Disusun oleh:
Septiyanti Ristuningsih
20130430356
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI
INDONESIA PERIODE 1984-2013
Septiyanti Ristuningsih
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E-mail: septi.economist@gmail.com
ABSTRAK
Kata kunci: Utang Luar Negeri, Ekspor, Impor, Kurs, Inflasi, VECM
A. PENDAHULUAN
Utang luar negeri merupakan kegiatan ekonomi yang terinspirasi dari Marshall
Plan yang mengalirkan dana modal dari Negara maju ke Negara berkembang.
Pengaliran modal ini dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada
Negara berkembang. Namun pada faktanya sekarang, utang luar negeri ini
memberikan fenomena tersendiri.
Di Negara berkembang sudah barang pasti meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan pembangunan ekonomi menjadi sebuah kewajiban.Keharusan
membangun merupakan suatu tuntutan hidup bagi Negara-negara berkembang. Dalam
upaya mencapai pembangunan dan kesejahteraan, maka yang diperlukan adalah dana
atau modal yang banyak untuk terlaksananya pembangunan. Hal ini dapat dilakukan
dengan meningkatkan pendapatan nasional yang dapat digunakan sebagai biaya
2
pembangunan. Namun, dalam upaya peningkatan pendapatan nasional, Indonesia
selalu dihadapkan oleh beberapa kendala diantaranya kurangnya modal. Untuk
mencukupi kekurangan modal, Indonesia mendatangkan sejumlah dana dari luar
negeri melalui utang luar negeri.
Pada umumnya Negara berkembang banyak yang tergantung pada utang luar
negeri sebagai modal dalam pembangunannya, yang sudah tentu utang ini akan
berpengaruh pada neraca pembayaran nasional dalam jangka panjang.
Ketergantungan dan terlalu seringnya peminjaman dana dengan jumlah yang cukup
besar dari Negara lain akan mengarahkan pada terjadinya krisis utang luar negeri.
Krisis utang luar negeri di Negara berkembang mempengaruhi kondisi ekonomi dan
politik dunia. Di Indonesia, pokok persoalan yang menyangkut utang luar negeri telah
menduduki persoalan utama dalam perekonomian( Sritua Arif, 1999 : 73 ). Beban
utang luar negeri Indonesia menumpuk dari tahun ke tahun yang terus meningkat.
Kini Indonesia terperangkap dalam utang luar negeri, dimana jumlah cicilannya sudah
melebihi jumlah pinjaman baru yang dapat kita terima.Jika melihat jumlah
pinjamannya, Indonesia menjadi Negara berkembang yang berada pada urutan
pertama yang memiliki jumlah pinjaman terbanyak di kawasan Asian Tenggara.
Tabel 1.
Total Utang Luar Negeri Negara Penghutang Luar Negeri Negeri Tertinggi yang
Tergabung dalam Kawasan Asia Tenggara 2008-2013 (dalam US$)
Total Utang
Negara
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indonesia 2,718E+09 2,802E+09 3,034E+09 3,484E+09 3474505000 3,966E+09
Philipina 2,865E+09 2,841E+09 2,977E+09 2,85E+09 2844486000 2,66E+09
Malaysia 1,058E+09 876386000 1,024E+09 1,017E+09 1292925000 1,251E+09
Thailand 255185000 230585000 230340000 262643000 409140000 332596000
Sumber: data.worldbank.org
3
maka utang luar negeri digunakan untuk menyeimbangkan neraca pembayaran.Defisit
neraca pembayaran salah satunya diakibatkan karena nilai impor lebih besar jika
dibandingkan jumlah ekspornya.
Defisit sebagai akibat impor yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan
produksi dalam negeri. Impor yang terlalu besar mengakibatkan nilai kurs akan
semakin melemah dan menyebabkan harga-harga barang impor bertambah mahal.
Kegiatan ekonomi dalam negeri yang menurun mengurangi kegairahan pengusaha-
pengusaha untuk melakukan penanaman modal dan membangun kegiatan usaha baru.
Kenaikan harga-harga dalam negeri yang berlangsung secara terus menerus
akan mengakibatkan adanya inflasi. Inflasi akan mempengaruhi tingkat suku bunga
dan memaksa BI memangkas suku bungan. Dengan rendahnya suku bunga maka
minat para investor untu berinvestasi menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan
pendapatan rill nasional menurun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan
pembangunan Negara akan memenuhi belanja Negara melalui utang luar negeri.(I
Ktut Nama: 2004)
Utang luar negeri yang dimaksudkan untuk menutupi modal atau biaya
pembangunan menyebabkan sebuah beban pengembalian kepada Negara pendonor
hutang dengan tingkat bunga tertentu.Utang luar negeri Indonesia saat ini tidak hanya
digunakan untuk biaya pembangunan saja, melainkan sebagai biaya untuk
mengembalikan utang luar negeri sebelumnya.Konsep utang Indonesia seperti gali
lubang tutup lubang. Jika pengembalian utang luar negeri atau pembayaran cicilan
pokok utang ditambah dengan bunganya menggunakan utang luar negeri yang baru,
padahal utang luar negeri yang baru juga memiliki tingkat bunga tertentu, maka hal
ini akan mengakibatkan penumpukan utang luar negeri Indonesia karena penumpukan
bunga akibat utang luar negeri yang berlapis. Hal inilah yang menyebakan utang luar
negeri di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.(Aulia:2014)
Pengembalian utang luar negeri dimasukkan pada APBN. Sekarang anggaran
pengeluaran Negara tidak lagi berfokus pada pembangunan dan belanja untuk
kebutuhan dalam negeri saja, melainkan juga berfokus terhadap pembayaran hutang.
Akibatnya anggaran dana menjadi terbagi-bagi, dana pembangunan dari pendapatan
rill justru berkurang karena pengalihaanya untuk pembayaran utang luar negeri, yang
akhirnya menyebabkan rakyat yang menanggung beban karena tidak terpenuhinya
fasilitas –fasilitas yang selayaknya.
4
B. TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
1. Ekspor
Ekspor yang merupakan sumber penghasil devisa terbesar pada perekonomian
Indonesia secra teoritis sangat penting peranannya dalam membiayai transaki
internasional, namun adanya komponen impor dalam barang –barang ekspor
mempunyai pengaruh yang lain terhadap utang luar negeri Indonesia. Peningkatan
ekspor yang terjadi selama ini memang berdampak positif terhadap perekonomian
secara kseluruhan, in dijelaskan dari hubungan negate antar ekspor dan utang luar
negeri Indonesia dalam jangka panjang. Namun dalam jangka pendek, system
pembayaran ekspor yang tidak secara tunai, dan panjangnya system mata rantai
birokrasi untuk kegiatan ekspor menyebabkan adanya hubungan yang searah antara
ekspor dan uatng luar negeri indoneia.Menurut (I Ktut Nama:2004) ekspor merupakan
salah satu komponen yang cukup efektif dalam mengurangi ketergantungan Indonesia
akan utang luar negeri dalam jangka panjang.
2. Impor
Impor merupakan bagian dalam komponen ekspor justru akan berdampak
positif bagi perekonomian. Namun peningkata impor secra terus-menerus apalagi
untuk keperluan konsumsi, dalam jangka panjang jelas akan meningkatkan
ketergantungan Indonesia akan utang luar negeri. Hal ini terjadi karena terjadinya
penghamburan devisa yang sebenarnya dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih
produktif, sehingga hal ini terjai ketidakseimbangan nerca pembayaran. Dalam jangka
pendek impor akan mengakibatkan perubahan utang luar negeri pada arah yag
berlawanan. Dalam jangka panjang mengakibatkan perubahan utang luar negeri pada
5
arah yang sama. Ini mengidentifikasikan terjadinya pemborosan devisa pada sisi
impor dalam jangka panjang.
4. Inflasi
Dalam menganalisa hubungan tingkat inflasi terhadap utang luar negeri, dapat
digunakan teori imported inflation. Dimana saat Indonesia mengalami inflasi , maka
nilai tukar rupiah terhadap dollar akan lemah. Indonesia masih tergantung produk dari
luar baik bahan baku atau bahan setengah jadi disektor barang dan jasa. Sehingga saat
terjadi inflasi Indonesia, pemerintah membutuhkan ddana yang lebih untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri tersebut dan dibutuhkanlah utang luar negeri.Jadi dapat
dikatakan bahwa hubngan antara inflasi dengan utang luar negeri pemerintah adallah
berpengaruh positif.
6
Gb 1. Kerangka hubungan variabel ekspor, impor, kurs, dan inflasi
dan pengaruhnya terhadap utang luar negeri.
Hipotesis
Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah
dilakukan berkaitan dengan penelitian di bidang ini, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
a. Ekspor berpengaruh positif signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia.
b. Impor berpengaruh positif signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia.
c. Inflas berpengaruh positif signifikan terhadap utang luar negeri Indonesia.
d. Nilai tukar ( Kurs ) berpengaruh positif signifikan terhadap uatng luar negeri
Indonesia.
Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang utang luar negeri di Indonesia telah banyak dilakukan,
penelitian tersebut banyak digunakan sebagai referensi penelitian dimasa yang akan
dating. Penelitian tentang utang luar negeri telah dilakukan oleh:
1. Ella Dhanila kartika Sari (2015)
Penelitiannya yang berjudul “Pengaruh defit transaksi berjalan, Kurs,
dan Inflasi terhadap utang Luar Negeri Pemerintah sebelum dan Sesudah
Krisis Global 2008 (Studi Kasus: Indonesia 2004-2012)”. Variabel yang di
gunakan dalam penelitian ini adalah deficit transaksi berjalan, inflasi dan kurs
dan variable dependentnya adalah utang luar negeri.Dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS).Dat yang digunakan adalah data
sekunder.Hasil penelitian menunjukkan variable deficit transaksi berjalan dan
7
kurs berpengaruh signifikan dan negative terhadap utang luar negeri
pemerintah.Sedangkan variable inflasi berpengaruh signifikan dan positif
terhadap utang luar negeri pemerintah Indonesia.
2. Aulia Apriyatman (2014)
Penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia (Periode 1998 –
2012)”.Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pengeluaran
pemerintah, pendapatan nasional dan defisit anggaran danvariabel
dependentnya adalah utang luar negeri. Dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS). Dengan hasil secara keseluruhan, Pendapatan
Nasional (PN), Pengeluaran Pemerintah (PP), dan Defisit Anggaran (DA)
mempengaruhi Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 69.50 %, secara parsial
variabel Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap Utang Luar Negeri (ULN), dan Pengeluaran Pemerintah (PP), dan
Defisit Anggaran (DA) masing - masing mempengaruhi secara positif dan
signifikan terhadap variabel Utang Luar Negeri (ULN). Variabel yang
memiliki kontribusi terbesar terhadap Utang Luar Negeri adalah Defisit
Anggaran (DA).
3. A Minuddin Fatimah (2012)
Penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia Periode 2002-2011”.Variabel yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah penanaman modal asing, deficit anggaran, tabungan domestic dan
ekspor dan variabel dependentnya adalah utang luar negeri. Dengan
menggunakan metode Regresi Linear Berganda.Dengan hasil menunjukkan
bahwa penaman modal asing, tabungan domestik, ekspor berpengaruh
signifikan dan positif, serta defisit anggaran berpengaruh signifikan tetapi
negative secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara tidak
langsung defisit anggaran, tabungan domestik dan ekspor berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui utang luar
negeri. Tetapi penanaman modal asing melalui utang luar negeri tidak
berpengaruh secara signifikan. Dan utang luar negeri tidak mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. I Ktut Nama (2004)
8
Dengan penelitiannya ynag berjudul “Tinjauan Faktor-Faktor Ekonomi
Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia Pendekatan Error
Correction Model (Ecm) Periode 1971-2001”.Variabel yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah Investasi, tabungan, pengeluaran pemerintah, penerimaan
pemerintah, ekspor, impor dan variabel dependentnya adalah utang luar
negeri.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction
Model (ECM). Hasil penelitian terlihat dari signifikansinya hampir semua
variabel penelitian dalam jangka panjang mengindikasikan bahwa
permasalahan utang luar negeri adalah permasalahan ekonomi yang bersifat
structural.
5. M. Rizki Kahfi (2014)
Dengan penelitinnya yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental
Ekonomi Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia”.Variabel yang
di gunakan dalam penelitian ini adalah PDB, kurs, inflasi dan variabel
dependentnya adalah utang luar negeri.Metode yang digunakan adalah VECM.
Dengan hasilanalisis jangka panjang menunjukkan bahwa keseluruhan
variabel independen secara bersama-sama memiliki hubungan keseimbangan
terhadap ULN. Sedangkan untuk analisis jangka pendek, tingkat inflasi
periode sekarang dan tingkat inflasi pada periode sebelumnya memiliki
hubngan yang signifikan terhadap ULN pada periode sekarang.
C. METODE PENELITIAN
Dimana :
0 : Konstanta
1234 : Koefisien Regresi (Parameter yang akan diestimasi)
DULNt : Utang Luar Negeri Indonesia pada periode t (Triliun)
DXt : Ekspor Indonesia pada periode t (Triliun)
DMt : Impor Indonesia pada periode t (Triliun)
DKURSt : Nilai Tukar pada periode t (Rp/USD)
INFt : Inflasi pada periode t (%)
DULNt -1 : Utang Luar Negeri Indonesia pada periode t-1 (Triliun)
DXt-1 : Ekspor Indonesia pada periode t-1 (Triliun)
DMt-1 : Impor Indonesia pada periode t-1 (Triliun)
DKURSt-1 : Nilai Tukar pada periode t-1 (Rp/USD)
10
INFt-1 : Inflasi pada periode t-1 (%)
t : Error Term pada periode t
First Diffrence
Variabel
T-stat Probabilitas
Log(ULN) -5.058348 0.0003
Log(Ekspor) -6.367373 0.0000
Log(Impor) -6.410964 0.0000
Log(Kurs) -4.452698 0.0019
Inflasi -6.471306 0.0000
Keterangan: Tingkat signifikansi 5%
11
Berdasarkan tabel 3, terdapat tanda bintang yang paling banyak di lag 2, sehingga lag
ini pun dipilih sebagai lag maksimal berdasarkan criteria lainnya (LR, FPE, AIC, dan HQ).
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Lag optimal yang digunakan untuk estimasi
VECM terletak pada Lag 6 karena sudah terbebas dari white noise dan sudah memenuhi uji
asumsi klasik.
Sebelum masuk pada tahapan analisis yang lebih jauh, hasil estimasi sistem
persamaan VAR yang telah terbentuk perlu diuji stabilitasnya melalui VAR stability
condition check yang berupa roots of characteristic polynomial terhadap seluruh variabel
yang digunakan dikalikan jumlah lag dari masing-masing VAR. Stabilitas VAR perlu diuji
karena jika hasil estimasi stabilitas VAR tidak stabil maka analisis IRF dan FEVD menjadi
tidak valid. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, suatu sistem VAR dikatakan stabil jika
seluruh akar atau roots-nya memiliki modulus lebih kecil dari satu. Pada penelitian ini,
berdasarkan uji stabilitas VAR yang ditunjukkan pada Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa
estimasi stabilitas VAR yang akan digunakan untuk analisis IRF dan FEVD telah stabil
karena kisaran modulus < 1.
Root Modulus
-0.443334 - 0.678789i 0.810740
-0.443334 + 0.678789i 0.810740
0.172693 - 0.786578i 0.805312
0.172693 + 0.786578i 0.805312
-0.063425 - 0.695434i 0.698321
-0.063425 + 0.695434i 0.698321
0.493751 - 0.407933i 0.640468
0.493751 + 0.407933i 0.640468
-0.487233 - 0.213638i 0.532013
-0.487233 + 0.213638i 0.532013
Dapat di simpulkan bahwa estimasi stabilitas VAR yang akan digunakan untuk analisis IRF
dan FEVD telah stabil karena kisaran modulus < 1.
12
Pengujian Kointegrasi
Hasil pengujian menunjukkan trace statistic sebesar 98.52178 lebih besar dibanding
nilai kritisnya sebesar 69.81889 dengan p-value sebesar 0,0000. Hal yang sama dengan hasil
dari Max-Eigen statistic yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai kritis 5% serta nilai
p-value yang juga lebih besar dari 5%. Hasil tersebut membuktikan adanya satu kointegrasi
antara variabel utang luar negeri, ekspor, impor, kurs dan inflasi. Hasil yang menunjukkan
adanya kointegrasi, menunjukkan adanya hubungan jangka panjang dan terjadi keseimbangan
pada periode tersebut.
Uji kausalitas Granger (Granger Causality Test) dilakukan untuk melihat apakah dua
variabel memiliki hubungan timbal balik atau tidak. Dengan kata lain, apakah satu variabel
memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel lainnya secara signifikan, karena setiap
variabel dalam penelitian mempunyai kesempatan untuk menjadi variabel endogen maupun
eksogen. Uji kausalitas bivariate pada penelitian ini menggunakan VAR Pairwise Granger
Causality Test dan menggunakan taraf nyata lima persen. Tabel berikut menyajikan hasil
analisis uji Bivariate Granger Causality.
13
Tabel 6. Uji Kausalitas Granger
Dari hasil yang diperoleh di atas, diketahui bahwa yang memiliki hubungan kausalitas
adalah yang memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil daripada alpha 0.05 sehingga nanti
14
Ho akan ditolak yang berarti suatu variabel akan mempengaruhi variable lain. Dari pengujian
Granger diatas, kita mengetahui hubungan timbal-balik/ kausalitas sebagai berikut:
- Variabel X secara statistik signifikan mempengaruhi ULN (0,19) sehingga kita menolak
hipotesis nol sedangkan ULN secara statistik signifikan mempengaruhi X (0,68) sehingga
kita menolak hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas
searah antara variabel X dan ULN dan begitu pula sebaliknya.
- Variabel M secara statistik signifikan mempengaruhi ULN (0,22) sehingga kita menolak
hipotesis nol sedangkan ULN secara statistik signifikan mempengaruhi M (0,50) sehingga
kita menolak hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas
searah antara variabel M dan ULN dan begitu pula sebaliknya.
- Variabel KURS secara statistik signifikan mempengaruhi ULN (0,162) sehingga kita
menolak hipotesis nol sedangkan ULN secara statistik tidak secara signifikan
mempengaruhi KURS (0,00) sehingga kita menerima hipotesis nol. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa terjadi kausalitas searah antara variabel KURS dan ULN yaitu hanya
KURS yang secra statistik signifikan mempengaruhi ULN dan tidak berlaku sebaliknya.
- Variabel INF tidak secara statistik signifikan mempengaruhi ULN (0,01) sehingga kita
menerima hipotesis nol sedangkan ULN secara statistik tidak secara signifikan
mempengaruhi INF (0,06) sehingga kita menolak hipotesis nol. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa terjadi kausalitas searah antara variabel KURS dan ULN yaitu hanya
INF yang secra statistik signifikan mempengaruhi ULN dan tidak berlaku sebaliknya.
- Variabel M secara statistik signifikan mempengaruhi X (0,50) sehingga kita menolak
hipotesis nol sedangkan X secara statistik signifikan mempengaruhi M (0,73) sehingga
kita menolak hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tidak terjadi kausalitas
searah antara variabel X dan M dan begitu pula sebaliknya.
- Variabel KURS secara statistik signifikan mempengaruhi X (0,76) sehingga kita menolak
hipotesis nol sedangkan X tidak secara statistik signifikan mempengaruhi KURS (0,00)
sehingga kita menerima hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi
kausalitas searah antara variabel KURS dan X yaitu hanya X yang secara statistik
signifikan mempengaruhi KURS dan tidak berlaku sebaliknya.
- Variabel INF secara statistik signifikan mempengaruhi X (0,16) sehingga kita menolak
hipotesis nol sedangkan X secara statistik signifikan mempengaruhi INF (0,33) sehingga
kita menolak hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa tidk terjadi kausalitas
searah antara variabel INF dan X dan berlaku pula sebaliknya.
15
- Variabel KURS secara statistik signifikan mempengaruhi M (0,35) sehingga kita menolak
hipotesis nol sedangkan M secara statistik tidak secara signifikan mempengaruhi KURS
(0,00) sehingga kita menerima hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi
kausalitas searah antara variabel KURS dan ULN yaitu hanya M yang secra statistik
signifikan mempengaruhi KURS dan tidak berlaku sebaliknya.
- Variabel INF tidak secara statistik signifikan mempengaruhi M (0,05) sehingga kita
menerima hipotesis nol sedangkan M secara statistik signifikan mempengaruhi INF (0,85)
sehingga kita menolak hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi
kausalitas searah antara variabel INF dan M yaitu hanya INF yang secra statistik
signifikan mempengaruhi M dan tidak berlaku sebaliknya.
- Variabel INF tidak secara statistik signifikan mempengaruhi KURS (0,03) sehingga kita
menerima hipotesis nol sedangkan KURS secara statistik signifikan mempengaruhi INF
(0,73) sehingga kita menolak hipotesis nol. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terjadi
kausalitas searah antara variabel INF dan KURS yaitu hanya INF yang secra statistik
signifikan mempengaruhi KURS dan tidak berlaku sebaliknya.
16
Variabel Koefisien T-Statistik
D(LOGKURS(-2)) 0.123377 [ 1.68055]
D(INF(-1)) -0.009477 [-0.89683]
D(INF(-2)) 0.006628 [ 0.85481]
C -0.217653 [-1.47123]
Hasil estimasi jangka pendek menunjukkan bahwa variabel ULN pada lag ke 1
berpengaruh positif pada taraf nyata lima persen masing-masing sebesar 1,7. Artinya, jika
terjadi kenaikan 1 persen pada 1 tahun sebelumnya, maka akan menaikkan ULN sebesar 1,7
persen pada tahun sekarang. Jika terjadi kenaikan Kurs 1 persen pada 1 tahun atau 2 tahun
sebelumnya, maka terjadi kenaikan ULN sebesar 1,7 persen pqda tahun sekarang.
Pada jangka panjang semua vriabel, yaitu ekspor (X), impor (M), nilai tukar (KURS)
dan inflasi (INF) signifikan pada taraf nyata lima persen yang mempengaruhi utang luar
negeri indonesia (ULN). Variabel ekspor (X) mempunyai pengaruh negatif terhadap utang
luar negeri (ULN) yaitu sebesar -2.165887 persen. Artinya, jika terjadi kenaikan ekspor (X)
maka akan menyebabkan utang luar negeri (ULN) turun sebesar -2.165887 persen. Variabel
impor (M) mempunyai pengaruh positif terhadap utang luar negeri (ULN) yaitu sebesar
1.351949. Artnya, jika terjadi kenaikan impor (M) maka akan menyebabkan utang luar negeri
(ULN) naik sebesar 1.351949. Variabel nilai tukar (KURS) mempunyai pengaruh positif
terhadap utang luar negeri (ULN) yaitu sebesar 0.392539. Artnya, jika terjadi kenaikan nilai
tukar (KURS) maka akan menyebabkan utang luar negeri (ULN) naik sebesar 0.392539.
Variabel inflasi (INF) mempunyai pengaruh positif terhadap utang luar negeri (ULN) yaitu
sebesar 0.060655. Artnya, jika terjadi kenaikan inflasi (INF) maka akan menyebabkan utang
luar negeri (ULN) naik sebesar 0.060655.
17
Kondisi ini sesuai dengan teori. Ekspor yang lebih lebih besar dibandingkan dengan
impor akan menciptakan neraca berjalan menjadi positif, artinya surplus neraca berjalan akan
digunakan akan mengurangi utang luar negeri. Impor yang terlalu tinggi akan menyebabkan
berkurangnya devisa, sehingga impor yang berlebihan akan meningkatkan utang luar negeri.
Kur atau nilai tukar rupiah yang naik berarti nilai rupiah terderesiasi. Hal ini menyebabkan
nilai utang luar negeri menjadi lebih besar jika dikonversikan kedalam nilai rupiah. Inflasi
menyebabkan harga-harga barang menjadi naik, kenaikan inflasi akan mendorong naiknya
utang luar negeri.
Berdasarkan estimasi Vector Error Correction Model jangka panjang, variabel ekspor
(X) berpengaruh negatif, sedangkan variabel impor, kurs dan inflasi berpengaru negatif
terhadap uatng luar negeri.
Saran yang dapat disampaikan dari kesimpulan yang ada, adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan Pemerintah dapat mengatur prioritas penggunaan utang luar negeri agar
dapat digunakan secara efektif dan efisien sehingga dapat benar-benar mendorong
pertumbuhan indonesia.
2. Diharapkan Pemerintah dapat mendorong kegiatan ekspor, misalnya dengan
diversifikasi ekspor atau menambah keragaman barang ekspor, subsidi ekspor dalam
bentuk keringanan pajak atau kemudahan dalam mengurus ekspor, atau juga dengan
menjaga kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang asing dan juga mengatur
kebijakan impor misalnya dengan pengenaan bea masuk dan kuota impor.
3. Diharapkan para perusahaan untuk memperbaiki produk barang mereka, sehingga
mampu bersaing dengan barang dari luar negeri.
18
E. Daftar Pustaka
A. Minuddin, Fatimah, 2013, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Utang
Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode 2002-
2011”,Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Mkasar.
Aulia, Apriyatman, 2014, “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar
Negeri Pemerintah Indonesia (Periode 1998 – 2012)”,Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Lampung.
Agus Tri Basuki dan Nano Prawoto, 2016, Analisis Regresi dalam Penelitian ekonomi
dan Bisnis (dilengkapi Aplikasi SPSS dan Eviews), Cetakan pertama, edisi
pertama, PT Rajawali Pers, Jakarta
19
Global 2008” Fakultas ekonomi dan Bisnis Univesrsitas Negeri sunan
Klaijga.
Sukirno, Sodono, 2000, “Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi Kedua”, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sukirno, Sodono. 1985, “Ekonomi Pembangunan”, LPFE – UI, Jakarta.
Todaro, Michal P (alih bahasa oleh Haris Munandar), 2000, “Perkembangan Ekonomi
di dunia ketiaga”, Jakarta: Erlangga
http://www.wikipedia.com
http://www.bi.go.id Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia
20
F. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran Data
21
Lampiran Uji VECM
1. Uji Stationaritas
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
t-Statistic Prob.*
22
KURS
Null Hypothesis: D(LOGKURS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
t-Statistic Prob.*
INFLASI
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
t-Statistic Prob.*
23
2 -24.28727 47.65675* 0.000407* 6.099020 8.760378 6.865395*
3 1.253804 19.64698 0.000817 6.057400* 9.928466 7.172127
Root Modulus
24
4. Uji Kointegrasi
25
5. Analisis Kausalitas Granger
26
6. Model Empiris VECM
CointegratingEq: CointEq1
LOGULN(-1) 1.000000
LOGX(-1) -2.165887
(0.26410)
[-8.20088]
LOGM(-1) 1.351949
(0.29110)
[ 4.64430]
LOGKURS(-1) 0.392539
(0.12440)
[ 3.15544]
INF(-1) 0.060655
(0.01248)
[ 4.85835]
C -10.82287
27
[ 0.23023] [ 0.79661] [-0.38331] [ 1.05665] [ 0.36628]
28
Sum sq. resids 0.773747 0.696426 0.298891 6.751706 1393.581
S.E. equation 0.227119 0.215473 0.141160 0.670905 9.638746
F-statistic 2.009948 1.848041 6.032415 3.361638 3.207004
Log likelihood 9.645338 11.06667 22.48611 -19.59978 -91.55258
Akaike AIC 0.174419 0.069136 -0.776749 2.340724 7.670561
Schwarz SC 0.750347 0.645063 -0.200821 2.916652 8.246489
Mean dependent 0.137411 0.187056 0.170474 0.070984 -0.026667
S.D. dependent 0.271337 0.251170 0.249701 0.948603 13.40351
29