Anda di halaman 1dari 137

PENGARUH EKSPOR-IMPOR DAN INDEKS HARGA

KONSUMEN (IHK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI


DI INDONESIA

Knowledge,Piety,Integrity

Oleh:

IBNU SYEH FAJAR


NIM: 106084003602

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
PENGARUH EKSPOR-IMPOR DAN INDEKS HARGA
KONSUMEN (IHK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk Memenuhi Syarat syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Knowledge,Piety,Integrity

Oleh:

IBNU SYEH FAJAR


NIM: 106084003602

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Ibnu Syeh Fajar

Tempat/Tgl Lahir : Bekasi, 12 Januari 1989

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Lumbu Tengah 7D No 244 Blok 8 RT/RW 09/028


Rawa Lumbu Bekasi Timur 17116

No Telp / Hp : 021 82416784 / 085693633165

Email : ibnusyehfajar@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1994 2000 : SDN Bumi Bekasi Baru IV Bekasi

2000 2003 : SLTP Negeri 16 Bekasi

2003 2006 : SMU Bani Saleh Bekasi

2006 2013 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis,
Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

III. PENGALAMAN ORGANISASI

2003 2004 : Koordinator Bidang Litbang OSIS SMU Bani Saleh


Bekasi

2004 2005 : Anggota PASKIBRAKA ( PPI ) Kota Bekasi

i
2006 2007 : Anggota BEMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah
( Bidang Penelitian dan Pengembangan )

IV. PENGALAMAN KERJA

2011 2013 : Pegawai Magang di Dinas Perhubungan Kabupaten


Bekasi, Staf Seksi Pengawasan dan Pengendalian LALIN

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Asdaya

Ibu : Iin Juariah

Alamat : Jl. Lumbu Tengah 7D No 244 Blok 8 RT/RW 09/028


Rawa Lumbu Bekasi Timur 17116

ii
ABSTRACT

This study aims to examine and analyze: Effect of Export, Import and
Consumer Price Index on economic growth in Indonesia in 2000 until this year
2012. The research deskriptif using a quantitative approach to the nature of the
explanatory method of verification. The data used are secondary data from
Export, Import, Consumer Price Index and the Indonesian economic growth
(GDP) in 2000 until 2012.
The results showed that the more effective Imports of sector exports boost GDP
and Consumer Price Index compared also with the contribution of the variables to
GDP in other sectors. Regression analysis showed that the constant value of GDP
is 0.526. And the value of 0.015 and Import Export Coefficients are -0.026 and -
0.2303 CPI.
It means that 1 unit plus the value of exports will raise the value of GDP of
0,015 units and 1 unit if the added value of imports will decrease the value of
GDP of -0.026 units so that one unit of value added in the CPI would slow GDP
by -0.2303 units. Of this variable was more effective export sector pushed GDP of
imports compared also with the contribution of the variables to GDP in other
sectors.
F significance test results indicate that the variable exports, imports and CPI
are jointly significant effect on economic growth (GDP) in the alpha () of 5%, as
indicated by a significant F-statistic value of 0.74 is larger than = 0.05. In other
words, the independent variables jointly affect the dependent variable.
However, partial testing showed that variable EXPORT significant effect
on GDP. This is indicated by the value of its significant positive t smaller than =
5% is equal to 0.043 and that variable IMPORT significant negative effect on
GDP. This is indicated by the value of its significant t smaller than = 5% is
equal to 0.013 so that the variable CPI significant negative effect on GDP. This is
indicated by the value of its significant t smaller than = 5% is equal to 0.049.
Keywords: Export, Import, consumer price index (CPI), Gross Domestic Product
(GDP) and economic growth.

iii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis: Pengaruh


Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tahun 2000 sampai tahun 2012. Penelitian ini mengunakan pendekatan
deskriptif kuantitatif dengan Metode eksplanatoris yang sifat verifikatif. Data
yang digunakan adalah data sekunder berupa Ekspor, Impor, Indek Harga
Konsumen dan pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) tahun 2000 sampai tahun
2012.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Impor lebih efektif mendorong PDB
dari sektor Ekspor dan Indek Harga Konsumen dibandingkan juga dengan
kontribusi variabel-variabel tersebut terhadap PDB di sektor lainnya. Hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa Nilai konstanta dari PDB adalah 0,526. Dan
nilai Coefficients Ekspor 0,015 dan Impor adalah -0,026 dan IHK -0,2303.
Artinya kalau di tambah 1 unit nilai ekspor akan menaikan nilai PDB
sebesar 0,015 satuan dan kalau di tambah 1 unit nilai impor akan menurunkan
nilai PDB sebesar -0,026 satuan seterusnya kalau di tambah nilai 1 unit nilai IHK
akan menurunkan nilai PDB sebesar -0,2303 satuan. Dari hal tersebut berarti
variabel Ekspor lebih efektif mendorong PDB dari sektor Impor dan Indeks Harga
Konsumen dibandingkan juga dengan kontribusi variabel-variabel tersebut
terhadap PDB di sektor lainnya.
Hasil uji signifikansi f menunjukkan bahwa variabel ekspor, impor dan
IHK secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi (PDB) pada alpa () 5% sebagaimana ditunjukkan oleh nilai Signifikan
F-statistik sebesar 0,74 lebih besar dari = 0.05. Dengan kata lain, variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Namun pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variable EKSPOR
berpengaruh siginifikan terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
signifikan positif t nya yang lebih kecil dari = 5% yaitu sebesar 0,043 dan
bahwa variable IMPOR berpengaruh siginifikan negatif terhadap PDB. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang lebih kecil dari = 5% yaitu
sebesar 0,013 seterusnya bahwa variable IHK berpengaruh siginifikan negatif
terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang lebih kecil
dari = 5% yaitu sebesar 0,049.
Kata Kunci: Ekspor, Impor, Indek harga konsumen (IHK), Produk Domestik
bruto (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.wb
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya
kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan serta
rahmat taufik dan hidayahnya-Nya . Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul : Pengaruh Ekspor-Impor dan Indeks Harga Konsumen
(IHK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia .
Shalawat serta salam yang selalu senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, penyampai amanah, dan pemberi nasihat kepada umat
manusia, serta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang istiqomah dan di
ridhoi Allah SWT.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini penulis mengalami
banyak hambatan dan kesulitan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat rahmat
dan izin Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan di dalamnya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan berbagai
kritik dan saran di kemudian hari. Oleh sebab itu perkenankan penulis dalam
kesempatan ini mempersembahkan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya dengan segala kerendahan hati, atas bimbingan dan bantuannya
kepada:
1. Kedua orang tua penulis Bapak Asdaya dan Ibu Iin Juariah terima kasih
atas kesabarannya selalu memberikan nasehat, kebijaksanaan, kedisiplinan
dukungan dan doanya yang tiada henti diberikan padaku sampai detik ini.
Juga kepada adikku Ferdi Ahmad Syah dan Feby Hidayanisa, yang selalu
memberikan semangat, dukungan dan doanya. Semoga suatu saat kelak
aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi
kebanggaan bagi Bapak dan Ibu, Amin.
v
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
berusaha keras untuk memajukan FEB.

3. Bapak Dr.Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan.

4. Ibu Utami Baroroh, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan.

5. Bapak Dr. Lukman, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah dengan
sabar memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, motivasi, tuntunan dan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan yang luar biasa kepada
penulis.sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak M.Hartana I Putra, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang


banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan ilmu ilmu baru, semoga Allah
SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.

7. Seluruh dosen yang telah ikhlas mengajarkan ilmunya dan berbagi


pengalaman di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas
transfer ilmu dan pengetahuannya.

8. Seluruh staff dan karyawan FEB UIN Syarif Hidayatullah yang telah
membantu Penulis selama masa perkuliahan dan memberikan pelayanan
yang terbaik ke setiap mahasiswanya, khususnya di jurusan IESP.

9. Rekan rekan seperjuangan mahasiswa IESP Angkatan 2006.

10. Dian Muti Sari, terima kasih telah memberikanku semangat setiap hari
dan telah banyak membantu selama aku kuliah juga terima kasih sudah
bantuin aku ngurus skripsi, terima kasih atas pengertian dan doamu.Tapi
kita tetep semangat wisuda sudah di depan mata. Kita tunjukkan, kita
mampu...
vi
11. Teman-teman IESP : Sobat-sobat yang setia dengerin keluhanku dan
selalu memberi support Friska Julianti, Nurhuda Bakar, Soraya MHJ,
Febri Mandra, Imam Fatoni, zielfadli, fatia hilmiyati, AL, Fauzi H,
mutia, popy, beny, indrawan, dll, yang tidak bisa disebutkan semua
namanya oleh penulis.

12. Teman-teman BEMJ IESP yang telah bersama sama belajar untuk
memikul sebuah tanggung jawab dan melakukan sesuatu yang berarti
bagi fakultas ekonomi.

13. kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu baik
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam
penulisan skripsi.terima kasih yang terdalam untuk bantuan, dukungan,
dan doanya. Semoga keberkahan dan kesuksesan selalu menyertai kita
semua. Amin

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak dalam proses menerapkan ilmu yang penulis dapatkan di bangku kuliah,
paling tidak skripsi ini diharapkan mampu membantu kemajuan ilmu
pengetahuan, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk lebih menyempurnakan skripsi ini dimasa mendatang penulis
sangat mengharapakan kritik dan saran dari semua pihak dengan harapan agar
dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan.

Wassalamualaikum wr. wb.

Jakarta, 27 Agustus 2013

(Ibnu Syeh Fajar)


Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................... ................................. i

ABSTRACT.................................................................................................... iii

ABSTRAK...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR................................................................................... v

DAFTAR ISI........... ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian .................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7

D. Kegunaan Hasil Penelitian ..................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

A. Pertumbuhan Ekonomi............................................................... 10

1. Teori teori Pertumbuhan Ekonomi ...................................... 10

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik .................................. 10

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Keynes ................................ 13

viii
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod Domar (Post

Keynesian) .................................................................. 15

d. Teori Pertumbuhan Neo Klasik ........................................ 18

B. Teori Pertumbuhan dengan Model Infinite Horizon dan

Overlapping generation oleh Ramsey (1928) Diamond (1965) 22

a. Teori Pertumbuhan Baru ........................................................ 25

1) Model R & D .................................................................... 26

b. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi .................................... 28

C.Teori Ekspor dan Impor ............................................................... . 32

a. Teori Ekspor ........................................................................ 32

1) Pengertian Ekspor ............................................................. 32

2) Strategi strategi Kebijakan Ekspor ................................ 34

3) Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) ................ 37

4) Teori Keunggulan Komparatif ......................................... 37

5) Teori Hecksher - Ohlin ..................................................... 39

6) Teori Perdagangan Internasional ....................................... 39

7) Teori Basis Ekspor Richardson ......................................... 45

8) Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi............. 47

b. Teori Impor .......................................................................... 48

1) Pengertian Impor ............................................................. 48

2) Kebijakan Subsitusi Impor ................................................ 50

ix
c. Teori Indek Harga Konsumen (IHK) pada Inflasi ......................... 52

1. Tingkat Inflasi................................................................... 52

a. Pengertian Inflasi .......................................................... 52

b. Jenis Inflasi .................................................................. 53

c. Dampak Inflasi ............................................................. 54

d. Teori Inflasi ................................................................. 55

D. Penelitian Terdahulu ................................................................. 56

E. Kerangka Pemikiran .................................................................. 66

F. Hipotesis Penelitian ................................................................... 69

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 70

A. Objek Penelitian ........................................................................ 70

B. Operasionalisasi Variabel .......................................................... 71

C. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 72

D. Metode Pengumpulan Data........................................................ 72

E. Model Analisis .......................................................................... 73

1. Uji Ekonometrik .................................................................... 73

2. Uji Otokorelasi ...................................................................... 74

3. Uji Multikolinearitas.............................................................. 74

4. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 76

5. Uji Linearitas ......................................................................... 77

6. Uji Normalitas ....................................................................... 77

x
F. Uji Statistik Estimasi Model....................................................... 78

1. Uji Kesesuaian Model............................................................ 78

2. Uji Signifikansi Parameter (t test) ....................................... 80

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 83

A. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi (PDB), Ekspor, Impor dan

Indek Harga Konsumen (IHK) di Indonesia ............................. 83

1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia Tahun

2000 2012 .......................................................................... 83

2. Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 2000 2013............ 85

3. Perkembangan Impor Indonesia Tahun 2000 2013 ............. 87

4. Perkembangan Indek Harga Konsumen (IHK) Indonesia Tahun

2000 2013 .......................................................................... 90

a. Perbandingan Perkembangan PDB, Ekspor, Impor dan Indek

Harga Konsumen di Indonesia tahun 2000 2013 ............ 91

b. Analisis Data Pengaruh Ekspor, Impor dan IHK Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi (PDB) di Indonesia ...................... 93

5. Pengujian Asumsi Validitas Model Penelitian ........................ 96

a. Uji Model Penelitian ......................................................... 96

1) Uji Kecocokan Model .................................................. 96

2) Uji Normalitas dengan menggunakan Jarque Bera ........ 96

3) Uji Multikolinier .......................................................... 97

xi
4) Uji Autokorelasi .................................................................... 99

5) Uji Heteroskedastisitas ................................................. 100

6. Pembahasan Analisis Ekonomi PDB, Ekspor, Impor dan Indek

Harga Konsumen ................................................................. 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 106

A. Kesimpulan ............................................................................................... 106

B. Saran ................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 109

LAMPIRAN........................................................................................................ ........ 112

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

1.1 Data PDB, Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen 5

(IHK) Indonesia tahun 2007 2012

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 61

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian 71

4.1 Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2000 2013 84

4.2 Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 2000 2012 87

4.3 Perkembangan Impor Indonesia Tahun 2000 2011 89

4.4 Perkembangan IHK Indonesia Tahun 2000 2011 91

4.5 Perkembangan PDB, Ekspor, Impor dan IHK di Indonesia 92

Tahun 2000 2012

4.6 Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan IHK Terhadap 93

PDB Indonesia

4.7 Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga 94

Konsumen Terhadap PDB di Indonesia

4.8 Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga 95

Konsumen Terhadap PDB di Indonesia

4.9 Test Statistics Chi Square 97

4.10 Coefficient Correlations antar Variabel Independen 98

4.11 Uji Durbin Watson 100

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

2.1 Permintaan Agregat, Penawaran Agregat dan 30

Keseimbangan Ekonomi Makro

2.2 Analisis Parsial Perdagangan Antar Wilayah A dan B 42

2.2a Keseimbangan Harga Regional A 43

2.2b Keseimbangan Harga Regional B 43

2.3 Kerangka Pemikiran 68

4.1 Perkembangan PDB, Ekspor Impor dan IHK 92

di Indonesia Tahun 2000 2012

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1. Tabel PDB, Ekspor, Impor dan IHK di Indonesia 112

2. Uji Multikolinier 113

3. Uji Autokorelasi dan uji R 114

4. Uji Signifikan f 114

5. Hasil Regresi Pengaruh Ekspor,Impor dan IHK terhadap PDB 115

6. Uji Normalitas dengan Menggunakan Jarque Bera 115

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan dari pertumbuhan ekonomi adalah meningkatkan pendapatkan

perkapita penduduk. Pendapatan perkapita kemudian akan memperluas

pilihan-pilihan (enlarging choices) penduduk untuk mencapai kesejahteraan-

nya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi adalah faktor yang penting

untuk mencapai tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu salah satu

fokus dalam ilmu ekonomi adalah mengenai teori-teori pertumbuhan

ekonomi. Perkembangan teori pertumbuhan pada umumnya berusaha

mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pertumbuhan dan prilakunya.

(Mankiw, 2001).

Secara umum teori-teori pertumbuhan ekonomi menyebutkan

bermacam-macam sumber pertumbuhan ekonomi, diantaranya bersumber dari

perdagangan, spesialisasi, pertumbuhan penduduk, tabungan, investasi,

akumulasi kapital, proporsi faktor produksi, teknologi sampai dengan teori

baru yang berfokus pada keunggulan sumber daya manusia. (Jhingan,2000).

Dapat dilihat dari sudut pandang teori pertumbuhan ekonomi Klasik

dan teori pertumbuhan ekonomi Keynes. Teori pertumbuhan ekonomi klasik

memandang proses pembangunan ekonomi dari sisi penawaran. Namun teori

pertumbuhan ekonomi Keynes menegaskan dari sisi permintaan yaitu

permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan dan pendapatan

nasional. Pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga, pengusaha,

1
dan pemerintah serta sektor luar negeri dapat meningkatkan permintaan

agregat dan pendapatan nasional. Keynes mengaku adanya pengangguran,

sehingga perlu adanya campur tangan pemerintah untuk memacu

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Adapun formula yang dikemukakan oleh

Keynes adalah : Y AD C I G X M , dimana Y adalah output, AD

adalah permintaan agregat, C adalah pengeluaran konsumsi oleh sektor rumah

tangga, I adalah investasi swasta, G adalah pengeluaran yang dilakukan oleh

sektor pemerintah, X adalah ekspor dan M adalah impor atau (X-M) adalah net

ekspor yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh sektor luar negeri (Mankiw,

2001).

Konsep marginal kapital (marginal efficiency of capital atau MEC),

Keynes menjelaskan permintaan investasi. Menurutnya, permintaan suatu

investasi ditentukan oleh besar kecilnya nilai present value dari perolehan

bersih yang diharapkan atas pengeluaran tambahan kapital dengan biaya

modal yang dikeluarkan saat ini. Dengan demikian, berdasarkan teori ini,

suatu investasi tergantung dari tingkat discount rate (tingkat diskonto) yang

menyatakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang

dengan biaya sekarang dari kapital tambahan. Semakin besar present value

dari perolehan bersih yang diharapkan atas pengeluaran tambahan kapital

dibandingkan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan saat ini. (Mankiw,

2001)

Pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan

fiskal (perpajakan dan perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat

suku bunga dan jumlah uang beredar), pengawasan langsung dan

2
mengandalkan mekanisme pasar dengan menginginkan peran pemerintah

sekecil mungkin. Kedua kelompok umumnya sependapat bahwa salah satu

tugas negara adalah menciptakan distribusi pendapatan yang tidak terlalu

pincang (ada kaitan dengan tingkat saving dan konsumsi) sehingga

pertumbuhan ekonomi bisa mantap dan berkelanjutan. Pemerintah perlu turun

tangan untuk menyediakan jasa yang melayani kepentingan orang banyak

ketika swasta tidak berminat menanganinya apabila tidak diberi hak khusus.

(Mankiw, 2001).

Salah satu upaya yang dipandang cukup strategis untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kinerja perdagangan luar negeri.

Selama ini kinerja perdagangan luar negeri selalu berfluktuatif. Seiring

dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan akan melambat

dibandingkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya, kinerja ekpor luar

negeri diharapkan akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi

pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Dalam kebijakan moneter ini mengenai cadangan devisa tidak

terlepas dari pengaruh ekspor dan impor. Hal ini dikarenakan variabel

tersebut sangat mempengaruhi perkembangan perekonomian di Indonesia,

sehingga secara langsung cadangan devisa yang merupakan salah satu faktor

dalam perekonomian Indonesia untuk luar negeri bisa berpengaruh terhadap

ekspor, dan impor. Sehingga jika perekenomian luar negeri kurang stabil

dapat menyebabkan hubungan antara cadangan devisa dengan tingkat ekspor,

dan tingkat impor cenderung kurang stabil yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi

3
Dengan dimulainya industrialisasi di Indonesia maka dengan

sendirinya dibutuhkan devisa ekspor yang tinggi, serta tingkat impor

yang cenderung menurun, semakin giat kita melakukan industrialisasi

semakin banyak devisa yang dibutuhkan, kebutuhan itu diperuntukan

untuk barang konsumsi namun kini perlahan berubah untuk pemenuhan

barang modal dan bahan baku. Cadangan devisa yang digunakan untuk

pembangunan ini salah satunya berasal dari devisa hasil ekspor kita, baik

migas maupun non-migas dan hasil jasa pariwisata. Bahkan devisa kita

juga diperoleh dari peminjaman hutang luar negeri agar mampu

menjalankan pembangunan tersebut.

Terlihat pada tabel 1.1 pada kolom tingkat ekspor, setiap tahunnya

mengalami kenaikkan. Dan tingkat ekspor yang paling besar pada tahun 2011

sebesar $. 203,496,620.060. Dalam jangka pendek maupun panjang,

pergerakan pembangunan membuat arah kebijakan industri kita ditetapkan

dengan jenis industri subsitusi ekspor, yakni barang-barang yang tadinya

di impor dan kemudian dibuat didalam negeri. Jenis Industri yang

berkembang kebanyakan industri yang menghasilkan barang konsumsi

primer seperti tekstil, pakaian jadi, terigu, makanan kaleng, obat-obatan, dan

barang konsumsi lainnya.(BPS Jakarta 2003).

4
Tabel 1.1
Data PDB, Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen (IHK) di Indonesia
Tahun 2007-2012

Tahun PDB ( Juta ) Ekspor (US.$) Impor (US.$) IHK (Index)

2012 8,241,864.30 190,031,845.244 191,691,001.109 135,49

2011 7,422,781.20 203,496,620.060 177,435,555.736 129,91

2010 6,446,851.90 157,779,103.470 135,663,284.048 125,17

2009 5,606,203.40 116,510,026.081 96,829,244.981 117,03

2008 4,948,688.40 137,020,424.402 129,197,306.224 113,86

2007 3,950,893.20 114,100,890.751 74,473,430.118 155,50

Sumber : Badan Pusat Statistik jakarta tahun 2013

Sedangkan tingkat impor pada tahun 2011 semakin meningkat yaitu

sebesar $. 177,435,555.736 dan pembangunan industrialisasi dalam negeri

tentunya menjadi sebuah pertanyaan karena tingkat impor yang semakin

meningkat. Kecenderungan kenaikan tingkat impor ini diimbangi dengan

kenaikan tingkat ekspor kita. Oleh sebab itu dalam jangka pendek maupun

panjang, cadangan devisa negara tetap stabil dan mengalami kenaikkan.

Cadangan devisa tentunya menjadi suatu indikator yang kuat untuk melihat

sejauh mana suatu negara mampu melakukan perdagangan dan menunjukan

perekonomian negara (BPS Jakarta 2003).

Pertumbuhan ekonomi melibatkan perubahan faktor-faktor permintaan

yaitu perubahan permintaan agregatif akan menyebabkan perubahan alokasi

sumber-sumber daya dalam perekonomian. Mekanisme perubahan alokasi

harus terjadi dengan cepat dan bebas agar kenaikan kapasitas produksi dapat

5
direalisasi dalam memproduksi barang untuk ekspor dan kekurangannya di

impor untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Dalam proses pertumbuhan ekonomi berupa sektor atau industri

mengalami penciutan atau perluasan secara lambat, pergeseran atau

perpindahan sumber daya dari sektor yang satu ke sektor yang lain harus

dijamin mekanismenya, terjadinya mungkin sebagian besar melalui

mekanisme pasar sehingga pemanfaatan atau penggunaan sumber daya dalam

pertumbuhan ekonomi dapat dilaksanakan secara efisien (Jhingan,2000).

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDB

(Produk Domestik Bruto). Saat ini umumnya PDB baru dihitung berdasarkan

dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral/lapangan usaha dan dari sisi

penggunaan. Selanjutnya PDB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan

harga konstan. Total PDB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang

dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu (BPS Jakarta 2003).

Salah satu tolak ukur kinerja dari industri khususnya industri kecil dan

menengah (IKM) adalah tingkat nilai tambah. Nilai tambah diciptakan

melalui kegiatan transformasi faktor-faktor produksi menjadi output yang

lebih bernilai secara ekonomi dengan menggunakan teknologi melalui

komponen-komponennya. Berkaitan dengan peran penting teknologi terhadap

pencapaian kinerja industri khususnya pencapaian nilai tambah, maka perlu

dilakukan strategi peningkatan nilai tambah melalui identifikasi pengaruh

kandungan teknologi yang digunakan dalam proses transformasi input

menjadi output produksi.

6
B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas mengenai

determinan investasi swasta dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan

ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan di Indonesia maka

identifikasi masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Ekspor secara parsial terhadap pertumbuhan

ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012.

2. Bagaimana pengaruh Impor secara parsial terhadap pertumbuhan

ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012.

3. Bagaimana pengaruh Indek Harga Konsumen (IHK) secara parsial

terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000

sampai tahun 2012.

4. Bagaimana pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen (IHK)

secara simultan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari

tahun 2000 sampai tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Untuk menganalisis dan Mengetahui pengaruh Ekspor terhadap

pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun

2012 secara parsial.

2) Untuk menganalisis dan Mengetahui pengaruh Impor terhadap

pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun

2012 secara parsial.

7
3) Untuk menganalisis dan Mengetahui pengaruh Indek Harga Konsumen

(IHK) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000

sampai tahun 2012 secara parsial.

4) Untuk Menganalisis dan mengetahui pengaruh Ekspor, Impor dan Indek

Harga Konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) di

Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012 secara Simultan.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat,

terutama untuk:

1. Secara teoritis, kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan ilmu,

yaitu :

Mendeskripsikan secara empiris tentang keadaan Ekspor, Impor dan

Indek Harga Konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012, serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

2. Secara praktis, terdapat 2 (dua) kegunaan hasil penelitian ini, yaitu :

a. Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan Pemerintah dalam upaya

menggerakkan dan mendorong ekspor-impor guna menimbulkan

pertumbuhan ekonomi.

b. Sebagai masukan bagi pengambil kebijakan pemerintah dalam upaya

mengolah (IHK) Indeks Harga Konsumen guna menimbulkan

pertumbuhan ekonomi.

8
3. Bagi Pihak lain

Hasil penelitian dan keterbatasan yang dikemukakan dalam penelitian ini

dapat menjadi saran acuan (reference) bagi peneliti lain, untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah yang berhubungan

dengan tema penelitian ini.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Ahli ekonomi klasik yang paling terkemuka yaitu Adam Smith.

Karyanya yang sangat terkenal telah ditulis dalam buku yang berjudul An

Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations yang

diterbitkan pada tahun 1776. Ada beberapa hal yang ditekankan oleh

Adam Smith kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai

berikut (Jhingan, 2000) :

1) Menekankan pentingnya hukum alam dalam persoalan ekonomi.

Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan

kegiatannya demi kepentingannya sendiri. Tidak diperlukan ada

campur tangan pemerintah didalam kegiatan proses dan pemasaran

produksi yang diperoleh. Keseimbangan akan tercapai secara

otomatis yang memaksimumkan kesejahteraan nasional.

2) Pentingnya pembagian kerja. Karena dengan pembagian kerja akan

menimbulkan tingkat produktivitas kerja yang tinggi.

3) Faktor lain yang cukup penting juga adalah proses pemupukan

modal. Sebelum pembagian kerja, lebih awal diciptakan pemupukan

modal. Tambahan persediaan modal merupakan faktor yang penting

menurut Adam Smith untuk mendorong pembangunan ekonomi.

Dengan demikian menurut Adam Smith bahwa permasalahan


10
pembangunan ekonomi secara luas adalah kemampuan manusia

untuk lebih banyak menabung dan menginvestasi modal.

4) Agen-agen pertumbuhan juga memegang peran penting dalam proses

pembangunan. Petani, pengusaha, produsen, merupakan agen

kemajuan dan pertumbuhan ekonomi. Perdagangan bebas merupakan

persyaratan bagi agen-agen ekonomi untuk memperluas pasar yang

pada gilirannya memberi kontribusi pada pembangunan ekonomi

yang lebih luas.

5) Spesialisasi dan kemajuan teknologi. Perluasan pasar dan perluasan

ekonomi akan memungkinkan dilakukan spesialisasi dalam kegiatan

ekonomi. Dengan spesialisasi akan mendorong perkembangan

teknologi dan peningkatan produktivitas.

Menurut Adam Smith bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu

negara tercapai pada suatu tingkat tertentu apabila memperhatikan faktor-

faktor seperti tabungan, pembentukan modal, kemajuan teknologi serta

beberapa faktor lain sebagai pendukung proses pembentukan modal.

Buah pikiran yang sama dengan Adam Smith yaitu teori Ricardo.

Menurut Ricardo bahwa faktor-faktor yang dianggap penting didalam

memacu pertumbuhan ekonomi antara lain; pembagian sewa, keuntungan

dan upah, proses pemupukan modal yang berasal dari tingkat keuntungan,

kenaikan upah dan berkurangnya keuntungan pada industri lain.

Kelemahan-kelemahan teori Ricardo antara lain mengabaikan pengaruh

teknologi, pengertian yang salah tentang keadaan stasioner, kebijakan

pasar bebas tidak dilaksanakan dan sebagainya. Menurut Ricardo dan

11
Smith bahwa pertumbuhan ekonomi pada akhirnya akan kembali ke

tingkat subsisten (Todaro, 2003).

Tokoh ekonomi klasik berikutnya adalah teori Malthus dan Mill.

Pusat perhatian Malthus yaitu menekankan pada pertambahan penduduk.

Menurut Malthus bahwa pertambahan penduduk yang terus-menerus tanpa

diikuti oleh pertambahan faktor-faktor produksi lain seperti modal, akan

menyebabkan kemakmuran masyarakat mundur pada tingkat subsisten.

Pandangan Malthus tidak semuanya didukung oleh perkembangan

ekonomi dunia. Pertambahan penduduk bilamana kecepatannya masih

lebih rendah dibanding dengan kecepatan pertambahan barang-barang

modal dan kemajuan teknologi, maka tetap terjadi pertumbuhan ekonomi

yang terus-menerus.

Selanjutnya teori pertumbuhan ekonomi Marx. Teori Marx

terkenal dengan teori nilai lebih sebagai basis ekonomi bagi perjuangan

kelas didalam kapitalisme. Marx menggunakan teori nilai lebih untuk

membangun suprastruktur analisa pembangunan ekonomi.

Kemudian teori pertumbuhan ekonomi Schumpeter. Menurut

Schumpeter yang ditulis dalam bukunya The Theory of Economic

Development, 1908 memberikan suatu pemikiran baru tentang sumber

pertumbuhan ekonomi dan penyebab konjungtur. Asumsi dalam teori

Schumpeter lebih mengacu pada asumsi persaingan sempurna. Dikatakan

Schumpeter bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh adanya

entrepreneurship yang menemukan inovasi-inovasi baru di dalam

perekonomian. Inovasi dapat berupa pengenalan metode produksi baru,

12
pengenalan barang baru, pembukaan pasar baru, sumber penawaran baru

dan pembentukan organisasi baru. Namun Schumpeter menganggap bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak berjalan terus-menerus tetapi mengalami

keadaan dimana ada kalanya berkembang dan ada kalanya mengalami

kemunduran.

Pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh pengikut aliran Klasik

pada dasarnya memberikan kontribusi yang sangat berarti terhadap teori

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan buah pikiran yang

disampaikan ekonom Klasik, umumnya dapat disimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah penduduk,

tabungan, investasi, inovasi, teknologi dan produktivitas kerja.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Keynes

Ada perbedaan sudut pandang antara teori pertumbuhan ekonomi

Klasik dengan teori pertumbuhan ekonomi Keynes. Teori pertumbuhan

ekonomi klasik memandang proses pembangunan ekonomi dari sisi

penawaran. Namun teori pertumbuhan ekonomi Keynes menegaskan dari

sisi permintaan yaitu permintaan efektif menentukan tingkat keseimbangan

dan pendapatan nasional. Pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah

tangga, pengusaha, dan pemerintah serta sektor luar negeri dapat

meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Keynes

mengaku adanya pengangguran, sehingga perlu adanya campur tangan

pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Adapun

formula yang dikemukakan oleh Keynes adalah :

Y AD C I G X M ... (2.1)

13
dimana Y adalah output, AD adalah permintaan agregat, C adalah

pengeluaran konsumsi oleh sektor rumah tangga, I adalah investasi swasta,

G adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sektor pemerintah, X adalah

ekspor dan M adalah impor atau (X-M) adalah net ekspor yaitu pengeluaran

yang dilakukan oleh sektor luar negeri (Mankiw, 2001).

Berdasarkan persamaan tersebut, jika salah satu dari komponen

pengeluaran berubah maka tambahan terhadap pendapatan nasional adalah

besarnya multiplier dikali dengan besarnya perubahan komponen

pengeluaran tersebut. Misalnya terjadi perubahan pengeluaran pemerintah

1
sebesar G, maka Y = G. Dimana = disebut multiplier.
1 b bt

Besarnya multiplier sangat dipengaruhi oleh besarnya kecenderungan untuk

mengkonsumsi (MPC) dari tarif pajak. Apabila tarif pajak meningkat, maka

angka multiplier menjadi kecil sehingga pendapatan berkurang.

Apabila negara menganut sistem perekonomian terbuka, maka angka

multiplier menjadi semakin kecil karena dipengaruhi oleh impor. Hal ini

1
dapat dilihat dari rumus multiplier menjadi = . Dengan
1 b bt m

demikian, semakin terbuka suatu negara akan mempengaruhi pula efektifitas

kebijakan fiskal pemerintah.

Analisis Keynes mengenai dampak kebijakan fiskal pemerintah

terhadap kegiatan ekonomi dapat dilihat melalui 3 (tiga) pendekatan

(Mankiw, 2001) yaitu ; (1) pendekatan pada besarnya multiplier yang jika

digambarkan dalam bentuk grafik sering disebut sebagai analisis

perpotongan Keynesian (2) efek perubahan kebijakan fiskal terhadap tingkat

14
bunga dan investasi melalui analisis IS-LM, dan (3) efek perubahan

kebijakan pemerintah terhadap tingkat harga dan permintaan agregat melalui

kurva AD dan AS.

Dapat disimpulkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi Keynes

bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi melalui proses multiplier C, I, G , X,

dan M. Dengan demikian, dalam hal ini sisi permintaan harus bisa

dikendalikan oleh pemerintah. Untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi

sesuai yang diharapkan pemerintah harus mampu mempengaruhi C, I, G, X,

dan M melalui instrumen kebijakan makro.

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar (Post-Keynesian)

Harrod dan Domar (dalam Jhingan, 2000), menekankan tentang

pentingnya investasi (jangka panjang) didalam proses pertumbuhan

ekonomi karena aspek investasi mempunyai peran ganda yaitu; (1) investasi

menciptakan pendapatan. (2) investasi memperbesar kapasitas produksi

perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Dalam perspektif

waktu yang lebih panjang, investasi (I) menambah stok modal seperti

gedung-gedung, laboratorium, pabrik, jalan, jembatan dan lain sebagainya,

sehingga I=sK dimana K=stok modal dalam masyarakat yang berarti adanya

peningkatan kapasitas produksi. Menurut Harrod-Domar, setiap

penambahan stok modal akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

menghasilkan output (Y).

Hubungan antara stok modal dengan output secara sederhana dapat

dituliskan sebagai berikut :

Y kK ..................................................................................................(2.2)

15
dimana k menunjukkan output yang bisa dihasilkan dari setiap unit modal

atau Output Capital Ratio (OCR) dan sebaliknya (I/k) atau Capital Output

Ratio (COR). Hubungan K dengan Y bersifat proporsional, karena itu :

K / Y K / Q 1 / k . (2.3)

dimana dK/dY adalah incremental capital output ratio (ICOR). Dengan

demikian, apabila dalam satu tahun ada investasi sebesar I, maka persediaan

modal pada akhir tahun akan bertambah sebesar K = I. Penambahan

kapasitas ini akan meningkatkan keluaran potensial sebesar :

k .K kI ............................................................................................ (2.4)

semakin besar I, maka semakin besar tambahan keluaran potensial.

Beberapa asumsi penting yang dikemukakan dalam teori

pertumbuhan Harrod-Domar sebagai berikut (Todaro, 2003) :

1) Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu atau s dari

pendapatan nasional (Y). Hubungannya dalam bentuk persamaan :

S sY .............................................................................................(2.5)

2) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari persediaan modal

yang diwakili oleh K, sehingga persamaannya adalah :

I K ............................................................................................(2.6)

akan tetapi karena jumlah stok modal mempunyai hubungan langsung

dengan jumlah pendapatan nasional Y seperti yang ditunjukan oleh k,

maka

K/Y k ...........................................................................................(2.7)

16
atau K / Y = k atau akhirnya menjadi : K = kY

3) Jumlah keseluruhan dari tabungan nasional harus sama dengan

keseluruhan investasi maka persamaannya adalah :

S I ................................................................................................(2.8)

Oleh karena S = sY maka I = K = kY

Dengan demikian, identity tabungan yang merupakan persamaan

modal adalah

S sY kY K I .................................................................(2.9)

atau diringkas menjadi :

sY kY ......................................................................................(2.10)

jika kedua sisi tersebut dibagi dengan Y dan kemudian k maka

diperoleh:

Y/Y s/k ....................................................................................(2.11)

dimana : s adalah kecondongan marjinal menabung (Marginal Propensity to

Save), yang disingkat dengan MPS. Kemudian k adalah rasio modal

terhadap output (Capital Output Ratio) yang disingkat dengan COR.

Sehingga Y/Y merupakan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional atau

tingkat pertumbuhan ekonomi. Persamaan terakhir menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama ditentukan oleh rasio tabungan

nasional serta rasio modal output. Dengan kata lain, bahwa tingkat

pertumbuhan ekonomi akan secara langsung atau positif berbanding lurus

dengan s yang artinya bahwa semakin banyak bagian dari Y yang ditabung,

maka akan semakin besar pertumbuhan output yang dihasilkan. Sedangkan

17
hubungannya dengan k adalah berbanding terbalik yang artinya semakin

banyak k semakin kecil laju pertumbuhan output yang dihasilkan.

Untuk itu, agar pertumbuhan ekonomi tumbuh dengan pesat maka

bagian dari output yang ditabung harus dinaikan yang berarti konsumsi

harus dikurangi. Besarnya kontribusi dari tabungan dan investasi terhadap

pertumbuhan ekonomi bahwa pendapatan harus tumbuh sebesar

perbandingan antara MPS dan COR, agar dampak ganda investasi tetap

memelihara keseimbangan makro pada kesempatan kerja penuh (full

employment).

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar ini mempunyai asumsi

bahwa rasio faktor produksi (K dan L) selalu konstan. Hal ini kemudian

disempurnakan oleh teori Neo-Klasik dimana rasio faktor produksi dapat

mengalami perubahan.

d. Teori Pertumbuhan Neo Klasik (Solow-Swan, 1956)

Teori pertumbuhan ekonomi Neo klasik model Solow-Swan ini

dikembangkan oleh R.M. Solow dengan menekankan tiga faktor yaitu;

kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, tabungan, dan kemajuan

teknologi yang eksogen. Solow membangun model pertumbuhan

ekonominya sebagai penyempurnaan jalan pemikiran Harrod-Domar

(Jhingan, 2000).

Teori pertumbuhan ekonomi menurut model Solow ini ingin

menjawab sebuah pertanyaan penting yaitu mengapa terjadi perbedaan

standar hidup terutama pendapatan riil antara negara-negara di dunia.

18
Konsep dasar model Solow menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas

untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yaitu Romer (2006) :

Y F(K, AL) .......................................................................................(2.12)

Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja dan A

adalah teknologi. AL diartikan tenaga kerja efektif.

Beberapa asumsi yang digunakan untuk menjelaskan model Solow yaitu :

1) Constant return to scale yang berarti jika input digandakan maka

output juga diganda sebesar tambahan input.

2) Prinsip kondisi Inada yang berarti marginal product of capital

menurun ketika persediaan modal besar. Sebaliknya marginal

product of capital meningkat ketika persediaan modal kecil.

3) Hanya ada satu barang.

4) Tidak ada campur tangan pemerintah.

5) Kemajuan teknologi dan tabungan adalah eksogen dan konstan.

Di dalam teori pertumbuhan ekonomi Model Solow menyatakan

bahwa tabungan, pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi adalah

faktor yang dipandang penting mempengaruhi pertumbuhan output suatu

negara. Namun diasumsikan bahwa tabungan dan kemajuan teknologi

adalah eksogen. Jika tabungan meningkat maka investasi meningkat yang

berarti persediaan modal meningkat. Dengan meningkatnya persediaan

modal, maka selanjutnya output meningkat. Akan tetapi pertumbuhan

output yang diakibatkan oleh tabungan, sifatnya hanya sementara. Hal ini

beralasan karena adanya tambahan hasil yang menurun sebagai akibat dari

19
tambahan modal. Dengan demikian hanya dengan kemajuan teknologi

yang menyebabkan pertumbuhan output dalam jangka panjang.

Dalam model Solow, terdapat dua sumber yang menjadi penyebab

terjadinya variasi output per pekerja yaitu; (1) Perbedaan dalam modal per

pekerja (K/L) dan (2) Perbedaan dalam tenaga kerja efektif (A).

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa tabungan merupakan

penentu dari persediaan modal yang secara matematika dapat diformulasi

menjadi :

K sf(k) - ( g)k ........................................................................ (2.13)

dimana k adalah perubahan persediaan modal, adalah depresiasi,

adalah pertumbuhan penduduk, g adalah kemajuan teknologi dan k adalah

rasio modal terhadap tenaga kerja. Persamaan ini merupakan persamaan

inti dari model Solow. Persamaan ini menjelaskan bahwa perubahan

persediaan modal merupakan selisih antara investasi aktual (sf(k)) dan

investasi break even point, (( g) k). , dan g tumbuh secara

proporsional dengan persediaan modal (k) dimana k=K/L.

Selanjutnya untuk mempertahankan k agar tidak mengalami

penurunan, diperlukan investasi dengan dua alasan yaitu; (1) mengganti

modal yang susut untuk tetap menjaga persediaan modal, dan (2) jumlah

tenaga kerja efektif ( + g) tumbuh sebesar persediaan modal.

Satu hal yang perlu digarisbawahi menurut analisa model Solow

bahwa untuk mencapai kondisi pertumbuhan yang mantap. Harus pula

memperhatikan penciptaan Golden Rule. Golden Rule yaitu suatu keadaan

20
dimana terdapat jarak konsumsi yang paling maksimum antara output (y =

f(k) dan investasi (sf(k)). Jarak yang terbesar tidak lain adalah konsumsi

(c). Keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa perekonomian telah

membutuhkan sejumlah tabungan yang tepat dan masyarakat mencapai

tingkat kesejahteraan maksimum.

Suatu konsekuensi dalam model Solow akan selalu dihadapkan

suatu pilihan bahwa berapa banyak output yang diproduksi itu seyogya nya

disisihkan untuk konsumsi dan investasi. Jika output lebih banyak

diarahkan untuk konsumsi, maka akan berakibat pada kecilnya jumlah

investasi. Semakin banyak output yang dikonsumsi oleh masyarakat

berarti semakin kecil tabungan dan pembentukan modal yang akhirnya

semakin rendah pertumbuhan output.

Disinilah puncak analisa dari model Solow untuk dapat

mempertemukan keseimbangan yang tercipta antara kebutuhan konsumsi

(Golden Rule) dan kebutuhan untuk investasi. Oleh karena itu, variabel-

variabel seperti pertumbuhan penduduk harus konstan karena jika tidak,

dengan pertumbuhan penduduk yang bertambah terus tentunya

mengurangi output yang ingin diinvestasikan karena diserap oleh adanya

tambahan penduduk. Kemudian tambahan penduduk itu juga

menyebabkan penurunan rasio modal per pekerja, yang selanjutnya

menyebabkan penurunan dalam output per pekerja.

Beberapa kesimpulan umum yang dapat diambil dari teori

pertumbuhan ekonomi model Solow (1956), dan sekaligus pula

dikemukakan kelemahan-kelemahan adalah sebagai berikut :

21
1) Pertumbuhan ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai melalui

kemajuan teknologi. Peningkatan tabungan pada dasarnya

meningkatkan pertumbuhan output tetapi sifatnya sementara.

Kemajuan teknologi dan tabungan diasumsikan eksogen.

2) Tabungan yang eksogen mendapat kritikan dari Ramsey-Diamond

yang menyatakan bahwa tabungan adalah endogen karena dapat

ditentukan oleh perilaku individu dan perusahaan.

3) Kemajuan teknologi yang eksogen dikritik oleh teori pertumbuhan

baru (new growth theory) yang menyatakan bahwa kemajuan

teknologi adalah endogen. Teknologi dapat ditentukan oleh faktor-

faktor di luar model.

Kelemahan-kelemahan tersebut diperbaiki oleh teori berikutnya

yaitu teori Ramsey-Diamond dan new growth theory oleh Romer (2006).

B. Teori Pertumbuhan dengan Model Infinite-Horizon dan Overlapping-


Generation oleh Ramsey (1928) Diamond (1965)

Baik model dari Ramsey-Cass-Koopmans dan model Diamond,

keduanya dimaksudkan untuk memahami lebih jauh dinamika perekonomian

agregat yang ditentukan pada level ekonomi mikro dengan asumsi bahwa

tabungan adalah endogen dan dapat berubah setiap waktu.

Keputusan untuk menabung dan mengkonsumsi ditentukan oleh

sejumlah tertentu rumah tangga sepanjang hidup selama-lamanya yang

dikenal sebagai model Infinite Horizons oleh Ramsey-Cass-Koopmans (1928)

dan juga dapat ditentukan oleh keputusan rumah tangga dengan masa hidup

22
yang terbatas yang dikenal sebagai model Overlapping Generation oleh

Diamond (1965).

Hal yang menarik dalam model ini berupaya menganalisis sejauh

mana tingkat kesejahteraan konsumen dicapai jika rumah tangga

meningkatkan konsumsinya baik pada periode sekarang maupun pada periode

yang akan datang. Keputusan konsumen untuk meningkatkan konsumsinya

pada periode 1 atau periode akan datang tergantung pada discount rate dan

intervensi pemerintah. Nampaknya bahwa dalam Ramsey terdapat dinamika

dalam hal konsumsi dan modal untuk memusat ke garis pertumbuhan yang

seimbang.

Kelebihan dari model Ramsey adalah menganalisis pengaruh dari

kebijakan fiskal pemerintah. Beberapa asumsi penting dalam model Ramsay

adalah bahwa (1) pembelian pemerintah tidak mempengaruhi konsumsi

masyarakat dan tidak mempengaruhi output di masa akan datang. (2)

pembelian pemerintah lebih diarahkan ke konsumsi publik daripada investasi

publik. (3) pembiayaan berasal dari pajak lump-sum. Suatu peningkatan

pengeluaran pemerintah (G(t)), akan mengurangi persediaan modal swasta

dan output. Hal ini berarti terjadi crowding out effect.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari model Ramsey; (1) besar kecilnya

tabungan sangat ditentukan oleh perilaku rumah tangga sepanjang hidupnya,

(2) pengaruh kebijakan fiskal khususnya pembelian pemerintah justru

mengurangi tabungan nasional dan persediaan modal yang pada akhirnya

pertumbuhan output menurun.

23
Dalam model Diamond perilaku pemerintah juga mengurangi

persediaan modal di masa akan datang. Asumsi yang digunakan adalah

terdapat turnover penduduk dan masa hidup rumah tangga terbatas,

katakanlah hanya dua periode. Dengan kata lain bahwa rumah tangga tidak

lagi tetap, tetapi ada rumah tangga baru atau generasi baru yang akan

mempengaruhi pola konsumsi baik pada periode sekarang maupun pada

periode yang akan datang. Ketika individu masih muda dia menawarkan

tenaga kerjanya dan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang mereka

peroleh diperhadapkan oleh dua pilihan antara konsumsi dan tabungan pada

periode pertama; dan pada periode kedua biasanya individu mengkonsumsi

tabungannya dan tingkat bunga dari tabungan. Ketika pada periode pertama

tabungan ditingkatkan maka ada peluang pada periode pertama untuk

mengakumulasi modal yang selanjutnya dapat digunakan untuk mendorong

pertumbuhan output. Akan tetapi jika pilihan individu mengurangi tabungan

pada periode pertama dalam arti konsumsi meningkat maka tambahan

persediaan modal dan output menurun.

Model Diamond menjelaskan bahwa ketika pemerintah meningkatkan

pembeliannya secara permanen dan membiayainya secara keseluruhan

dengan pajak, maka pendapatan pekerja setelah dikurangi pajak pada periode

t sama dengan (1 - ) k at Gt. Persamaan untuk persediaan modal tahun akan

datang (k1+1) dapat dinyatakan sebagai :

1 1
k t 1
1 n(1 g ) 2

(1 )k t Gt (2.14)
..........................................

24
Persamaan ini memperlihatkan bahwa semakin tinggi Gt, akan

mengurangi k1+1 pada kt tertentu.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian model Ramsey dan

Diamond yaitu bahwa tabungan sesungguhnya tidak eksogen tetapi ia

endogen, sehingga ada kaitannya dengan perilaku rumah tangga apakah lebih

memilih untuk mengkonsumsi pada periode pertama ataukah memilih untuk

mengkonsumsi pada periode kedua. Keputusannya akan mempengaruhi

akumulasi modal yang berguna untuk mendorong pertumbuhan output per

pekerja. Tetapi tingkat pengembalian dari akumulasi modal mengalami

penurunan ketika perekonomian sudah berada pada tingkat kapasitas penuh

(full employment). Selain itu bahwa dalam model Ramsey-Diamond masih

menggunakan asumsi kemajuan teknologi eksogen dan diminishing return of

capital.

a. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

Munculnya teori pertumbuhan baru (New Growth Theory) karena

ditemukan kelemahan secara empirik dari model pertumbuhan jangka

panjang yang dipelopori oleh Solow (1956) pada tahun 1980an. Teori

pertumbuhan ekonomi model Solow tidak mampu menjawab pertanyaan

penting tentang mengapa tingkat pendapatan riil antar negara di dunia

berbeda. Dengan demikian motivasi pokok tumbuhnya teori baru adalah

untuk menjelaskan ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar negara.

Dalam teori pertumbuhan baru berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor

yang menentukan besar kecilnya residu yang mana di dalam teori Solow

tidak dijelaskan.

25
Menurut model new growth bahwa pertumbuhan ekonomi

diseluruh dunia dalam jangka panjang hanya dapat tercipta apabila ada

kemajuan teknologi yang endogen dan pengembangan sumber daya

manusia (Todaro (2003), Romer (2006). Negara-negara yang mempunyai

tingkat kemajuan teknologi yang lebih cepat nampaknya mempunyai laju

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibanding negara-negara yang tingkat

kemajuan teknologinya lebih lambat. Kemajuan teknologi tentunya harus

dibarengi dengan peningkatan kualitas sumberdaya yang tinggi.

Terdapat model untuk menjelaskan teori pertumbuhan endogen

yaitu model R & D (Romer, 2006).

1) Model R & D

Asumsi yang dipergunakan dalam Model R & D ini yaitu : (1)

output diproduksi dengan tiga input : modal (K), tenaga kerja (L) dan

teknologi (A). (2) terdapat dua sektor yaitu sektor R&D untuk

memproduksi tambahan persediaan pengetahuan dan sektor barang

untuk menghasilkan output. Kedua sektor tersebut menggunakan fungsi

produksi Cobb-Douglas. (3) Sebagian tenaga kerja digunakan dalam

R&D (aL) dan sebagian pula digunakan dalam sektor barang (1aL).

Sama halnya, sebagian model digunakan dalam R&D (aK), sebagian

pula digunakan dalam produksi barang (1 aK).

Model R & D tersebut menjelaskan bahwa kemajuan teknologi

tergantung pada kuantitas modal dan tenaga kerja yang dipekerjakan

dalam sektor R&D dan tingkat teknologi. Bentuk persamaan dapat

diformulasi sebagai berikut :

26
A (t ) G(a K K(t), a L L(t), A(t) ..........................................................(2.15)

.
dimana A tingkat produksi ide-ide baru.

Jika persamaan ini disusun kedalam bentuk fungsi produksi

Cobb-Douglas maka bentuknya adalah :

A (t ) B(a K K (t ) , a L L(t ) , A(t ) ....................................................(2.16)

dimana B adalah parameter, B 0; 0; 0 .

Persamaan tersebut menunjukan bahwa jika ada tambahan

bagian modal dan bagian tenaga kerja dalam R&D, maka produksi ide-

ide baru meningkat. Selanjutnya karena produksi ide-ide baru yang

meningkat maka output akan meningkat pula.

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian model R & D ini

yaitu bahwa kemajuan teknologi merupakan penentu pertumbuhan

ekonomi jangka panjang Kemajuan teknologi tersebut berasal dari

berbagai sumber seperti pengembangan R&D. Kemudian bagian output

yang digunakan baik melalui K dan L akan menciptakan tabungan dan

investasi dalam modal fisik. Sektor yang menghasilkan ilmu

pengetahuan selanjutnya digunakan secara bebas oleh kedua sektor.

Berdasarkan anggapan ini, maka model R & D menghasilkan

pertumbuhan yang berkelanjutan tanpa asumsi pergeseran eksogen

faktor produksi. Di sini pertumbuhan berkelanjutan dapat meningkat

secara endogen karena penciptaan ilmu pengetahuan berkembang terus-

menerus.

27
Ada dua variabel penting dalam model R & D yaitu : (1) bagian

output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, menentukan

persediaan modal; dan (2) bagian tenaga kerja yang bekerja di sektor R

& D yang menghasilkan ilmu pengetahuan, menentukan pertumbuhan

persediaan ilmu pengetahuan. Kedua variabel tersebut mempengaruhi

pertumbuhan output dalam jangka panjang.

b. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi pada umumnya diukur dari kenaikan PDB,

dimana PDB secara umum tidak lain adalah keseluruhan nilai barang dan

jasa yang dihasilkan oleh perekonomian dalam satu tahun. Secara formal,

pertumbuhan ekonomi dihitung dengan rumus:

PDBt PDBt 1
Y x100% (2.17)
PDBt 1 ......................................................

dimana Y adalah pertumbahan ekonomi, PDBt adalah nilai PDB tahun

berjalan, dan PDBt-1 adalah nilai PDB satu tahun sebelumnya.

PDB dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu

pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan

pengeluaran. Dua pendekatan yang disebut pertama merupakan

perhitungan PDB dari sisi penawaran agregat (aggregat supply),

sedangkan pendekatan yang disebut terakhir merupakan perhitungan PDB

dari sisi permintaan agregat (aggregat demand) (Tulus Tambunan, 2003).

Menurut pendekatan produksi; PDB adalah jumlah nilai output

(NO) dari seluruh sektor ekonomi atau lapangan usaha. Di Indonesia,

berdasarkan BPS, ekonomi nasional dikelompokkan kedalam sembilan

28
sektor, yaitu pertanian; pertambangan dan penggalian, industri manufaktur,

listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran,

pengangkutan dan komunikasi, keuangan. sewa, dan jasa perusahaan, dan

jasa-jasa. Dengan demikian, maka :

PDB NOi (2.18)


i 1, 2 , 3,...,9
.........................................................................

Menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah pendapatan

yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses

produksi di masing-masing sektor. Dalam pendekatan ini, perhitungan

PDB juga mencakup penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Dengan

demikian, PDB adalah jumlah dari nilai tambah bruto (NTB) dari

kesembilan sektor tersebut.

PDB = PDB1 + PDB2 + PDB3 + ... + PDB9 .......................................(2.19)

Sedangkan menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah

dari semua komponen dari permintaan akhir, yakni pengeluaran konsumsi

rumah tangga (C), pembentukan modal tetap domestik bruto, termasuk

perubahan stok (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto (X-M).

Dengan demikian, maka :

PDB = C + I + G + (X-M) ..................................................................(2.20)

Berdasarkan gambaran di atas, tampak bahwa pertumbuhan

ekonomi bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD)

dan atau sisi penawaran agregat (AS). Seperti yang diilustrasikan pada

Gambar 2.1., titik perpotongan antara kurva AD dengan kurva AS

merupakan titik keseimbangan ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah

29
output agregat (PDB) tertentu dengan tingkat harga tertentu (P).

Pertumbuhan ekonomi terjadi ketika output (Y) periode berikutnya lebih

besar dibandingkan dengan periode sebelumnya (Y1 > Y0). Berdasarkan

analisis gambar tersebut, tampak jelas bahwa pertumbuhan ekonomi

disebabkan oleh pergeseran kurva AS (bagian A) dan atau pergeseran

kurva AD (bagian B).

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam nilai absolut dan nilai

relatif. Pertumbuhan dalam nilai absolut dinyatakan dalam rupiah,

sedangkan pertumbuhan dalam nilai relatif dinyatakan dalam persentase.

Gambar 2.1.
Permintaan Agregat, Penawaran Agregat dan Keseimbangan
Ekonomi Makro

P AS0 P
AS
AS1

AD AD1
AD0

Y0 Y1 Y0 Y1
(A) (B)

Sumber : Tulus Tambunan (2003)

Pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolut selanjutnya dapat

dinyatakan dalam nilai nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil

berdasarkan harga konstan. Berdasarkan harga berlaku, nilai barang dan

jasa yang dihasilkan dihitung berdasarkan harga pasar pada tahun

bersangkutan, yang berarti kenaikan harga-harga (efek inflasi) turut

dihitung. Sedangkan berdasarkan harga konstan, nilai barang dan jasa

30
dihitung berdasarkan harga pada "tahun dasar" (IHK=100), yang berarti

tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.

Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dalam nilai nominal

(PDB harga berlaku), pertumbuhan ekonomi dalam nilai riil (PDB harga

konstan) lebih menunjukkan pertumbuhan output yang sebenarnya,

sehingga lebih tepat digunakan untuk menganalisis kinerja ekonomi suatu

negara.

Secara sederhana, cara menghitung PDB menurut harga konstan

dapat dilakukan dengan rumus:

100
PDB HK (t ) x PDBHB ( t ) (2.21)
IHK t ...................................................

dan cara menghitung PDB menurut harga berlaku di lakukan dengan

rumus:

PDBHK (t ) x IHK t
PDB HB (t ) (2.22)
100 ..................................................

dimana HK adalah harga konstan, HB adalah harga berlaku. IHK adalah

indeks harga konsumen, 100 adalah IHK tahun dasar, dan t adalah tahun

tertentu.

Namun demikian, kenaikan PDB bukan merupakan sebuah indikator

pertumbuhan ekonomi (atau kesejahteraan) yang baik. Sebab kenaikan

PDB tidak akan ada artinva jika laju pertumbuhan penduduk justru lebih

cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB. Oleh karena itu,

pendapatan per kapita dianggap sebagai indikator pertumbuhan (atau

kesejahteraan) yang relatif lebih baik. Secara formal, pendapatan per

kapita diformulasikan sebagai berikut :

31
PDB
Yp (2.23)
penduduk ....................................................................

Meskipun pendapatan per kapita merupakan indikator yang paling lazim

dan digunakan secara luas, namun indikator tersebut bukan tanpa cacad.

Indikator tersebut merupakan indikator makro yang hanya menghitung

secara rata-rata pendapatan penduduk suatu negara, sehingga tidak mampu

menunjukkan bagaimana pendapatan tersebut didistribusikan diantara

penduduk. Oleh karena itu, indikator ini juga dianggap menyembunyikan

realitas kemiskinan.

C. Teori Ekspor Dan Impor

a. Teori Ekspor

1) Pengertian Ekspor

Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat

yang diperoleh akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan

juga dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara serta

membantu berbagai usaha untuk melakukan pembangunan dan

meningkatkan peranan sektor yang mempunyai keunggulan komperatif

karena efesiensi dalam faktor produksi. Nopirin menyatakan bahwa

ekspor berasal dari suatu produksi dalam negeri dijual dipakai oleh

penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran

pendapatan seperti halnya investasi.(Syaikhu, 2010:14)

Salah satu komponen dalam perdagangan internasional; yaitu

ekspor, sering disebut juga sebagai komponen pembangunan utama

32
(export-led- development) artinya ekspor memegang peranan utama

dan signifikan terhadap proses pembangunan suatu bangsa.

Peranan perdagangan luar negeri dalam pembangunan ekonomi

cukup menonjol. Para ahli ekonomi klasik dan neo-klasik

mengungkapkan betapa pentingnya perdagangan internasional dalam

pembangunan suatu negara, yang disebut sebagai mesin pertumbuhan.

Perdagangan luar negeri (ekspor-impor) mempunyai arti yang sangat

penting bagi negara. Bilamana suatu negara mengkhususkan diri pada

produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar

negeri dan pembagian kerja, negara tersebut dapat mengekspor

komoditi yang diproduksi lebih murah untuk dipertukarkan dengan apa

yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih rendah. Dari

perdagangan luar negeri ini, maka negara memperoleh keuntungan dan

pendapatan nasional meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan

jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Anonim, 2003).

Menurut pandangan Kotler dan Amstrong, 2001 Ekspor

merupakan bentuk paling sederhana dalam system perdagangan

internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi

ke luar negeri. Faktor- faktor seperti pendapatan negara yang dituju

dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam

pengembangan ekspor.Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang

dari Daerah Pabean. Sedangkan yang dimaksud dengan ekspor adalah

setiap perusahaan atau perorangan melakuka kegiatan ekspor, untuk

mengekspor barang yang bebas ekspornya dapat dilakukan oleh setiap

33
perusahaan yang telah memiliki Surat Izin Usaha dari Departemen

Teknis/Lembaga Pemerintah Non Departemen berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.(Hamdani; Seluk-beluk Perdagangan

Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal12)

Teori keunggulan atau keuntungan absolute dari adam smith

yang disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar

pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu Negara akan melakukan

spesialisasi terhadap produk dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis

barang tertentu, dimana Negara tersebut memiliki keunggulan absolute

dan tidak produksi atau import suatu (atau beberapa) jenis barang

tertentu dimana Negara tersebut tidak mempunyai keunggulan tersebut

atas Negara lain yang memproduksi atas barang yang sama, atau suatu

Negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika Negara itu dapat

(tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau murah dibandingkan

dengan Negara lain.

2) Strategi-Strategi Kebijakan Ekspor

Indonesia merupakan kelompok negara berkembang (Negara

Dunia Ketiga) dalam perjalanannya kelompok negara ini

merupakan negara-negara yang tertinggal dalam mengawali

pembangunannya bahkan dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonominya. Hal ini disebabkan banyak negara Dunia Ketiga

merupakan bekas jajahan ataupun akibat kondisi lainnya. Hingga untuk

mengawali perbaikan diri tentunya banyak berkaca terhadap negara-

negara maju (Dunia Pertama) yang merupakan negara yang sudah kuat

34
fundamental pembangunan maupun perekonomiannya. Dan memang

sudah terlebih dahulu berbenah diri.

Profesor Lance Taylor memberikan ulasan yang bagus sekali

ketika mengatakan "Dapat dipastikan bahwa kemampuan ekspor

merupakan mesin pertumbuhan. Akan tetapi keunikan sejarah dan

lingkungan geografis yang dimiliki negara-negara industri baru

semakin memperbesar keraguan mengenai bagaimana mungkin

kemampuan ekspor itu dapat dimiliki secara universal oleh semua

negara. Apa yang harus dituntut oleh negara-negara Dunia Ketiga dari

tatanan ekonomi internasional adalah proteksi-proteksi terhadap

kepentingan-kepentingan mereka yang sah menurut hukum dibidang

perdagangan bukan hanya sekedar konsesi-konsesi perdagangan".

(Juniartha,2009).

Sasaran dari setiap strategi kebijakan yang dipakai adalah satu,

yakni bagaimana menentukan peningkatan pembangunan di negara-

negara Dunia Ketiga. Kebijakan khusus ini menuntut perhatian setiap

negara berkembang memilih antara fokus melihat keluar atau ke dalam.

Profesor Paul Streeten mengatakan, kebijakan yang memandang keluar

tidak hanya mendorong perdagangan bebas tapi juga menggerakan

secara bebas modal. Tenaga kerja. perusahaan dan pelajar. perusahaan

multinasional. Dan suatu sistem terbuka untuk komunikasi. Sedangkan

kebijakan ke dalam mengarah pada usaha pengembangan pembangunan

mereka sendiri dan menjadikan mereka tuan atas nasib mereka sendiri.

35
Ini berarti kebijakan ini mendorong semangat pribumi untuk "belajar

dengan bekerja" dibidang manufaktur dan membangun teknologi-

teknologi tepat guna yang digali dari khazanah kebudayaan mereka

sendiri sesuai dengan anugerah sumber daya negara yang dirniliki.

Kedua arah kebijakan ini dapat diklasifikasikan menjadi strategi

kebijakan Perluasan ekspor yang memandang keluar serta strategi

kebijakan subsitusi impor yang memandang ke dalam. Akan tetapi

antar mayoritas negara Dunia Ketiga memilih strategi subsitusi impor

dan beberapa berlaku hingga sampai saat ini termasuk didalanmya

Indonesia. Perlu di ketahui apa yang membedakan dua strategi ini. Para

pendukung ataupun yang menganjurkan subsitusi impor percaya bahwa

negara-negara sedang berkembang harus pertama-tama mensubsitusi

produksi dalam negeri sebelum mengimpor barang-barang konsumsi

sederhana (subsitusi impor tahap pertama) dan kemudian mensubsitusi

melalui produksi dalam negeri untuk suatu jajaran yang lebih luas

barang manufaktur yang lebih canggih (subsitusi impor tahap kedua)

semua dibalik proteksi "industri anak" (sebutan untuk industri dalam

negeri) untuk tarif yang tinggi dan kuota-kuota atas impor. Dalam

jangka panjang penganjur subsitusi impor mengutip sasaran ganda

diversifikasi industri dalam negeri yang lebih besar dan kemampuan

yang tertinggi untuk mengekspor barang-barang yang sebelumnya telah

diproteksi karena ekonomi dalam skala besar (economies of scale) dan

36
biaya tenaga kerja yang rendah telah menyebabkan harga dalam negeri

menjadi lebih kompetitif dengan harga dunia.(Todaro, 2000:211).

3) Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage)- Adam Smith

Teori keunggulan atau keuntungan absolut dari Adam Smith

sering disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar

pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan

spesialisasi terhadap produksi dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis

barang tertentu. Dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut

dan tidak memproduksi atau impor suatu (atau beberapa) jenis barang

tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut

atas negara lain yang memproduksi jenis barang yang sama, atau suatu

negara akan mengekspor (mengimpor) barang X jika negara itu dapat

(tidak dapat) memproduksinya lebih efisien atau murah dibandingkan

negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam

penggunaan faktor produksi. Misalnya tenaga kerjadi dalam proses

produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari

Negara bersangkutan. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai

tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tambunan,2004:47).

4) Teori Keunggulan Komparatif-Jolm S. Mill dan David Ricardo

Persoalan dari teori keunggulan mutlak dari Adam Smith

adalah bahwa perdagangan internasional akan terjadi jika negara-

negara yang terlibat saling memperoleh manfaatnya, dan menurut

Adam Smith hal ini hanya dapat terjadi apabila masing-masing negara

memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Implikasinya, jika

37
Indonesia memiliki keunggulan mutlak atas AS untuk A dan B, yang

berarti Indonesia mengekspor kedua jenis barang tersebut ke AS.

Maka perdagangan antara kedua negara tersebut tidak akan terjadi

karena hanya Indonesia yang akan mendapat manfaatnya. Hal ini

tidak dipikirkan oleh Adam Smith. Dan ini merupakan kelemahan

utama dari teorinya. Maka munculah pemikiran dari John S. Mill dan

David Ricardo. Yang disebut sebagai teori keunggulan komperatif

(atau teori biaya komparatif yang dapat dianggap kritik dan sekaligus

usaha penyempurnaan/perbaikan terhadap teori keunggulan

absolut). Dasar pemikiran dari Ricardo maupun Mill mengenai

penyebab terjadinya perdagangan antar negara pada prinsipnya

tidak berbeda dengan dasar pemikiran dari Adam Smith.

Perbedaannya hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu negara

yakni dilihat komparatif biayanya. bukan perbedaan absolutnya. J.S.

Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri

pada mengekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang tertentu bila

negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan

komparatif terendah. Sedangkan dasar pemikiran dari David Ricardo

adalah bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi bila

masingmasing negara memiliki biaya relatif yang terkecil (atau

produktivitas Tenaga Kerja relatif yang terbesar) untuk jenis barang

yang berbeda. Jadi penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau

produktivitas relatif antar Negara dalam memproduksi dua (atau

38
lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan

internasional (Tambunan,2003:48).

5) Teori Hecksher-Ohlin

Teori modern ini dalam perdagangan internasional

dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933 dalam

bukunya Interregional and Internasional trade yang didasarkan

sebagian atas tulisan gurunya, yaitu Eli Hecksher, yang ditulisnya pada

tahun 1919. Dengan demikian dikenal teori HecksherOhlin. (Soelistio

dan Nopirin, 1977:54)

Dalam HecksherOhlin yang sederhana ada beberapa anggapan yaitu;

a) Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan capital.

b) Dua barang yang mempunyai kepadatan faktor produksi yang

tidak sama, yang satu (X) lebih padat karya, yang lain (Y) lebih

padat capital.

c) Dua Negara yang memiliki jumlah kedua faktor produksi yang

berbeda. ( Boediono, 2000:59)

d) Inti dari model Hecksher Ohlin yang diuraikan diatas adalah

suatu Negara lebih cenderung untuk mengekspor barang yang

menggunakan lebih banyak faktor produksi relatif melimpah di

negara tersebut.

6) Teori Perdagangan Internasional

Dewasa ini dapat dikatakan bahwa tidak ada negara di dunia ini

yang mampu memisahkan dirinya dengan negara lain terutama dalam

memenuhi kebutuhannya. Suatu negara dapat saja memenuhi salah satu

39
kebutuhannya, namun di lain pihak ada kebutuhan lain yang tidak dapat

dipenuhi dari dalam negeri karena alasan-alasan tertentu seperti

keterbatasan dalam sumber daya alam, kekurangan modal, skill yang

belum memadai dan lain-lain. Kebutuhan demikian ini biasanya

diperoleh dari negara lain melalui kegiatan perdagangan. Jadi telah

terbentuk saling ketergantungan antara negara-negara yang ada di dunia

ini.

Dengan adanya saling ketergantungan dan semakin terbukanya

perekonomian dunia, maka kegiatan perdagangan internasional menjadi

kian penting peranannya.

Perdagangan luar negeri atau perdagangan internasional sebagai

salah satu bagian dari analisa ekonomi pembangunan, memegang

peranan penting dalam usaha peningkatan pendapatan perkapita. Tidak

dapat dipungkiri bahwa semua negara telah melaksanakan perdagangan

internasional. Hampir tanpa terkecuali semua perekonomian terlibat

dalam perdagangan internasional bagi suatu perekonomian dapat diukur

dalam hubungannya dengan produksi nasional bruto atau Gross

National Product (GNP), sebagai contoh orang dapat mengukur

keterbukaan suatu perekonomian melalui peranan impor perekonomian

berbeda dengan perekonomian yang lain.

Perdagangan internasional yang bebas, memegang peranan

penting dalam proses perkembangan suatu bangsa seperti yang

dikemukakan Todaro (1995) dalam Purwiyanta (1996):International

free trade has often been referred to as theengine of growth that

40
propelled the development of todays economically advanced nation

during nineteenth and early twentieth century. Rapidly expanding

export market provide dan d additional stimulus to growing local

demands that led to establishment of large-scale manufacturing

industries. Together witha relativelystable political structure and

flexible social institutions, these increased exportearnings enabled the

developing country in the nineteenth century to borrow fundin the

international capital market at very low interest rate. This capital

accumulation inturn stimulated further production, made possible

increased imports, and led to more diversified industrial structure.

Bahwa perdagangan merupakan mesin pertumbuhan banyak

dibahas dalam literatur-literatur ekonomi pembangunan. Surplus yang

diperoleh oleh negara yang melakukan perdagangan internasional

berpeluang untuk meningkatkan aktivitas perekonomiannya Manfaat

lain yang diperoleh dari perdagangan, khususnya bagi negara- negara

berkembang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu; (1) perdagangan

internasional memperluas pasar, merangsang inovasi dan meningkatkan

produktivitas; (2) perdagangan internasional meningkatkan tabungan

dan akumulasi kapital; (3) perdagangan internasional memiliki efek

mendidik dalam hal dorongan atau keinginan terhadap hal-hal baru dan

transfer teknologi, skill dan enterpreneurship.

Perdagangan internasional juga disebut-sebut sebagai suatu

mekanisme untuk mewujudkan ketidak seragaman internasional

(mechanism of international inequality). Melalui interaksi berbagai

41
kekuatan di pasar menyebabkan setiap negara berbeda dengan negara-

negara lainnya baik dalam hal tingkat pembangunan ekonomi maupun

pendapatan perkapita.

Menurut Nopirin (1995). Menyangkut hubungan antara negara

ataupun antara wilayah dalam suatu negara, maka pada prinsipnya

secara teoritis perdagangan antara wilayah dapat saling menguntungkan

satu sama lain. Dengan menggunakan asumsi dua wilayah A dan B ;

dan hanya satu barang yang diperdagangan; dapat dilakukan analisis

secara parsial untuk melihat terjadinya perdagangan antara wilayah.

Analisis parsial perdagangan antara wilayah dapat dilihat pada gambar

2.2 dibawah ini. Karena harga keseimbangan yang terjadi di wilayah A

berbeda (lebih rendah) dengan harga keseimbangan di daerah B maka

perbedaan ini membuka peluang untuk terjadinya perdagangan antara

wilayah (interregional). Barang akan mengalir (diekspor) dari wilayah

A ke wilayah B. Harga barang di wilayah A akan naik karena

jumlahnya berkurang, sementara harga barang di wilayah B akan turun

karena jumlahnya bertambah banyak. Demikian seterusnya sampai pada

satu titik dimana harga barang pada kedua wilayah adalah sama.

Gambar 2.2 Analisis Parsial Perdagangan Antar Wilayah A dan B

42
Gambar 2.2a. Keseimbangan harga regional A

Gambar 2.2b Keseimbangan harga regional B

Sumber. Nopirin ( 1995)

Selanjutnya, dalam teori basis ekspor (base export theory) yang

menganggap ekspor satu-satunya kegiatan untuk mendorong

tumbuhnya jenis pekerjaan baru. Jadi pertumbuhan ekonomi regional

sangat tergantung kepada aktivitas ekspor.

Dengan pendapatan regional merupakan kelipatan dari ekspor, dengan

rumus :

Xi
Yi ........(2.24)
1 ei mi

43
Dimana : Yi adalah pendapatan regional, ei adalah marginal propensity

to expenditure, dan mi adalah marginal propensity to import. Dari

persamaan di atas, maka diperoleh angka pengganda basis ekspor

(multiplier) sebagai berikut :

1
dYi / dXi K ..(2.25)
1 ei mi

Sedangkan dalam model pertumbuhan interregional, yang

merupakan perluasan dari teori basis ekspor, menganggap bahwa

pertumbuhan ekonomi regional terjadi tidak semata-mata disebabkan

oleh aktivitas ekspor tetapi juga disebabkan oleh variabel lainnya

seperti : (1) investasi dan pengeluaran pemerintah, (2) pertumbuhan

daerah lain yang berada dalam satu sistem, dan (3) pertumbuhan dalam

hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan interregional, dan

tingkat pajak marginal. Kesimpulan dari model pertumbuhan

interregional disajikan dalam persamaan matematika sebagai berikut :

Yi = A + KiXi...................................................................................(2.26)

Dimana Yi adalah pendapatan regional daerah i, A adalah

pengeluaran otonom total, yang terdiri dari pengeluaran untuk investasi

dan belanja pemerintah, X1 adalah ekspor daerah i, dan K adalah

angka pengganda regional yang besarnya adalah :

1
K .......(2.27)
1 ( ci mij )( I t i )

44
Demikian : ti : adalah tingkat pajak marginal.

ci : Marginal propensity to consumen m : Marginal propensity to

impor.

7) Teori Basis Ekspor Richardson

Teori basis ekspor dikembangkan dalam kerangka ilmu ekonomi

regional oleh Charles M. Tiebout 1962 (dalam Nopirin 1995). Teori ini

membagi kegiatan produksi / jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu

wilayah atas; pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan non basis

(service/pelayanan). Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous

artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan

sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.

sedangkan pekerjaan service (non basis) adalah kegiatan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhan

tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya,

sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Teori basis ekspor

menyebutkan ekspor tidak hanya mencakup barang/jasa yang dijual ke luar

daerah tetapi termasuk juga di dalamnya barang atau jasa yang dibeli orang

dari luar daerah walaupun transaksi itu sendiri terjadi di daerah tersebut yang

mendatangkan uang dari luar daerah. Kegiatan yang hasilnya dijual ke luar

daerah atau mendatangkan uang dari luar daerah adalah kegiatan basis

sedangkan kegiatan service (nonbasis) adalah kegiatan yang melayani

kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri, baik pembeli maupun sumber

uangnya berasal dari daerah itu sendiri.

45
Harry W. Richardson (1977) dalam bukunya Elements of Regional

Economics memberi uraian sebagai berikut. Berkenaan dengan daerah i

dapat dituliskan :

Yi = (Ei M) + Xi ............................................................................... (2.28)

Pendapatan = pengeluaran untuk barang /jasa domestik = ekspor, dimana :

Ei = ei Yi ............................................................................... (2.29)

Mi = mi Yi ........................................................................... (2.30)

Xi = eksogen ......................................................................... (2.31)

Dimana :

ei : Hasrat membelanjakan uang (marginal propensity to expenditure)


mi : hasrat membeli barang impor (marginal propensity to impor)

Dengan mensubsitusikan fungsi-fungsi (2.29), (2.30), dan (2.31) ke dalam

no...... (2.32)

Xi
Maka , Yi = ei Yi miYi + Xi, dengan demikian : Yi ......(2.33)
1 ei mi

Yi 1
Jika fungsi no. (2.10) diubah susunannya maka : .....(2.34)
Xi 1 ei m i

Yi
adalah rasio pendapatan terhadap ekspor yang disebut multiplier basis
Xi

1
diberi simbol K. K ..............................................................(2.35)
1 ei m i

Jadi, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekspor, jika hasrat

membelanjakan secara lokal (e m) adalah lebih kecil daripada satu.

Hasil yang diperoleh adalah multiplier basis rata-rata sedangkan untuk

Yi
peramalan diperlukan perubahannya, yaitu :
X i

46
Menurut Richardson, besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari

besarnya suatu daerah. Artinya, makin besar suatu daerah, ekspornya

semakin kecil apabila dibandingkan dengan total pendapatan, demikian pula

impornya. Hal ini membuat daerah yang besar cenderung memiliki K yang

tinggi karena rasio pendapatan ekspor adalah rendah, tetapi m juga rendah

dan ini cenderung menaikkan K. Sebaliknya, daerah yang kecil maka rasio

pendapatan ekspornya adalah tinggi, tetapi m juga tinggi dan ini cenderung

menurunkan K. jadi, K bisa berubah apabila luas daerah analisis diubah.

Dengan demikian, K sulit dijadikan pegangan tunggal dalam peramalan

apabila luas daerah berubah dari satu kurun waktu ke kurun waktu

berikutnya.

8) Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi

Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi

suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-

sumber daya yang langka dan pasar- pasar internasional yang potensial untuk

berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka

negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan

kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua

negara dalam menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka

miliki (Michael P. Todaro & Stephen C, 2003).

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah

negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada

gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan

47
tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat

dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan,

2000).

b. Teori Impor

1) Pengertian Impor

Impor adalah pengiriman dagangan dari luar negeri ke pelabuhan

diseluruh wilayah Indonesia kecuali wilayah bebas yang dianggap luar

negeri, yang bersifat komersial maupun yang bukan komersial. Barang-

barang luar negeri yang diolah dan diperbaiki didalam negeri dicatat sebagai

barang impor meskipun barang tersebut akan kembali keluar negeri

(Hamdani; Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor. Jakarta 2007. Hal 15).

Dalam statistik perdagangan internasional impor sama dengan

perdagangan dengan cara memasukan barang dari luar negeri kedalam

wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Impor

mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor. Impor suatu Negara

berkolerasi dengan output dan pendapatan Negara tersebut secara positif.

Permintaan untuk impor tergantung pada harga yang relatif atas barang-

barang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu volume dan nilai

imporakan dipengaruhi output dalam negeri dan harga relatif antara barang-

barang buatan dalam negeri dan buatan luar negeri.

Impor berlawanan dengan ekspor. Ekspor dapat dikatakan injeksi bagi

perekonomiam namun impor merupakan kebocoran dalam pendapatan

nasional.( Sukirno, 2011:359 )

48
m=M/Y...............................................................................................(2.36)

Dimana:

m = Marginal Propensity to consume

M = Pertambahan Impor

Y = Pertambahan Pendapatan

Impor ditentukan oleh kesanggupan/kemampuan dalam menghasilkan

barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai

impor bergantung dari nilai tingkat pendapatan nasioanal Negara tersebut.

Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta semakin rendah kemampuan

dalam menghasilkan barang-barang tertentu, maka imporpun akan semakin

tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional.

Secara sistematis, hubungan impor dengan pendapatan nasional dapat ditulis

sebagai berikut: ( Sukirno, 2011 : 362 )

M=Mo+mY.............................................................................................(2.37)

Dimana:

M = Jumlah Impor

Mo= Jumlah Impor yang nilainya tidak ditentukan

m = Marginal Propensity to Impor

Y = Pendapatan nasional

Sedangkan pengertian impor yang kita gunakan dalam buku (perdagangan

luar negri, Arby, 2003/2004) adalah impor yang dimaksudkan sesuai dengan

undang- undang yaitu memasukan barang ke dalam daerah pabean

(Indonesia) tentu saja sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku yang

diatur berdasarkan undang- undang itu sendiri maupun peraturan pemerintah.

49
2) Kebijakan Subsitusi Impor

Selama lebih dari dua dasawarsa terakhir, negara-negara sedang

berkembang menghadapi menurunnya daya serap pasar dunia bagi produk

produk primer mereka. Meningkatnya defisit transaksi berjalan pada neraca-

neraca pembayaran dan adanya rasa percaya terhadap mistik industrialisasi.

mendorong negara-negara Dunia Ketiga termasuk Indonesia untuk mengejar

apa yang umum diketahui sebagai strategi pembangunan "subsitusi impor".

Ini menyebabkan timbulnya suatu usaha untuk mengganti komoditas.

Biasanya produk manufaktur yang dahulu di impor dengan sumber-sumber

produksi dan sediaan dalam negeri. Strategi yang tipikal ini. pertama-tama

adalah menciptakan rintangan tarif atau kuota terhadap komoditas tertentu

yang diirnpor. Kemudian berusaha mendirikan industri lokal yang

memproduksi barang-barang mereka impor-yaitu beberapa barang seperti

radio, sepeda atau alat-alat listrik rumah tangga.

Strategi yang tipikal ini melibatkan kerjasama dengan perusahaan

asing yang didorong untuk mendirikan pabrik dibalik dinding proteksi tarif

dan pemberian keringanan pajak dan memperoleh insentif investasi.

Walaupun biaya awal produksi akan mendorong harga eceran lebih tinggi

jika dibandingkan dengan harga impor, tetapi pemikiran ekonomi yang

mendasari pembangunan operasi manufaktur subsitusi impor adalah bahwa

industri akan mengenyam keuntungan produksi dalam skala yang besar dan

biaya produksi yang rendah (ini yang dinamakan 'industri anak' untuk

proteksi tarif) atau bahwa neraca pembayaran akan membaik berhubung

50
impor barang-barang konsumsi dapat dibatasi. Seringkali suatu kombinasi

dari kedua argumen itu diajukan. Pada akhirnya, diharapkan industri anak

akan tumbuh berkembang dan mampu bersaing di pasaran dunia. Ini nantinya

dapat meningkatkan penghasilan devisa ekspor segera setelah mampu

menurnnkan biaya rata-rata produksinya. (Sukirno,2011:373).

Barang impor, sampai tulisan ini diturunkan di Indonesia oleh

pemerintah ditentukan dalam 3 (tiga) macamya itu:

1. Barang yang dilarang impor yaitu:

a. Beberapa jenis produk industri percetakan

b. Beberapa produk industri manufaktur, misalnya TV/Radio dalam

keadaan builtup.

c. Kendaraan bermotor/mobil dalam keadaan builtup.

2. Barang yang diatur tata niaga impor yaitu:

Pengaturan barang ini ditetapkan oleh Menperindag misalnya:

a. Barang pindahan.

b. Barang yang masuk ke Indonesia dengan hibah.

c. Barang bantuan luar negeri.

d. Barang/bahan baku yang dimasukkan dikawasan berikat oleh

Perusahaan Pengolahan di kawasan terikat (PPDKB) dan ke

Entreport Produksi untuk tujuan Ekspor (EPTE) untuk diolah lebih

lanjut menjadi barang ekspor sesuai izin industry PPDK Batau EPTE

tersebut.

e. Barang/bahan baku yang dimasukkan kekawasan berikat untuk

ditimbun, disimpan, atau dikemas.

51
f. Barang impor khusus yang ditetapkan oleh pemerintah yang

pengimpornya dilakukan oleh importir yang ditetapkan/ditunjukan

pemeritah.

3. Barang yang tidak diatur tata niaganya (bebas) yaitu:

Barang yang tidak termasuk barang impor yang dilarang atau yang

diatur tata niaga impornya, digolongkan barang yang dapat diimpor secara

bebas. Pengimporan barang ini berlaku ketentuan umum yang berlaku untuk

barang impor. Perlu ditambahkan bahwa barang impor kapal niaga dan

kapal bekas. Untuk melaksanakan kebijakan di bidang impor pemerintah

melakukan dengan 2 caraya itu kebijakan Tarif Barier dan kebijakan Non

tarif Barier (Arbi Syarif : 2004:12).

c. Teori Indek Harga Konsumen (IHK) pada Inflasi

1. Tingkat Inflasi

a Pengertian Inflasi

Inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-

harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi

(persentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode

lainnya, dan berbeda pula dari satu Negara ke Negara lainnya.

(Sukirno, 1994 : 326)

Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum

mengalami kenaikan secara terns menerns. (Muana, 2001). Venieris

dan sebol, mendefinisikan inflasi sebagai suatu kencedernngan

meningkatnya tingkat harga umum secara terns menerns sepanjang

52
waktu (a sustained tendency for the general level of prices to rise over

time) Seperti tertulis dalam (Gunawan, 2001).

Beberapa definisi inflasi yang dikemukakan oleh para ahli

ekonomi adalah sebagai berikut :

Menurnt A. P. Lerner inflasi adalah suatu keadaan di mana

terjadi kelebihan permintaan (excess demand) terhadap barang-barang

dalam perekonomian secara keselurnhan. Kelebihan barang-barang

ini dapat diartikan sebagai berlebihnya tingkat pengeluaran untuk

komoditi akhir dibandingkan dengan tingkat output makisimum

yang dicapai dalam jangka panjang, dengan sumber-sumber produksi

tertentu. Kemudian Vanieris dan sebold mendefisnisikan inflasi sebagai

suatu kecenderungan harga-harga untuk meningkat dimana kenaikan

tersebut berlangsung secara terus menerus dan tidak hanya pada satu

komoditi saja. Menurut Fredrick S. (Mishkin,2006) Inflasi merupakan

suatu keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat harga dari berbagai

macam barang umum dan terus-menerus.

b. Jenis Inflasi

Ada tiga jenis inflasi menurut (Muana, 2001 : 47), yaitu:

1) Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation). Yaitu

tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan

(demand shock inflation) adalah yang terjadi sebagai akibat dari

adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau

pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.

53
2) Inflasi dorongan biaya (cosh-push inflastion). Inflasi dorongan

biaya atau juga sering disebut inflasi sisi penawaran (supply-

side inflation) atau inflasi guncangan penawaran (suuply-shock

inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya

kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan

produktifitas dan efesiensi .yang menyebabkan perusahaan

mengurangi supply barang dan jasa mereka ke pasar

3) Inflasi struktural (structural inflation), yaitu terjadi sebagai

akibat dari adanya berbagai kendala atau kekuatan struktural

(structural rigidities) yang menyebabkan penawaran di dalam

perekonomian menjadi kurang atau tidak responsif.

c. Dampak Inflasi

Inflasi berdampak pada perekonomian, yaitu terhadap redistribusi

dan distorsi. sebagai berikut :

1) Redistribusi pendapatan dan kekayaan. Salah satu contoh

adalah redistribusi dari kreditur ke debitur, dimana debitur

dikenakan tingkat bunga tetap untuk pinjamannya yang

digunakan untuk membeli aset tertentu. Namun ternyata tingkat

inflasi lebih besar dari pada tingkat bunga, sehingga kreditur

secara riil menjadi lebih miskin. Namun sebaliknya, debitur

mengalami peningkatan kekayaan karena harga aset yang

dibelinya meningkat harganya, minimal sebesar tingkat inflasi.

2) Distorsi harga. Pada tingkat inflasi yang rendah orang

menyadari adanya inflasi tersebut dan dapat membedakan

54
perbedaan inflasi antar barang yang saling substitusi. Namun

pada tingkat inflasi yang tinggi. orang tidak memahami

perbedaan laju inflasi karena harga semua barang naik tinggi.

3) Distorsi penggunaan uang. Adanya inflasi mengubah cara

orang menggunakan uangnya. Karena inflasi menurunkan

nilai riil uang, maka orang cenderung meminimalisasi

jumlah uang yang dipegangnya.

4) Distorsi pajak. Semakin tinggi inflasi semakin tinggi beban

pajak secara riil.

d. Teori Inflasi

Terdapat 3 teori utama mengenai inflasi (Muana, 2001 : 57),

yaitu:

1) Teori Kuantitas

Mengatakan bahwa penyebab inflasi adalah pertumbuhan

jumlah uang beredar dan pisikologi masyarakat menegenai

kenaikan hargaharga dimasa mendatang. Tambahan jumlah

uang beredar x% bisa menumbuhkan inflasi kurang dari

x% sama dengan x% atau lebih besar dari x% tergantung

apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi.

akan naik tetapi lebih buruk dari masa sekarang atau lampau

atau akan naik cepet dari sekarang atau masa lampau.

55
2) Teori Keynes

Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat

hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini

menarik karena menyoroti peranan distribusi pendapatan

dalam proses inflasi dan menyarankan hubungan antara

inflasi dan faktor-faktor non ekonomis.

3) Teori Strukturalis

Teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-

sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktural ekonomi.

Khususnya suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor.

Inflasi semacam ini tidak bisa diobati dengan misalnya

mengurangi jumlah uang beredar, tetapi dengan pembangunan

sektor bahan makanan dan ekspor.

D. Penelitian Terdahulu

Hasil pada penelitian Sinha (1999) yang mengkaji mengenai keterkaitan

antara ketidakstabilan ekspor, investasi dan pertumbuhan ekonomi di 9

(sembilan) negara, yang mencakup India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia,

Myanmar, Pakistan, Filipina, Srilangka dan Thailand. untuk periode 1948

hingga 1997. Variabel yang digunakan adalah real GDP, ekspor barang dan

jasa riil, standar deviasi ekspor, investasi dan tenaga kerja. Kesimpulan

penelitian menemukan hasil sebagai berikut : (1) variabel ekspor barang dan

jasa riil, di hampir seluruh negara (kecuali Filipina), memiliki pengaruh positif

56
terhadap GDP riil, (2) variabel deviasi ekspor yang menunjukkan

ketidakstabilan ekspor, kecuali di negara Filipina dan Malaysia, memberikan

pengaruh yang positif terhadap GDP riil di hampir seluruh negara selama

periode penelitian, (3) variabel investasi (pembentukan modal) memiliki

pengaruh yang positif terhadap GDP riil pada semua negara yang dijadikan

objek penelitian, dan (4) variabel tenaga kerja, kecuali di negara Myanmar,

memberikan pengaruh yang positif terhadap GDP riil di hampir seluruh negara

selama periode penelitian.

Penelitian pertama dilakukan oleh (Ni Nyoman Yuliarmi 2005) yang

berjudul" Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan Inflasi dalam Negeri

Terhadap Nilai Impor Migas Indonesia Periode 1993 - 2005". Variabel yang

terkait yaitu Produk Domestik bruto (PDB), Inflasi, dan Impor Migas. Alat

analisis data yang digunakan adalah analisis Linier Berganda. Hasil penelitian

ini adalah :

1. Produk domestik Bruto (PDB) dan inflasi dalam negeri secara serempak

berpengaruh signifikan terhadap nilai impor migas Indonesia periode

1993-2005.

2. Produk domestik bruto (PDB) berpengaruh positif dan signifikan secara

parsial terhadap nilai impor migas Indonesia periode 1993 - 2005.

Inflasi dalam negeri tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai

impor migas Indonesia periode 1993-2005.

Penelitian kedua dilakukan oleh Perdana Wahyu Santosa dan Harry

Yusuf A. Laksana (2009) yang berjudul "Repatriasi: Analisis Untuk

Memperkuat Cadangan Devisa Dari Stabilnya Mata Uang Rupiah". Variabel

57
yang terkait yaitu Cadangan Devisa, Valuta Asing Hasil Ekspor dan Rupiah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana fungsi dan

peranan repatriasi valuta asing hasil ekspor, baik secara teori maupun

pengalaman empirik. Dan belum dapat disimpulkan dampak sisi baiknya

ataupun sisi kelemahannya, apa dan bagaimana dari sudut pandang teoritis,

keunggulan dari kebijakan repatriasi valuta asing hasil ekspor yang

memformulasikan keunggulannya dalam (i) menciptakan kurs mata uang

Rupiah yang stabil; dan (ii) dapat memperkuat cadangan devisa negara. Apa

dan bagaimana keunggulan dari kebijakan repatriasi valuta asing hasil ekspor

yang menyatakan bahwa negara dapat: (i) meningkatkan kegiatan ekspor dan

impor; dan (ii) lebih mampu untuk mengontrol lalu lintas devisa dan

apakah kebijakan repatriasi valuta asing hasil ekspor dapat dikembangkan

dalam sistem moneter Indonesia dimasa depan.

Ria Rahayu Lestari (2007) meneliti tentang Dampak pembangunan

ekonomi terhadap pertumbuhan kota Jakarta tahun 1989-2004, variabel yang

digunakannya itu kepadatan penduduk, nilai tambah industri, Ekspor,

Pertumbuhan kota, PDRB. Metode yang digunakan metode deskriptif dan

kuantitatif, yaitu mendeskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis

data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus

perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.

Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS.

Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa PDRB dan ekspor

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Sedangkan,

kepadatan penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan

58
kota. Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai tambah

industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.

Almasdi Syahza (2003) meneliti tentang Perkembangan Ekspor Dan

Pertumbuhan Ekonomi di Daerah Riau, variabel yang digunakannya itu

Ekspor, pertumbuhan ekonomi, Data sekunder yang dipergunakan, dianalisis

dengan model OLS dan TSLS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspor

memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di

Propinsi Riau. Untuk mendukung ekspor dari luar migas, makaorientasi

ekonomi daerah Riau diharapkan tertuju pada penambahan faktor-faktor

produksi bagi ekonomi golongan bawah, sehingga trickledown effect bisa

berjalan seperi yang diharapkan.

Yusuf dan Widyastutik (2007) meneliti tentang Analisis Pengaruh

Ekspor-Impor Komoditas Pangan Utama dan Liberalisasi Perdagangan

terhadap Neraca Perdagangann Indonesia. Variabel yang digunakannya itu

komoditas pangan Ekspor-Impor, liberalisasi dan nerca perdagangan. Metode

yang digunakan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antar varaibel adalah model koreksi kesalahan atau

ECM. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Ekspor komoditas pangan

dalam jangka pendek perdagangan non-migas Indonesia. Namun hal tersebut

perlu dilakukan untuk menghindari penururunan tajam pada neraca

perdagangan non-migas dan memberikan waktu agar pemerintah Indonesia

menyiapkan diri dalam meningkatkan daya saing komoditas pangan Indonesia.

59
Pinem Juniartha (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Ekspor, Impor,

Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap Cadangan Devisa Indonesia, variabel yang

digunakan yaitu Cadangan Devisa, Ekspor, Impor, dan Nilai Tukar.

Dalam menganalisa besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap

variable terikat digunakan model ekonomtrik dengan mengregrisikan variabel

yang ada dengan menggunakan metode terkecil biasa OLS.

Metode yang digunakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis

statistic yaitu persamaan regresi linear berganda. Hasil penelitian

memperlihatkan bahwa variabel Ekspor dan Kurs mempunyai pengaruh yang

positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Sedangkan. Impor

memiliki pengaruh yang negatif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.

60
TABEL 2.1. Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Variabel Model Hasil


Peneliti
1 Sinsha Export Instability, Ekspor,Investasi dan Regresi linier 1. Variabel ekspor barang dan jasa riil, di hampir seluruh
(1999)
Investment and PDB berganda negara (kecuali Filipina), memiliki pengaruh positif terhadap
Economic Growthin GDP riil
Asian Countries: a 2. Kecuali di negara Filipina dan Malaysia, deviasi ekspor
Time Series Analysis memberikan pengaruh yang positif terhadap GDP riil di
hampir seluruh negara

2 Ni Pengaruh PDB Dan PDB, Inflasi dan Nilai Regresi 1. Produk domestik Bruto (PDB) dan inflasi dalam negeri
Nyoman Inflasi dalam negeri Impor Migas Berganda secara serempak berpengaruh signifikan terhadap nilai
Yuliarmi terhadap nilai impor impor migas Indonesia periode 1993-2005
(2005) migas Indonesia 2. Produk domestik bruto (PDB) berpengaruh positif dan
periode 1993-2005 signifikan secara parsial terhadap ni1ai 1mpor migas
Indonesia periode 1993-2005. Inflasi da1am negeri tidak
berpengaruh secara parsial terhadap ni1ai 1mpor migas
Indonesia periode1993-2005

61
3 Perdana Repatriasi : Analisis Cadangan Devisa, Tinjauan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa dan
Wahyu Untuk Memperkuat Valuta Asing Hasil Teoritis bagaimana fungsi dan peranan repatriasi valuta asing hasil
Santosa dan Cadangan Devisa Ekspor, dan Kurs ekspor.
Harry Dari Stabilnya Mata Mata Uang Rupiah keunggulan dari kebijakan repatriasi valuta asing hasil
Yusuf A Uang Rupiah ekspor yang memformulasikan keunggulannya dalam (i)
Laksana menciptakan kurs mata uang Rupiah yang stabil; dan (ii)
(2009) dapat memperkuat cadangan devisa negara. Apa dan
bagaimana keunggulan dari kebijakan repatriasi valuta
asing hasil ekspor yang menyatakan bahwa negara dapat:
(i) meningkatkan kegiatan ekspor dan impor; dan (ii)
lebih mampu untuk mengontrol lalu lintas devisa. Dan
apakah kebijakan repatriasi valuta asing hasil ekspor
dapat dikembangkan dalam system moneter Indonesia
dimasa depan.

62
4 Ria Rahayu Dampak -PDRB Metode Hasil analisis dari penelitian Ini menyebutkan bahwa PDRB
Lestari pembangunan -ekspor Deskriptif dan dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap
(2007) ekonomi terhadap -kepadatan penduduk kuantitatif, pertumbuhan kota. Sedangkan, kepadatan penduduk
pertumbuhan kota -nilai tambah industri Adapun metode berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan kota.
Jakarta tahun analisis yang Selain itu, dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai
1989-2004 digunakan tambah industri tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan kota.
peneliti yaitu
dengan metode
OLS.

63
5 Almasdi Perkembangan - ekspor Data sekunder Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspor memegang
Syahza Ekspor Dan -Pertumbuhan ekonomi Yang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di
(2003) Pertumbuhan dipergunakan, Propinsi Riau. Untuk mendukung ekspor dari luar migas, maka
Ekonomi di Daerah dianalisis orientasi ekonomi daerah Riau diharapkan tertuju pada
Riau dengan model penambahan faktor-faktor produksi bagi ekonomi golongan
OLS dan TSLS bawah, sehingga trickle down effect bisa berjalan seperi yang
diharapkan.

64
6 Yusuf dan -Ekspor Metode yang Hasil penelitian Memperlihatkan bahwa Ekspor komoditas
Analisis Pengaruh
Widyast -Neraca perdagangan digunakan data pangan dalam jangka pendek dan jangka panjang
Ekspor-Impor
utik (2007) sekunder. berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan non-migas
Komoditas Pangan
Metode analisis Indonesia.
Utama dan
yang digunakan
Liberalisasi
untuk
Perdagangan
mengetahui
terhadap Neraca
hubungan antar
Perdagangann
varaibel adalah
Indonesia.
model koreksi
kesalahan atau
ECM

7 Pinem .Analisis Pengaruh Metode yang Regresi Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Ekspor dan
Juniartha Ekspor, Impor, digunakan metode Berganda Kurs mempunyai pengaruh yang positif terhadap posisi
(2009) Kurs Nilai Tukar kuantitatif dengan cadangan devisa di Indonesia. Sedangkan. Impor memiliki
Rupiah terhadap menggunakan analisis pengaruh yang negatif terhadap posisi cadangan devisa di
Cadangan Devisa statistic yaitu Indonesia.
Indonesia persamaan regresi linear
berganda

65
E. Kerangka Pemikiran.

Pertumbuhan ekonomi ( PDB ) merupakan masalah perekonomian baik

dalam jangka panjang maupun jangka pendek yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor baik secara exsternal maupun secara internal, di dalam penelitian ini

faktor yg mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di lihat dari segi perdagangan,

kalau berbicara mengenai perdagangan tentu tidak terlepas dari ekspor dan

impor.

Secara teori menurut Harry W. Richardson (1977) mengatakan bahwa

perekonomian daerah bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi / hasil

produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor.

Impor dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output

daerah. Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu menyedot output

kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah tersebut.

Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke

daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan

tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat diserap oleh kesempatan kerja lokal

maka migrasi neto dapat menyeimbangkan tingkat pertumbuhan angkatan kerja

dan tingkat pertumbuhan output. jadi, dalam perekonomian terbuka,

persyaratannya menjadi sedikit longgar. Syarat statistik bagi perekonomian

terbuka :

S+M=I+X atau (s + m)

Y = I + X, atau : M = Impor dan X = Ekspor

66
Dari teori diatas dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi

(PDB) sangat di pengaruhi oleh ekspor dan impor, sehingga secara matematika

dapat di buat fungsi dari pertumbuhan ekonomi tersebut adalah berbentuk :

PDB = f ( Ex dan Im ) ........... ( 2.38 )

Dimana :

PDB = Pertumbuhan Ekonomi

Ex = Ekspor

Im = Impor

Atau bentuk persamaannya dalam bentuk variabel Y dan X sehingga

persamaan (2.38) berubah menjadi:

Y = f ( X1 dan X2 ) ......... ( 2.39 )

Dimana :

Y = PDB = Pertumbuhan Ekonomi

X1 = Ekspor dan X2 = Impor

Selanjutnya dalam mekanisme Ekspor dan Impor sangat di pengaruhi oleh

harga yang ada dalam Indek Harga Konsumen, kalau harga naik maka inflasi

tidak bisa di hindari akan terjadi, sehingga akan berpengaruh langsung pada

pendapatan suatu negara (PDB), maka Indek harga konsumen (IHK) yang

dilambangkan X3 menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,

maka persamaan (2.39) diatas berubah menjadi:

67
Y = f ( X1, X2 , X3 ) ................. ( 2.40 )

Dimana :

Y = PDB = Pertumbuhan Ekonomi

X1 = Ekspor dan X2 = Impor X3 = IHK = Indek Harga Konsumen

Untuk mengetahui pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga

Konsumen (IHK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dilihat nilai

koefesien determinasinya guna untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka diperlukan sebuah analisa

mengenai bagaimana pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen

(IHK) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia maka kerangka pemikiran

dalam penelitian yang menggunakan regresi liniar dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

68
F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan

variabel-variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling

spesifik. (Mudrajad, 2009:59) menyatakan bahwa hipotesa adalah suatu

pernyataan mengenai nilai suatu parameter populasi yang dimaksudkan untuk

pengujian dan berguna untuk mengambil keputusan. Hipotesis juga

merupakan pernyataan belum teruji yang menjelaskan suatu fakta atau

fenomena jawaban masalah penelitian, berdasarkan telaah konsep teoritis

yang perlu diuji secara empiris.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Ekspor diduga bahwa mempuyai pengaruh yang signifikan positif

secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun

2000 sampai tahun 2012.

2) Impor diduga bahwa mempuyai pengaruh yang signifikan negatif

secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dari tahun

2000 sampai tahun 2012.

3) Indek Harga Konsumen (IHK) diduga bahwa mempuyai pengaruh

yang signifikan negatif secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi

di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012.

4) Ekspor, Impor, dan Indek Harga Konsumen (IHK) mempuyai

pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012.

69
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Secara garis besar, objek penelitian ini mencakup 4 (empat) komponen

penting, yaitu Ekspor, Impor, Indek Harga Konsumen (IHK) dan pertumbuhan

ekonomi (PDB) di Indonesia dari tahun 2000 sampai tahun 2012

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian, metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatoris (explanatory research).

Metode penelitian ini relevan digunakan untuk penelitian sosial yang mencoba

melihat, mengukur dan menguji kausalitas antar variabel. Metode penelitian ini

juga sesuai digunakan bagi penelitian-penelitian yang diarahkan untuk menguji

hipotesis. Sekaran (2000 : 30) mengatakan bahwa metode eksplanatoris

digunakan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan sebab akibat

antara berbagai variabel yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh guna

mendapatkan makna dan implikasi permasalahan yang ingin dipecahkan secara

sistematis, aktual, dan akurat.

Sifat penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dan verifikatif.

Pendeskripsian digunakan terhadap data dari masing-masing variabel yang

dilakukan secara terstruktur, faktual dan akurat. Sedangkan sifat verifikatif

yaitu meneliti hubungan, keterkaitan dan pengaruh antara variable bebas

(independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) yang

diteliti. Dalam kaitan tersebut, akan dilakukan pengujian statistik dan

ekonometrik untuk memperoleh kesimpulan penelitian.

70
B. Operasionalisasi Variabel

Definisi operasional variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini

adalah : PDB = F (EX,IM, IHK)

1. Produk Domestik Bruto (PDB).

Produk Domestik Bruto adalah besarnya nilai Realisasi pendapatan di

Indonesia yang diukur berdasarkan harga konstan 2000. Satuannya

dalam Juta rupiah.

2. Exspor (EX).

Nilai Ekspor di Indonesia. Satuannya dalam US.$.

3. Impor (IM).

Nilai Impor di Indonesia. Satuannya dalam US.$.

4. Indek Harga Konsumen (IHK)

adalah Indek harga barang dan jasa yang di konsumsi di Indonesia

satuannya adalah Indek.

Apabila dibuat operasionalisasi variabel, secara lebih terperinci dapat

dilihat sebagaimana Tabel 3.1. berikut ini :

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Konsep Variabel Simbol Satuan Skala
1. PDB Besarnya nilai PDB di Indonesia yang diukur Juta
PDB Rasio
berdasarkan harga konstan 2000 Rupiah

2. Ekspor Besarnya nilai Nilai Ekspor di Indonesia.


EX US.$ Rasio
Satuannya dalam US.$.
3. Impor Nilai Impor di Indonesia. Satuannya
IM US.$ Rasio
dalam US.$.
4. Indek Harga adalah Indek harga barang dan jasa
Konsumen yang di konsumsi di Indonesia
IHK Indek Rasio
satuannya adalah Indek

71
C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data sekunder yaitu

data runtun waktu (time series) tahunan yang dikumpulkan melalui kegiatan

survey kepustakaan dari beberapa sumber publikasi. Pengumpulan data

dilakukan dengan pencatatan ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan

sesuai dengan variabel-variabel yang teridentifikasi dalam kerangka analisis.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber

publikasi dengan periode datanya antara tahun 2000 hingga tahun 2012,

meliputi data tentang; domestik (PDB atas berlaku dan konstan), Ekspor, Impor

dan Indek harga konsumen di Indonesia.

D. Metode Pengumpulan Data

Keseluruhan data sekunder tersebut diperoleh dari BPS, BI, LIPI dan

lain-lain yang terkait dengan menggunakan metode kepustakaan (library

search) dan metode komputerisasi (computerized search). Data yang telah

dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan dan ditabulasi berdasarkan variable

ke dalam tiga bentuk tabel, yaitu (1) tabel untuk data dasar, (2) tabel untuk data

olehan, dan (3) tabel hasil olahan atau hasil analisis yang akan disajikan dalam

laporan.

Untuk pengolahan data, akan dilakukan menggunakan dua software,

yaitu MS-Excell untuk input dan oleh data, dan SPSS 5.16 untuk estimasi

parameter, pengujian asumsi dasar dan pengujian validitas model.

72
E. Model Analisis

Untuk menganalis Ekspor - Impor dan ( IHK ) Indeks Harga Konsumen

terhadap pertumbuhan Ekonomi (PDB).

Dalam model persamaan struktural (simultaneous equation regression

model) digunakan teknik regresi two stage least square (TSLS) untuk melihat

pengaruh Exspor, Impor dan (IHK) Indek Harga Konsumen terhadap

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian spesifikasi umum sistem persamaan

struktural yang digunakan dalam penelitian ini, dalam bentuk fungsi adalah:

PDB = F ( EX,IM, IHK)........................................................... (3.1)

Sedangkan dalam bentuk ekonometrik, model persamaan simultan pada

persamaan (3.1), menjadi :

PDB t 0 1 EX t 2 IM t 3 IHK t 1
.....................................................(3.2)

PDB = adalah produk domestik bruto,

IHK = Indek harga konsumen.

EX = Exspor IM = Impor

1. Uji Ekonometrik

Pengujian ekonometrik dilakukan dengan tujuan agar diperoleh

model yang bersifat best linear unbias and estimator (BLUE) sehingga

model tersebut mampunyai daya prediksi yang tinggi. Pengujian

ekonometrik dimaksud adalah uji otokorelasi, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, uji linieritas dan uji normalitas (Gujarati, 2003 : 386,

387, 441).

73
2. Uji Otokorelasi (Autocorrelation Test)

Otokorelasi adalah korelasi antara residual data time series pada

titik-titik waktu yang berbeda. Dalam kasus khusus dimana residual

berdekatan pada periode waktu terpisah (misalnya t dan t+l) mempunyai

hubungan, disebut first-order autocorrelation (Mendenhall dan Sincich,

2003).

Pengujian otokorelasi dilakukan dengan menggunakan rumus

Durbin-Watson (DW) sebagai berikut:

(et et 1 ) 2
DW ;0 DW 4 (3.3)
et2 ................................................

dimana, e, adalah residual.

Keputusan mengenai ada-tidaknya otokorelasi dilakukan dengan

cara sebagai berikut: jika DW semakin mendekati angka 2, semakin tidak

ada otokorelasi, dan sebaliknya, jika DW semakin menjauhi angka 2,

semakin ada otokorelasi. Jika DW mendekati angka 0, maka terjadi

otokorelasi positif, dan sebaliknya jika DW mendekati angka 4 maka

terjadi otokorelasi negatif.

3. Uji Multikolinearitas (Multicollinearity Test)

Multikolinearitas terjadi ketika dua atau lebih variabel independen

yang digunakan dalam model mempunyai hubungan (correlated), baik

yang sifatnya moderat maupun tinggi. Oleh karena itu, uji

'multikolinearitas dilakukan untuk memastikan bahwa antara variabel

independen satu dengan lainnya yang digunakan dalam model tidak

mempunyai hubungan (uncorrelated). Untuk mendeteksi terjadinya

74
multikolinearitas dalam model, digunakan beberapa indikator sebagai

berikut (Mendenhall dan Sincich, 2003):

a. Terjadi korelasi yang signifikan antara variabel independen secara

berpasangan dalam model;

b. Uji-t tidak signifikan untuk semua (atau hampir semua) parameter

secara individual, padahal uji-F untuk model secara

keseluruhan adalah signifikan;

c. Terjadi tanda yang berkebalikan (dari apa yang diharapkan) pada

parameter estimasi;

d. Variance inflation factor (VIF) untuk parameter lebih besar dari

10.

Keputusan mengenai ada-tidaknya multikolinearitas dilakukan

dengan menggunakan matriks korelasi (colleration matrix), dimana jika

nilai koefisien korelasi +1 mengindikasikan adanya hubungan positif yang

sempurna, dan sebaliknya, jika nilai koefisien korelasi -1 mengindikasikan

adanya hubungan negatif yang sempurna.

Deteksi mengenai ada tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan

dengan cara: (i) jika nilai koefisien korelasi lebih kecil dari 0,40 maka

terdapat multikolinearitas yang rendah; (ii) jika nilai koefisien korelasi

berada diantara 0,40 dan 0.60 maka terdapat multikolinearitas yang

moderat; (iii) jika nilai koefisien korelasi berada diantara 0,60 dan 0,80

maka terdapat multikolinearitas yang tinggi; dan (iii) Jika nilai koefisien

korelasi lebih besar dari 0,80 maka terdapat multikolinearitas yang parah

(severe multicollinearity).

75
Untuk mengatasi masalah multikolinearitas, dapat dilakukan

beberapa cara (Gujarati, 2003), yaitu:

a. Menghilangkan informasi yang bersifat dugaan atau prasangka (a

priori information);

b. Mengkombinasikan data time-series dan data cross-sectional (panel

data);

c. Menghilangkan salah satu atau beberapa variabel yang mempunyai

korelasi tinggi dari model regresi;

d. Melakukan transformasi variabel;

e. Menambah data baru;

f. Dengan mentransformasikan variabel. Nilai variabel yang digunakan

mundur satu tahun

4. Uji Heteroskedastisitas (Heteroscedasticity Test)

Salah satu asumsi penting untuk validitas inferensi regresi adalah

error term, , mempunyai varians yang konstan, 2, untuk semua level

variabel independen. Varians yang sama (equal variance) untuk variabel

independen disebut homoscedastic, dan sebaliknya, varians yang tidak

sama (unequal variance) untuk variabel independen disebut

heteroscedastic.

Pengujian heteroscedasticy biasanya dilakukan dengan

menggunakan uji white-heteroscedasticity. Kelebihan alat uji ini adalah:

(i) tidak sensitif terhadap asumsi normalitas; dan (ii) mudah diaplikasikan

(Gujarati, 2003).

76
Gejala heterosedastisitas dapat diditeksi dengan cara: apabila nilai

chi-square (2) menunjukkan angka yang lebih besar dari nilai kritis chi-

square pada tingkat signifikansi 5% maka terdapat gejala

heterosedastisitas, dan sebaliknya, jika nilai chi-square (2) menunjukkan

angka yang tidak lebih besar dari nilai kritis chi-square pada tingkat

signifikansi 5% maka tidak terdapat gejala heterosedastisitas.

5. Uji Linearitas (Linearity Test)

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model

estimasi bersifat linear atau tidak, atau apakah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen bersifat linear atau tidak. Ramsey

RESET Test merupakan salah satu metode atau peralatan yang dapat

digunakan untuk pengujian linearitas. Jika hasil Ramsey RESET Test

memperlihatkan Fhitung yang lebih kecil dari Ftabel, maka model estimasi

bersifat linear. Sebaliknya, jika Ramsey RESET Test memperlihatkan

Fhitung yang lebih besar dari Ftabel, maka model estimasi bersifat tidak

linear.

6. Uji Normalitas (Normality Test)

Uji normalitas dilakukan untuk memastikan apakah suatu model

estimasi bebas dari penyimpangan normalitas. Suatu model estimasi dapat

dikatakan bebas dari penyimpangan normalitas apabila residualnya

terdistribusi secara normal. Jarque-Bera merupakan salah satu metode

yang umum digunakan untuk melakukan pengujian normalitas.

Langkah-langkah dalam melakukan uji normalitas dengan metode

uji Jarque-Bera adalah sebagai berikut :

77
a. Meregres setiap model persamaan untuk mendapatkan nilai

residunya (Ut)

b. Hitung nilai Jarque-Bera statistik dengan rumus (Gujarati, 2003 :

148), sebagai berikut :

k 2 1
JB N S ( K 3) 2 (3.4)
6 4

Dimana :

S = Skewness

K = Kurtosis

k = Jumlah parameter dalam model

c. Kriteria Hipotesis :

H0 = distribusi ut normal

Ha distribusi ut tidak normal

d. Kriteria keputusan

1) Jika JBhitung lebih besar dari 2tabel (JBhitung > 2tabel), maka tolak

Ho, artinya distribusi ut tidak normal.

2) Jika JBhitung lebih kecil dari 2tabel (JBhitung < 2tabel), maka

terima Ho, artinya distribusi ut normal.

F. Uji Statistik Estimasi Model

1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)

Pada umumnya, untuk mengetahui apakah model yang digunakan

sudah baik atau tidak biasanya tergantung pada nilai R (Cooper dan

Schindler, 2001) :

78
Pertama, nilai koefisien determinasi (R2). Nilai R2 terletak antara nol

dan satu. Jika nilai R2 semakin mendekati satu, maka model yang digunakan

cukup baik karena variasi perubahan variabel dependen dapat dijelaskan

oleh variasi perubahan variabel independen. Sebaliknya, jika nilai R2

semakin mendekati nol, maka model yang digunakan kurang baik karena

variasi perubahan variabel dependen tidak dapat (lemah) dijelaskan oleh

variasi perubahan variabel independen.

Kedua, nilai F-test. F-test selain digunakan untuk melihat

signifikansi parameter variabel independen terhadap variabel dependen

secara bersama-sama, juga digunakan untuk melihat goodness of fit suatu

model. Dengan membandingkan antara nilai F-test dengan nilai F-table,

akan dapat ditentukan apakah model tersebut sudah baik atau tidak. Jika F-

test lebih besar dari nilai F-table misalnya pada tingkat signifikansi (level of

significancy) 5%, maka dapat dikatakan bahwa model yang digunakan

sudah cukup baik, karena seluruh variabel independen secara bersama-sarna

dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika F-test lebih kecil dari

nilai F-table, misalnya pada tingkat signifikansi 5%, maka dapat dikatakan

bahwa model yang digunakan kurang baik, karena seluruh variabel

independen secara bersama-sama tidak dapat menjelaskan variabel

dependen.

Dewasa ini, selain kedua pengujian di atas, pendekatan Heuristic

(Heuristic approach) juga seringkali digunakan untuk memilih model

terbaik dari berbagai kemungkinan model yang ada. Akaike Info Criterion

(AIQ) dan Schwarz Criterion (SQ) merupakan dua pengujian yang lazim

79
digunakan dalam pendekatan Heuristic. Semakin rendah nilai AIC dan SC,

maka model tersebut semakin baik, dan sebaliknya, semakin tinggi nilai

AIC dan SC, model tersebut semakin kurang baik. Kedua nilai tersebut

dapat diperoleh dengan menggunakan program (software) EViews 5. 1.

2. Uji Signifikansi Parameter ( Uji t : t- test )

Secara statistik, ada dua alat uji yang sering digunakan untuk melihat

signifikansi parameter estimasi, yaitu:

Pertama, t-test (untuk uji parsial). t-test digunakan untuk melihat

apakah variabel independen secara individual mempunyai pengaruh yang

signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dengan membandingkan

antara nilai t-test dengan nilai t-table, hal tersebut akan dapat diketahui.

Kaidah pengujian dirumuskan sebagai berikut (Mendenhall dan

Sincich, 2003) : Ho: i = 0

Ha: i 0

Untuk memperoleh t-test digunakan rumus sebagai berikut:

i
t test (3.5)
si
.................................................................................

dimana i , adalah parameter estimasi i dan s adalah standard

error.

Jika nilai t-test lebih besar dari nilai t-table (t-test > t-table),

misalnya pada tingkat signifikansi (level of significancy) 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak (rejected), artinya variabel independen secara

individual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen. Sebaliknya, jika nilai t-test lebih kecil dari nilai t-table (t-test < t-

80
table), misalnya pada tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan

bahwa H0 tidak ditolak (not rejected), artinya variabel independen secara

individual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

Kedua, F-test (untuk uji keseluruhan). F-test. digunakan untuk

melihat signifikansi parameter variabel independen terhadap variabel

dependen secara bersama-sama. Dengan membandingkan antara nilai F-test

dengan nilai, F-table, akan dapat ditemukan apakah variabel independen

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen.

Kaidah pengujian dirumuskan sebagai berikut (Mendenhall dan

Sincich, 2003):

H0: 1 2 3 ... k 0

Ha: Sedikitnya satu koefisien tidak sama dengan nol ( i 0)

Sedangkan untuk memperoleh F-test digunakan rumus sebagai berikut:

R2 / k
F (3.6)
(1 R ) / [n (k 1)]
.............................................................

dimana R2 adalah koefisien determinasi, n adalah jumlah observasi,

dan k adalah jumlah variabel independen.

Jika nilai F-test lebih besar dari nilai F-table (F-test > F-table),

misalnya pada tingkat signifikansi (level of significancy) 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya seluruh variabel independen secara

bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen. Sebaliknya, jika nilai F-test lebih kecil dari nilai F-table (F-test <

81
F-table), misalnya pada tingkat signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan

bahwa Ho tidak ditolak, artinya seluruh variabel independen secara

bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

82
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi (PDB), Ekspor, Impor dan

Indek Harga Konsumen (IHK) di Indonesia

1. Perkembangan Pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia tahun 2000-

2012.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat

penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian suatu negara. Terutama

untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi di suatu

negara tersebut. Ekonomi dapat dikatakan mengalami pertumbuhan

apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya.

Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana

aktifitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau

kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.

Indikator agregat ekonomi makro yang lazim untuk mengukur

kondisi perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Bruto

(PDB) untuk tingkat nasional dan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk

tingkat propinsi/kabupaten. Dalam penelitian ini PDB dihitung atas dasar

harga konstan, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang

dihasilkan dinilai berdasarkan harga konstan dan peneliti mengambil

tahun dasar 2000. PDB Batas dasar harga konstan dimaksudkan untuk

melihat perubahan pola struktur perekonomian suatu wilayah dan untuk

menghitung PDRB perkapita.

83
Berikut ini adalah perkembangan PDB Indonesia tahun 2000-2012

seperti terlihat pada tabel 4.1. dibawah ini.

Tabel 4.1
Perkembangan PDB Indonesia Tahun 2000 2012

Nomor Tahun PDB (Juta Rp) Pertumbuhan PDB (%)

1 1999 1,231,765.23 -

2 2000 1,264,918.7 2,69

3 2001 1,684,280.5 33,1

4 2002 1,863,274.7 10,62

5 2003 1,577,171.3 -15,35

6 2004 2,295,826.20 45,56

7 2005 2,774,281.10 20,84

8 2006 3,339,216.80 20,36

9 2007 3,950,893.20 18,32

10 2008 4,948,688.40 25,25

11 2009 5,606,203.40 13,28

12 2010 6,446,851.90 14,99

13 2011 7,422,781.20 15,13

14 2012 8,241,864.30 11,03

Rata-rata 3,760,572.638 16,60

Sumber : BPS Jakarta 2013 di olah.


Perkembangan PDB Indonesia perkapita tentunya tidak terlepas

dari angka-angka yang telah diuraikan sebelumnya Tabel 4.1 di atas ,

kalau PDB atas dasar harga konstan dari tahun 2000 hingga tahun 2011

mengalami peningkatan dengan rata-rata yaitu sebesar Rp 3.760.572,638

juta dan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 5,81 persen. Hal ini

84
menunjukan Indonesia telah mampu menaikan tingkat pendapatan

penduduk Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia dapat dikatakan

berjalan dengan relatif stabil dengan laju pertumbuhan yang cenderung

menunjukkan percepatan disetiap tahunnya. Kondisi tersebut sedikit

banyak turut mendorong kegiatan ekonomi Indonesia, sehingga pada tahun

2001 perekonomian Indonesia yang diukur dengan menggunakan PDB

atas harga konstan 2000 mencatatkan pertumbuhan sebesar 33,1 persen,

dan pada akhirnya tahun 2004 pertumbuhannya meningkat sampai pada

level 45,56 persen. Perkembangan ditahun 2009 berjalan lebih lambat dari

tahun sebelumnya. Penyebab utamanya adalah pengaruh krisis keuangan

global yang melanda Amerika dan Eropa. Meskipun puncak krisis terjadi

pada akhir tahun 2008 hingga awal 2009, namun efeknya dirasakan hingga

akhir 2009, perekonomian Jakarta yang tumbuh 25,25 persen pada tahun

2008. Pada tahun 2009 melambat menjadi 13,28 persen. Namun demikian

pertumbuhan ini masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Nasional

yang sebesar 4,5 persen. Pada tahun 2010 perekonomian sudah stabil

maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 14,99 persen.

2. Perkembangan Ekspor Indonesia tahun 2000-2012

Ekspor merupakan andalan bagi sarana pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Ada pengkhususan tersendiri bagi produk Negara kita

dikarenakan untuk beberapa komoditi seperti karet, kopi lada, rotan

dammar, kayu yang hanya diproduksi oleh beberapa Negara. Sepanjang

kurun waktu 1997 saat krisis moneter dan ekonomi mulai melanda

Indonesia khususnya di Indonesia, ekspor barang-barang manufaktur di


85
Jakarta mengalami penurunan. Hingga akhir 2002 pertumbuhan ekspornya

mencapai 1,49 lebih rendah dari pada pertumbuhan ekspor ditahun

sebelumnya. Hal ini diakibatkan krisis ekonomi yang cukup parah.

Selama kurun waktu 12 tahun terakhir ini seperti terlihat pada tabel

4.2 dibawah ini dari tahun 2000 sampai tahun 2012 mengalami

peningkatan, nilai ekspor melalui pelabuhan muat Indonesia selalu

mengalami peningkatan kecuali untuk kondisi tahun 2001 dan tahun 2009

yang mengalami penurunan terhadap masing-masing nilai ekspor tahun

sebelumnya sekitar -9,34 persen dan -14,96 persen. Ekspor tahun 2002

dan tahun 2003 meningkat masing-masing sebesar 1,49 persen dan 6,82

persen terhadap ekspor tahun-tahun sebelumnya dan tahun 2005

meningkat 19,66 persen dibanding tahun sebelumnya. Jika dibandingkan

antara nilai ekspor tahun 2008. Dengan tahun 2000 maka peningkatan

ekspor mencapai 0,5 kali lipat. Peningkatan nilai ekspor ini nampaknya

bukan semata-mata akibat meningkatnya volume ekspor, justru nilainya

meningkat. Hal ini merupakan akibat dari jenis barang yang berbeda, atau

akibat dari murahnya produk Indonesia di luar negeri akibat depresiasi

rupiah.

86
Tabel 4.2
Perkembangan Ekspor Indonesia
Tahun 2000 2012

Nomor Tahun EKSPOR (FOB Pertumbuan EKSPOR


US$) (%)

1 1999 45,278,037.714 -

2 2000 62,124,016.182 37,2

3 2001 56,320,904.904 -9,34

4 2002 57,158,771.616 1,49

5 2003 61,058,246.995 6,82

6 2004 71,584,608.796 17,24

7 2005 85,659,952.615 19,66

8 2006 100,798,624.280 17,67

9 2007 114,100,890.751 13,19

10 2008 137,020,424.402 20,08

11 2009 116,510,026.081 -14,95

12 2010 157,779,103.470 35,42

13 2011 203,496,620.060 28,97

14 2012 190,031,845.244 6,61

Rata-rata 104,208,719.5 13,85

Sumber : BPS Jakarta 2013 di olah.

3. Perkembangan Impor Indonesia Tahun 2000-2012

Impor suatu Negara berkorelasi dengan output dan pendapatan

nasional negara tersebut. Permintaan impor tergantung pada harga

relatifitas barang- barang luar negeri dan dalam negeri. Oleh karena itu

volume impor dan nilai impor akan dipengaruhi output dalam negeri, dan

harga relatif antara barang dalam negeri dan buatan luar negeri.

87
Perkembangan impor di Indonesia berjalan sesuai dengan

pemenuhan kebutuhan dalam negeri oleh karena itu saat ini Jakarta

melakukan pola industrialisasi subtitusi impor. Dimana barang yang biasa

didatangkan dari luar negeri kini diproduksi di Jakarta. Dan Perkembangan

sektor industri ini memiliki dampak terhadap komposisi konsumsi barang

impor yang mengalami fluktuasi di dalam negeri. Hal ini dipengaruhi oleh

besarnya kebutuhan masyarakat terhadap jenis barang konsumsi dan juga

dipengaruhi oleh barang fluktuasi kurs yang menentukan nilai mata uang

yang digunakan untuk transaksi pembayaran dalam perdagangan barang-

barang konsumsi tersebut.

Dalam hal pengaturan dan pengendalian impor ke arah yang

menguntungkan dan melindungi produksi dalam negeri dan mendorong

ekspor, telah diambil berbagai kebijaksanaan.

Diantaranya diberlakukannya ketentuan tarif bea masuk yang

seragam bagi seluruh di daerah Indonesia, diberlakukan pada tahun 1986

melalui Paken 1986 yang mengatur tata cara persyaratan pengambilan bea

masuk dan bea masuk tambahan dari barang impor yang digunakan untuk

menghasilkan barang-barang ekspor.

Paket kebijaksanaan 15 Oktober 1986 untuk menyederhanakan tata

cara barangserta memperlancar penyediaan barang keperluan produksi dan

memberikan perlindungan terhadap produksi di dalam negeri dan

perubahan tarif bea masuk.

88
Tabel 4.3
Perkembangan Impor Indonesia Tahun 2000 2012

Nomor Tahun IMPOR (FOB Pertumbuhan IMPOR


US$) (%)

1 1999 10306824075 -

2 2000 33,514,805.420 225,17

3 2001 30,962,141.071 -7,61

4 2002 31,288,853.094 1,055

5 2003 32,550,684.286 4,03

6 2004 46,524,531.358 42,92

7 2005 57,700,882.616 24,02

8 2006 61,065,465.536 5,83

9 2007 74,473,430.118 21,95

10 2008 129,197,306.224 73,4

11 2009 96,829,244.981 -25,05

12 2010 135,663,284.048 40,10

13 2011 177,435,555.736 30,79

14 2012 191,691,001.109 8,03

Rata-rata 79,228,857.82 34,20

Sumber : BPS Jakarta 2013 di olah.


Perkembangan impor Indonesia berdasarkan periode 2000-2012

mengalami fluktuasi baik dari segi bobot dan nilainya. Peningkatan nilai

impor paling tinggi terjadi pada tahun 2000, yaitu sebesar 225,17 persen

yang disebabkan oleh dampak dari impor makanan, minuman, kosmetik,

peralatan rumah tangga dan sebagianya dari berbagai Negara importir,

dan tahun 2004 sebesar 42,92 persen. Tahun 2005 naik sekitar 24,02

persen dari total impor tahun sebelumnya. Sedangkan penurunan paling

89
tajam terjadi pada tahun 2001 sebesar -7,61 dan 2009 sebesar -25,05

persen. Informasi ini disajikan pada tabel 4,1. Pada tahun 2008 terjadi

peningkatan nilai impor yang cukup besar yaitu 73,4 persen dibandingkan

tahun 2007, Namun di tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -25,05

persen dibandingkan tahun 2008. Puncak peningkatan tertinggi di tahun

2008, yaitu sebesar 73,4 persen peningkatan ini disebabkan gagal panen

dan kerusakan persediaan barang-barang konsumsi. Pada tahun 2010 dan

2011 pertumbuhan impor Indonesia mencapai 135,663,284,048 US$ dan

177,435,555,736 US$ dengan laju pertumbuhannnya 40,10 persen dan

30,79 persen.

4. Perkembangan Indek Harga Konsumen (IHK) Indonesia Tahun 2000-

2012.

Perkembangan Indek Harga Konsumen dari tahun ke tahunnya

mengalami kenaikan Indek Harga Konsumen secara berfluktuatif yang

terus menerus sesuai dengan kenaikan inflasi. Pertumbuhan Indek Harga

Konsumen pada periode tahun 2000-2012 mengalami kenaikan yang

berfluktuasi dimana pertumbuhan Indek Harga Konsumen yang tertinggi

pada tahun 2005 sebesar 17,11% dan penurunan Indek harga Konsumen

terjadi pada tahun 2004 -59,42% dengan rata rata pertumbuhan sebesar -

0,24 % seperti terlihat pada tabel 4.4.

90
Tabel 4.4
Perkembangan IHK Indonesia Tahun 2000 2012

Nomor Tahun Indek Harga Konsumen Pertumbuhan IHK


(IHK) (%)

1 1999 210,87 -

2 2000 221,37 4,97

3 2001 249,15 12,54

4 2002 274,13 10,03

5 2003 287,99 5,06

6 2004 116,86 -59,42

7 2005 136,86 17,11

8 2006 146,89 7,32

9 2007 155,50 5,86

10 2008 113,86 -26,77

11 2009 117,03 2,78

12 2010 125,17 6,95

13 2011 129,91 3,78

14 2012 135,49 4,29

Rata-rata 172,93 -0,42

Sumber : BPS Jakarta 2013 di olah.

a. Perbandingan Perkembangan PDB, Ekspor, Impor dan Indek

Harga Konsumen di Indonesia Tahun 2000 2012

Perkembangan pertumbuhan ekonomi (PDB), Ekspor, dan

Impor Seperti terlihat pada tabel 4.5 di Indonesia bawah ini,

pertumbuhan rata-rata Impor sebesar 34,20 persen dari tahun 2000

sampai tahun 2012 lebih besar dari pertumbuhan rata-rata Ekspor

sebesar 13,85 persen hal ini menandakan masih besarnya barang nilai

91
barang dan jasa yang didatangkan dari luar negeri untuk konsumsi

Indonesia.

Tabel 4.5
Perkembangan PDB, Ekspor, Impor dan IHK di Indonesia
Tahun 2000-2012

Tahun PDB (Juta) Exspor (US.$ Impor (US.$) IHK

(Indek)
2000 1,264,918.7 62,124,016.182 33,514,805.420 221,37
2001 1,684,280.5 56,320,904.904 30,962,141.071 249,15
2002 1,863,274.7 57,158,771.616 31,288,853.094 274,13
2003 1,577,171.3 61,058,246.995 32,550,684.286 287,99
2004 2,295,826.20 71,584,608.796 46,524,531.358 116,86
2005 2,774,281.10 85,659,952.615 57,700,882.616 136,86
2006 3,339,216.80 100,798,624.280 61,065,465.536 146,89
2007 3,950,893.20 114,100,890.751 74,473,430.118 155,50
2008 4,948,688.40 137,020,424.402 129,197,306.224 113,86
2009 5,606,203.40 116,510,026.081 96,829,244.981 117,03
2010 6,446,851.90 157,779,103.470 135,663,284.048 125,17
2011 7,422,781.20 203,496,620.060 177,435,555.736 129,91
2012 8,241,864.30 190,031,845.244 191,691,001.109 135,49
April 60,1765,854.49 62,114,066.045 140,03
2013
Sumber : BPS Pusat Jakarta 2013

Gambar 4.1
Perkembangan PDB,Ekspor Impor dan IHK di Indonesia
Tahun 2000 - 2012

Sumber : Tabel 4.5

92
b. Analisis Data Pengaruh Ekspor, Impor dan IHK Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Indonesia
Analisis data dilakukan dengan metode OLS. Jenis data yang

diolah adalah data time serries 2000 sampai 2012 dan meliputi data

ekspor, impor, Indek Harga Konsumen dan PDB Indonesia sehingga

dapat diketahui pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Dalam studi ini mengadopsi persamaan yang digunakan

oleh (Steven Kapsos:2004). Hasil dari analisis regresi tersebut dapat

dilihat dari tabel 4.6

Tabel 4.6
Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan IHK terhadap PDB Indonesia
a
Coefficients

Standar
dized
Unstandardized Coeffici 95% Confidence Collinearity
Coefficients ents Interval for B Correlations Statistics

Lower Upper Zero- Partia Toler


Model B Std. Error Beta T Sig. Bound Bound order l Part ance VIF

1 (Constant) -
3023294.
.526.015.726 1103936.974 .476 .0645 1971263.2
660
07

EKSPOR .015 .018 .319 .824 .0431 -.026 .056 .974 .265 .054 .029 34.954

IMPOR -.026 .016 .623 1.642 .0135 -.010 .062 .977 .480 .108 .030 33.541

IHK -0.2303.616 3222.870 -.062 -.715 .0493 -9594.254 4987.021 -.669 -.232 -.047 .566 1.766

a. Dependent Variable:
PDB
Sumber : lampiran 2

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Nilai konstanta dari

PDB adalah 0,526. Dan nilai Coefficients Ekspor 0,015 dan Impor

adalah -0,026 dan IHK -0,2303 atau dalam fungsi linier bergandanya

adalah PDB 0,526 0,015EX 0,026IM 0,2303IHK er


93
Artinya kalau di tambah 1 unit nilai ekspor akan menaikan nilai

PDB sebesar 0,015 satuan dan kalau di tambah 1 unit nilai impor

akan menurunkan nilai PDB sebesar -0,026 satuan seterusnya kalau

di tambah 1 unit nilai IHK akan menurunkan nilai PDB sebesar -

0,2303 satuan.

Dari hal tersebut berarti variabel Ekspor lebih efektif

mendorong PDB dari sektor Impor dan Indek Harga Konsumen

dibandingkan juga dengan kontribusi variabel-variabel tersebut

terhadap PDB di sektor lainnya.

Hasil uji signifikansi f tabel. 4.7. di bawah ini menunjukkan

bahwa variable ekspor, impor dan IHK secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB)

pada alpa () 5% sebagaimana ditunjukkan oleh nilai Signifikan F-

statistik sebesar 0,74 lebih besar dari = 0,05. Dengan kata lain,

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen.

Tabel 4.7

Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen


terhadap PDB di Indonesia
b
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 6.467E13 3 2.156E13 74.631 .000

Residual 2.600E12 9 2.889E11

Total 6.727E13 12

a. Predictors: (Constant), IHK, IMPOR, EKSPOR

b. Dependent Variable: PDB

Sumber : Lampiran 2

94
Namun pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variable

EKSPOR berpengaruh siginifikan positif terhadap PDB. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang lebih kecil dari = 5%

yaitu sebesar 0,043 dan bahwa variable IMPOR berpengaruh

siginifikan negatif terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

signifikan t nya yang lebih kecil dari = 5% yaitu sebesar 0,013

seterusnya bahwa variabel IHK berpengaruh siginifikan negatif

terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang

lebih kecil dari = 5% yaitu sebesar 0,049 seperti terlihat pada tabel.

4.6 diatas.

Tabel 4.8
Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan Indek Harga Konsumen
terhadap PDB di Indonesia
b
Model Summary

Durbin-
Change Statistics Watson

R d
R Adjusted Std. Error of Square F f Sig. F
Model R Square R Square the Estimate Change Change df1 2 Change
a
1 .780 .761 .748 5.37460E5 .761 74.631 3 9 .000 1.445

a. Predictors: (Constant), IHK,


IMPOR,EKSPOR

b. Dependent Variable: PDB


Sumber: Lampiran 2.

Sementara itu hasil uji R2 memperlihatkan nilai sebesar 0,748.

Tabel 4.8 di atas. Angka tersebut mengindikasikan bahwa variasi

perubahan variabel dependen mampu dijelaskan sekitar 74,8 persen

oleh variasi perubahan variabel independen. Dengan kata lain, masih

95
terdapat sekitar 26,20 persen variasi perubahan variabel dependen

yang diakibatkan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan diatas.

5. Pengujian Asumsi Validitas Model Penelitian

a. Uji Model Penelitian

1) Uji Kecocokan Model (Goodnes of Fit)

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa pendekatan

dengan regresi linier berganda memberikan nilai R2 sebesar 0.748. Hal

ini berarti menunjukkan bahwa 74,8 % variasi yang terjadi pada

Ekspor, Impor dan IHK korelasi terhadap pertumbuhan ekonomi

(PDB) selama periode penelitian dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

independen. Hal tersebut menunjukan kesesuaian model.

2) Uji Normalitas dengan Menggunakan Jarque Bera

Uji Jarque-Bera Chi-Square digunakan untuk memastikan

persamaan estimasi bebas dari masalah penyimpangan asumsi

normalitas. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa seluruh variabel

dalam model pertumbuhan ekonomi memperlihatkan nilai yang lebih

rendah dari nilai X2 Chi-Square tabel. nilai Jarque-Bera berturut-

turut untuk model pertumbuhan ekonomi adalah EX= 0,000; IM=

0,000; IHK= 0,000 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model

estimasi yang digunakan bebas dari penyimpangan asumsi normalitas.

Hasil tes Chi-Square seperti pada tabel 4.9 dibawah ini.

96
Tabel 4.9
Test Statistics Chi-Square

PDB EKSPOR IMPOR IHK

Chi-Square .000a .000a .000a .000a

Df 13 13 13 13

Asymp.
1.000 1.000 1.000 1.000
Sig.

Sumber : lampiran. 2

1. 12 cells (100,0%) have expected frequencies less than 5. The


minimum expected cell frequency is 1,0.

3) Uji Multikolinier

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala

multikolinieritas di dalam tabel, yaitu terdapatnya hubungan yang

sempurna atau mendekati sempurna antara beberapa variabel bebas

(variable independent). Menurut Gujarati (2003:354), bahwa terdapat

gejala multikolinieritas dalam suatu model penelitian, apabila dalam

suatu model tersebut terdapat korelasi parsial yang tinggi (r2 = 0.8)

diantara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas atau dapat

dikatakan sebuah model persamaan terdapat gangguan multikolinieritas

apabila salah satunya menunjukkan nilai R2 yang tinggi, akan tetapi

hanya sedikit atau bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan pada

pengujian t statistik.

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas pada

model penelitian ini, peneliti menggunakan matrik korelasi antar

variabel bebas atau korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel

97
bebas lainnya. Adapun hasil korelasi tersebut dapat dilihat pada

Lampiran 2 yang memperlihatkan hasil hubungan atau korelasi masing-

masing variabel bebas yang digunakan dalam mengestimasi dengan

model regresi linier berganda dengan metode OLS.

Tabel. 4.10
Coefficient Correlations antar variabel Indenvenden
Correlations

PDB EKSPOR IMPOR IHK

Pearson Correlation PDB 0.790 .774 .777 -.669

EKSPOR .774 .600 .985 -.657

IMPOR .777 .785 0.700 -.638

IHK -.669 -.657 -.638 0.700

Sig. (1-tailed) PDB . .000 .000 .006

EKSPOR .000 . .000 .007

IMPOR .000 .000 . .009

IHK .006 .007 .009 .

N PDB 13 13 13 13

EKSPOR 13 13 13 13

IMPOR 13 13 13 13

IHK 13 13 13 13
Sumber : lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, menunjukkan bahwa semua korelasi

antar variabel bebas tidak memiliki adanya korelasi masing-masing

variabel yang melebihi 0,8 > 0,774, 0,777 dan -.669 atau semua variabel

yang akan digunakan dalam mengestimasi tidak memiliki hubungan

yang kuat atau hampir sempurna. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa dalam model OLS menunjukkan tidak adanya gejala

multikolinieritas.

98
Dengan demikian estimasi model OLS akan megnhasilkan hasil

estimasi yang tepat.

4) Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala

autokorelasi dalam model, yaitu adanya unsur gangguan yang

berhubungan dengan observasi yang dipengaruhi oleh unsur gangguan

pada pengamatan lain atau unsur gangguan pada suatu periode dalam

penelitian dipengaruhi oleh gangguan pada periode sebelumnya.

Untuk mengetahui ada tidak gejala autokorelasi dalam model

autoregressive Durbin mengembangkan apa yang dinamakan h statistic

dengan rumus sebagai berikut : (Gujarati, 2003 : 362)

n
h
1 n[var( 4 )]

1
Dengan d 2(1 ) , sehingga 1 d maka
2

1 n
h (1 d )
2 1 n[var( 4 )]

Hasil uji autikorelasi untuk model tersebut sebagaimana dalam

lampiran 2 memiliki nilai h statistic lebih kecil dari pada nilai Z table

untuk tingkat signifikansi sebesar 5%. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak ditemukan

adanya indikasi gejala autokorelasi. Dengan demikian bahwa dalam

model autoregressive yang digunakan menunjukkan tidak adanya

gangguan pada periode tersebut yang dipengaruhi oleh gangguan pada

99
periode sebelumnya atau Selanjutnya Uji Durbin-Watson (DW)

digunakan untuk megetahui ada tidaknya autokorelasi atau serial

korelasi. Hasil uji DW menunjukkan nilai sebesar 1,445 yang mana

nilai tersebut berada diwilayah h0 tidak ditolak atau terdapat pada

daerah (du - < d < 4-du). hasil ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi

gejala autokorelasi atau serial korelasi dalam residual. Hasil lengkap uji

autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11
Uji Durbin-Watson (DW)
b
Model Summary

Durbin-
Change Statistics Watson

R d
R Adjusted Std. Error of Square f Sig. F
Model R Square R Square the Estimate Change F Change df1 2 Change
a
1 .780 .761 .748 5.37460E5 .761 74.631 3 9 .000 1.445

a. Predictors: (Constant), IHK, IMPOR,


EKSPOR

b. Dependent Variable: PDB

5) Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala

heteroskedastisitas dalam model, yaitu apabila kesalahan (disturbance

terms) atau residual dari model penelitian yang diamati tidak memiliki

varians yang konstan (tetap) pada berbagai observasi.

Dengan menggunakan uji Park dan Whitet, suatu model dapat

dikatakan mengandung gejala heteroskedastisitas, jika hasil dari regresi

untuk semua koefisien variabel bebas terhadap harga mutlak dari

disturbance terms memiliki nilai yang signifikan secara statistik.

100
Sebaliknya bila semua dari koefisien tersebut memiliki nilai yang tidak

signifikan, maka model tersebut dikatakan terbebas dari gejala

heteroskedastisitas atau model regresi tersebut memenuhi asumsi

homoskedastisitas.

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa koefisien regresi

masing-masing variabel bebas terhadap harga mutlak faktor residualnya

memiliki nilai t hitung yang signifikan secara statistik atau (thitung <

ttable) pada tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut memperlihatkan bahwa

model regresi linier berganda di atas tidak menunjukkan tidak adanya

gejala heteroskedastisitas. Dengan kata lain model yang digunakan

tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

6) Pembahasan Analisis ekonomi PDB, Ekspor, Impor dan Indek

Harga Konsumen.

Dari model regresi yang terbentuk terlihat bahwa varibel ekspor,

impor dan Indek Harga Konsumen merupakan salah satu faktor

pendorong pertumbuhan ekonomi. Temuan empiris, model PDB bahwa

ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan impor,

IHK berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi yang

terbentuk tampak memperlihatkan hasil yang konsisten. Misalnya salah

satu kesimpulan penting hasil studi empiris selama ini bahwa ekspor,

impor dan IHK merupakan determinan utama dalam pertumbuhan

ekonomi. Hampir tidak ada ekonom yang meragukan pentingnya

ekspor, impor dan IHK serta modal fisik bagi pertumbuhan. Bahkan

sejak dari klasik, ekspor dan impor dianggap sebagai determinan utama

101
pertumbuhan. Model Harry W. Richardson yang lebih dikenal sebagai

model pertumbuhan dengan supply ekspor dan impor tidak terbatas

mendefinisikan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah

ekspor dan impor dikaitkan dengan pemanfaatan kapital. Menurutnya,

besar kecilnya output dipengaruhi oleh penggunaan output ekspor

impor dan IHK. Demikian halnya dengan Robert M Solow yang

menyatakan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi adalah modal fisik dan stok modal. Berdasarkan model

pertumbuhan neoklasik, tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh

tingkat pertumbuhan stok modal, tingkat pertumbuhan ekspor, impor,

IHK dan kemajuan teknikal.

Hasil temuan pengaruh ekspor dan impor terhadap pertumbuhan

mendukung temuan empiris sebelumnya. Seperti Pinem Juniartha

(2009) Hasil penelitian memperlihatkan bahwa variabel Ekspor

mempunyai pengaruh yang positif terhadap posisi cadangan devisa di

Indonesia. Sedangkan. Impor memiliki pengaruh yang negatif terhadap

posisi cadangan devisa di Indonesia. Yusuf dan Widyastutik (2007)

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Ekspor komoditas pangan

dalam jangka pendek dan jangka panjang berpengaruh terhadap

neraca perdagangan non-migas Indonesia.

Ni Nyoman Yuliarmi (2005). Produk domestik bruto (PDB)

berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap nilai impor di

Indonesia periode 1993-2005.

102
Perdana Wahyu Santosa dan Harry Yusuf A Laksana (2009)

repatriasi valuta asing hasil ekspor memforrnulasikan keunggulannya

dalam (i) menciptakan kurs mata uang Rupiah yang stabil; dan (ii)

dapat memperkuat cadangan devisa negara. Apa dan bagaimana

keunggulan dari kebijakan repatriasi valuta asing hasil ekspor.

Ria Rahayu Lestari (2007) PDRB dan ekspor berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pertumbuhan kota. Almasdi Syahza (2003)

ekspor memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi di Propinsi Riau. Untuk mendukung ekspor dari luar migas,

maka orientasi ekonomi daerah Riau diharapkan tertuju pada

penambahan faktor-faktor produksi bagi ekonomi golongan bawah,

sehingga trickle down effect bisa berjalan seperi yang diharapkan.

Profesor Lance Taylor memberikan ulasan yang bagus sekali

ketika mengatakan "Dapat dipastikan bahwa kemampuan ekspor

merupakan mesin pertumbuhan. Akan tetapi keunikan sejarah dan

lingkungan geografis yang dimiliki negara-negara industri baru

semakin memperbesar keraguan mengenai bagaimana mungkin

kemampuan ekspor itu dapat dimiliki secara universal oleh semua

negara. Apa yang harus dituntut oleh negara-negara Dunia Ketiga dari

tatanan ekonomi internasional adalah proteksi-proteksi terhadap

kepentingan-kepentingan mereka yang sah menurut hukum dibidang

perdagangan. (Juniartha,2009).

Harry W. Richardson (1977) mengatakan bahwa perekonomian

daerah bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi/hasil produksi

103
yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor

dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output

daerah. Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu menyedot

output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah

tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal

dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus

ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat

diserap oleh kesempatan kerja lokal maka migrasi neto dapat

menyeimbangkan tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan tingkat

pertumbuhan output. jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya

menjadi sedikit longgar.

Teori basis ekspor dikembangkan dalam kerangka ilmu ekonomi

regional oleh Charles M. Tiebout 1962 (dalam Nopirin 1995). Teori ini

membagi kegiatan produksi / jenis pekerjaan yang terdapat di dalam

satu wilayah atas; pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan non basis

(service/pelayanan). Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat

exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian

wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan

lainnya. sedangkan pekerjaan service (non basis) adalah kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu,

pertumbuhan tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah

tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh).

Teori basis ekspor menyebutkan ekspor tidak hanya mencakup

barang/jasa yang dijual ke luar daerah tetapi termasuk juga di dalamnya

104
barang atau jasa yang dibeli orang dari luar daerah walaupun transaksi

itu sendiri terjadi di daerah tersebut yang mendatangkan uang dari luar

daerah. Kegiatan yang hasilnya dijual ke luar daerah atau

mendatangkan uang dari luar daerah adalah kegiatan basis sedangkan

kegiatan service (nonbasis) adalah kegiatan yang melayani kebutuhan

masyarakat di daerah itu sendiri, baik pembeli maupun sumber uangnya

berasal dari daerah itu sendiri.

105
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dengan menggunakan

model OLS tentang pengaruh variabel ekspor, impor dan Indek harga

konsumen (IHK) terhadap pertumbuhan ekonomi PDB di Indonesia, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ini :

Dari hal tersebut berarti variabel Impor lebih efektif mendorong PDB

dari sektor Ekspor dan Indek Harga Konsumen dibandingkan juga dengan

kontribusi variabel-variabel tersebut terhadap PDB di sektor lainnya. Hasil

analisis regresi menunjukkan bahwa Nilai konstanta dari PDB adalah 0,526.

Dan nilai Coefficients Ekspor 0,015 dan Impor adalah -0,026 dan IHK

-0,2303 atau dalam fungsi linier bergandanya adalah

PDB 0,526 0,015EX 0,026IM 0,2303IHK er

Artinya kalau di tambah 1 unit nilai ekspor akan menaikan nilai PDB

sebesar 0,015 satuan dan kalau di tambah 1 unit nilai impor akan menurunkan

nilai PDB sebesar - 0,026 satuan seterusnya kalau di tambah 1 unit nilai IHK

akan menurunkan nilai PDB sebesar - 0,2303 satuan.

Dari hal tersebut berarti variabel Ekspor lebih efektif mendorong PDB

dari sektor Impor dibandingkan juga dengan kontribusi variabel-variabel

tersebut terhadap PDB di sektor lainnya.

Hasil uji signifikansi f menunjukkan bahwa variabel ekspor, impor

dan IHK secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi (PDB) pada alpa () 5% sebagaimana ditunjukkan


106
oleh nilai Signifikan F-statistik sebesar 0,74 lebih besar dari = 0,05. Dengan

kata lain, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen.

Namun pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variable

EKSPOR berpengaruh siginifikan terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai signifikan positif t nya yang lebih kecil dari = 5% yaitu sebesar 0,043

dan bahwa variable IMPOR berpengaruh siginifikan negatif terhadap PDB.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang lebih kecil dari = 5%

yaitu sebesar 0,013 seterusnya bahwa variable IHK berpengaruh siginifikan

negatif terhadap PDB. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan t nya yang

lebih kecil dari = 5% yaitu sebesar 0,049.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan

diatas maka diberikan beberapa saran sebagai berikut:

Diharapkan setiap kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam usaha

mendorong pertumbuhan ekonomi tetap dengan memperhatikan faktor

keseimbangan dan pemerataan pembangunan di berbagai sektor

perekonomian.

Ekspor berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi maka

pemerintah Indonesia disarankan mengembangkan sektor ekspor dengan

menciptakan peluang yang ada untuk industri dengan meningkatkan kualitas

infrastruktur seperti jalan tol, listrik, dan mempermudah akses terhadap

lembaga keuangan bagi kalangan industri, memberantas segala pungutan

107
dalam pengiriman komoditas industry dan mempermudah ekspor hasil

produksi dalam negeri.

Impor dan Indek Harga Konsumen berpengaruh negatif pada

pertumbuhan ekonomi maka pemerintah propinsi Indonesia disarankan

mengembangkan sektor yang di impor dengan menciptakan peluang

industri untuk mengurangi barang impor untuk konsumsi dalam negeri.

Peningkatan Nilai Tambah Industri (besar/sedang) diharapkan dapat

mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah khususnya di Indonesia. Untuk

itu diperlukan peran serta pihak swasta, masyarakat, dan dukungan

pemerintah daerah dengan cara mempermudah prosedur perizinan industri

yang baru beroperasi.

Sebagai warga Negara Indonesia sebaiknya kita mampu mengerti

kondisi perekonomian Negara kita, sehingga setiap perilaku ekonomi yang

kita lakukan dapat menguntungkan Negara kita. Mengurangi pemakaian

produk luar negeri mampu menjadi angka pengganda dalam kegiatan

perekonomian Negara kita. Sebab aliran perputaran uang kita akan lebih

dirasakan oleh kita dan masyarakat Indonesia lainya. Pemerintah hendaknya

mampu mendorong investor dalam negeri untuk melaksanakan investasi bagi

penanaman modal dalam negeri terutama industri barang yang di impor serta

dapat menjaga agar tidak terjadi inflasi.

108
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Materi Bahan Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Pembangunan.


Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2003.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2013.

Boediono, Ekonomi Interntional , pengantar ilmu international No.3, Edisi 1 ,


Yogyakarta 2000.

Cooper, Donald. & Pamela Schindler. 2001. Business Research Method.


The Mc.Graw-Hill Companies. Inc.

Diamond, P.(1965): National Debt in a Neoclassical Growth Model,"American


Eco-nomic Review, 55(5), 1126 1150.

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. 4th Edition, Singapore: McGraw-


Hill International Editions

Hamdani; 2007, Seluk-beluk Perdagangan Ekspor-Impor, Jakarta. Hal 12 dan 15.

Jhingan, H.L. 2000. Development Planning. Singapore: The Mc.Graw-Hill


Companies. Inc

Kuncoro, Mudarajad , Ekonomi Indonesia . UPP STIM YKPN Yogyakarta


2009.
Lance taylor, Back to basic; theory for the rhectoric in North south Negotiation ,
Word Development ( Todaro,2000).
Todaro, Michael. 2000.Pembangunan Ekonom. Jakarta. Bumi Aksara.

Mankiw, N. Gregory. 2001. Macroeconomics. 5th edition, New York: Worth


Publishers

Mendenhall, William. & Terry Sincich. 2003. A Second Course in Statistics


Regression Analysis. Sixth Edition. USA: Pearson Education, Inc.

Michael P. Todaro, 2000, Economic Development, Seventh Edition, Ney York


University, Addison Mesley.

Nanga, Muana. 2001. Makro Ekonomi Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta:
Rajawali Pers.

Nopirin. 1995. Ekonomi Internasional, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE

109
Nopirin, (1994). Ekonomi International. BPFE, Yogyakarta.

Nopirin, 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE. Yogyakarta.

Pinem, juniartha, Analisis Pengaruh Ekspor,Impor,Kurs Nilai Tukar Rupiah


terhadap Cadangan Devisa Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatra Utara.2009.
Perdana Wahyu Santosa dan Harry Yusuf A. Laksana. Repatriasi : Analisis
untuk Memperkuat Cadangan Devisa dari Stabilnya MataUang
Rupiah.Fakultas Ekonomi Universitas YARSI.2009.Volume 6 no 2 hal
131-146

Ramsey, F. P.(1928): A Mathematical Theory of Saving," The Economic Journal,


pp. 543 559

Ria Rahayu Lestari. Dampak Pembangunan Ekonomi Terhadap Pertumbuhan


Kota Jakarta Tahun 1989-2004 Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta: 2007.
Romer, Christina D. & Romer David H. 1998. Monetary Policy and the Well-
Being of the Poor. National Bureau of Economic Research, (Cambridge,
MA), Working Paper No. 6793, 1998.

Romer, David. 2001. Advanced Macroeconomics. McGraw Hill International


Book Company.

Romer, D.(2006):Advanced Macroeconomics. McGraw-Hill Irwin, New York:


New York, 3 edn.

Sekaran, Uma. 2000. Research Method For Business: A Skill-Building


Approach, USA: Jhon Wiley & Sons.

Sinha, Dipendra & Tapen Sinha 1997. Openness, Investment and Economic
Growth in Asia. The Indian Economic Journal Volume 49, No.4, pp. 15-68

Sinha, Dipendra. 1999. Export Instability, Investment and Economic Growth in


Asian Countries: a Time Series Analysis. Center Discussion Paper
No. 79, pp. 33 65

Soelistyo MBA dan Nopirin MA, Teori Perdagangan International Jakarta ,


1977 : 54.
Sukirno, Sadono.2011.Makro ekonomi Teori Pengantar.Edisi Ketiga. PT.Raja
Grafindo Persada WEBSITE Bank Indonesia Badan Koordinasi Penanaman
Modal Badan Pusat Statistik

110
Syahza Almasdi: Perkembangan Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi di Daerah
Riau. Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat. Universitas Riau. Dipublikasikan pada: Sosiohumaniora, Vol 5
No 2, Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran, Bandung. juli 2003.
Syarif Arby,: Perdagangan Luar Negeri Seri Impor . Yogyakarta edisi
2003/2004.

Todaro, Michael P. (1995); Economic Development, Sixth Edition, Logman


London.

_______(1995); Ekonomi Untuk Negara Berkembang Edisi ke 3, Logman Bumi


Aksara, Jakarta. (Buku I)
_______(1995); Ekonomi Untuk Negara Berkembang Edisi ke 3, Logman Bumi
Aksara, Jakarta. (Buku II).
Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. 2003. Economic Development. Eighth
Edition. The Addison-Wesley.

Tulus Tambunan. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting.


Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Yuliarmi, Ni Nyoman. 2006.Pengaruh PDB dan Inflasi dalam Negeri terhadap


Nilai Impor Migas Indonesia Periode 1993-2005. Skripsi Jurusan Ilmu
Ekonomi FE UNIBRAW. Malang.

Yusuf dan widyastutik, Analisis Pengaruh Ekspor-Impor Komoditas Pangan


Utama dan Liberalisasi Perdagangan Terhadap Neraca Perdagangan
Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
2007.

111
LAMPIRAN 1

PDB, Exspor, Impor dan IHK di Indonesia tahun 2000-2012

Tahun PDB (Juta) Exspor (US.$) Impor (US.$) IHK


(Indek)
2000 1,264,918.7 62,124,016.182 33,514,805.420 221,37
2001 1,684,280.5 56,320,904.904 30,962,141.071 249,15
2002 1,863,274.7 57,158,771.616 31,288,853.094 274,13
2003 1,577,171.3 61,058,246.995 32,550,684.286 287,99
2004 2,295,826.20 71,584,608.796 46,524,531.358 116,86
2005 2,774,281.10 85,659,952.615 57,700,882.616 136,86
2006 3,339,216.80 100,798,624.280 61,065,465.536 146,89
2007 3,950,893.20 114,100,890.751 74,473,430.118 155,50
2008 4,948,688.40 137,020,424.402 129,197,306.224 113,86
2009 5,606,203.40 116,510,026.081 96,829,244.981 117,03
2010 6,446,851.90 157,779,103.470 135,663,284.048 125,17
2011 7,422,781.20 203,496,620.060 177,435,555.736 129,91
2012 8,241,864.30 190,031,845.244 191,691,001.109 135,49
2013 60,1765,854.49 62,114,066.045 140,03
Sumber : BPS Pusat Jakarta 2013

112
LAMPIRAN 2

Uji Multikolinier

REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE Z
PP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT PDB
/METHOD=ENTER EKSPOR IMPOR IHK
/RESIDUALS DURBIN
/CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Regression
[DataSet0]
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PDB 3.9551E6 2.36774E6 13

EKSPOR 1.0874E8 5.05900E7 13

IMPOR 8.4531E7 5.67894E7 13

IHK 170.0162 63.96622 13

Correlations

PDB EKSPOR IMPOR IHK

Pearson Correlation PDB 0.790 .774 .777 -.669

EKSPOR .774 .600 .985 -.657

IMPOR .777 .785 0.700 -.638

IHK -.669 -.657 -.638 0.700

Sig. (1-tailed) PDB . .000 .000 .006

EKSPOR .000 . .000 .007

IMPOR .000 .000 . .009

IHK .006 .007 .009 .

N PDB 13 13 13 13

EKSPOR 13 13 13 13

IMPOR 13 13 13 13

IHK 13 13 13 13

113
LAMPIRAN 3

Uji Autokorelasi dan uji R

b
Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method


a
1 IHK, IMPOR, EKSPOR . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PDB

b
Model Summary

Durbin-
Change Statistics Watson

R d
R Adjusted Std. Error of Square f Sig. F
Model R Square R Square the Estimate Change F Change df1 2 Change
a
1 .780 .761 .748 5.37460E5 .761 74.631 3 9 .000 1.445

a. Predictors: (Constant), IHK, IMPOR,


EKSPOR

b. Dependent Variable: PDB

LAMPIRAN 4
Uji signifikan f

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 6.467E13 3 2.156E13 74.631 .000

Residual 2.600E12 9 2.889E11

Total 6.727E13 12

a. Predictors: (Constant), IHK, IMPOR, EKSPOR

b. Dependent Variable: PDB

114
LAMPIRAN 5

Hasil Regresi Pengaruh Ekspor, Impor dan IHK terhadap PDB Indonesia.

a
Coefficients

Standar
dized
Unstandardized Coeffici 95% Confidence Collinearity
Coefficients ents Interval for B Correlations Statistics

Lower Upper Zero- Partia Toleran


Model B Std. Error Beta t Sig. Bound Bound order l Part ce VIF

1 (Constant -
3023294.
) .526.015,726 1103936.974 .476 .0645 1971263.2
660
07

EKSPOR .015 .018 .319 .824 .0431 -.026 .056 .974 .265 .054 .029 34.954

IMPOR -.026 .016 .623 1.642 .0135 -.010 .062 .977 .480 .108 .030 33.541

IHK -.2303.616 3222.870 -.062 -.715 .0493 -9594.254 4987.021 -.669 -.232 -.047 .566 1.766

a. Dependent Variable:
PDB

LAMPIRAN 6

Uji Normalitas dengan menggunakan jarque Bera

Test Statistics Chi-Square

PDB EKSPOR IMPOR IHK

Chi-Square .000a .000a .000a .000a

Df 13 13 13 13

Asymp.
1.000 1.000 1.000 1.000
Sig.

115
a
Coefficient Correlations

Model IHK IMPOR EKSPOR

1 Correlations IHK 1.000 -.066 .211

IMPOR -.066 1.000 -.975

EKSPOR .211 -.975 1.000

Covariances IHK 1.039E7 -3.364 12.342

IMPOR -3.364 .000 .000

EKSPOR 12.342 .000 .000

a. Dependent Variable: PDB

a
Collinearity Diagnostics

Variance Proportions
Dimensi
Model on Eigenvalue Condition Index (Constant) EKSPOR IMPOR IHK

1 1 3.564 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .410 2.947 .00 .00 .01 .08

3 .023 12.500 .46 .00 .05 .86

4 .003 35.193 .54 1.00 .95 .06

a. Dependent Variable: PDB

a
Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.5615E6 8.0329E6 3.9551E6 2.32154E6 13

Residual -7.18547E5 1.09351E6 .00000 4.65454E5 13

Std. Predicted Value -1.031 1.756 .000 1.000 13

Std. Residual -1.337 2.035 .000 .866 13

a. Dependent Variable: PDB

116

Anda mungkin juga menyukai