Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INFLASI DAN INDEKS 

HARGA

08MAR
KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah
ini sebagai tugas dari guru mata pelajaran Ekonomi kami. Selain itu, makalah ini
dibuat agar kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran lebih lanjut
mengenai Inflasi dan Indeks Harga. Makalah ini disusun berdasarkan
kepentingan-kepentingan dan pembahasan pokok terkait dengan Inflasi dan
Indeks Harga.

    Dengan selesainya makalah ini, pembaca diharapkan mampu memahami


tentang inflasi dan indeks harga sebagai salah satu bagian dari laju pertumbuhan
ekonomi dalam kehidupan ekonomi manusia. selain itu, setelah pembaca
mampu memahami, pembaca juga diharapkan mampu menerapkan
pemahamannya tentang inflasi dan indeks harga dalam kehidupan ekonomi
sehari-hari

Barru, Februari 2012

Tim Penulis        

 
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Inflasi

Seperti telah diketahui, secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan jasa)
umum yang terjadi secara terus menerus. Data mengenai perkembangan harga dapat didasarkan pada cakupan
barang dan jasa secara komponen pembentuk PDB (deflator PDB), cakupan barang dan jasa yang diperdagangkan
antara produsen dengan pedagang besar atau antar pedagang besar (Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB),
ataupun cakupan barang dan jasa yang dijual secara eceran dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat (Indeks
Harga Konsumen/IHK). Dalam kaitan ini, cara penghitungan inflasi didasarkan pada perubahan indeks pada periode
tertentu dengan indeks periode sebelumnya. Sebagai contoh, laju inflasi bulanan dihitung dari perubahan indeks
bulan ini dari indeks bulan sebelumnya, sementara inflasi tahunan dihitung dari indeks pada bulan yang sama dari
tahun sebelumnya.

Dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000 Bank Indonesia pada mulanya
menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang akan dicapinya untuk yahun yang bersangkutan. Sasaran
ditetapkan untuk inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari
kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan (administered
prices and income policy). Sebagai contoh, sasaran inflasi ditetapkan sebesar 3-5%.

Seperti dikemukakan diatas, penentuan sasaran inflasi dilakukan dengan memperhatikan prospek ekonomi makro
dan karenanya didasarkan pada perkembangan dari proyeksi arah pergerakan ekonomi kedepan. Hal ini didasrakan
pada pertimbangan bahwa terdapat ketidak sejalanan (trade-off) antara pencapaian inflasi yang rendah dengan
keinginan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia tidak ingin
menargetkan inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihan ekonomi nasional. Untuk ini dengan
menggunakan model-model makroekonomi yang dikembangkan, Bank Indonesia menganalisis dan memproyeksi
beberapa laju pertumbuhan ekonomi kedepannya, dengan berbagai komponen-komponennya dan komposisinya
yang didorong oleh sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Dengan cara ini, dapat diukur kecenderungan terjadinya
kesengajaan antara besarnya permintaan dengan penawaran agregat (yang diukur dengan output potensial), atau
yang sering disebut output gap ‘kesenjangan output’. Besarnya output gap inilah yang diperkirakan akan
menentukan besarnya tekanan terhadap inflasi kedepannya.

Perubahan kewenangan penetapan sasarn inflasi tersebut diperkirakan tidak akan mengubah secara mendasar jenis
dan besarnya sasaran inflasi. Hal ini mengingat selama ini telah terjadi koordinasi yang baik antara pemerintah dan
Bank Indonesia, khususnya dalam penetapan asumsi-asumsi variable ekonomimakro dalam proses penyusunan
APBN yang didalamnya termasuk besarnya laju inflasi ke depan. Barangkali yang diperlukan adalah pembakuan
mekanisme koordinasi yang selama ini telah terjalin antara pemerintah dan Bank Indonesia. Termasuk didalamnya
adalah mekanisme pengumuman sasaran inflasi oleh pemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia. Dengan
cara demikian, tidak saja koordinasi dan komitmen antara pemerintah dan Bank Indonesia akan semakin tinggi,
tetapi juga digunakan publik dalam pencapaian sasaran inflasi yang ditetapkan juga akan semakin besar.

Indeks Harga

Dalam ilmu ekonomi, harga diartikan sebagai suatu ukuran yang berkenaan dengan nilai suatu
barang dalam kegiatan pertukaran. Ada dua sebab munculnya harga, yaitu karena kelangkaan
dan karena kegunaan. Agar mendapatkan barang yang dibutuhkan, seseorang harus membayar
harga sesuai dengan yang ditentukan.
Harga barang yang terjadi di pasar seringkali berfluktuasi (naik/turun). Perubahan harga tersebut, sering
merugikan pihak yang berkaitan (konsumen maupun produsen). Oleh karena itu, seringkali pemerintah
campur tangan dalam menetapkan harga ini, terutama untuk barang-barang tertentu. Campur tangan
pemerintah itu disebut politik harga.

Melalui kebijakan harga tersebut, diharapkan stabilitas harga dapat terjamin sehingga tidak terjadi
penetapan harga yang sewenang-wenang oleh para produsen. Di samping itu, harga barang hasil
produksi dapat terjangkau oleh masyarakat, bahkan apabila memungkinkan dapat terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, sehingga kemakmuran dan kesejahteraan dapat tercapai.

Dalam mengendalikan harga-harga tersebut, pemerintah menetapkan politik harga secara kontinu. Politik
harga dapat dilakukan pemerintah dengan cara membandingkan harga setiap komoditas pada suatu
periode dengan periode yang lain. Untuk mengukur besarnya perubahan-perubahan tersebut, pemerintah
akan menetapkan suatu nilai standar atas dasar periode tertentu yang dianggap normal atau stabil. Nilai
standar yang dijadikan pedoman oleh pemerintah untuk mengendalikan harga itu disebut Indeks Harga.

BAB II

PEMBAHASAN

INFLASI

Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-
harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut
tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode
tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah
merupakan inflasi.

BAGAIMANA TERJADINYA INFLASI?

Tingkat inflasi untuk bulan Oktober 2005 yang sangat tinggi itu (8,75%) masih membuat prihatin banyak kalangan.
Karena ada yang disebut core inflation, atau inflasi inti, oleh Bank Indonesia yang besarnya sekitar 7-8% setahun
maka kedua pengaruh inflasi ini secara agregatip menimbulkan inflasi lebih dari 15% setahun. Maka arti inflasi
harus disikapi.

Arti atau definisi umum dari inflasi adalah gejala kenaikan harga secara umum (artinya semua harga terpengaruhi)
oleh karena “terlalu banyak uang mengejar jumlah barang yang jumlahnya tidak bertambah”. Inflasi dalam artian ini
adalah gejala effective demand yang terlalu besar, entah oleh karena akibat kebijakan fiskal (anggaran belanja
pemerintah) atau oleh kebijakan moneter dari bank sentral. Misalnya, dalam masa pertama RI inflasinya tinggi
sekali oleh karena kebijakan fiskal terlalu “gampangan” (loose). Artinya, kalau pemerintah memerlukan uang maka
ditempuh jalan yang mudah, yakni cetak saja uang baru. Usaha untuk mengumpulkan pajak baru merupakan usaha
serius di zaman yang mutakhir. Pada tahap berikutnya maka dalil untuk “mencetak saja uang kalau diperlukan
pemerintah” dikoreksi. Pembiayaan defisit anggaran belanja pemerintah diusahakan dengan cara yang tidak
langsung menuju ke pencetakan uang baru. Maka pada tahap itu menarik pinjaman luar negeri menjadi jalan keluar
yang sering ditempuh oleh pemerintah. Ini sesuai dengan prinsip umum pembiayaan defisit anggaran belanja
pemerintah yang non-inflator, yakni berhutang saja dari luar dan dalam negeri, atau/dan menjual asset negara.
Menjual asset negara untuk menutup defisit juga merupakan upaya yang lebih mutakhir, yakni dengan menjual
BUMN, entah sebagian sahamnya atau secara keseluruhan (privatisasi).

Bank Indonesia sebagai bank sentral sekarang mempunyai misi tunggal, yakni menjaga nilai rupiah, artinya sekuat
tenaga berusaha mengekang inflasi. Kalau ada tekanan inflasi yang meninggi maka BI menaikkan suku bunganya
(BI rate atau SBI) sehingga mengerem pengeluaran kredit baru oleh sistim perbankan. Akan tetapi kalau inflasi tetap
memuncak maka BI menghadapi dilema, seperti sekarang ini juga.

Secara umum terdapat dua jenis inflasi yakni kenaikan harga Indeks Harga Konsumen (IHK) yang merupakan
headline inflation dan inflasi inti (core inflation). Kenaikan harga BBM merupakan faktor administered price atau
kenaikan harga yang dipicu oleh kebijakan pemerintah.

Masalahnya, salah satu yang bisa memicu kenaikan inflasi inti itu adalah ekspektasi masyarakat akibat kenaikan
harga BBM. Yang terjadi seringkali kenaikan BBM diikuti dengan kenaikan harga barang-barang dan jasa, termasuk
yang tidak terkait langsung dengan kenaikan BBM.

Pemerintah juga perlu menyalurkan sebagian dana untuk investasi infrastuktur. Sebab selama ini hal yang
menaikkan inflasi IHK adalah ketidaklancaran distribusi barang dan bahan pokok. Apabila distribusi lancar maka
inflasi juga akan dapat ditekan.

Laju inflasi yang begitu tinggi, yang ditandai dengan melambungnya harga barang dan jasa, dikhawatirkan
mendorong masyarakat mengorbankan pendidikan dan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kondisi itu
bisa semakin menurunkan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia sehingga daya saingnya semakin
merosot.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sri Adiningsih, mengatakan kepada Pembaruan di
Jakarta, Senin (7/11), kenaikan laju inflasi yang dibarengi dengan kenaikan harga akan menyebabkan masyarakat
memilih secara ketat pengeluaran rumah tangganya.

Berkaitan dengan hal itu masyarakat akan menempatkan kebutuhan pangan se- bagai prioritas utama dalam belanja
rumah tangga. Sedang kebutuhan lainnya, termasuk pendidikan dan kesehatan, tidak masuk dalam prioritas.

Untuk itu, Adiningsih mengimbau pemerintah dan Bank Indonesia (BI) betul-betul bekerja keras meminimalisasi
dampak inflasi terhadap ekonomi, terutama di tingkat rumah tangga, dengan memberikan insentif dan stimulus dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dinilai cukup longgar pascakenaikan BBM.

Penyebab Inflasi

a) Tarikan permintaan (Demand pull inflation)

Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi.
Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi terjadi
karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga
dikenal dengan istilah demand pull inflation.

b) Desakan biaya (Cost push inflation)

Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output)
yang dihasilkan ikut naik.

Jenis-Jenis Inflasi

Jenis Inflasi Menurut Sifatnya

Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu negara dalam waktu yang berbeda.
Atas dasar besarnya laju inflasi maka dapta dibagi ke dalam tiga kategori yaitu
Merayap (creeping inflation)

Ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun). Kenaikan harga berjalan secara lambat,
dengan persentase yang kecit serta dalam jangka yang relatif lama.

inflasi menengah (galloping inflation)

ditantai dengan kenaikanharga yang cukup besar dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai siat akselarasi
(harga dalam waktu mingguan atau bulanan) efeknya terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang
merayap (creeping inflation)

inflasi tinggi (hyper inflation)

merupakan inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan untuk menyimpan uang sebab nilai uang merosot dengan tajam seingga ingin ditukarkan dengan uang
sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini timbul apa bila
pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.

Jenis Inflasi Menurut Sebabnya

1. Demand-pull inflation

Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan pemintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada
keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan hampir
kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapt juga menaikkan hasil produksi
(output).

2. Cost-push inflation

Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya
produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan
dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini
dapat timbul karena beberapa factor diantaranya :

perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah

Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan
harga (yang lebih tinggi).
Kenaikan harga bahan baku industri.

Berdasarkan Sumber atau Penyebab Kenaikan Harga Inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut :

Inflasi Tarikan Permintaan : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh pertambahan pengeluaran yang besar yang
tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan memproduksi yang tersedia.

Inflasi Desakan Biaya : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat
kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.

Inflasi Diimpor : kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai
bahan mentah produksi dalam negeri.

Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi

1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan
adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh endapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang
yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita
kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.

2. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)

Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan
permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.

3. Efek terhadap Output (Output Effects)

Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effects) digunakan suatu anggapan bahwa output
tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah
output tertentu tersebut.

E. Penggolongan Inflasi
a) Berdasarkan asal timbulnya inflasi

1. Inflasi berasal dari dalam negeri, misalnya sebagai akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri, yaitu inflasi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini terjadi akibat
biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

b) Berdasarkan cakupan pengaruh kenaikan harga

Jika kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara kontinu disebut inflasi
tertutup (closed inflation), dan apabila kenaikan harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi terbuka (open
inflation), sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya dan setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tak terkendali (hyperinflation).

c) Berdasarkan parah atau tidaknya inflasi

Berdasarkan parah atau tidaknya, inflasi dapat digolongkan:

1. inflasi ringan (di bawah 10% setahun),

2. inflasi sedang (antara 10%–30% setahun),

3. inflasi berat (antara 30%–100% setahun), dan

4. inflasi tak terkendali (di atas 100% setahun)

F. Dampak Inflasi

Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik,
yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan mengadakan
investasi.

Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung,
atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap,
seperti pegawai negeri atau karyawan swasta, serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

a) Bagi pemilik pendapatan tetap dan tidak tetap

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan
pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya,
uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan
pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga dengan
pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

b) Bagi para penabung

Inflasi menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang tabungan
menghasilkan bunga, tetapi jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap menurun. Jika orang tidak menabung,
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari
bank yang diperoleh dari tabungan masyaraka

c) Bagi debitur dan kreditur

Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang
kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada
saat peminjaman.

d) Bagi produsen

Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan Jika pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya
produksi. Jika hal ini terjadi, produsen terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada
pengusaha besar). Namun, jika inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen dapat menghentikan produksinya untuk
sementara waktu, bahkan jika tidak sanggup mengikuti laju inflasi, dapat gulung tikar (biasanya terjadi pada
pengusaha kecil).

e) Bagi perekonomian nasional

1. Investasi berkurang.

2. Mendorong tingkat bunga.

3. Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif.


4. Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan.

5. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi pada masa yang akan datang.

6. Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang.

7. Menimbulkan defisit neraca pembayaran.

8. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

G. Cara-cara Mengatasi Inflasi

a) Kebijakan Moneter

Seperti yang telah disebutkan di atas, peran bank sentral dalam mengatasi inflasi adalah dengan mengatur jumlah
uang yang beredar. Kebijakan yang diambil oleh bank sentral tersebut dinamakan kebijakan moneter, yaitu dengan
menggunakan cara-cara sebagai berikut.

1. Politik Diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan
menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar
di masyarakat akan berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada menjalankan
investasi.

2. Politik Pasar Terbuka (open market policy) dijalankan dengan membeli dan menjual surat-surat berharga. Dengan
menjual suratsurat berharga diharapkan uang akan tersedot dari masyarakat.

3. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy) adalah politik Bank Sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan
jalan menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan
kas, diharapkan jumlah kredit akan berkurang.

4. Pengawasan kredit secara selektif.

b) Kebijakan Fiskal

Selain kebijakan moneter, pemerintah dapat juga memberlakukan kebijakan fiskal yaitu kebijakan yang
berhubungan dengan pengaturan penerimaan dan pengeluaran Negara. Jadi yang diatur dalam kebijakan fiskal
adalah
1. pengaturan pengeluaran pemerintah (APBN) dan

2. peningkatan tarif/pajak.

c) Kebijakan Nonmoneter

Selain dua kebijakan di atas ada juga yang disebut kebijakan nonmoneter yang mengatur hal-hal berikut.

1. Peningkatan produksi.

2. Kebijakan upah.

3. Pengawasan harga.

H. Metode Perhitungan Inflasi

Untuk menghitung besarnya laju inflasi dapat digunakan Indeks Harga, sebagai berikut.

Laju inflasi = x 100%

Keterangan:

IHt = Indeks Harga tahun tertentu (dihitung)

IHt–1 = Indeks Harga tahun sebelumnya

Contoh

Diketahui:

Indeks Harga Konsumen bulan Maret 2005 = 150,65

Indeks Harga Konsumen bulan Februari 2005 = 145,15


Besarnya laju inflasi bulan Maret 2005 adalah:

Laju Inflasi =

=150,65 – 145,15 x 100%

=145,15 

= 3,79% Termasuk inflasi ringan.

INDEKS HARGA

Pengertian Indeks Harga (Price Index)

Indeks harga merupakan sebuah rataan dari perubahan harga yang proporsional pada suatu barang atau jasa tertentu
antara dua periode waktu. Perubahan harga dan kuantitas menunjuk pada barang-barang atau jasa yang bersifat
individual yang jelas berbeda satu sama lainnya dalam sebuah kelompok poduk yang serupa. Kualitas yang berbeda
pada jenis produk yang sama harus diperlakukan berbeda pula sebagai jenis barang atau jasa yang terpisah sesuai
dengan konteks permasalahan.

Indeks harga biasa digunakan untuk mengetahui ukuran perubahan variabel-variabel ekonomi
sebagai barometer keadaan perekonomian, memberi gambaran yang tepat mengenai
kecenderungan perdagangan dan kemakmuran. Beberapa macam indeks harga adalah sebagai
berikut.

1.
Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka yang menggambarkan perbandingan perubahan
harga barang dan jasa yang dihitung dianggap mewakili belanja konsumen, kelompok barang
yang dihitung bisa berubah-ubah disesuaikan dengan pola konsimsi aktual masyarakat.

2.
Indeks harga produsen (IHP) adalah perbandingan perubahan barang dan jasa yang dibeli oleh
produsen pada waktu tertentu, yang dibeli oleh produsen meliputi bahan mentah dan bahan
setengah jadi. Perbedaannya dengan IHK adalah kalau IHP mengukur tingkat harga pada awal
sistem distribusi, IHK mengukur harga langsung yang dibayar oleh konsumen pada tingkat harga
eceran. Indeks harga produsen biasa disebut juga indeks harga grosir (wholesale price index).

3.
Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh petani. Indeks harga barang-barang yang
dibayar oleh petani baik untuk biaya hidup maupun untuk biaya proses produksi, apabila dalam
menghitung indeks dimasukkan unsur jumlah biaya hipotek, pajak, upah pekerja yang dibayar
oleh petani, indeks yang diperoleh disebut indeks paritas. Rasio antara indeks harga yang harus
dibayar oleh petani dengan indeks paritas dalam waktu tertentu disebut rasio paritas (parity
ratio).

Ciri-ciri Indeks Harga

Indeks harga mempunyai ciri-ciri di antaranya adalah sebagai berikut.

1.
Indeks harga sebagai standar sebagai perbandingan harga dari waktu ke waktu.

    2. Penetapan indeks harga didasarkan pada data yang relevan.

    3.
Indeks harga ditetapkan oleh sampel, bukan populasi.

4.
Indeks harga dihitung berdasarkan waktu yang kondisi ekonominya stabil.

    5.
Penghitungan indeks harga menggunakan metode yang sesuai dan tepat.

6.
Penghitungan indeks harga dilakukan dengan cara membagi harga tahun yang akan dihitung
indeksnya dengan harga tahun dasar dikali 100.

Metode penghitungan Indeks Harga


1.
Metode penghitungan indeks harga tidak tertimbang Penghitungan indeks harga tidak tertimbang
ada dua macam, yaitu indeks harga tidak tertimbang sederhana (komoditi tunggal) hanya satu
barang dan indeks harga tidak tertimbang dengan banyak komoditi (gabungan).

    a.
Rumus indeks harga tidak tertimbang sederhana:

IHTT = . 100

b.
Rumus indeks harga tidak tertimbang gabungan:

IHTTG = . 100

Pn = harga pada tahun tertentu (ke–n)

Po = harga pada tahun dasar

2.
Metode penghitungan indeks harga yang banyak digunakan Metode enghitungan indeks harga
yang sering digunakan dalam menghitung inflasi adalah metode tertimbang, yaitu:

a)
Metode Laspeyres

Metode Laspeyres adalah metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan
menggunakan faktor penimbang kuantitas pada tahun dasar (Qo) dengan rumus IH Laspeyres.

IL = . 100

 
b)
Metode Paasche

Metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan menggunakan faktor penimbang
kuantitas barang pada tahun yang dihitung angka indeksnya. (Qn = Kuantitas tahun tertentu)
Rumusnya sebagai berikut.

IP = . 100

Keterangan:

IL = Indeks Harga Laspeyres

IP = Indeks Harga Paasche

Po = Harga tahun dasar

Pn = Harga tahun n (tertentu)

Qo = Kuantitas tahun dasar

Qn = Kuantitas tahun tertentu

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun simpulan dari penjelasan mengenai Inflasi tersebut di atas adalah :


Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu dihadapi
dan diatasi. Dalam system pasar bebas, masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi. Kebijakan pemerintah
perlu dijalankan apabila masalah tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makroekonomi perlu
diperhatikan dengan lebih baik mengenai masalah tersebut dan bentuk-bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah inflasi.

Secara kontinu kebijakan pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan harga-harga dan mengurangi tingkat
pengangguran pada tingkat yang sangat rendah. Kebijakan pemerintah tersebut dapat dibedakan menjadi dua bentuk,
yaitu Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter. Alat yang digunakan dalam kebijakan fiskal adalah mengubah
pengeluaran pemerintah, mengubah pajak dan gabungan dari keduanya. Kebijakan moneter dijalankan dengan
mempengaruhi kebijakan penawaran uang dan suku bunga.

Kedua bentuk kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan secara serentak untuk meningkatkan kefektifannya.

Indeks harga sangat diperlukan dalam kegiatan ekonomi suatu negara, Sebab kenaikan harga atau penurunan harga
merupakan informasi penting untuk mengetahui perkembangan ekonomi .

DAFTAR PUSAKA

http://laclolospalos.blogspot.com/2009/12/makalah-inflasi.html

http://keluarzonanyaman.wordpress.com/2010/03/04/indeks-harga-dengan-formula-laspeyres-dan-paasche/

http://trainnerone.blogspot.com/2009/12/pengertian-dan-definisi-indeks-harga.html

http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-inflasi/

http://coki002.wordpress.com/jenis-jenis-indeks-di-bursa-efek-indonesia/

http://guswana.blogspot.com/2009/10/indeks-kuantitas.html

http://pandidikan.blogspot.com/2010/05/inflasi-dan-indeks-harga.html

Anda mungkin juga menyukai