BAB I. PENDAHULUAN
saat ini secara implisit dirancang dalam perspektif ekonomi wilayah. Hal ini
terlihat jelas dari peran daerah dalam merencanakan dan
mengimplementasikan program-program. Pemerintah Pusat dalam hal ini
hanya merancang pelaksanaan yang bersifat makro, sedangkan
Pemerintah Daerah merancang pelaksanaan pencapaian target sesuai
dengan kondisi wilayah. Dalam perspektif kebijakan yang demikian, maka
Pemerintah Daerah benar-benar dituntut agar mampu melaksanakan
kebijakan tersebut secara maksimal, untuk mengelola sumber daya
spesifik lokasi. Sebagai bahan perencanaan diperlukan analisis potensi
wilayah baik dalam aspek biofisik maupun sosial ekonomi. Pemanfaatan
potensi tersebut, peran serta masyarakat secara partisipatif perlu didorong
dan dikembangkan (Sudaryanto et al., 2002).
Tanaman perkebunan memiliki dua potensi pasar yaitu di dalam dan
di luar negeri. Tanaman perkebunan di dalam negeri dapat dikonsumsi
langsung oleh masyarakat, diperlukan sebagai bahan baku industri. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman perkebunan memiliki arti ekonomi yang
penting. Artinya, bila diusahakan secara sungguh-sungguh atau
profesional bisa menjadi suatu bisnis yang menjadikan keuntungan besar
(Rahardi et al., 1993).
Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan meliputi pengecekan kondisi penggunaan lahan
eksisting hasil interpretasi citra satelit dan berbagai jenis peta tematik,
serta pengamatan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao termasuk kondisi tanah,
iklim, topografi serta kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Pengecekan kondisi penggunaan lahan hasil interpretasi dilakukan untuk
memverifikasi dan memvalidasi data, kondisi dan sebaran pertanaman
kakao pada berbagai wilayah sentra, termasuk daerah-daerah yang
berpotensi sebagai wilayah pengembangan .
Citra satelit yang digunakan dalam penyusunan masterplan
pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan khususnya
tanaman kakao dalam menentukan penggunaan lahan eksisting tanaman
kakao menggunakan citra satelit Landsat 8 Path 122/Row 63;
Jenis Tanah
Tabel 5.2. Luas sebaran tanaman kakao pada berbagai Jenis Tanah di wilayah
sentra pengembangan kakao Sulawesi Tenggara
3. Humitropepts 14.77 - - - -
9. Troposaprists - - - 1347.89 -
44.610,84 Ha atau 56,07% dan jenis tanah dengan luasan terendah adalah
Tropopsamments seluas 334,50 Ha atau 0,42% dari total luas kebun
kakao.
Topografi
atau 31,26% dan kelas kemiringan lereng dengan luasan terendah adalah
>65% (Ekstrim Curam) seluas 16,24 Ha atau 0,02% dari total luas kebun
kakao. Kelas kemiringan lereng terluas di Kabupaten Kolaka adalah 15-
30% (Agak Curam) seluas 15.276,59 Ha atau 51,34% dan kelas
kemiringan lereng dengan luasan terendah adalah >65% (Ekstrim Curam)
seluas 44,44 Ha atau 0,15% dari total luas kebun kakao. Kelas kemiringan
lereng terluas di Kabupaten Kolaka Timur adalah 15-30% (Agak Curam)
seluas 17.094,64 Ha atau 25,43% dan kelas kemiringan lereng dengan
luasan terendah adalah >65% (Ekstrim Curam) seluas 16,24 Ha atau
0,02% dari total luas kebun kakao. Kelas kemiringan lereng terluas di
Kabupaten Kolaka Utara adalah 15-30% (Agak Curam) seluas 13.880,66
Ha atau 30,01% dan kelas kemiringan lereng dengan luasan terendah
adalah >65% (Ekstrim Curam) seluas 882,06 Ha atau 1,11% dari total luas
kebun kakao. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan kakao umumnya
menyebar pada berbagai kondisi lereng mulai datar sampai agak curam.
Kawasan Luas
No. Kecamatan %
APL Non-APL Konsesi (Ha)
1. Abuki 1.182,78 985,20 - 2.167,98 13,48
2. Amonggedo 128,02 - - 128,02 0,80
3. Anggaberi - 267,38 - 267,38 1,66
4. Asinua - 851,51 - 851,51 5,29
5. Besulutu 1.320,16 - - 1.320,16 8,21
6. Bondoala 254,08 - - 254,08 1,58
7. Kapoiala 12,27 - - 12,27 0,08
8. Konawe 1.173,34 - - 1.173,34 7,29
9. Lalonggasumeeto 562,99 - - 562,99 3,50
10. Lambuya 900,66 78,49 - 979,16 6,09
11. Meluhu 304,92 128,85 - 433,77 2,70
12. Onembute 1.242,81 38,89 - 1.281,70 7,97
13. Pondidaha 162,28 - - 162,28 1,01
14. Puriala 1.475,71 - - 1.475,71 9,17
15. Rauta - 796,39 1269,77 2.066,16 12,84
16. Sampara 1,04 - - 1,04 0,01
17. Soropia 99,07 - - 99,07 0,62
18. Tongauna 794,77 40,36 - 835,13 5,19
19. Uepai 931,85 141,85 - 1.073,70 6,67
20. Wawotobi 24,99 - - 24,99 0,16
21. Wonggeduku 917,55 - - 917,55 5,70
Jumlah 11.489.30 3.328.93 1.269.77 16.088,00 100,00
Sumber: Hasil Interpretasi Citra Landsat 8 dan survey lapangan Tahun 2015
Kecamatan yang memiliki perkebunan kakao dalam kawasan non APL dan
kawasan konsesi yaitu Kecamatan Basala dan Lalembuu dalam kawasan
hutan serta Kecamatan Konda dan Moramo Utara dalam kawasan konsesi.
Luas areal kawasan kakao di Kabupaten Konawe Selatan selengkapnya
disajikan pada Tabel 5.5. Sedangkan penyebarannya secara spasial kebun
kakao di Kabupaten Konawe Selatan sebagaimana disajikan pada Gambar
5.9.
Tabel 5.5. Luas dan sebaran kakao berdasarkan arahan fungsi peruntukan
penggunaan lahan setiap Kecamatan di Konawe Selatan
Kawasan
No Kecamatan Luas (Ha) %
APL Non-APL Konsesi
1. Andoolo 53,43 - - 53,43 0,26
2. Angata 110,77 - - 110,77 0,55
3. Baito 95,36 - - 95,36 0,47
4. Basala 2.400,26 100,54 - 2.500,80 12,31
5. Benua 32,48 - - 32,48 0,16
6. Buke 4.574,04 - - 4.574,04 22,51
7. Kolono 101,89 - - 101,89 0,50
8. Konda 1.029,37 - 423,90 1.453,27 7,15
9. Laeya 77,69 - - 77,69 0,38
10. Lainea 134,83 - - 134,83 0,66
11. Lalembuu 2.187,80 496,20 - 2.684,01 13,21
12. Landono 1.868,95 - - 1.868,95 9,20
13. Laonti 117,60 - - 117,60 0,58
14. Moramo 294,86 - - 294,86 1,45
15. Moramo utara 600,99 - 193,11 794,10 3,91
16. Mowila 3.857,59 - - 3.857,59 18,99
17. Palangga 506,23 - - 506,23 2,49
18. Palangga selatan 39,25 - - 39,25 0,19
19. Ranomeeto 694,96 - - 694,96 3,42
20. Ranomeeto barat 46,62 - - 46,62 0,23
21. Tinanggea 38,80 - - 38,80 0,19
22. Wolasi 238,49 - - 238,49 1,17
Jumlah 19102,24 596,74 617,02 20316.00 100,00
Sumber: Hasil Interpretasi Citra Landsat 8 dan survey lapangan Tahun 2015
Kawasan
No Kecamatan Luas (Ha) %
APL Non APL Konsesi
1. Batu Putih 6.110,27 1.011,67 1.255,38 8.377,32 10,53
2. Katoi 2.349,57 224,78 - 2.574,34 3,24
3. Kodeoha 2.278,58 451,83 - 2.730,41 3,43
4. Lambai 2.278,04 214,58 3.907,18 6.399,79 8,04
5. Lasusua 6.314,87 1.524,24 3.690,26 11.529,38 14,49
6. Ngapa 3.336,69 3.399,48 257,07 6.993,24 8,79
7. Pakue 2.913,05 1.690,07 2.090,00 6.693,12 8,41
8. Pakue Tengah 4.328,34 1.425,25 4,64 5.758,23 7,24
9. Pakue Utara 3.603,05 1.506,35 1.758,84 6.868,24 8,63
10. Porehu 5.813,70 500,58 3.933,13 10.247,41 12,88
11. Rante Angin 473,83 981,25 342,78 1.797,86 2,26
12. Tiwu 859,34 3.373,06 0,06 4.232,46 5,32
13. Tolala 262,25 274,63 2.304,44 2.841,32 3,57
14. Watunohu 2.325,50 - - 2.325,50 2,92
15. Wawo 107,63 87,77 - 195,39 0,25
Jumlah 43.354,71 16.665,53 19.543,76 79.564,00 100,00
Sumber: Hasil Interpretasi Citra Landsat 8 dan survey lapangan Tahun 2015
Penerimaan Pendapatan
Produksi Penerimaan Biaya Pendapatan Biaya Bersih
Tahun Bersih Bersih
(Kg) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp.)
(Rp.) (Rp.)
0 0 0 1.464.300 -1.464.300 0 1.464.300 -
1 0 0 5.064.750 -5.064.750 0 4.292.161 1.464.300
-
2 0 0 1.528.200 -1.528.200 0 1.097.529 4.292.161
-
3 200 3.600.000 2.438.600 1.161.400 2.191.071 1.484.207 1.097.529
706.864
4 325 5.850.000 2.943.600 2.906.400 3.017.365 1.518.276 1.499.089
5 500 9.000.000 3.928.600 5.071.400 3.933.983 1.717.227 2.216.756
6 750 13500000 4.865.000 8.635.000 5.000.826 1.802.149 3.198.676
7 975 17.550.000 6.547.500 11002500 5.509.384 2.055.424 3.453.960
8 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 4.668.970 1.741.885 2.927.085
9 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 3.956.754 1.476.174 2.480580
10 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 3.353.181 1.250.995 2.102.187
11 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 2.841.679 1.060.165 1.781.514
12 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 2.408.203 898.445 1.509.758
13 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 2.040.850 761.394 1.279.456
14 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 1.729.534 645.249 1.084.285
15 975 17.550.000 6.547.500 11.002.500 1.465.706 546.821 918.885
16 830 14.940.000 6.105.000 8.835.000 1.057.398 432.089 625.309
17 663 11.934.000 5.450.000 6.484.000 715.800 326.891 388.910
18 530 9.540.000 5.015.000 4.525.000 484.922 254.915 230.008
19 345 6.210.000 4.090.000 2.120.000 267.506 176.183 91.322
20 224 4.032.000 3 875000 157.000 147.191 141.459 5.731
Jumlah 13.142 236.556.000 105.695.550 130.860.450 44.790.323 25.143.939 19.646.384
Sumber : (Ermiati et al., 2014)
Harga jual biji kakao tergantung pada tingkat kekeringan biji kakao
itu sendiri. Biji kakao yang dijemur 1–2 hari akan mengalami penyusutan
sekitar 8%–20% dengan harga jual Rp14.000,00– Rp16.000,00/kg. Biji
kakao yang dijemur 3–4 hari, mengalami penyusutan sekitar 20%–40%
dengan harga Rp16.000,00–Rp18.000,00/kg. Jika biji kakao dijemur
sampai 5 hari atau tingkat kekeringannya sudah mencapai 6%–7%, harga
jual mencapai Rp20.000,00/kg. Harga kakao yang berlaku umumnya adalah
Rp 16.000,00; Rp 18.000,00; dan Rp 20.000,00/kg dengan beberapa cara
pembayaran, yaitu (1) sebelum transaksi (ijon), (2) pada saat transaksi
terjadi, dan (3) setelah biji kakao dijual oleh Gapoktan ke eksportir. Analisis
harga yang digunakan adalah harga rata-rata dari total harga yang berlaku,
yaitu Rp18.000,00/kg biji kering non- fermentasi (Ermiati et al., 2014).
Kolut
Koltim
Kolaka
Konsel
Konawe
Sultra
Gambar 5.15. Perkembangan Jumlah Penduduk (Dalam 000 Jiwa) Sulawesi Tenggara
dan Wilayah Kawasan Berbasis Komoditas Kakao Tahun 2011-2013
90
Kepadatan penduduk (Jiwa/Km2)
80
70
60
50
40
30
20
10
-
Sultra Konawe Konsel Kolaka Koltim Kolut
Tahun 2012 61 37 61 48 28 37
Tahun 2013 62 39 61 77 28 38
Konawe adalah 107.001 jiwa. Pada Tahun 2012 jumlah angkatan kerja di
Kabupaten Konawe Selatan adalah 130.423 jiwa dan pada tahun 2013
jumlah angkatan kerja Kabupaten Konawe Selatan menurun menjadi
124.543 jiwa. Pada Tahun 2012 jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Kolaka adalah 153.577 jiwa dan pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja
Kabupaten Kolaka menurun menjadi 150.842 jiwa. Pada Tahun 2012
jumlah angkatan kerja di Kabupaten Kolaka Timur adalah 153.577 jiwa dan
pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja Kabupaten Kolaka Timur adalah
163.157 jiwa. Pada Tahun 2012 jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Kolaka Utara adalah 65.431 jiwa dan pada tahun 2013 jumlah angkatan
kerja Kabupaten Kolaka Utara meningkat menjadi adalah 69.455 jiwa.
Perkembangan jumlah angkatan kerja dilokasi kawasan berbasis
komoditas Kakao selengkapnya disajikan pada Gambar 5.
Jumlah penduduk bukan angkatan kerja Provinsi Sulawesi
Tenggara pada tahun 2012 adalah 493.026 jiwa dan pada tahun 2013
meningkat menjadi 527.285 jiwa. Pada Tahun 2013 jumlah bukan
angkatan kerja di Kabupaten Konawe adalah 57.663 jiwa. Pada Tahun
2012 jumlah bukan angkatan kerja di Kabupaten Konawe Selatan adalah
51.903 jiwa dan pada tahun 2013 jumlah bukan angkatan kerja Kabupaten
Konawe Selatan meningkat menjadi 59.385 jiwa. Pada Tahun 2012 jumlah
bukan angkatan kerja di Kabupaten Kolaka adalah 65.345 jiwa dan pada
tahun 2013 73.392 jiwa. Pada Tahun 2012 jumlah bukan angkatan kerja di
Kabupaten Kolaka Timur adalah 28 jiwa/Km 2 dan pada tahun 2013 jumlah
angkatan bukan kerja Kabupaten Kolaka Timur adalah 28 jiwa/Km 2. Pada
Tahun 2012 jumlah bukan angkatan kerja di Kabupaten Kolaka Utara
adalah 19.550 jiwa dan pada tahun 2013 jumlah bukan angkatan kerja
Kabupaten Kolaka Utara menurun menjadi 17.719 jiwa. Perkembangan
jumlah bukan angkatan kerja dilokasi kawasan berbasis komoditas Kakao
selengkapnya disajikan pada Gambar 5.17.
1.200
Lainnya
Wilayah Pertanian Industri Perdagangan Total
dan Jasa
Sultra 402.377 55.217 176.665 185.858 820.117
Konawe 40.022 11.235 16.251 21.051 88.559
Konawe Selatan 69.376 6.673 18.068 18.031 112.148
Kolaka 64.380 37.328 0 44.047 145.755
Kolaka Timur 70.220 23.509 0 58.713 152.442
Kolaka Utara 46.913 2.122 6.388 9.842 65.265
5.9.Aspek Kelembagaan
1. Kabupaten Kolaka
a. Fisiografi, Bentuk Wilayah dan Kelerengan
Bentuk lahan (landform) Kabupaten Kolaka yang ditinjau dari aspek
faktor dan proses pembentukannya, secara umum dapat dipilah kedalam
18 (delapan belas) satuan fisiografi sebagaimana yang disajikan pada
Tabel 5.18.
Sumber :
1. Peta Land Systems and Land Suitability Sulawesi Tenggara Skala 1 : 250.000 Tahun 1988.
2. Hasil Survei dan Pengukuran Peta Fisiografi Kabupaten Kolaka Skala 1 : 100.000 Tahun 2015.
b. Tanah
Tabel 5.19. Jenis Tanah (Great Group) yang Berkembang di Kabupaten Kolaka
Tabel 5.21. Suhu Udara dan Kelembaban Udara Rata-rata di Kabupaten Kolaka
Stasiun Wundulako
No. Bulan Suhu Udara Kelembaban Udara
o
( C) (%)
1. Januari 23,70 89,10
2. Pebruari 25,80 91,00
3. Maret 26,30 90,30
4. April 26,30 89,10
5. Mei 23,90 91,20
6. Juni 23,20 91,40
7. Juli 23,40 90,20
8. Agustus 23,90 91,50
9. September 23,70 89,42
10. Oktober 23,85 90,33
11. November 23,70 84,43
12. Desember 23,60 84,15
Rata-rata 24,28 89,34
Sumber:
1. Peta Land Systems and Land Suitability Sulawesi Tenggara Skala 1 : 250.000 Tahun 1988.
2. Hasil Survei dan Pengukuran Peta Fisiografi Kabupaten Kolaka Timur Skala 1 : 100.000
Tahun 2015.
b. Tanah
Tabel 5.24. Jenis Tanah (Great Group) di Wilayah Kabupaten Kolaka Timur
c. Iklim
Tabel 5.25. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata di Kabupaten Kolaka Timur
Stasiun Stasiun Mowewe Stasiun Atari
Stasiun Abuki
Lambuya Lama
No. Bulan Curah Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hari
hujan Hujan hujan Hujan hujan Hujan hujan Hujan
(mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari) (mm) (hari)
1. Januari 109,64 12 138,00 8 100,60 9 108,63 12
2. Pebruari 114,90 10 121,56 7 84,90 8 137,09 14
3. Maret 79,88 10 176,22 10 99,17 9 167,77 14
4. April 104,56 9 238,89 11 140,90 10 131,30 12
5. Mei 77,97 11 225,78 11 121,35 7 152,30 13
6. Juni 107,57 13 234,56 11 108,90 8 213,44 15
7. Juli 78,01 9 164,33 11 93,90 6 117,15 8
8. Agustus 46,60 7 90,90 7 66,75 6 61,30 6
9. September 19,70 2 55,78 5 35,50 3 29,89 4
10. Oktober 26,40 3 102,67 7 64,88 4 67,44 7
11. November 63,30 6 152,00 7 81,74 6 60,10 8
12. Desember 135,89 11 176,33 8 59,33 6 115,90 7
Tahunan 964,42 104 1.877,02 103 1.057,92 81 1.362,32 119
Sumber: Hasil Olahan Curah Hujan Balai Wilayah Sungai IV Sulawesi Tahun 2015
Tabel 5.26. Suhu dan Kelembaban Rata-rata di Wilayah Kabupaten Kolaka Timur
Stasiun Unaaha Stasiun Andowengga Stasiun Wundulako
Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
No. Bulan
Udara Udara Udara Udara Udara Udara
o o o
( C) (%) ( C) (%) ( C) (%)
1. Januari 26,50 94,00 24,30 94,62 23,70 89,10
2. Pebruari 26,43 95,00 25,62 95,33 25,80 91,00
3. Maret 26,40 93,25 24,94 94,72 26,30 90,30
4. April 26,45 95,78 25,12 95,47 26,30 89,10
5. Mei 26,35 93,75 25,29 95,90 23,90 91,20
6. Juni 26,45 94,25 25,29 95,31 23,20 91,40
7. Juli 28,53 94,00 26,08 94,74 23,40 90,20
8. Agustus 26,38 91,50 26,10 95,23 23,90 91,50
9. September 26,57 91,33 25,66 94,00 23,70 89,42
10. Oktober 26,30 94,67 24,53 93,23 23,85 90,33
11. November 26,53 92,67 24,21 93,19 23,70 84,43
12. Desember 26,20 92,00 22,89 96,24 23,60 84,15
Rata-rata 26,58 93,52 25,00 94,83 24,28 89,34
b. Tanah
Tabel 5.29. Jenis Tanah (Great Group) di Wilayah Kabupaten Kolaka Utara
No Jenis Tanah (Great Group) Luas (Ha) %
1 Dystropepts 262386.23 77.36
2 Eutropepts 52218.22 15.40
3 Hydraquents 4780.75 1.41
4 Tropaquepts 15331.81 4.52
5 Tropopsamments 532.05 0.16
6 Tropudults 3912.94 1.15
Jumlah 339162.00 100.00
Sumber :Peta Land Systems and Land Suitability Sulawesi Tenggara Skala 1 : 250.000 Tahun
1988.
c. Iklim
Tabel 5.30. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata di Kabupaten Kolaka Utara
Stasiun Onembute
No. Bulan
CH Rata-rata (mm) Hari Hujan
1. Januari 239,40 15
2. Pebruari 170,00 13
3. Maret 160,70 16
4. April 219,90 12
5. Mei 142,80 12
6. Juni 105,50 9
7. Juli 97,11 9
8. Agustus 49,67 8
9. September 53,90 6
10. Oktober 87,40 8
11. November 81,60 11
12. Desember 157,40 16
Tahunan 1.565,38 134
Tabel 5.31. Suhu dan Kelembaban Rata-rata di Wilayah Kabupaten Kolaka Utara
Stasiun Wundulako
No. Bulan SuhuRata-rata KelembabanUdara
o
( C) (%)
1. Januari 23,70 89,10
2. Pebruari 25,80 91,00
3. Maret 26,30 90,30
4. April 26,30 89,10
5. Mei 23,90 91,20
6. Juni 23,20 91,40
7. Juli 23,40 90,20
8. Agustus 23,90 91,50
9. September 23,70 89,42
10. Oktober 23,85 90,33
11. November 23,70 84,43
12. Desember 23,60 84,15
Rata-rata 24,28 89,34
4. Kabupaten Konawe
a. Fisiografi, Bentuk Wilayah dan Kelerengan
b. Tanah
hanya seluas 390,17 Ha atau 0,09 % dari luas wilayah Kabupaten Konawe
Selatan.
Bentuk wilayah Kabupaten Konawe Selatan terbagi dalam 7(tujuh)
satuan bentuk wilayah yaitu Datar, Berombak, Bergelombang, Berbukit,
Agak Curam,Curam, dan Sangat Curam. Penentuan bentuk wilayah
didasarkan pada faktor ketinggian dan kelerengan. Satuan bentuk wilayah
di Kabupaten Konawe Selatan sebagaimana disajikan pada Tabel 5.38.
Tabel 5.40.Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata di Kabupaten Konawe Selatan
Stasiun Onembute Stasiun Kendari Stasiun Moramo Stasiun Motaha Stasiun Atari Lama Stasiun Baito
No. Bulan CH Rata- Hari CH Rata- Hari CH Rata- Hari CH Rata- Hari CH Rata- Hari CH Rata- Hari
rata (mm) Hujan rata (mm) Hujan rata (mm) Hujan rata (mm) Hujan rata (mm) Hujan rata (mm) Hujan
1. Januari 231,00 10 179,89 12 201,48 13 61,30 7 108,63 12 158,42 15
2. Pebruari 184,81 10 120,14 10 263,48 14 72,33 6 137,09 14 157,28 14
3. Maret 205,44 12 159,03 12 319,69 13 71,70 7 167,77 14 166,80 16
4. April 256,23 13 184,81 11 279,63 16 93,00 10 131,30 12 179,26 17
5. Mei 247,59 11 129,67 11 258,33 12 76,00 9 152,30 13 177,89 15
6. Juni 270,39 11 141,33 11 292,01 14 101,10 9 213,44 15 127,74 14
7. Juli 224,25 10 94,37 8 154,50 8 75,20 7 117,15 8 110,98 11
8. Agustus 188,34 5 40,71 4 88,33 5 39,44 4 61,30 6 46,40 6
9. September 41,60 2 17,86 2 33,00 4 16,25 2 29,89 4 41,44 6
10. Oktober 52,20 4 27,00 2 70,00 4 44,56 5 67,44 7 107,90 9
11. November 60,83 5 68,11 5 119,56 8 57,48 7 60,10 8 158,96 14
12. Desember 176,18 6 160,47 7 190,32 6 52,49 9 115,90 7 165,50 8
Tahunan 2.138,86 99 1.323,39 95 2.270,33 117 760,84 82 1.362,32 119 1.598,57 144
Tabel 5.41.Suhu udara dan Kelembaban udara Rata-rata di Wilayah Kabupaten Konawe Selatan
Stasiun Wolter
Stasiun Palangga Stasiun Andowengga Stasiun Wundulako Stasiun Mowila
Monginsidi
No. Bulan Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban Suhu Kelembaban
Udara Udara Udara Udara Udara Udara Udara Udara Udara Udara
o o o o o
( C) (%) ( C) (%) ( C) (%) ( C) (%) ( C) (%)
1. Januari 24,40 87,38 24,30 94,62 23,70 89,10 27,22 77,86 32,95 90,75
2. Pebruari 25,60 87,25 25,62 95,33 25,80 91,00 26,86 82,33 32,95 88,75
3. Maret 25,20 83,06 24,94 94,72 26,30 90,30 27,00 89,19 32,75 91,50
4. April 25,00 87,75 25,12 95,47 26,30 89,10 26,49 82,31 33,03 90,90
5. Mei 24,90 87,75 25,29 95,90 23,90 91,20 26,82 92,03 32,60 91,25
6. Juni 22,40 89,64 25,29 95,31 23,20 91,40 26,10 88,84 31,30 92,25
7. Juli 27,40 88,71 26,08 94,74 23,40 90,20 25,51 91,55 32,06 93,00
8. Agustus 26,10 90,20 26,10 95,23 23,90 91,50 25,08 77,22 31,06 92,25
9. September 25,66 89,86 25,66 94,00 23,70 89,42 26,60 87,23 32,15 91,75
10. Oktober 24,53 88,25 24,53 93,23 23,85 90,33 27,46 85,74 31,40 93,25
11. November 24,21 87,11 24,21 93,19 23,70 84,43 27,38 83,58 32,25 90,00
12. Desember 22,89 87,11 22,89 96,24 23,60 84,15 28,34 89,00 32,88 91,25
Tahunan 24,86 87,84 25,00 94,83 24,28 89,34 26,74 85,57 32,28 91,41
Kekuatan (S):
1. Banyak lahan potensial untuk dikembangkan untuk pengembangan
tanaman perkebunan.
2. Lahan perkebunan umumnya hak milik dengan luas rata-rata ± 1,5
hektar/KK.
3. Daya dukung lingkungan cukup memadai, air, curah hujan dan tanah
subur.
4. Prasarana dan sarana transportasi cukup memadai.
5. Umur petani rata-rata tergolong usia produktif dengan pengalaman
berusahatani rata-rata lebih 10 tahun.
6. Ada model kelembagaan petani kakao yaitu lembaga ekonomi
masyarakat sejahtera (LEM Sejahtera).
Kelemahan (W):
1. Umur tanaman sudah melebihi umur produktif, sarana produksi
pertanian (saprodi) seperti pupuk, benih unggul, pestisida tidak tersedia
setiap saat serta tingkat serangan hama dan penyakit yang hampir tidak
bisa dikendalikan oleh petani tanaman perkebunan sehingga
produktivitas tanaman masih rendah
2. Minimnya penanganan pasca panen, serta rendahnya kualitas
sumberdaya petani serta minimnya teknologi yang dimiliki oleh petani
tersebut.
Peluang (O):
1. Kebutuhan produk-produk tanaman perkebunan meningkat baik di pasar
lokal maupun pasar regional serta global lebih khusus kita sudah masuk
era MEA.
2. Jarak dengan pasar lokal dan pasar antar regional relatif dekat dan
dapat dijangkau dengan menggunakan modal transportasi darat
maupun laut.
3. Peningkatan inovasi pada sekor industri pengolahan yang berorientasi
pada diversifikasi pangan.
4. Kebijakan pemerintah dengan kabinet kerja dengan misi kedaulatan
pangan serta kebijakan pemerintah daerah tentang pengembangan
komoditas unggulan.
Ancaman (T):
SWOT 1. MEA
2. MENINGKATNYA
1. DINAMIKA
EKONOMI GLOBAL
PERMINTAAN DAN NASIONAL
3. DIVERSIFIKASI 2. PERTAMBAHAN
PANGAN JUMLAH
4. KEBIJAKAN PENDUDUKAN
NASIONAL/PUSAT 3. PERUBAHAN IKLIM
DAN DINAMIKA OPT
4. KONVERSI DAN ALIH
FUNGSI LAHAN
O1,O2,O3,O4) 2. Sosialisasi,
4. Membangun Koordinasi, pelatihan
Technopark Basis (S1,S2,S3,S4,S5,S6-
Kakao (S1,S3,S4,S5-
T1,T2,T3,T4)
O2,O3,O4,O5)
5. Pengembangan 3. Gerakan
agroindustri pemeliharaan kebun
sehat (S3, S4, S5-T1,
T2, T3, T4)
KELEMAHAN (W) STRATEGI (W-O) STRATEGI (W-T)
Program
Kebijakan Umum
Kebijakan Teknis
Tabel 7.3. Rencana Biaya Revitalisasi Kakao Sultra Per Tahun Menurut
Kegiatan Tahun 2016 -2019
Volume
Satuan Rencana Anggaran (Rp. Juta) Jumlah
(ha,
KEGIATAN Biaya/Ha Biaya
unit,
(Rp.000) 2016 2017 2018 2019 (Rp. Juta)
paket)
Perluasan 8.270 15.000 14.550 34.500 37.500 37.500 124.050
Intensifikasi 185.000 10.000 450.000 450.000 500.000 450.000 1.850.000
Rehabiltasi 40.000 11.000 110.000 110.000 110.000 110.000 440.000
Peremajaan 26.000 15.000 97.500 97.500 97.500 97.500 390.000
Pengutuhan 60.000 3.750 56.250 56.250 56.250 56.250 225.000
Naungan 20.000 2.400 12.000 12.000 12.000 12.000 48.000
Kakao + Ternak 16.000 25.000 100.000 100.000 100.000 100.000 400.000
UPPO 160 200.000 8.000 8.000 8.000 8.000 32.000
OPT 20.000 10.000 50.000 50.000 50.000 50.000 200.000
DMB 200 50.000 2.500 2.500 2.500 2.500 10.000
Industri Hilir 40 300.000 3.000 3.000 3.000 3.000 12.000
Pascapanen. 400 400.000 40.000 40.000 40.000 40.000 160.000
Mutu
Manajemen. Macam- Macam-
SDM Kel. Tani macam macam 123.000
UPP
Pengembanga 457 50.000 5.000 5.950 5.950 5.950
22.850
n Database
INTENSIFIKASI
Kegiatan Intensifikasi ditujukan untuk pemeliharaan bagi tanaman
yang belum menghasilkan maupun tanaman yang sudah menghasilkan
juga bagi tanaman yang telah direhabilitasi, diremajakan atau yang
diutuhkan pada tahun sebelumnya. Dari total tanaman belum
menghasilkan dan tanaman menghasilkan dikawasan Sulawesi Tenggara
pada tahun 2015 tercatat 254.108 ha terdiri dari TBM 38.447 dan TM
185.787 Ha.Usulan kegiatan Intensifikasi ini (Tabel 7.6) sampai dengan
tahun 2019 ditargetkan seluas 185.000 Ha dengan nilai investasi Rp
1.850.000.000.000.-. Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini dengan
luas areal 254.108 Ha dengan produktivitas 869.36 kg/Ha hanya
diperoleh produksi sebesar 161.516 Ton. Melalui gerakan Intensifikasi
diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas ± 2 ton per hektar dan
diikuti dengan perbaikan mutu sesuai SNI. sehingga dari areal 185.000 Ha
X 2 ton = 370.000.000 kg X Rp. 40.000.-= Rp. 14.800.000.000.000.-/tahun.
REHABILITASI
PEREMAJAAN
Konsel 37 - - - - - -
PENGUTUHAN
Kegiatan pengutuhan ditujukan untuk mengutuhkan populasi
tanaman kakao dalam satuan hektar menjadi 1.000 pohon. Kegiatan ini
diharapkan dapat mengoptimalkan potensi produksi dengan meningkatnya
populasi tanaman. Berkurangnya populasi tanaman kakao petani antara
lain disebabkan karena serangan hama penyakit. Ketidak cukupan benih
pada saat awal penanaman dan mengganti tanaman yang sudah tua (tidak
produktif). Kegiatan pengutuhan ini dilakukan dengan memberikan benih
dan sarana produksi lainnya sesuai kebutuhan per kebun petani sasaran
dengan volume 250 pohon per hektar. atau sesuai dengan kebutuhan.
NAUNGAN
Areal Target
Rencana Desa Mandiri Benih Kakao Sultra
kakao DMB
Kabupaten (Unit)
Saat ini 2019
(Ha) (Desa) 2016 2017 2018 2019 Total
Bila dibandingkan dengan kondisi saat ini dengan luas areal 254.108 Ha
dengan produktivitas tanaman yang kurang produktif akibat serangan OPT
300 kg/Ha hanya diperoleh produksi sebesar 30.060 Ton.
Biji kakao yang dihasilkan petani saat ini, sebagian besar masih
bermutu rendah (asalan), karena masih terbatasnya sarana pasca panen
dan pengolahan. Kegiatan pasca panen dilaksanakan sebagai upaya
meningkatkan kualitas biji kakao melalui bantuan sarana pasca panen dan
pengolahan (kotak fermentasi, lantai jemur, para-para, mesin pengering,
pengukur kadar air dan gudang). Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya
menciptakan nilai tambah yang diperoleh petani dalam melaksanakan
kegiatan usahatani.
diolah oleh ibu-ibu rumah tangga menjadi berbagai produk coklat dengan
tujuan pasar domestik, sekaligus mengatasi over produksi powder pada
industri coklat.
Tabel 7.16. Pengembangan Industri HilirTahun 2016 - 2019
Target
Areal
Industri Rencana Pengembangan Industri Hilir
kakao
Kabupaten Hilir Kakao Sultra (unit)
saat ini
2019
(Ha) (Unit) 2016 2017 2018 2019 Total
Buton 3.369 - - - - - -
Butur 3.207 - - - - - -
MITIGASI
Gambar 7.7. Peta Rencana Integrasi Kakao dan Ternak Sulawesi Tenggara
Gambar 7.9. Peta Rencana Pengembangan Desa Mandiri Benih KakaoSulawesi Tenggara
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Keuangan Publik Sulawesi Tenggara, 2014. Memelihara
MomentumPertumbuhan Tinggi, Berkelanjutan, dan Inklusifdi
Sulawesi Tenggara Melalui Pembangunan SektorPertanian dan
Infrastruktur. Edisi Musrembang Provinsi.
Dent, D. Dan A. Young, 1981. Soil Survey and Land Evaluation School and
Environmental Science. University of East Anglea. Norwich.
London.
FAO, 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO. Soil Bulletin. No.
32/I/ILRI Publication. No. 22. Rome. Italy. 30 h.
PPTA, 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat Kerjasama Dengan Proyek Pembangunan Penelitian
Pertanian Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.
121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E 122°20'0"E 122°30'0"E 122°40'0"E
3°0'0"S 3°0'0"S
Batuputih
DINAS PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA
ROUTA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
3°10'0"S 3°10'0"S
PETA JALAN KABUPATEN KONAWE
Olopiono
Lapal
0 3,5 7
/ 14 21 28
Km
3°20'0"S 3°20'0"S
Skala 1:250.000
LATOMA
Peta Orientasi
3°30'0"S 3°30'0"S
Andowia
ASINUA
Timobu
3°40'0"S
3°40'0"S Ranteangin
ABUKI
Sawa
Sanggona Abuki
3°50'0"S 3°50'0"S
Wolo
Unaaha KETERANGAN :
Wawotobi
Toronipa Ibukota Batas Kecamatan
Kendari jalan -.-.-.-.-.- Batas Kabupaten
Tobisi
UEPAI Sungai
Lambuya Pondidaha Kendari
Pohara Puwatu Pemukiman
Mowewe Poasia Kebun Kakao Rakyat
4°0'0"S Baruga 4°0'0"S
Wondulako Konda
Motaha KEPALA DINAS PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA
Baula
Atula PROVINSI SULAWESI TENGGARA
4°10'0"S Dawi-dawi 4°10'0"S
Ir. BAMBANG, MM
Wanuambuteo
Pembina Utama Muda Gol. IV/c
Panggaluku Nip. 19651108 199103 1 010
121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E 122°20'0"E 122°30'0"E 122°40'0"E