Anda di halaman 1dari 9

Konsep Inflasi dan definisi Inflasi,sejarah inflasi

Penyebab inflasi dalam Persepktif Islami dan Ekonomi Konvensional


Mata Kuliah : Ekonomi Makro Islam
Dosen : Ibu Patimatu Jahra, S.Ag, M.Si

Disusun oleh:
Nama : Rizky Fadillah
NIM : 200105010154
Jurusan : Ekonomi Syariah Local A 2020

1. Konsep dan Definisi Inflasi


Dalam berbagai literature ekonomi, banyak kita jumpai definisi inflasi yang
berbeda. Luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perkonomian menjadi salah satu
penyebab keanekaragaman dari pengertian inflasi itu sendiri. Hubungan yang erat dan luas
antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian tersebut melahirkan berbagai perbedaan
pengertian dan persepsi tentang inflasi. Namun dari beberapa perbedaan pengertian tersebut,
masih dalam satu kesatuan bahwa inflasi merupakan bagian dari masalah ekonomi.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar
yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-
rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi.
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus
menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga)
pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Dari sekian banyak pengertian inflasi tersebut, terdapat kesamaan prinsip bahwa
inflasi merupakan suatu fenomena atau dilema ekonomi. Ada tiga aspek yang tercakup di
dalam pengertian inflasi tersebut :

a. Adanya kecenderungan (tendency) harga-harga untuk meningkat, yang berarti


mungkin saja tingkat harga yang terjadi aktual pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan yang
meningkat
b. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus (sustained) yang berarti bukan
terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
c. Mencakup pengertian tingkat harga umum (general level of prices), yang berarti tingkat
harga yang meningkat bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi
untuk harga-harga secara umum.
2. Sejarah Inflasi
Emas memberikan “nilai” pada suatu mata uang dan juga akseptabilitas (tingkat
penerimaan masyarakat) di tempat lain. Dalam hal ini, perekonomian Kerajaan Byzantium
menjadi sejarah kemunculan inflasi. Byzantium berusaha keras untuk mengumpulkan emas
dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin ke negara-negara lain dan
mencegah impor dari negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-
banyaknya. Tetapi yang terjadi pada akhirnya orang-orang harus makan, membeli pakaian,
mengeluarkan biaya transportasi, serta juga menikmati hidup sehingga mereka akan
membelanjakan uang (kekayaan) yang dikumpulkannya tadi, sehingga akhirnya hal tersebut
justru menaikan tingkat harga komoditasnya sendiri.
Spanyol setelah era “conquistadores” juga mengalami hal yang sama, begitu juga
dengan Inggris setelah perang dengan Napoleon (Napoleon war). Pada masa kontemporer
saat ini, terutama setelah era kapitalis dimulai, masalah yang sama tetap menjadi perdebatan
para ekonom dan otoritas keuangan. Nama-nama seperti Adam Smith, David Ricardo, J.M.
Keynes, Andrew Jackson, William Jennings Bryan, Charles Gaulle, Milton Friedman, dan
Allan Greenspan terlibat dalam masalah yang sama.
Dinar di Negara-negara Arab ataupun mata uang Negara-negara Eropa seperti
Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Swdeia, dan Rusia bahkan Amerika, semuanya mengalami
apa yang dinamakan inflasi. Awal inflasi mata uang dinar dimulai bahkan pada saat ketika
Irak sedang mengalami masa puncak kejayaannya.Coinage debasement dan inflasi ikut
mendahului perkembangan yang cepat dari peminjaman uang (pertumbuhan kredit) serta
perbankan, khususnya di Italia yang merupakan “motor” pertumbuhan lebih lanjut dari
perekonomian.Inflasi acap kali berbentuk kenaikan tingkat harga secara gradual daripada
ledakan kekacauan ekonomi.Resolusi harga di eropa terjadi sepanjang beberapa abad, pola
kenaikan tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan Jerman sekitar tahu 1470
(mengikuti wabah black dead pada tahun 1349).Kemudian, seperti penyakit yang sangat
menular.Inflasi menyerang eropa dalam beberapa tahapan; dimulai dari Inggris dan perancis
pada tahun 1480-an, meluas ke semenanjung Iberia pada decade selanjutnya dan menyerang
eropa timur pada tahun 1500-an.
Kenaikan tingkat harga sangat cepat pada bahan-bahan mentah terutama makanan.
Di Inggris hanya kayu, ternak, dan biji-bijian meningkat lima sampai tujuh kali lipat pada
tahun 1480 sampai tahun 1650, sementara itu barang manufaktur harganya meningkat
sebesar tiga kali lipat. Kenaikan sebesar 700% selama 170 tahun itu jika dihitung secara
compound hanya sebesar 1,2% pertahunnya. Akan tetapi di lain sisi, ganji hanya meningkat
kurang dari 0,5% pertahunnya, sehingga masyarakat sangat mengalami goncangan akibat
tekanan inflasi. Daya beli uang dan gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap
sangat mencemaskan.
Tidak ada satu sebab utama yang dapat “disalahkan” dalam inflasi. Semuanya adalah
akibat gabungan dari penurunan produksi pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi,
manipulasi pasar, high labor cost, pengangguran, kemewaha yang berlebihan, dan sebab-
sebab yang lainnya, seperti perang yang berkepanjangan, embargo, dan pemogokan pekerja.
Adapun negara Eropa yang dianggap bertahan dengan sukses menghadapi inflasi adalh
Inggris.Akan tetapi, hal itu terjadi pada masa-masa perekonomiannya dianggap terbelakang
dibandingkan dengan negara-negara eropa lainnya.Paham “Financial Rectitude” walaupun
banyak dikagumi, tidak pernah menjadi jalan untuk mencapai kemakmuran. Setelah
pertumbuhan pesat (pendanaan kredit) dan simpanan bank akibat kebutuhan pembiayaan
perang dengan Napoleon dan kemudian untuk pembiayaan Perang Dunia I, Inggris terpaksa
menghentikan konvertibilitas antara steerling dengan emas serta juga obsesinya terhadap
penciptaan “superior-quality money” karena terjadi deflasi yang drastic yang diikuti
gangguan social yang sangat serius. Keputusan untuk kembali ke standar emas pada 1925,
yang mendahului beberapa kebijakan yang “mencekik” perekonomian, akhirnya diakhiri
pada 1931. Penderitaan dan kesengsaraan yang terjadi cukup buruk, akan tetapi Inggris tidak
pernah kembali ke standar emas dan menciptakan “superior-quality money” yang dianggap
merupakan sumber kemakmuran dan menjadi kebanggaan selama beberapa abad.
Lebih baru ketika Inggris memutuskan keluar dari European Monetary Union (EMU)
pada tahun 1992 dan membiarkan mata uangnya mengalami depresiasi, ekspor melonjak
naik dan perekonomian tumbuh, sedangkan Negara EMU yang lainnya mengalami stagnasi.
Selain Inggris, Perancis juga mengalami permasalahan antara emas-nilai mata uang-inflasi.
Michael Chevalier (seorang ekonom Perancis pada abad ke-19) dalam karangannya “On the
Probable Fall in the Value of Gold: The Commercial and Social Consequences Which May
Ensue, and the Measures Which It Invites” pada tahun 1859 menyebutkan bahwa
pertambahan penawaran emas akibat diketemukannya tambang-tambang emas baru di
California, Australia, dan Afrika Selatan akan mengakibatkan turunnya harga emas relative
dibandingkan perak yang kemudian akan membawa pada turunnya nilai riil emas (inflasi)
atau naiknya tingkat harga seluruh barang kecuali emas.
Diketahui nahwa ada hubungan yang besar antara kenaikan produksi emas dengan
kenaikan tingkat inflasi di Perancis pada tahun 1870. Hal ini sesuai dengan penelitian Jean
Bodin pada tahun 1568 yang meneliti bahwa meningkatnya jumlah emas dan perak
berhubungan erat dengan meningkatnya tingkat harga-harga secara umum. Inflasi dapat
terjadi karena pada saat tingkat harga secara umum naik, pembeli harus mengeluarkan lebih
banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama.
Dengan kata lain, inflasi tidak akan berlanjut jika tidak “dibiayai” dengan berbagai
cara. Jika konsumen tidak dapat menemukan uang lebih untuk membeli barang demi
mempertahankan tingkat pembelanjaanya, mereka akan membatasi pembelian dengan
membeli libih sedikit yang kemudian pada akhirnya akan membatasi kemampuan penjual
untuk menaikkan harga. Kaum monetaris berpendapat bahwa Revolusi Harga tidak akan
trjadi jika tidak dibantu oleh kenaikan penawaran uang yang berasal dari bullion emas dan
perak yang diproduksi oleh New York (Amerika, Australia, dan Afrika Selatan) yang
walaupun banyak juga emas dan perak tersebut akhirnya ditumpuk oleh pribadi atau institusi
sehingga keluar dari sirkulasi, ataupun jadi perhiasan dan ornament-ornamen untuk
bangunan istana dan katedral serta banyak juga dari emas tersebut yang akhirnya dikapalkan
ke Asia dan tidak pernah kembali lagi.
3. Penyebab Inflasi
Meurut Sukirno bahwa berdasarka pada sumber atau penyebab atas kenaikan harga-
harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk yaitu:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu
komoditas.Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian yang berkembang
pesat.Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan
selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam
mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini yang akan menimbulkan
inflasi, karena terlalu banyak uang yang beredar. Seperti yang telah dipelajari dalam
mikroekonomi, bahwa apabila jumlah permintaan meningkat, sementara disisi lain
penawaran tetap maka akan terjadi kenaikan harga. Kenaikan permintaan inilah yang dapat
memicu terjadinya inflasi.
b. Inflasi desakan biaya (cost push inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Pada saat krisis
ekonomi 1997, ketika banyak industry di Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung
kepada bahan baku impor sehingga ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka
akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari kenaikan
biaya produksi adalah kenaikan harga kepada konsumen.
c. Inflasi Diimpor (Imported Inflation)
Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi di luar negeri. Inflasi ini terjadi
apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran di perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan harga
bahan baku bagi industri di dalam negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila
harga bahan baku tersebut naik maka kenaikan harganya dapat menyebabkan kenaikan harga
pula di dalam negeri.
4. Konsep dan Definisi Inflasi Dalam Perspektif Islam
Ekonomi islam merupakan ikhtiar pencairan sistem ekonomi yang lebih baik
setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa di bayankan betapa tidak adilnya, betapa
pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku skarang ini, yang kaya semakin kaya yang
miskin semakin miskin. Selain itu, dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis banyak
menimbulkan permasalahan. Pertama, ketidakadilan dalam berbagai macam kegiatan yang
tercermin dalam ketidakmerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua,
ketidakstabilan dari sistem ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai gejolak dalam
kegiatannya.
Inflasi Menurut Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441M):
a. NATURAL INFLATION
Sesuai dengan namanya natural inflation, Inflasi ini disebabkan oleh sebab alamiah yang
diakibatkan oleh turunnya Penawaran agregat (AS) atau naiknya Permintaan agregat (AD),
orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegahnya).

MV = PT = Y

Dimana : M = Jumlah uang beredar

V = Kecepatan peredaran uang

P = Tingkat harga

T = Jumlah barang dan jasa (Q)

Y = Tingkat pendapatan nasional (GDP)

Maka natural inflation dapat diartikan sebagai berikut : gangguan terhadap jumlah barang
dan jasa (T) yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan
V tetap, maka konsekuensinya P akan naik. Naiknya daya beli masyarakat secara riil,
misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai impor sehingga secara netto terjadi impor uang
yang mengakibatkan M naik, sehingga jika V dan T tetap, maka P akan naik. Keseimbangan
permintaan dan penawaran juga pernah terjadi dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini
Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai
hadia

Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi dizaman Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
mau menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist: Anas
meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, ” Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga
untuk kami”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menjawab,”Allah-lah Penentu
harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah,
tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan
darah dan harta.”
b. Human error inflation
adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
manusia sendiri (QS Ar-Rum ayat 41).
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi,
supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).

Menurut para ekonomi Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,terutama terhadap fungsi tabungan
(nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan.
Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi
tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan
kata lain”self feeding inflation”
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat
(turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat pada menurunnya dana
pembiayaan yang akan di salurkan.
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan untuk
berang-barang non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity
to consume)
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti pada aset property yaitu tanah dan bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti
pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
5. Sejarah Inflasi Dalam Perspektif Islam

Dalam ekonomi Islam tidak di kenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai
adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabildan di benarkan oleh islam,
namun dinar dan dirham di sini adalah dalam artian yang sebenarnya yaitu yang dalam
bentuk emas maupun perak bukan dinar-dirham yang sekadar nama. Adiwarman Karim
mengatakan bahwa Syekh an-Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang
yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik
penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak,
padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa di jadikan kekayaan.
a. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan tidak
berubah-ubah ketika islam mewajibkan diyat, maka yang dijadikan sebagai
ukurannya adalah dalam bentuk emas.
b. Rasulullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan beliau
menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.
c. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat
tersebut dengan nisab emas dan perak.
d. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi uang
hanya di lakukan dengan emas dan perak, begitu pun dengan transaksi lainnya
hanya di nyatakan dengan emas dan perak.
Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas
yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat di
ketemukannya emas dalam jumlah yang besar di suatu negara, tapi keadaan ini kecil sekali
kemungkinannya. Atau kondisi terjadinya defisit anggaran pada pemerintahan Islam.
Kondisi defisit anggaran pernah terjadipada zaman Rsulullah dan ini hanya terjadi satu kali
yaitu sebelum perang Hunain.

6. Penyabab Inflasi Dalam Perspektif Islam


Adapun beberapa penyebabnya di antaranya :
1. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and abad administration)
2. Pajak yang berlebihan (excessive tax) Excessive tas dapat mengakibatkan
terjadinya efficiency loss atau dead weight loss. Pencetakan uang dengan maksud
menarik keuntungan yang berlebihan (excessive seignorage).

3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (excessive


seignorage).

Pakar Ekonomi Islam, Al-Maqrizi berpendapat bahwa pencetakan uang yang


berlebihan jelas akan mengakibatkan naiknya tingkat harga umum(inflasi). Kenaikan harga
komoditi tersebut adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang (fulus) atau nominal,
sedangkan jika diukur dalam emas (dinar emas) maka harga komoditi tersebut jarang sekali
mengalami kenaikan.

Kesimpulan
1. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidak lancaran distribusi barang.
2. Jenis infasi antara lain; inflasi ingan; sedang ; dan berat
3. Dampak inflasi pada pendapat, efisiensi, output dengan kebjakan fiskal dan kebijakan
moneter
4. Islam tidak mengenal Inflasi karena mata uangnya stabil dengan digunakannya mata
uang dinar dan dirham. Penurunan nilai masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas
yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan, diantaranya akibat
ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali
kemungkinannya. Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M-1441M),
yang merupakan salah satu murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua
golongan yaitu natural inflation dan human error inflation.

Anda mungkin juga menyukai