produksi pada tataran
kebijakan ekonomi sehingga menempatkan
pertumbuhan ekonomi di atas segalanya. Kebijakan
fiskal dalam ekonomi Islam digunakan untuk
mencapai tujuan yang sama sebagaimana kebijakan
fiskal dalam ekonomi konvensional (yaitu untuk
stabilitas ekonomi, alokasi dan distribusi),14 akan
tetapi terdapat perbedaan komitmen yaitu nilai-nilai
spiritual, keadilan sosio- ekonoomi dan
persaudaraan manusia.15 Menurut Metwally,
setidaknya ada tiga tujuan yang hendak dicapai
kebijakan fiskal dalam ekonomi Islam,
diantaranya16: pertama, Islam mendirikan tingkat
kesetaraan ekonomi dan demokrasi yang lebih
tinggi melalui, diantara prinsip- prinsip dan hukum
lain, prinsip bahwa “kekayaan seharusnya tidak
boleh hanya beredar di antara orang-orang kaya
saja.” Prinsip ini menegaskan bahwa setiap anggota
masyarakat seharusnya dapat memperoleh akses
yang sama terhadap kekayaan melalui kerja keras
dan usaha yang jujur. Kedua, Islam melarang

14
Nuruddin Mhd Ali, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 130
15
Muhammad, Kebijakan...., h. 203
16
Muhammad, Kebijakan...., h. 203

13
pembayaran bunga dalam berbagai bentuk
pinjaman. Hal ini berarti bahwa ekonomi Islam
tidak dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk
mencapai keseimbangan (equilibrium) dalampasar
uang (yaitu antara penawaran dan permintaan
terhadap uang). Dengan demikian, pemerintahan
harus menemukan alat alternatif untuk mencapai
equilibrium ini. Ketiga, Ekonomi Islam mempunyai
komitmen untuk membantu ekonomi masyarakat
yang kurang berkembang dan untuk menyebarkan
pesan dan ajaran Islam seluas mungkin. Oleh karena
itu, sebagian dari pengeluaran pemerintah
seharusnya digunakan untuk berbagai aktivitas yang
mempromosikan Islam dan meningkatkan
kesejahteraan Muslim di negara-negara yang kurang
berkembang.
Kebijak fiskal lebih banyak perananya
dalam ekonomi islam dibandingkan dengan
ekonomi konvensional. Hal ini disebabkan antara
lain sebagai berikut17: Pertama, operasional pasar
terbuka (open market) tidak akan efektif dalam
ekonomi Islam. Pasar saham tidak akan bisabermain
beroperasi dengan baik sebagaimana dalam
ekonomi konvensional, di mana spekulasi
merupakan bagian yang integral dalam kehidupan
ekonomi. Kedua, tidak akan ada permintaan
spekulatif terhadap uang ala Keynesian. Namun,
kemungkinan untuk memegang uang untuk
menunggu kesempatan yang lebih menguntungkan
dibolehkan.Hal ini tentunya merupakan subjek bagi

17
Ibid, h. 128-130

14
zakat. Tidak adanya permintaan uang spekulatif
Keynesian dan tidak adanya bunga menunjukkan
bahwa pasar obligasi tidak dapat memainkan
peranan penting dalamekonomi Islam.
Kedua, dalam ekonomi Islam, pemerintah
harus memungut zakat dari setiap Muslim yang
memiliki kekayaan melebihi jumlah tertentu dan
digunakan untuk tujuan-tujuan sebagaimana
tercantum dalamQS.Al-Taubah :60.
Kedua, ada perbedaan substansial antara
ekonomi Islam dan non-Islam dalam peranan
pengelolaan utang publik. Hal ini karena utang
dalam Islam adalah bebas bunga (interest free),
sebagian besar pengeluaran pemerintah dibiayai dari
pajak atau (dalam kasus proyek-proyek produktif)
berdasarkan atas bagi hasil. Dengan demikian,
ukuran utang publik jauh lebih sedikit dalam
ekonomi Islam dibandingkan ekonomi
konvensional.
3. Stabilitas Fiskal.
Stabilitas fiskal merupakan bagian penting dalam kajian
keuangan publik karena sumber daya keuangan negara (fiskal)
yang telah dikeluarkan dan didistribusikan secara baik, tidak secara
otomatis indikatornya jika sebagian besar anggarannya dikeluarkan
untuk jaminan atau perlindungan sosial. Misalnya untuk asuransi
kesehatan orang-orang miskin atau pendidikan gratis, maka
pengeluaran dan distribusi pemerintah tersebut sudah baik.
Padahal, kondisi fiskal sangat ditentukan oleh stabilitas keuangan
suatu Negara.
a) Aspek Stabilitas Fiskal

15
F.R Faridi menulis stabilitas fiskal suatu
negara dapat dilihat dari tiga aspek kajian,
diantaranya yaitu pertama, pengumpulan modal.
Pengumpulan modal selalu diartikan sebagai
investasi aset-aset nyata yang kemungkinan besar
akan meningkatkan income di masa mendatang dan
batas minimum hanya pada modal material
nonkemanusiaan saja. Preferensi utama dalam
masalah modal adalah Islam mengizinkan hak milik
atas modal. Namun, yang berbeda dengan
konvvensional adalah penekanan pada mekanisme
yang tanpa bunga terhadap peminjaman modal dan
mengeliminasi agar modal tidak terpusat pada
beberapa sekelompok saja.18 kedua, Hasil produksi.
Persaingan pasar sangat dipengaruhi oleh hasil
produksi, sedangkan persaingan pasar sangat
berpengaruh pada stabilitas fiskal suatu negara.
Dengan produktivitas barang yang stabil dan dapat
mempengaruhi kestabilan pasar, dengan sendirinya
fiskal juga akan stabil. Dalam ekonomi Islam, pasar
stabil tidak hanya diciptakan dengan kebijakan hasil
produksi.19 Namun, memperhatikan dampak
terhadap lingkungan, kesehatan dan gaji buruh.20
Ketiga, Anggaran publik. Kestabilan fiskal yang
terkait dengan anggaran publik dapat ditekankan
pada proses dan stuktur anggaran negara.
b) Proses Anggaran Negara.
Anggaran belanja publik yang dikalkulasi
untuk memperbaiki kondisi rakyat dan
18
Ahmad Dahlan, Keuangan ...,, h. 73
19
Ibid, h. 81
20
Ibid, h. 82

16
menggambarkan nilai-nilai dan tujuan masyarakat
Islam, maka yang harus diprioritaskan adalah
determinasi dengan melibatkan partisipasi
masyarakat yang lebih luas. Kesempatan partisipasi
publik dalam kerangka prioritas anggaran belanja,
bisa dalam bentuk penentuan sumber pendapatan
dan pelaksanaan prasyarat untuk pelaksanaan
keberhasilan kebijakan anggaran belanja.
Rancanganrancangan tersebut dapat berbentuk
pinjaman kebajikan (qardh hasan), deposito amanah
dengan kas pemerintah atau bisa disebut dengan
“good loan”.21
c) Stuktur Anggaran Negara.
Struktur dan skema kajian anggaran belanja
publik pemerintah dalam Islam merupakan
mekanisme yang terkait dengan fokus prioritas
dalam anggaran. Anggarannya terdiri atas pertama
anggaran pelayanan; dalam belanja pemerintah
Islam mencakup arus anggaran belanja yang lazim
sebagai fungsi pada pemerintah modern seperti
administrasi, polisi, keadilan pertahanan dan
sebagainya. Kedua, anggaran restribusi merupakan
pembagian neraca keuangan secara valid dari aspek
pokok ekonomi Islam yang harus didahulukan,
yakni institusi zakat, pengharaman riba, larangan
terhadap pemusatan harta kekayaan, hukum waris
dan nilai dasar masyarakat Islam. ketiga, Anggaran
pembangunan selektif yaitu selektif dalam
pengembangan anggaran belanja yang terdiri dari
arus anggaran pendapatan dan belanja seperti

21
Ibid, h. 74

17
menghitung kenaikan dan menciptakan semua aset
sektor riil, serta berhati-hati dalam memutuskan
jalan pertumbuhannya.22
4. Kebijakan Moneter.
a. Pengertian Kebijakan Moneter.
Kebijakan Moneter adalah proses mengatur persediaan
uang untuk tujuan tertentu. Bertujuan untuk menahan dan
mencegah inflasi serta menstabilkan Negara Indonesia dan juga
mensejahterahkan pekerja. Kebijakan moneter juga mengeset
standar bunga pinjaman dan juga menjadi kapitalisasi untuk
bank dan juga bisa dikatakan sebagai peminjam usaha terakhir.
Pada hakikatnya Kebijakan moneter dibagi menjadi dua yaitu
keseimbangan internal dan keseimbangan eksternal.
Keseimbangan Internal bisa dilihat dalam pertumbuhan
ekonomi yang meningkat dan juga stabilitas harga uang yang
beredar dan pemerataan pembangunan di setiap wilayah di
Indonesia. Dalam Keseimbangan eksternal kita lihat dari segi
pembayaran utang-utang luar negeri. Dalam dua keseimbangan
itu terbentuklah ekonomimakro yang bertujuan menjaga
stabilitas keuangan di Indonesia serta luas nya lapangan
pekerjaan, harga-harga di pasaran yang stabil serta neraca
pembayaran diluar negeri yang seimbang dan berjalan lancar.
Kebijakan ini mengatur variabel makroekonomi serta
mikroeknomi, menstabilkan tingkat pengangguran. Kebijakan
moneter dilakukan dengan menyesuaikan suku bunga,
mengubah jumlah uang tunai yang beredar di pasaran dan juga
serta pembelian dan penjualan sekuritas pemerintah.
Kebijakan Moneter melalui Bank Sentral bertugas
mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar
bertujuan untuk menstabilkan perekonomian negara. Di

22
Ibid, h. 75-76

18
Indonesia kedudukan Bank Sentral diwakili oleh Bank
Indonesia. Apabila kestabilan perekonomian Indonesia
terganggu diberlakukan Kebijakan moneter agar perekonomian
Indonesia berjalan stabil kembali.
b. Jenis-jenis Kebijakan Moneter.
Kebijakan moneter digunakan pemerintah untuk
memecahkan masalah dan menstabilkan perekonomian.
Kebijakan moneter dibagi menjadi:
1) Kebijakan Moneter Ekspansi Kebijakan ini bisa
disebut juga kebijakan longgar, pemerintah
menggunakan kebijakan ini untuk meningkatkan
atau menambah jumlah uang yang beredar.
Pemerintah menggunakan kebijakan ini biasanya
saat terjadi depresi ekonomi dan Deflasi (kenaikan
nilai mata uang). Alasan terjadinya depresi ekonomi
dan Deflasi ini karna meningkatnya angka
pengagguran, meningkatnya permintaan masyarakat
akan suatu barang. Saat terjadinya hal ini
pemerintah akan mengambil kebijakan ini untuk
menstabilkan ekonomi agar perekonomian tetap
terjaga.
Kebijakan moneter ekspansi memiliki
tujuan menstabilkan perekonomian agar uang yang
beredar ini stabil sesuai arahan, harapan dan juga
berkesinambungan antara pelaku ekonomi. Yang
dimaksud adalah arus uang yang beredar seimbang
dengan barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
Kebijakan ini bisa memperbaiki neraca pembayaran
dan neraca perdagangan.Jika dari pihak menurunkan
suku bunga yang rendah maka pengusaha terutama
pengusaha pengekspor barang dapat meningkatkan

19
jumlah ekspor dan mengembangkan usahanya.
Kebijakan moneter ekspansif bisa dijalankan
dengan melaksanakan instrumen kebijakan politik,
antara lain:
Kebijakan operasi pasar terbuka Kebijakan
ini dilakukan dengan cara mengendalikan uang yang
beredar dengan melakukan jual beli surat berharga
pemerintah. Surat berharga itu diantaranya Surat
berharga pasar uang dan Sertifikat Bank Indonesia.
Jika ingin mengurangi jumlah uang yang beredar
pemerintah akan menjual surat berharga itu kepada
masyarakat sedangkan saat pemerintah ingin
meningkatkan jumlah uang yg beredar maka yang
dilakukan pemerintah adalah membeli surat
berharga pemerintah.
Kebijakan Diskonto Meningkatkan jumlah
bunga bank sentral pada bank umum untuk
mengendalikan jumlah uang. Biasanya bank umum
mengalami kekurangan uang tunai, langkah yang
harus dilakukan harus meminjam kepada bank
sentral. Untuk menambah atau meningkatkan
jumlah uang yang beredar, pemerintah akan
menurunkan tingkat suku bunga bank sentral karna
menurunnya suku bunga ini banyak orang yang
berminat dan akan meminjam ke bank. Dan juga
bisa meningkatkan bunga agar uang yang beredar
kurang bertujuan mengurangi minat masyarakat
untuk meminjam ke bank.
Rasio Cadangan Wajib Rasio cadangan
wajib memiliki arti pemerintah akan mengatur dan
menetapkan dana cadangan yang dimana dana

20
cadangan itu di simpan kepada pemerintah dan
dipenuhi oleh bank umum dalam memberikan kredit
kepada masyarakat. Saat pemerintah akan
menurunkan harga yang dilakukan adalah
menaikkan rasio, begitu sebaliknya pemerintah akan
menaikkan harga dengan cara menurunkan rasio.
Kebijakan Kredit Selektif Kebijakan ini
dilakukan untuk menjaga atau mengetatkan jumlah
uang yang beredar agar tidak terjadinya hal hal yang
berlebihan dan merugikan perekonomian di
Indonesia. Pemerintah disini akan menjadi penentu
diberikan atau tidaknya kredit tersebut. Saat
pemerintah akan menambah atau menaikkan jumlah
uang yang beredar maka yang dilakukan adalah
melonggarkan kredit yang diberikan. Dan begitu
juga sebaliknya saat pemerintah akan menurunkan
jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
menjalankan kredit selektif ini yaitu mengetatkan
jumlah uang yang beredar.
Kebijakan Himbauan Moral Tujuan
dibuatnya kebijakan ini untuk mengatur dan
menjalakan kebijakan moneter dengan menghimbau
para pelaku ekonomi dalam hal membayar kredit
dan juga simpan pinjam dan apapun yang
berhubungan dengan bank. Dan juga kebijakan ini
menghimbau kepada bank supaya meminjam uang
lebih kepada bank sentral supaya memperbanyak
julah uang yang beredar di perekonomian Indonesia.
Politik Saneering Dalam undang undang
No.3 pasal 7 tahun 2004 tentang Bank Indonesia
memiliki tujuan yaitu menjaga dan memelihara

21
keuangan negara agar stabil. Dan yang dimaksud
politik saneering ini adalah bank sentral yang
bertugas memotong uang. Alasan ini diberlakukan
adalah untuk menyehatkan kembali uang yang
jatuh.

c. Kebijakan Moneter Kontraktif.


Kebijakan ini diberlakukan atau memiliki arti
mengurangi jumlah uang yang beredar. Alasan kenapa
diberlakukan kebijakan kontraktif ini bisa karena terjadinya
Inflasi. Kebijakan ini bisa disebut kebijakan uang ketat.
Bermaksud untuk menjaga keuangan agar tetap stabil.
Kebijakan suku bunga naik atau turunnya bisa dilihat dari
permintaan masyarakat. Dari sana Bank Indonesia selaku
bank sentral akan mencetak uang tapi sesuai permintaan
dari masyarakat dari situ bisa tercapainya target dari Bank
Indonesia.
Reaksi dari bank Indonesia dilihat dari bagaimana
permintaan masyarakat sendiri apabila permintaan uang
menurun yang terjadi adalah bank Indonesia akan
mengurangi jumlah yang beredar di masyarakat, begitu
sebaliknya apabila permintaan uang meningkat maka Bank
Indonesia menambah penwaran uang yang beredar.
Kesimpulan yang bisa diambil yaitu semakin
banyak pendapatan dari masyarakat maka permintaan uang
masyarakat akan meningkat.
d. Tujuan Kebijakan Moneter.
Setiap program yang dibuat pemerintah pasti memiliki
tujuan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian besar yang
ditimbulkan. Berkaca dari tahun 1960- 1965 Indonesia yang
memiliki banyak proyek besar tapi tidak ada rem dalam

22
pengambilan uang, tidak ada koordinir, tidak ada yang
menjaga. Tapi Indonesia belajar dari pengalaman masa lalu.
Karena pengalaman adalah guru yang tebaik. Jadi Indonesia
memikirkan cara apa yang bisa membuat keuangan di
Indonesia stabil tanpa mendapat kerugian. Di dunia
perekonomian siapa yang tidak mengenal akan untung dan
rugi. Pasti semua pernah mengalami untung dan rugi bila di
dunia perekonomian. Jadi Indonesia bangkit dari kesalahan itu
dan mencari letak kesalahan dan membuat suatu kebijakan
unuk merubah sistem perekonomian di Indonesia sebelum
Indonesia mengalami masa kritis yang sangat dalam.
Pemerintah membuat suatu kebijakan yang dinilai akan
merubah perekonomian di Indonesia yaitu kebijakan moneter.
Tujuan kebijakan moneter ini antara lain:
1. Membantu pemerintah dalam menjalankan program yang
belum atau tidak terealisasikan dengan cara memberi
sumber penerimaan normal.
2. Menjaga kestabilan keuangan negara dengan mengawasi
barang dan jasa seimbang dengan permintaan masyarakat.
3. Mengedarkan uang yang tersedia sebagai alat tukar di
dalam perekonomian negara
4. Untuk meningkatkan lapangan pekerjaan. Semua berawal
dari pengusaha yang apabila keuangan dalam kantoratau
pabriknya stabil maka yang terjadi adalah pengusaha akan
membuka cabang yang ppastinya akan membuka lapangan
pekerjaan yang baru serta bisa juga berinvestasi.
5. Menaikkan neraca perdagangan, agar negara Indonesia
bisa menaikkan impor dan mengurangi ekspor.
Banyak sekali tujuan dibuatnya kebijakan moneter ini
yang pasti untuk memperbaiki, menjaga, mestabilkan
perekonomian negara. Semua berawal dari diri kita sendiri,

23
kita mulai membeli barang dalam negeri dan mulai berhenti
untuk mengekspor barang terlalu banyak dari luar negeri
tapi pemerintah juga ikut berperan dalam mencegah agar
barang yg di ekspor tidak terlalu banyak. Dan juga kita bisa
ikut berpartisipasi dalam mensejahterakan Indonesia
dengan ikut membayar pajak, mulai berinvestasi, mulai
mencoba hal di bidang barang maupun jasa. Sukses atau
tidaknya semua dari diri kita sendiri. Bukan hanya
pemerintah yang menjalankan ini semua.
6. RESESI
a. Pengertian.

Resesi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk


menggambarkan keadaan dimana perputaran ekonomi suatu negara
berubah menjadi lambat atau buruk. Perputaran ekonomi yang
melambat ini bisa berlangsung cukup lama bahkan tahunan akibat
dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara
menurun selama dua kartal dan berlangsung secara terus menerus.

PDB sendiri dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi


suatu negara selama satu periode. Jadi, apabila suatu negara
mengalami aktivitas ekonomi yang turun secara terus menerus
selama dua periode, maka negara tersebut dapat dikatakan resesi.

Sedangkan National Bureau of Economic


Research (NBER) yang terletak di Amerika Serikat, mengartikan
resesi sebagai kondisi dimana negara mengalami penurunan
aktivitas ekonomi secara signifikan dalam kurun waktu beberapa
bulan dilihat dari PDB riil, penghasilan, tingkat pengangguran,
produksi industri, penjualan grosir-ritel.

Resesi diawali dari pelemahan ekonomi global yang


memengaruhi perekonomian dalam negeri negara negara di dunia.

24
Semakin kuat ketergantungan ekonomi satu negara pada
perekonomian global maka semakin cepat pula terjadinya resesi di
negara itu. Sebab itu negara berkembang yang perekonomiannya
bergantung pada ekspor barang tambang, bahan baku dan
pembantu akan lebih cepat merasakan suasana resesi. Pengaruh
pelemahan ekonomi global terhadap munculnya resesi diantara
negara negara di dunia tidak sama. Diantara banyak negara yang
gaduh dengan resesi tapi ada pula negara yang belum
memperdulikannya. Pemerintah Indonesia pasti mengaminkan hal
ini. Mengapa. Ekspor hasil tambang dan hasil sumberdaya alam
Indonesia seperti batubara, kelapa sawit, karet dan bahan mentah
lainnya turun. Ekonomi negara importir sedang mengalami
pelemahan sehingga permintaannya menurun.

b. Penyebab terjadinya RESESI.


1. Inflasi

Inflasi adalah kondisi naiknya harga secara terus menerus,


baik itu harga barang maupun jasa. Adanya kenaikan harga ini
berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat yang
nantinya diikuti juga dengan penurunan produksi barang dan
jasa.

Jika dibiarkan dalam waktu lama, hal ini akan mengakibatkan


tingginya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan
kerja (PHK) secara masal, kemiskinan, dan terjadi resesi.

2. Deflasi Berlebihan

Seperti halnya inflasi, deflasi juga bisa membawa


pengaruh yang buruk dan memicu terjadinya resesi. Deflasi
adalah sebuah kondisi dimana harga barang dan jasa turun dari
waktu ke waktu yang akhirnya berimbas pada upah yang
dibayarkan mengalami penurunan.

25
Deflasi juga ditandai dengan adanya penundaan
pembelian barang atau jasa sampai harga terendah. Hal ini
tentunya sangat beresiko bagi pemilik usaha. Sebab, meskipun
daya beli masyarakat kemungkinan akan naik, nyatanya pemilik
usaha harus menekan biaya produksi yang berujung pada
ruginya suatu bisnis. 

Jika masyarakat atau unit bisnis berhenti untuk


melakukan aktivitas ekonomi seperti membelanjakan uangnya,
bukan tidak mungkin kondisi ekonomi yang ada akan rusak.

3. Gelembung Aset Pecah

Penyebab berikutnya resesi adalah pecahnya gelembung


aset. Hal ini bisa terjadi saat investor mengambil langkah
secara gegabah.

Misalnya, terjadi pembelian saham dan properti secara


masif dengan anggapan harganya akan naik dengan cepat. Lalu,
saat keadaan ekonomi tengah goyah, mereka akan beramai-
ramai menjualnya yang mengakibatkan terjadinya panic selling
dan berujung pada resesi akibat rusaknya pasar.

4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Pemicu lain resesi adalah guncangan ekonomi secara


mendadak. Hal ini ditandai dengan menurunnya daya beli yang
disebabkan kesulitan finansial serta masalah serius lainnya
seperti tumpukkan hutang.

Hutang yang menumpuk akan mempengaruhi


membengkaknya bunga yang perlu dibayarkan dan berujung
pada ketidakmampuan untuk melunasinya atau gagal bayar. 

26
5. Perkembangan Teknologi

Resesi adalah kemerosotan ekonomi yang tidak hanya


disebabkan dari aktivitas ekonomi itu sendiri. Perkembangan
teknologi turut menjadi faktor adanya resesi. 

Hal ini bisa terjadi karena adanya penurunan lapangan


pekerjaan yang banyak digantikan oleh teknologi terkemuka
seperti Artificial Intelligence (AI) dan robot. Alhasil, lapangan
pekerjaan akan menurun drastis dan membuat angka
pengangguran meningkat.

6. Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi

Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi


menjadi pemicu berikutnya. Barang dan jasa yang diproduksi
secara berlebih dengan tingkat konsumsi atau daya beli yang
menurun bisa membawa malapetaka bagi produsen.

Hal ini mendorong terjadinya impor secara besar-


besaran, membengkaknya pengeluaran perusahaan, dan
menipisnya laba perusahaan dalam negeri.

Pertumbuhan Ekonomi Mengalami Penurunan Selama Dua


Kuartal Berturut-Turut Salah satu indikasi resesi adalah adanya
penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-
turut yang dinilai dari melemahnya Produk Domestik Bruto
(PDB) suatu negara.

7. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor

Indikasi lain terjadinya resesi adalah nilai impor suatu


negara lebih besar ketimbang ekspor. Hal Ini bisa memberikan
efek terhadap defisitnya anggaran negara dan terjadinya
penurunan pendapatan nasional.

27
8. Tingginya Tingkat Pengangguran

Tingginya angka pengangguran suatu negara bisa


mengindikasikan negara tersebut mengalami resesi. Sebab,
tenaga kerja memiliki peran penting dalam perputaran
perekonomian suatu negara. Apabila angka pengangguran
meningkat secara terus menerus, hal ini akan mengakibatkan
terjadinya tingkat kriminalitas yang ikut naik. Secara garis
besar, resesi adalah situasi yang muncul karena berbagai faktor.
Misalnya krisis keuangan, salah mengambil keputusan
perekonomian, adanya disrupsi rantai pasokan, disrupsi
perdagangan eksternal, pecahnya gelembung ekonomi, sampai
dengan faktor yang ada di luar kuasa manusia seperti bencana
alam ataupun pandemi.

28
D. KESIMPULAN

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, beragam program yang diluncurkan


pemerintah Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan. Memangtinggi, dan
apabila terjadi sedikit 'gejolak', maka dengan sangat mudah mereka akan kembali
menjadi miskin. Kemiskinan merupakan suatu fenomena yang amat kompleks.
Sehingga dengan demikian, kemiskinan tidak saja menyangkut problem kultural,
tetapi juga problem structural yang menyangkut bagaimana negara membuat
kebijakan fiskal yang berorientasi pada penanggulangan kemiskinan Secara
kultural, Islam menganjurkan untuk menumbuhkan peranan setiap individu dalam
meningkatkan kualitas hidupnya dan menumbuhkan proses kebersamaan sosial
melalui zakat, infaq, dan shadaqah. Secara struktural, Islam meletakkan peran
sentral negara dalam menciptakan distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat
secara adil dan merata dan menjaga stabilitas dan keberlangsungan perkembangan
ekonomi dalam proses kemajuan dan pemerataan serta sebagai fasilitator
pemberdayaan masyarakat dalam mencari solusi ke taraf hidup yang lebih layak.
terdapat indikasi kuat bahwasanya meskipun terdapat kecenderungan positif
dalam penanggulangan kemiskinan, tetapi ternyata implikasinya belum seperti
yang diharapkan. Proporsi penduduk yang hampir miskin masih cukup Bank
adalah badan hukum yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman
dan/atau bentuk lain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.Bank syariah
adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

Dapat dipahami bahwa perekonomian adalah fenomena sosial yang tidak


pernah mati. Bahkan posisi fenomena ini semakin penting dan menjadi semakin
strategis pada masa mendatang. Generasi muda harus memahami ini dan
mendalami seluk beluk kegiatan bisnis serta menjalaninya sejak awal. Arah negara
boleh ditentukan oleh para politisi tapi kemakmuran dan kesejahteran ditentukan
oleh para pebisnis dan ekonom yang berjiwa bisnis. Opportunity pemuda dalam
kegiatan bisnis sangat besar. Sebab itu pelajari entrepreneurship dan lakukan

29
kegiatannya. Dengan demikian resesi dan depresi bukan hal yang perlu ditakuti
sepanjang generasi muda berjiwa entrepreneur.

Permasalah yang akan dihadapi terdapat kesamaan dengan yang sudah


terjadi akibat Pandemi Covid-19 yaitu terjadinya resesi tetapi terdapat perbedaan
yang kontras saat ini yaitu meningkatnya suku bunga. Pemicu terjadinya resesi
global tahun 2023 adalah dampak Pandemi Covid-19 yang masih terasa, perang
RusiaUkraina, tingkat inflasi yang tinggi, dan kenaikan suku bunga. Solusi yang
telah diterapkan sejak tahun 2020 memiliki dampak yang positif untuk
mengembalikan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, beberapa solusi yang
sudah ada diterapkan kembali dengan sedikit penyesuaian. Terdapat solusi untuk
menghadapi ancaman resesi global yaitu penerapan Green Economy. Green
Economy menerapkan kebijakan, digitalisasi UMKM, Ketahanan Pangan,
Penguatan Arsitektur Kesehatan Global dan juga Transisi Energi Berkelanjutan.
Digitalisasi UMKM dan pemberian insentif pajak telah berlangsung. Sedangkan
Penguatan Arsitektur Kesehatan Global dan Transisi Energi Berkelanjutan mulai
terdapat perencanaan untuk penggarapan. Digitalisasi UMKM diterapkan dengan
adanya Fintech berlandaskan Payment Gateway dan Digital Marketing. Ketahanan
pangan dapat melalui kebijakan fiskal untuk pemberian insentif perpajakan bea
masuk pupuk dan pajak hasil pertanian. Peningkatan arsitektur
kesehatan global diwujudkan dengan melalui program fokus terhadap distribusi
kebutuhan kesehatan publik, pembiayaan kesiagapan pandemi, dan tata kelola
kesehatan global. Transisi energi berkelanjutan focus pada akses, teknologi,
pendanaan, penerapan pajak karbon, dan perencanaan penerapan karbon.

30
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, M., Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta.
Gema Insani.

Crow L. & A. Crow. 1989. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. Nur Cahya.

Muhammad. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi.


Yogyakarta. UII
Press.

Pocrwadarminta, W. J. S., 1984. Kamus Ilmiah Bahasa Indonesia. Jakarta.


PN.Balai Pustaka.

Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2006. Metode Penelitian


Kuantitatif :Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada.

Sabri, Alisuf, 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Pedoman llmu Jaya.

Shalahuddin, Mahfudh, 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya.


PT. Bina lImu.

Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.


Jakarta. PT. Adi Mahasatya.

Supardi. 2008. Merokok dan Transaksi Jual Beli Rokok dalam pandangan
Hukum Islam. Fakultas Syariah Universitas Nageri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Syah, Muhibbin. 2001 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.


Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol.


4, No. 1, Maret 2022

31

Anda mungkin juga menyukai