Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kabupaten Seram Bagian Barat adalah salah
satu kabupaten di provinsi Maluku, Indonesia. Kabupaten ini berdiri pada 18 Desember 2003.
Kabupaten ini memiliki penduduk berjumlah 212.393 jiwa pada tahun 2020 dan
masyarakatnya sangat beragam latar belakang, baik suku maupun agama. Sementara itu,
pusat pemerintahan berada di Piru, bagian dari kecamatan Seram Barat, yang berpenduduk
16.628 jiwa.
Secara administratif di sebelah Utara dan Selatan berbatasan dengan Laut Seram, di sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah, dan di sebelah Barat bertetangga
dengan Kabupaten Buru.
Pusat kegiatan sebagian besar berlangsung di Piru, ibu kota kecamatan Seram Barat, bukan
di Dataran Hunipopu, ibu kota versi UU Nomor 40 itu. Karena fasilitas umum lebih lengkap,
pada awalnya Kairatu yang diusulkan sebagai ibu kota sementara, tetapi kemudian muncul
perdebatan hingga akhirnya Piru yang terpilih. Sementara Hunipopu masih berupa wilayah
kosong.

Kabupaten Seram bagian barat, merupakan salah satu kabupaten di Maluku tangan yang rata-
rata pekerjaan masyarakat adalah di sektor pertanian walaupun sebagian besar wilayah
kabupaten Seram bagian barat adalah lautan.
Berbicara tentang Laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, seram bagian
barat belum dapat dikatakan sejatrah karna dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang belum
merata. Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah
tingkat pendapatannya. Dengan pendapatan yang tinggi akan mendorong naiknya konsumsi
masyarakat, sehingga permintaan barang-barang naik. Naiknya permintaan akan berakibat
memacu jumlah produksi barang sehingga harga-harga barang menjadi naik. Pertumbuhan
ekonomi suatu daerah memiliki kaitan dengan laju inflasi suatu daerah. Suatu daerah memliki
pertumbuhan ekonomi yang baik jika memliki laju inflasi yang stabil.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang
berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat,
maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan
turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai
uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.
Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestic relatif lebih mahal
dibandingkan dengan harga barang import. Pertumbuhan ekonomi tanpa diikuti penambahan
tenaga kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dan panambahan
pendapatan tersebut (ceteris paribus) yang akhirnya akan menimbulkan dampak kondisi
pertumbuhan ekonomi dimana nilai eksport menjadi tinggi. Hukum Okum menyatakan
apabila terjadi penurunan PDB 2 persen PDB secara relative terhadap PDB potensial maka
akan terjadi kenaikan tingkat pengangguran sebesar satu persen. Penurunan pada produksi
barang dan jasa yang terjadi selama masa resesi selalu berkaitan dengan peningkatan jumlah
pengguran.
Adapun tujuan utama yang akan dicapai dalam pembuatan jurnal ini adalah untuk mengetahui
berapa besar pengaruh realisasi nilai ekspor dan jumlah pengangguran terhadap laju inflasi di
Kabupaten Seram Bagian Barat. Dan diharapkan diharapkan dapat membantu penulis untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang masalah realisai nilai ekspor dan jumlah pengangguran
serta pengaruhnya dalam menekan laju inflasi.
Berdasarkan uraian di atas nilai ekspor dan pengangguran merupakan faktor yang
mempengaruhi laju inflasi dan jika inflasi tidak stabil maka hal tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi di kabupaten seram bagian barat. Sehingga dengan data dari Badan
Pusat Statistik Kabupaten Seram Bagian Barat maka Peneliti tertarik untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh nilai ekspor dan jumlah pengangguran terhadap laju inflasi di
kabupaten Seram Bagian Barat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh Reliasai nilai ekspor dan jumlah pengangguran
terhadap laju inflasi
2. Apakah terdapat pengaruh masing – masing variabel terhadap laju Inflasi
1.3 Tujuan penelitian
Melihat pengaruh Realisasi nilai ekspor dan jumlah pengangguran terhadap Laju
inflasi dan melihat pengaruh masung-masing variabel terhadap laju Inflasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan pustaka
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa
dan perrtambahan produksi barang modal. Suatu perekonomian dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasanya
meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit mencatat jumlah unit barang dan
jasa yang dihasilkan selama periode tertentu, oleh karna itu angka yang
digunkaan untuk menaksir output adalah nilai moneternya (uang) yang
tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto.
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah
PDB berdasarkan harga konstan. Sebab, dengan menggunakan harga konstan,
pengaruh perubahan harga telah dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang
muncul adalah nilai uang dari output barang dan jasa, perubahan nilai PDB
sekaligus menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang
dihasilkan selama periode pengamatan (Manurung & Rahardja, 2008). Model
klasik tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga kita dapat menulis
persamaan :

Q = f (K, L, T, U, M, W, I)

dimana:
Q adalah output atau PDB;
K adalah barang modal;
L adalah tenaga kerja;T adalah teknologi;
U adalah uang; M adalah manajemen;
W adalah kewirausahaan (entrepreneurship); dan
I adalah informasi.

Persamaan diatas secara sederhana menunjukkan faktor-faktor yang


menentukan
pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor penentu penentu pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefenisikan sebagai penjelasan mengenai
faktor-faktor.
Jadi teori pertumbuhan tidak lain adalah suatu ceritera (yang logis) mengenai
bagaimana proses pertumbuhan terjadi. Selanjutnya teori-teori pertumbuhan
ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor
penentu pertumbuhan ekonomi. Perbedaan antara teori yang satu dengan yang
lain terletak pada perbedaan fokus pembahasan dan atau asumsi-asumsi yang
digunakan.
2.1.2 Teori Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikkan harga t harga umum barang-barang secara terus
menerus. Ini tidak berarti bahwa harga t harga berbagai macam barang itu naik
dengan
persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah
bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus
menerus selama periode tertentu. Badan Pusat Statistik (2013) mencatat tingginya
laju inflasi bisa menaikkan ukuran pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, harga barang
dan jasa menjadi salah satu penentu tolok ukur pertumbuhan ekonomi. Kenaikan
inflasi pasti akan menaikkan laju pertumbuhan ekonomi.
Melalui proses inflasi terus menerus, pemerintah dapat mengambil alih secara
rahasia dan tanpa jejak. Dengan cara ini mereka bukan hanya mengambil alih,
tetapi mereka mengambil alih secara arbitre dan sementara proses tersebut dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Bila dikaitkan dengan
Laju pertumbuhan ekonomi maka ketika laju inflasi bergulir dan nilai mata uang
riil berfluktuasi sangat besar maka inflasi yang meningkat pada gilirannya akan
diikuti oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari peningkatan
laju inflasi akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin bila
tidak diikuti oleh peningkatan daya beli atau peningkatan pendapatan masyarakat
terutama kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Secara garis besar
teori yang membahas tentang inflasi dapat dibagi dalam tiga kelompok dengan
masing-masing menyoroti aspek- aspek tertentu dari proses terjadinya inflasi.
Ketiga teori inflasi sebagai berikut :

a. Teori Kuantitas
Teori ini dikenalkan oleh Irving Fisher, menurut teori ini inflasi terjadi
karena adanya pengaruh dari banyaknya jumlah uang yang beredar dan
ekspetasi masyarakat mengenai kenaikan harga.

b. Teori Keynes
Dalam teori Keynes, Inflasi terjadi karena adanya sebagian masyarakat
yang hidup diluar dari batas ekonominya, sehingga permintaan
masyarakat terhadap suatu barang akan melebihi jumlah yang telah
tersedia. Biasanya masyarakat dalam golongan ini akan mengusahakan
untuk memperoleh dana tambahan diluar batas kemampuan ekonominya
sehingga segala bentuk keinginannya dapat terpenuhi.

c. Teori Strukturalis
Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian
negara-negara sedang berkembang, karena inflasi dikaitkan dengan
faktor-faktor struktural dari perekonomian (yang Menurut defenisi faktor-
faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang)
maka teori ini bisa disebut teori inflasi “jangka panjang”. Menurut teori
ini, ada dua ketegaran utama dalam perekonomian negara-negara sedang
berkembang yang dapat menimbulkan inflasi antara lain
 Ketidak-elastisan penerimaan ekpor
 Ketidak-elastisan dari supply atau produksi bahan makanan di
dalam negeri.

2.1.3 Pengangguran
Menurut Sukirno (2013) terdapat 3 kelompok angkatan kerja berdasarkan
Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approch), antara lain:
 Menganggur (Unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan
 Setengah menganggur (Underemployed), yaitu mereka yang bekerja
tetapi belum dimanfaatkan secara penuh
 Bekerja Penuh (Employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh
atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu
Dalam membicarakan mengenai pengangguran yang selalu diperhatikan
bukanlah mengenai jumlah pengangguran, tetapi mengenai tingkat
pengangguran yang dinyatakan sebagai persentasi dari angkatan kerja.
Untuk melihat keterjangkauan pekerja (kesempatan bekerja), maka
digunakan rumus Tingkat Pengangguran Terbuka. Definisi dari tingkat
pengangguran terbuka ialah persentase penduduk yang mencari
pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan,
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dari sejumlah angkatan
kerja yang ada (BPS).
2.1.4 Nilai ekspor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspor adalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspor adalah pengiriman
barang dagangan ke luar negeri. Mengekspor adalah mengirimkan barang
dagangan ke luar negeri.Pengekspor adalah pedagang besar yang
mengirimkan barang-barang dagangan ke luar negeri. Pengeksporan adalah
proses, cara, perbuatan mengirim barang dagangan ke luar negeri.
Penjual atau pihak yang mengirim barang ke luar negeri disebut pengekspor
atau eksportir sementara penerima barang dari luar negeri disebut importir,
ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih
mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. Strategi lainnya misalnya
franchise dan akuisisi. Di Indonesia, kegiatan ekspor diatur dalam dalam
Undang-undang Nomor 17.
Menurut teori, ekspor merupakan kegiatan penjualan barang dan jasa yang
dilakukan oleh produsen dalam negeri kepada konsumen luar negeri, yang
biasanya melalui perantara bank sebagai penjamin dan untuk melancarkan
transaksi (Bambang Triyoso, 1984) Ekspor tidak bergantung pada keadaan di
dalam negeri, tetapi justru berpengaruh pada pendapatan dari masyarakat luar
negeri. Ekspor khususnya net Ekspor, dapat mempengaruhi Produk Domestik
Bruto (PDB) suatu negara. Naiknya ekspor akan menambah net ekspor, yang
tentu saja akan menaikkan PDB secara bersamaan. Pertumbuhan ekonomi
dinyatakan dengan kenaikan output dan pendapatan riil perkapita memang
bukanlah satu-satunya sasaran di negara-negara berkembang, namun
kebijakan ekonomi dalam meningkatkan pertumbuhan output perlu dilakukan
karena merupakan syarat penting untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat dan untuk mendukung tujuan kebijakan pembangunan lainnya.
David Ricardo pemikir ekonomi yang paling menonjol dari mazhab klasik
menunjukkan bahwa apabila suatu negara sudah mencapai full employment,
perdagangan luar negeri memungkinkan negara tersebut mencapai tingkat
konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa adanya perdagangan
luar negeri. Analisa Ricardo menjelaskan tentang keuntungan yang diperoleh
dari perdagangan luar negeri apabila masing-masing negara mengadakan
spesialisasi, yaitu memperbesar produksi barang-barang yang mempunyai
keuntungan berbanding (keunggulan komparatif).Keuntungan lainnya yang
terutama dinikmati oleh negara-negara yang tingkat perkembang-annya masih
rendah. Perdagangan luar negeri akan memberikan kesempatan pada mereka
untuk menggunakan tehnik produksi yang lebih baik, yang dapat diperoleh
dari negara-negara yang lebih maju, mengimpor modal dari negara-negara
lain dan dengan demikian dapat meningkatkan produksi diatas yang mungkin
dicapai apabila pembentukan modal hanya dibiayai oleh modal yang
dikerahkan di dalam negeri, dan mengembangkan ide-ide baru yang dapat
menghancurkan pengaruh kebiasaan-kebiasaan lama, menciptakan keinginan-
keinginan baru, mengembangkan cita-cita baru dan memperluas pandangan
ke depan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penilitian ini dilakukan pada kabupaten Seram Bagian Barat dengan data yang diambil dari
website bps.sbb.com . Penilitian yang dilakukan merupakan jenis penilitian deskriptif
kuantitatif. Penilitian ini merupakan Penilitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
nilai ekspor dan jumlah pengganguran terhadap laju infllasi. Jenis data yang digunakan dalam
Penilitian ini adalah data sekunder. Data tersebut merupakan data kuantitatif yang bersifat
runtun waktu (time series) dalam kurun waktu 2016-2020. Data tentang nilai ekspor dan
jumlah pengganguran diambil dari website Badan Pusat Statistik kabupaten Seram Bagian
Barat. Refrensi lainya yang relevan juga digunakan untuk melengkapi pemaparan hasil
penilitian, misalnya dari laporan hasil penelitian, jurnal, dan publikasi terkait lainya.

Variabel terikat atau Dependent Variabel pada penelitian ini adalah laju inflasi (Y) .
sedangkan variabel bebas atau Independent Variabel ada dua variabel yaitu nilai ekspor (X1)
yang digambarkan dalam data ekspor tahun 2016-2020 dan jumlah pengangguran (X2)
adalah data jumlah pengganguran yang diyatakan dalam satuan persen dari tahun 2016-2020

Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh realisasi nilai ekspor dan jumlah pengganguran
terhadap laju inflasi. Sehingga untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel dalam penelitian
ini maka digunakan rumus :
Y =b0 +b 1 X ! + b2 X 2 +¿ C

Dimana
Y = Laju Inflasi
X1 = Nilai Ekspor
X2 = Jumlah Pengangguran
C = Konstanta
Disamping itu akan dilakukan uji f dan uji t untuk melihat pengaruh semua variabel
independent terhadap variabel dependent maupun pengaruh masing-masing variabel
independent terhadap variabel dependent.

Anda mungkin juga menyukai