Anda di halaman 1dari 19

INFLASI, PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah “Ekonomi Makro Islam”

Dosen Pengajar : Norwilistini, SEI, ME

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Elsa Aisyah (2021140181)


Risma (2021140182)
Ranti Saputri (2021140196)
Pina (2022114

PRODI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN 2024
BAB I
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan yang terjadi di negara berkembang merupakan
masalah yang cukup rumit, namun di beberapa negara berkembang telah
berhasil melaksanakan pembangunan dalam segi hal produksi da
pedapaata nasional, kondisi kemiskinan suatu negara atau daerah
merupakan cerminan dari tingkat kesejahteraan penduduk yang tinggal
pada negara atau daerah tersebut. Indonesia adalah negara yang masih
tergolong negara berkembang, dan kemiskinan merupakan masalah yang
menjadi pusat perhatian.1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian inflasi ?
2. Apa pengertian pengangguran ?
3. Bagaimana penyebab dan dampak pengangguran ?
4. Apa pengertian kemiskinan ?
5. Apa saja hubungan pengangguran terhadap kemiskinan ?
6. Apa saja hubungan inflasi terhadap pengangguran
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Inflasi
Menurut Sukirno (2004) inflasi dapat didefinisikan sebagai
kenaikan harga- harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat
inflasi berbeda dari satu periode ke periode yang lain. Dan tingkat inflasi
berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lain. Dimana
tingkatan inflasi itu dibagi menjadi tiga, pertama tingkat inflasi rendah
yaitu dibawah 2 atau 3 persen. Kedua, tingkat inflasi moderat jika
kenaikan harga dapat mencapai 4 sampai 10 persen, dan ketiga adalah

1
Christianto, 2013`
tingkat inflasi yang serius, tingkat inflasi serius terjadi jika kenaikan
mencapai tingkat puluhan atau ratusan persen dalam setahun.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain,.
Dalam praktek, inflasi dapat diamati dengan mengamati gerak dari indek
harga. Tetapi di sini harus diperhitungkan ada tidaknya suppressed
inflation (inflasi yang ditutupi). pemerintah perlu menajalankan kebijakan
menurunkan tingkat inflasi karena bagaimanapun pemerintah mempunyai
peranan yang penting dalam mengendalikan laju inflasi sebab terjadi atau
tidaknya inflasi tergantung dari kebijakan-kebijakan pemerintah dalam
menjalankan roda perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang digunakan
untuk mengatasi masalah inflasi yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter.
Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang
dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil
dan dibenarkan oleh Islam. Syekh An-Nabhani memberikan alasan
mengapa mata uang yang sesuai itu adalah emas. Ketika Islam melarang
praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut
untk emas dan perak, padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa
dijadikan sebagai kekayaan
Taqyuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441) menyatakan seperti
yang dikutip Euis Amalia dalam bukunya Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer, bahwa inflasi terjadi ketika
harga-harga secara umum mengalami kenaikan yang berlangsung secara
terus menerus. Pada saat itu persediaan barang dan jasa mengalami
kelangkaan, sementara konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang
untuk sejumlah barang dan jasa yang sama.
Dalam sejarah moneter, awal munculnya inflasi adalah mulai
diberlakukannya dan beredarnya mata uang dinar dan dirham campuran
(tidak murni) serta fulus sebagai mata uang pokok. Kemudian dimasa
sekarang fenomena inflasi semakin bertambah dengan diterapkannya mata
uang kertas. Sebetulnya hal ini telah diperingatkan oleh ulama seperti
Imam Syafi’i yang melarang pemerintah mencetak dirham yang tidak
murni karena akan merusak nilai mata uang, menyebabkan naiknya harga
dan hal itu merugikan orang banyak serta menimbulkan kerusakan-
kerusakan.
Secara umum penyebab terjadinya inflasi menurut ekonomi Islam
seperti yang dikemukakan al-Maqrizi adalah:
1. Natural Inflation
Yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, manusia
tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah inflasi yang
diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau naiknya
permintaan agregatif (AD↑). Ketika bencana alam terjadi berbagai
bahan makanan, dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen,
sehingga persediaan barang-barang kebutuhan tersebut mengalami
penurunan dan terjadi kelangkaan. Di pihak lain, karena barang-barang
itu sangat signifikan dalam kehidupan, permintaan terhadap berbagai
barang mengalami peningkatan. Harga-harga melambung tinggi jauh
melebihi daya beli masyarakat.
Akibatnya kegiatan ekonomi mengalami kemacetan bahkan
berhenti sama sekali yang pada akhirnya menimbulkan bencana
kelaparan, wabah penyakit, kematian. Keadaan ini memaksa rakyat
untuk menekan pemerintah agar memperhatikan mereka. Untuk
menanggulangi bencana ini, pemerintah mengelurakan dana besar
yang mengakibatkan perbendaharaan negara menjadi berkurang secara
drastic ataudeficit anggaran.Jika memakai persaman MV = PQ
Di mana :
M= jumlah uang beredar
V = kecepatan peredaran uang
P= tingkat harga
Q = jumlah barang dan jasa
Maka natural inflasi dapat diartikan sebagai: Pertama, Gangguan
terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
perekonomian (Q). Jika jumlah barang dan jasa yang diproduksi
menurun (Q↓) sedangkan jumlah uang beredar (M) dan kecepatan
peredaran uang (V) tetap maka konsekwensinya tingkat harga
naik(P↑). Kedua, Naiknya daya beli masyarakat secara riil. Misalnya
nilai ekspor lebih besar dari nilai import, sehingga secara netto terjadi
impor uang yang mengakibatkan jumlah uang beredar menurun (M↓),
jika kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang dan jasa(T) tetap
maka terjadi kenaikan harga (P↑).
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya
menjadi dua yaitu: pertama, Uang yang masuk dari luar negeri terlalu
banyak karena ekxpor meningkat (X↑) sedangkan impor menurun
(M↓) sehingga net export nilainya sangat besar yang mengakibatkan
naiknya permintaan agregatif (AD↑). Keadaan ini pernah terjadi pada
masa Umar ibn Khatab, pada masa itu ekportir yang menjual
barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri
(impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive
net export).
Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang
berupa kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga
pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat (AD↑). Naiknya
permintaan agregat (AD↑) akan mengakibatkan naiknya tingkat harga
(P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan ini Umar melarang
penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi
selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan
agregatif (AD↓), dan tingkat harga kembali normal. Kedua, Turunnya
tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun
embargo ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar
ibn Kahatab yang mengakibatkan kelangkaan gandum yang
berdampak pada naiknya tingkat harga-harga (P↑).
2. Human Error Inflation
Yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Inflasi yang
disebabkan oleh human error inflation terjadi karena :
a. Corruption and bad administration (korupsi dan buruknya
administrasi).Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap,
nepotisme, dan bukan karena kapabilitas akan menempatkan
orang-orang pada berbagai jabatan penting dan terhormat yang
tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental
seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih
jabatan, kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa,
para pejabat tersebut akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk
meraih kepentingan pribadi, baik untuk menutupi kebutuhan
finasial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan
hidup.Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap
penerimaan dan pendapatan Negara.Korupsi akan mengganggu
tingkat harga, karena para produsen akan menaikkan harga jual
barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka
keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi
(cost of goods sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan
MC menjadi ATC2 dan MC2. Sehingga harga jual menjadi naik
dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak mereflleksikan nilai
sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses
produksi.Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang
seharusnya tidak ada sehingga lebih lanjut mengakibatkan
sekonomi biaya tinggi (high cost economy) pada akhirnya akan
terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang tentu akan merugikan
masyarakat secara keseluruhan. Keadaan seperti inilah yang
sebetulnya membuat perekonomian Indoensia semakin terpuruk.
Virus Korupsi dan buruknya administrasi ini mewabah mulai dari
pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai ke
tingkat lurah/ desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan
administrasi dan birokrasi selalu ada uang siluman. Keadaan inipun
sampai ketingkat pedagang kecil, uang takut/keamanan yang
dipungut preman jelas merugikan masyarakat.
b. Excessive tax (pajak yang tinggi). Akibat dari banyaknya pejabat
pemerintahan yang bermental korup, pengeluaran negara
mengalami peningkatan yang sangat drastis, sebagai kompensasi
mereka menerapkan system perpajakan tinggi dan menerapakan
berbagai jenis pajak. Efek yang ditimbulkan oleh pajak yang
berlebihan pada perekonomian hampir sama dengan dengan efek
yang ditimbulkan oleh korupsi dan buruknya administrasi yakni
efisensi loss atau dead weigh loss. Konsekwensinya biaya-biaya
produksi meningkat, dan akan berimplikasi pada kenaikan harga
barang produksi.
c. Excessive seignore (percetakan uang berlebihan). Ketika terjadi
defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi,
maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang
negara, pemerintah melakukan percetakan uang fulus secara besar-
besaran. Menurut al-Maqrizi seperti yang dikutip Adiwarman
Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata
uang secara drastis, akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut al-
Maqrizi kenaikan harga komoditas adalah kenaikan dalam bentuk
jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan emas (dinar ),
harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang
sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan
untuk bertaransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai
nominal yang kecil.2

2
Aqwa Naser Daulany DKK, Ekonomi Makro Islam, Agustus 2019, hal 129
B. Pengangguran
Pengangguran merupakan kondisi orang yang tidak bekerja.
Namun, orang ini sebenarnya adalah bagian dari angkatan kerja. Orang
yang sudah termasuk dalam angkatan kerja tapi tidak memiliki pekerjaan
dan tidak sedang mencari pekerjaan dapat dikategorikan sebagai
pengangguran. Menurut pusat dan latihan ketenaga kerjaan secara istilah
umum yang dimaksud pengangguran yaitu orang yang bisa dan dapat
melakukan kerja tetapi orang tersebut belum bisa memperoleh pekerjaan
yang berpenghasilan. Pengangguran terdapat hubungan dengan
tersedianya lowongan kerja, dimana tersedianya lowongan tersebut
berkaitan dengan investasi dan investasi tersebut diperoleh dari gabungan
tabungan dari sisa pendapatan yang tidak dipakai. Dengan tingginya
pendapatan nasional, maka keinginan untuk membuka tingkat produksi
baru semakin rendah yang nantinya akan mempergunakan pekerja baru.
Menurut definisi Soemitro Djojohadikusumo, angkatan kerja yaitu
sekelompok orang yang berumur 15-64 tahun yang pernah atau pernah
bekerja, tetapi menganggur sementara dan tidak memiliki pekerjaan.
Menurut indikator ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS),
pengangguran yaitu masyarakat yang masih mencari pekerjaan dan tidak
bekerja atau masih merancang usaha baru, atau yang sudah bekerja tetapi
belum mulai bekerja, sehingga tidak mencari pekerjaan. Secara umum,
pengangguran diartikan sebagai kondisi bagi orang yang termasuk dalam
bagian pekerja tidak bekerja dan aktif mencari kerja. Jika seseorang tidak
memiliki pekerjaan namun aktif mencari pekerjaan, dia tidak termasuk
dalam pengangguran.3
Menurut Sadono Sukirno (2004) pengangguran dikualifikasikan
menjadi:
1. Pengangguran Terbuka

3
Hendri Hermawan Adinugraha, dkk, Ekonomi Makro Islam, (Jawa Tenga: PT. Nasya
Expanding Management, Juli 2021), Cet. Ke-1, h. 171
Yang dimaksud ialah orang yang sudah berusaha maksimal untuk
mendapatkan pekerjaan tetapi belum kunjung mendapatkannya.
Disebabkan karena tidak imbangnya jumlah antara lowongan
pekerjaan dengan pekerja.
2. Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran menjadi penyebab pekerja tidak dapat bekerja secara
maksimal karena beberapa hal. Salah satu alasannya adalah beberapa
perusahaan tidak dapat dibandingkan dengan terlalu banyak pekerja,
sehingga aktivitas mereka tidak efisien.
3. Setengah Menganggur
Angkatan yang tidak dapat bekerja secara maksimal yang disebabkan
tidak tersedianya pekerjaan termasuk dalam kategori ini. Selain itu,
kategori ini jam kerjanya kurang dari 35 jam seminggu.. Tenaga kerja
hanya bisa bekerja satu sampai dua hari seminggu, atau hanya satu
sampai empat jam sehari.
4. Pengangguran Musiman
Pengangguran jenis ini sangat dipengaruhi dengan keadaan musim.,
seperti pekerja disektor pertanian dan perikanan. Biasanya
pengangguran musiman ini hanya aktif pada saat panen raya. Setelah
periode ini, mereka terpaksa menganggur.
Angkatan Kerja merupakan istilah yang sering mucul dalam
bahassan tenaga kerja dan pengangguran yaitu jumlah tenaga kerja yang
terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Informasi
yang diperlukan dalam Angkatan Kerja ialah jumlah penduduk usia antara
15 – 64 tahun, disebut sebagai Penduduk Usia Kerja. Jumlah penduduk
usia 15 – 64 tahun yang Tidak Ingin Bekerja, dinamakan Bukan Angkatan
Kerja. Angkatan Kerja Penduduk Usia Kerja Bukan Angkatan Kerja.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Angkatan Kerja/Penduduk Usia
Kerja.
Contoh cara menghitung tenaga kerja dan pengangguran sebagai
berikut:
Penduduk usia kerja: 14.891.761 orang
Angkatan kerja : 9.124.458 orang
Yang bekerja : 8.528.571 orang
Tingkat partisipasi angkatan kerja = 9.124.458/14.891.761 61,3
persen
Jumlah pengangguran = 9.124.458-8.528.571 = 595.887 orang
Tingkat Pengangguran = 595.887/9.124.458 x 100 = 6,5 persen
Keterangan: Tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full
employment) bila tingkat pengangguran kurang dari 4 persen.
Yang dimaksud dengan pengangguran atau orang yang
menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang
Aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang pengangguran biasanya
adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya
kerja. Usia kerja biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sekolah tapi
diatas usia anak-anak (relatif diatas 6-18 tahun, yaitu masa pendidikan dari
SD-tamat SMU). Sedangkan diatas usia 18 namun masih sekolah dapatlah
dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang
memperdebatkan.
Akan tetapi mazhab klasik dengan salah satu teorinya yang
terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan
Bahwa “Supply creates its own demand” atau penawaran menciptakan
permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi maka
pengangguran tidak akan ada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung
Lama, karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa bila
Produsen menghasilkan barang dalam jumlah tertentu maka akan Segera
habis dikonsumsi masyarakat.4
C. Penyebab dan Dampak Pengangguran
Pengangguran merupakan permasalahan ekonomi makro dengan
keterkaitan langsung dengan umat manusia. Secara teori, pengangguran
dapat dibedakan antara lain:

4
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, h. 328-329
1. Perubahan Struktural
Pengangguran terjadi karena perubahan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan pekerjaan orang yang ingin bekerja. Hal ini terjadi
karena adanya sesuatu yang baru dalam penggunaan kontribusi sektor
untuk menata perekonomian. Pekerja yang ingin bekerja di suatu
tempat tidak memenuhi persyaratan sehingga tidak sesuai dengan
persyaratan tersebut.
2. Pengaruh Musim
Biasanya terjadi saat hari ataupun bulan tertentu, contohnya Idul
Fitri atau libur akhir tahun. Pariwisata adalah pilar utama liburan
masyarakat, staf pariwisata di sana akan sangat sibuk bahkan
menyediakan lowongan bagi para penganggur. Namun, dalam kondisi
normal, sektor tersebut akan tetap tenang dan akan ada pengangguran
musiman.
3. Investasi Rendah
Investasi selalu mengikuti perkembangan teknologi. Berinvestasi
dalam modal bisnis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
mengurangi kemiskinan. Sebagai salah satu investasi tingkat rendah
yaitu ketidakstabilan ekonomi, hal ini akan memicu peningkatan
angka pengangguran. Perubahan investasi meningkatkan pendapatan
dan output.
4. Tingkat Keahlian yang Rendah
Keahlian di bidang pekerjaan sangat penting karena mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Sering kali orang yang memiliki keterampilan
tinggi akan produktif dalam bekerja karena sudah mengetahui
keahliannya.5
D. Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidak mampuan secara
ekonomi untuk memenuhi stadar hidup rata-rata masyarakat di suatu
daerah. Kondisi ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya

5
Ibid, h. 175-176
kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa
pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini
juga akan berdampak berkurangnya kemapuan untuk memenuhi standar
hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar
kemiskinan.
Kemiskinan memiliki banyak definisi dan sebagian besar sering
mengaitkan konsep kemiskinan dengan aspek ekonomi. Berbagai upaya
untuk mendefinisikan kemiskinan dan mengidentifikasikan kemiskinan
sebenarnya menghasilkan suatu konsep pemikiran yang dapat
disederhanakan. Pertama, dari sudut pandang pengukuran, kemiskinan
dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan absolut dan relatif. Kedua dari
sudut pandang penyebab, kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi
kemiskinan alamiah dan struktural. Salah satu syarat penting agar suatu
kebijakan pengentasan kemiskinan dapat tercapai maka harus ada
kejelasan mengenai kriteria tentang siapa atau kelompok masyarakat mana
yang masuk ke dalam kategori miskin dan menjadi sasaran program.
Salain itu ada syarat yang juga harus dipenuhi yaitu harus dipamahi secara
tepat mengenai penyebab kemiskinan itu sendiri di masing-masing
komunitas dan daerah/wilayah. Karena penyebab ini tidak lepas dari
adanya pengaruhnilai-nilai lokal yang melingkupi kehidupan
masyarakatnya.6
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan
dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, politik, sosial budaya, dan
partisipasi dalam masyarakat. Bentuk-bentuk kemiskinan yang ada di
Indonesia serta berbagai ragam faktor penyebabnya, tentunya sangat
mempengaruhi rumusan kebijakan yang dibuat. Berbagai kebijakan dan
program yang ada dirasakan masih kurang efektif dalam upaya
menurunkan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal

6
Nunung Nurwati, Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan Jurnal
Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 1, Januari 2008, h. 3
ini terbukti dengan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penduduk
miskin dari masa ke masa.
Kemiskinan absolut biasanya diukur dan dirumuskan dengan
membuat ukuran tertentu yang konkrit. Ukuran tersebut lazimnya
berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat,
seperti sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi, karena ukuran ini dibuat
terlebih dahulu, maka ukuran yang digunakan oleh negara yang satu akan
berbeda dengan negara yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini banyak
mendapat kritikan, antara lain bagaimana mungkin membuat satu ukuran
untuk semua masyarakat, padahal kebutuhan sandang, pangan, dan papan
di antara mereka berbeda. Belum lagi adanya pemikiran yang
memasukkan kebutuhan dasar kultural seperti pendidikan, rekreasi, dan
keamanan sebagai bagian dari kebutuhan dasar hidup.
Konsep kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan the idea of
relative standart, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu.
Dasar asumsinya adalah kemiskinan di suatu daerah belum tentu
kemiskinan di daerah lain. Demikian juga kemiskinan di masa tertentu,
belum tentu disebut sebagai kemiskinan di masa yang lain. Konsep seperti
ini biasanya diukur berdasarkan pada pertimbangan masyarakat tertentu
dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup. Konsep kemiskinan
relatif ini juga mendapat kritikan, antara lain karena sulitnya menentukan
potret hidup yang layak, di mana apa yang dianggap layak di suatu
masyarakat tertentu, belum tentu dianggap layak di masyarakat lain.
Demikian juga keadaan layak hari ini, belum tentu dianggap layak di lain
hari.
Konsep kemiskinan subjektif dirumuskan berdasarkan perasaan
kelompok miskin itu sendiri. Konsep yang ketiga ini tidak mengenal a
fixed yardstik dan juga tidak memperhitungkan the idea of relative
standart. Kelompok masyarakat yang menurut ukuran kita berada di bawah
kemiskinan, boleh jadi masyarakat tersebut tidak pernah menganggap diri
mereka berada di dalam kemiskinan. Demikian juga sebaliknya, kita
menganggap mereka tergolong mampu, namun mereka meletakkan diri
mereka pada kelompok tidak mampu. Konsep ini dinilai oleh beberapa
ahli sebagai konsep kemiskinan yang lebih tepat serta mempermudah bagi
pengambil kebijakan dalam merumuskan cara atau strategi yang efektif
untuk mencari jalan keluarnya.7
Kemiskinan absolut yang berarti sebagai suatu keadaan dimana
tingkat pendapatan dari suatu orang tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan
pendidikan. Ukuran ini dikaitkan dengan batasan pada kebutuhan pokok
atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang dapat
hidup layak. Seseorang yang memiliki pendapatan di bawah pendapatan
minimum maka orang tersebut dikatakan miskin.
Kemiskinan relatif yaitu kemiskinan yang berkaitan dengan
distribusi pendapatan yang mengukur ketidakmerataan. Dalam kemiskinan
relatif ini seseorang yang telah mampu memenuhi kebutuhan minimumnya
belum tentu dikatakan tidak miskin. Kondisi seseorang atau keluarga
apabila dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya mempunyai
pendapatan yang telah rendah maka keluarga tersebut masih berada dalam
keadaan miskin. Dengan kata lain kemiskinan ditentukan oleh keadaan
sekitarnya dimana orang tersebut tinggal.8
Ada beberapa pengertian kemiskinan di Indonesia diberikan oleh
banyak ahli sebagai berikut:
1. Menurut Sajogyo kemiskinan adalah suatu tingkatan kehidupan yang
berada dibawah standar kebutuhan hidup minimal yang ditetapkan
berdasarkan kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup
bekerja dan hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan
kebutuhan gizi.

7
Naerul Edwin Kiky Aprianto, Kemiskinan Dalam Perspektif Ekonomi Politik Islam, Jurnal
Ekonomi Islam, Vol.8 No.2 Juli - Desember 2017, h 174
8
Arya Dwiandana Putri, Pengaruh Umur, Pendidikan, Pekerjaan Terhadap Pendapatan
Tangga Miskin Di Desa Bebandem, E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol. 2,
No. 4, April 2013, h.178
2. Menurut Salim kemiskinan adalah keadaan penduduk yang meliputi
hal-hal yang tidak memiliki mutu tenaga kerja tinggi, jumlah modal
yang memadai, luas tanah dan sumber daya alam yang cukup, keaslian
dan keterampilan yang tinggi, kondisi fisik dan rohaniah yang baik
dan rangkuman hidup yang memungkinkan perubahan dan kemajuan.
3. Menurut Soemitro kemiskinan ditandai dengan tingkat hidup rendah
dan tertekan. Ini merupakan akibat dari serangkaian keganjilan dan
kepincangan yang terdapat pada pertimbangan keadaan dasar dan
kerangka susunan masyarakat itu sendiri dan menyangkut beberapa
masalah yaitu:
a. Keadaan faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat sebagai
sumber produksi yang menyangkut sumber daya alam, modal dan
keterampilan. Secara umum dapat dikatakan negara-negara
berkembang termasuk Indonesia kekurangan modal keterampilan.
b. Kepincangan akibat sebagai sektor ekonomi, modal dan
penggunaan teknologi, dimasa lampau dilakukan paling intensif
justru disektor-sektor yang terbatas yaitu sektor perkebunan dan
pertambangan.
E. Hubungan pengangguran terhadap kemiskinan
Pengaruh buruk dari pengangguran terhadap kemiskinan menurut
Sukirno, (2004) adalah pendapatan masyarakat berkurang karena tidak
memiliki pekerjaan yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran
yang telah dicapai seseorang. Kesejahteraan masyarakat semakin menurun
karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak
dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Bila pengangguran
yang terjadi di suatu negara sangat buruk, hal ini dapat berdampak pada
kekacauan politik, sosial, menimbulkan efek yang buruk bagi
kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam
jangka panjang.
Faktor yang mempengaruhi perluasan kesempatan kerja antara
lain: perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan
ekonomi dan kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja itu
sendiri. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
penting disamping sumber alam, modal dan teknologi. Tenaga kerja
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan, sebagai
pelaku pembangunan. Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang
begitu nyata dan dekat dengan lingkungan, bahkan masalah
ketenagakerjaan dapat menimbulkan masalah baru baik di bidang ekonomi
maupun non-ekonomi. Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan
rendahnya pendapatan yang selanjutnya memicu munculnya kemiskinan.
F. Hubungan inflasi terhadap kemiskinan
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat
memiliki permintaan melebihi jumlah uang yang tersedia. Proses
perebutan pendapatan antar golongan masyarakat masih menimbulkan
permintaan agregat (keseluruhan) yang lebih besar daripada jumlah barang
yang tersedia, mengakibatkan harga secara umum naik. Dalam jangka
pendek kenaikan inflasi menyebabkan pertumbuhan perekonomian, namun
dalam jangka panjang tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan
dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi akan menyebabkan harga
barang domestik relatif lebih
mahal dibanding dengan harga barang impor. Masyarakat
terdorong untuk membeli barang impor yang lebih murah dibandingkan
barang domestik. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunnya daya
saing produk domestik menyebabkan barang impor naik. Kurang
bersaingnya barang domestik menyebabkan rendahnya permintaan
terhadap produk dalam negeri. Sejumlah perusahaan akan mengurangi
produksi. Produksi berkurang berimbas kepada pengurangan pekerja
kehilangan pekerjaannya.
Badan Pusat Statistik (2013) mencatat tingginya laju inflasi bisa
menaikkan ukuran garis Kemiskinan. Pasalnya, harga barang dan jasa
menjadi salah satu penentu tolok ukur garis Kemiskinan. Kenaikan inflasi
pasti akan menaikkan garis kemiskinan. Ketika laju inflasi bergulir dan
Nilai mata uang riil berfluktuasi sangat besar maka inflasi yang meningkat
pada gilirannya akan Diikuti oleh peningkatan batas garis kemiskinan
sebagai akibat dari peningkatan laju inflasi akan Mendorong terjadinya
peningkatan jumlah penduduk miskin bila tidak diikuti oleh peningkatan
daya Beli atau peningkatan pendapatan masyarakat terutama kelompok
masyarakat yang berpendapatan Rendah.9
G. Hubungan pegangguran dan inflasi

9
N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi Terjemahan. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2003)
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hendri Hermawan, dkk, Ekonomi Makro Islam, Jawa Tenga: PT.
Nasya Expanding Management, Juli 2021, Cet. Ke-1
Christianto, 2013
Mankiw, N. Gregory, Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003
Nurwati, Nunung, Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan
Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 1, Januari 2008
Putri,Arya Dwiandana, Pengaruh Umur, Pendidikan, Pekerjaan Terhadap
Pendapatan Tangga Miskin Di Desa Bebandem, E-Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana Vol. 2, No. 4, April 2013
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, h. 328-329

Anda mungkin juga menyukai