Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan

penting di Indonesia dan telah dikembangkan sejak sebelum perang dunia

II, tetapi perkembangannya masih terbatas. Pemerintah Indonesia sejak

pemerintah orde baru telah menggalakkan usaha untuk meningkatkan

produksi komoditas kakao sebagai penghasil devisa negara. Usaha

peningkatan produksi kakao dilakukan dengan cara peremajaan,

perluasan areal dan perbaikan teknik budidaya. Namun pengembangan

kakao dengan perluasan areal menghadapi masalah terbatasnya tanah

dengan tingkat kesuburan tinggi.

Kemungkinan perluasan areal terdapat di daerah Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya yang mempunyai penyebaran tanah

podsolik merah kuning. Peningkatan produksi kakao tersebut bisa tercapai

asalkan, tiga cakupan program tersebut bisa terwujud yakni luas areal

tanam, peremajaan dan rehabilitasi serta intensifikasi. Sulawesi Selatan

sebagai salah satu penghasil kakao di tanah air hingga saat ini baru

menyumbang sekitar 18-19 persen kakao dari luas areal perkebunan milik

petani didaerah ini mencapai 200.043 ha. Sementara, total produksi kakao

nasional hingga saat ini mencapai 779.186 ton dari areal tanaman

seluruhnya yang mencapai 1.461.889 ha atau sekitar 64 persen produksi


kakao nasional atau 508.135 ton dari total produksi itu dihasilkan petani di

Sulawesi Selatan.

Peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena

pasar ekspor dan pasar domestik biji kakao yang masih sangat terbuka

namun dalam budidaya masih mengalami beberapa kendala.

Permasalahan utama yang dihadapi petani di Sulawesi Selatan dalam

pemenuhan kebutuhan pasar adalah masih rendahnya jumlah produksi

kakao yang disebabkan antara lain usia tanaman yang telah tua dan telah

memasuki usia kurang produktif sehingga produksi kakao menurun.

Tanaman tua menghasilkan jumlah buah kakao yang rendah. Untuk

mengatasi produktivitas yang menurun dari pohon yang telah tua petani

melakukan penanaman sambung samping dari tanaman yang telah tua.

Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra pengembangan kakao

di Indonesia pada tahun 2016 menghasilkan kakao 114.258 ton,

meningkat 7,9% dari tahun sebelumnya sebesar 14.460 ton dengan

produktivitas 810 kg/ha. Seiring berjalannya waktu luas areal perkebunan

kakao di sulawesi selatan meningkat berdasarkan data dari pemerintah

daerah provinsi Sulawesi selatan tahun 2018 tercatat luas areal

perkebunan kakao di Sulawesi selatan 232.710 hektare. Namun dari data

produksi dan produktivitas hanya 729 ton biji kering/hektare.

Maka dari itu, teknik sambung sangat dibutuhkan dalam

menentukan keberhasilan petani, untuk meningkatkan hasil produksi

usaha petani dengan harapan untuk memperoleh hasil produksi


semaksimal mungkin. Tujuan dari teknik sambung samping ini antara lain

yaitu memberikan iformasi tentamg inovasi dari teknologi petani kepada

para petani, menumbuhkan minat kepada para petani untuk melakukan

teknik sambung samping dan meningkatkan hasil produksi pertanian dan

hasil pendapatan petani.

Gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao (Gernas

Kakao). Program ini diharapkan berpengaruh terhadap meningkatnya

hasil dan mutu produk, meningkatnya pendapatan petani kakao, dengan

menggunakan sambung samping sehingga menyebabkan sebagian petani

di Kelurahan Kassa Kecamatan Batu lappa melakukan sambung samping

untuk meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani kakao.

Berdasarkan latar belakang maka menarik untuk dilakukan

penelitian mengenai strategi pengembangan kakao teknik (sambung

samping) di Kelurahan Kassa Kecamatan batu lappa Kabupaten Pinrang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka

permasalahan yang dapat diambil peneliti adalah

1) Bagaimana strategi pengembangan sambung samping diKelurahan

Kassa Kecamatan Batulappa Kabupaten Pinrang.


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah

1) Untuk mengetahui strategi pengembangan teknik sambung

samping diKelurahan Kassa Kecamatan Batu lappa Kabupaten

Pinrang.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Sebagai informasi bagi masyarakat di kelurahan kassa tentang

pengembangan teknik sambung samping.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para pengambil

kebijakan dan pihak – pihak yeng berkepentingan.

3. Sebagi bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti lain yang

akan melanjutkan penelitian ini.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kakao

Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang

peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional dan komoditas

perkebunan yang memiliki peranan cukup nyata dan dapat diandalkan

dalam mewujudkan program pembangunan pertanian, khususnya dalam

hal penyediaan lapangan kerja, pendorong pengembangan wilayah,

pengembangan agroindustri, peningkatan kesejahteraan petani, dan

peningkatan pendapatan devisa negara (Firdaus, 2015).

Tanaman kakao menjadi salah satu komoditas yang cukup

strategis di Propinsi Sulawesi Selatan, karena menurut hasil analisis input-

output tahun 2007, kakao memiliki nilai total daya penyebaran dan indeks

daya penyebaran nasing-masing 1,7896 dan 1,2142 yang berarti memiliki

keterkaitan ke depan maupun ke belakang yang cukup kuat (BPS,

Sumbar, 2009). Pencadangan program rehabilitas tersebut diikuti dengan

pencadangan rencana pengembangan areal perkebunan kakao Sulawesi

Selatan hingga mencapai 108.098 ha pada tahun 2010. Namun target

pengembangan areal hingga 108 ribu ha tersebut tampaknya sulit untuk

dicapai karena hingga akhir tahun 2008 baru mencapai 61.872 ha dan

diperkirakan penambahan areal tahun 2009 hanya sekitar 8.000 ha

(Disbun Sumbar, 2009b). Belum tercapainya target pengembangan

tersebut disebabkan oleh banyak faktor antara lain terbatasnya


ketersediaan bahan tanam, terbatasnya tenaga pembina dan masih belum

memadainya dukungan perbankan. Menurut Hardjoamidjojo (2002),

melalui analisis prospektif ada beberapa tahap kegiatan yang harus

dilakukan, yaitu menentukan fakto-faktor kunci untuk masa depan sistem

yang dikaji, tujuan strategis dan mendeskripsikan hasil evaluasi

kemungkinan masa depan yang berkelanjutan. Pembangunan

perkebunan kakao yang berkelanjutan harus mampu meningkatkan

kesejahteraan manusia/petani. Peningkatan kesejahteraan dapat dicapai

dengan dipenuhinya kebutuhan pangan, pakaian, perumahan,

transportasi, kesehatan, dan pendidikan melalui penggunaan sumber

daya yang efisien (Harris. 2000).

2.2 Pengertian Teknik Sambung Samping

Sambung samping merupakan salah satu cara merehabilitasi

tanaman kakao tua dengan cara menyambungkan pucuk (entres) ke

tanaman yang akan direhabilitasi. Entres dipilih dari klon yang

produktivitasnya tinggi dan tahan terhadap hama penggerek buah kakao

(PBK). Dalam waktu 1-2 tahun, tanaman sudah berbuah, lebih cepat

dibandingkan dengan peremajaan menggunakan bibit yang membutuhkan

waktu hingga tiga tahun bagi tanaman untuk mulai berbuah. Biasanya

petani menyambungkan 1-3 entres pada satu tanaman tua.

Teknologi sambung samping mulamula dikembangkan di Malaysia

(Department of Agriculture Sabah 1993). Setelah mengalami

penyempurnaan, teknologi tersebut kini sudah banyak diterapkan oleh


petani di Indonesia. Penelitian di Jawa dimulai oleh peneliti Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) di Kebun Percobaan (KP)

Kaliwining, Jember. Di Sulawesi, pengkajian dimulai pada tahun 1996 di

Desa Buranga, Kecamatan Kasimbar, Kabupaten Parigi Moutong oleh

peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah

bersama dengan peneliti dari Puslit Koka (Syafruddin 2010). Beberapa

tahun kemudian, teknik ini mulai dicoba di Sulawesi Selatan, Sulawesi

Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara dan terus berkembang

hingga kini. Sama dengan teknik perbanyakan vegetatif lainnya, seperti

cangkok dan okulasi, sambung samping merupakan gabungan antara

keterampilan, seni, dan ketekunan dan ternyata teknik ini mudah

dilaksanakan di tingkat petani. Menurut Napitupulu dan Pamin (1995),

pada tanaman dewasa, teknik sambung samping hasilnya lebih baik dan

lebih mudah dilaksanakan daripada okulasi. Bahan dan alat yang

digunakan mudah didapat, seperti entres yang berasal dari klon unggul,

gunting pangkas, pisau okulasi, plastik transparan, dan tali rafia

(Limbongan dan Sarasutha 2002; Limbongan 2007).

2.3 Pengembangan kakao Teknik Sambung Samping

Yuliandi (2014) menyatakan bahwa strategi yang sesuai untuk

pengembangan usahatani kakao adalah meningkatkan penggunaan modal

untuk memanfaatkan permintaan pasar yang tinggi, meningkatkan

ketersediaan teknologi untuk memanfaatkan infrastruktur dan permintaan

pasar, serta meminimalkan serangan hama penyakit untuk memanfaatkan


iklim sesuai dengan tanaman kakao. Sedangkan untuk alternatif kebijakan

yang sebaiknya diterapkan oleh pemerintah dalam upaya pengembangan

industri kakao adalah dengan tetap melaksanakan program Gernas

Kakao, peningkatan produktivitas dan mutu kakao perkebunan rakyat yang

tidak terlibat dalam Gernas Kakao, serta penghapusan bea ekspor kakao,

namun pemerintah memberikan insentif fisikal dan moneter seperti

pengurangan pajak dan subsidi suku bunga pinjaman serta perbaikan iklim

usaha seperti perbaikan infrastruktur, kemudahan perizinan dan lain-lain

sehingga mampu mendorong pertumbuhan industri pengolahan kakao

(Abdul Muis Hasibuan 2012).

Tanaman kakao yang tidak produktif tersebut dapat direhabilitas

menggunakan teknik sambung samping. teknik ini merupakan salah satu

cara perbanyakan tanaman kakao secara vegetatif, dimna tanaman kakao

tua dan tidak berproduktif lagi digunakan sebagi batang bawah (root

stock) disambung dengang entres yang diperoleh dari klon unggul kakao

sebagi batang atas (scion). Teknologi yang lain adalah (grafting sambung

pucuk) yang juga merupakan cara perbanyakan vegetatif dimna bibit

yang kemungkinan kurang berproduktif sebagi batang bawah disambung

dengan entrs yang diperoleh dari klon unggul sebagi batang  atas. Dengan

menerapkan teknik diatas perkebunan tidak mengalami kehilangan hasil

sebaliknya dapat meninggkatkan hasil kakaonya dan menggunakan klon –

klon unggul lokal sebagi sumber entres.


2.4 Pengertian Strategi

Istilah strategi sudah menjadi istilah yang sering digunakan oleh

masyarakat untuk menggambarkan berbagi makna seperti suatu

rencana,taktik atau cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Strategi

pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

(mangemen untuk mencapai suatu tujuan.tetapi untuk mencapai suatu

tujuan tetapi, untuk mencapi tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagi

peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu

menujjukkan bagai mana taktik operasionalnya. (Effendy, 2007:32)

Sumber lainnya menyatakan bahwa strategi adalah pendekatan

secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,

perencanaan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Rangkuti, strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan

utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-

kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi

perubahan lingkungan eksternal. (Rangkuti, 2009:3). Sedangkan menurut

Michael E. Porter, esensi dari strategi adalah memilih untuk menyuguhkan

hal yang berbeda dengan apa yang disuguhkan oleh pesaing.

Menurutnya, permasalahan yang muncul dalam persaingan pasar terjadi

karena kesalahan dalam membedakan efektivitas operasional dengan

strategi.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki

tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-

prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan

dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Jadi

perencanaan strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing

dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan

dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.

Dalam artikel Michael E. Porter (1996) berjudul What Is Strategy?

Dijabarkan bahwa startegi merupakan hal unik dan posisinya bernilai,

melibatkan seperangkat kegiatan yang berbeda. Ketika kita telah

memberikan atau menawarkan hal dengan cara yang berbeda dari apa

yang pernah kita lakukan sebelumnya, maka hal itu disebut strategi.

Strategi juga dapat dikatakan sebagai inti dari manajemen secara umum

yang meliputi menjabarkan posisi perusahaan, membuat beberapa tarikan

dan menempa setiap kegiatan dengan tepat. Strategi juga diartikan

sebagai penciptaan timbal balik dalam kompetisi, mengombinasikan

aktivitas, serta menciptakan kesesuaian antaraktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan.

Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu sekurang-kurangnya

mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu:

1. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh

organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka

panjang.
2. Acuan yang berkenan dengan penilaian konsistensi ataupu

inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh

organisasi.

3. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan

aktivitasnya.

4. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara

organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi

aktivitasnya.

5. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk

mengelabui para pesaing.

Jadi, strategi merupakan hal yang penting karena strategi

mendukung tercapainya suatu tujuan. Strategi mendukung sesuatu yang

unik dan berbeda dari lawan. Strategi dapat pula mempengaruhi

kesuksesan masing-masing perusahaan pula karena pada dasarnya

strategi dapat dikatakan sebagai rencana untuk jangka panjang. Namun

terdapat perbedaan antara strategi dan taktik. Menurut Linda Reynolds

(n.d) mengatakan bahwa taktik adalah sesuatu yang dilakukan untuk

menginplementasikan strategi. J.B Wheeler dalam bukunya yang berjudul

Art and Sciene of War menyatakan bahwa taktik merupakan seni dalam

membuat rancangan dari suatu strategi. Taktik adalah bagian dari strategi,

dengan taktik maka strategi dapat dirancang, jadi dapat dikatakan bahwa

startegi merupakan pedoman dalam pembuatan taktik. Sehingga taktik

merupakan bentuk nyata dari strategi. Walaupun strategi dan taktik


berbeda namun keduanya sangat berhubungan erat. “The two categories

(strategy and tactics), although convenient for discussion, can never be

truly divided into separate compartment because not only influences but

merges into the other” (Hart, Prince 1998: 11).

Taktik dan strategi menurut Hart meskipun merupakan hal yang

sudah usang untuk dipelajari, sebenarnya keduanya tidak bisa sangat

dibedakan karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain dan

keduanya tidak dapat dipisahkan. “Strategy without tactics is the slowest

route to victory. Tactics without strategy is the noise before defeat.” (Sun

Tzu). Taktik merupakan aplikasi dari strategi, tanpa strategi maka tidak

akan ada taktik. Perbedaan kebutuhan dan tujuan tiap individu

menyebabkan perbedaan strategi pula, maka strategi tergantung dari

setiap individu. Namun, tidak ada yang dapat memastikan seberapa efektif

strategi itu untuk diterapkan.

2.5 Konsep Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)

dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses

pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian

perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor


strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)

dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi.

Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT

(Muhammad Afridal 2017).

David dalam Dian Wahyuni (2006) menyatakan matriks swot

digunakan untuk menyusun strategi usahatani. Matriks ini dapat

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang

dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan

alternatif S-O, Strategi W-O, Strategi W-T dan Strategi S-T.

Strenght (S) Weakness (W)


IFAS Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktor-
faktor kekuatan internal faktor kelemahan internal

EFAS
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
Tentukan 5-10 faktorfaktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan meminimalkan
kekuatan kelemahan untuk
untuk memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang
Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
Tentukan 5-10 faktor faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal Sumber menggunakan meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman

Gambar 1. Matriks Swot


Menurut David dalam Irham (2006), matriks Swot Merupakan

matching tool yang penting untuk membantu mengembangkan empat tipe

strategi, keempat tipe strategi yang dimaksud adalah :

1. Strategi S-O (Strength Opportunity)

Strategi mengguakan kekuatan internal perusahaan untuk

merai peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.

2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan

internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang

eksternal.

3. Strategi S-T (Strength-Threat)

Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari

atau mengurangi dampak dari ancman-ancaman eksternal

4. Strategi W-T (Weakness-Threat)

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara

mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman

eksternal.

2.6 Matriks I-E


Matriks IE (Internal dan Eksternal) didasarkan pada dua dimensi,

yaitu total skor IFAS pada sumbu x dan total skor EFAS pada sumbu y.

Total skor IFAS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1,0-1,99 menunjukkan

posisi internal lemah: 2,0-2,99 menunjukkan kondisi internal rata-rata, 3,0-

4,0 menunjukkan kondisi internal yang kuat. Begitu pula skor total EFAS
dibagi menjadi tiga kategori. Total skor 1,0-1,99 menunjukkan respon

perusahaan terhadap kondisi eksternal perusahaan rendah; 2,0-2,99

menunjukkan respon perusahaan terhadap kondisi eksternal perusahaan

sedang; 3,0-4,0 menunjukkan respon perusahaan terhadap kondisi

eksternal perusahaan tinggi (Ansyari, 2017).

2.7 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tahun Jumlah Analisis Kesimpulan


peneli- sampel data yang
tian di
Gunakan
Hasniati, Analisis Tahun 30 Analisis 1. Pencapaian
s.p pendapata 2017 Orang kuantitatif tingkat
n usaha produktivitas
tani kakao usahatani kakao
melalui dengan
teknologi teknologi
nsambung sambung
samping samping cukup
tinggi (1,776
ton/Ha) jika
dibandingkan
dengan
produktivitas
usahatanikakaor
akyatsecaraumu
m(0,625ton/ha).
2. Pendapatan
Usahatani
Kakao dengan
penerapan
teknologi
sambung
samping dapat
meningkatkan
pendapatan
usahatani kakao
senilai Rp.
25.443.700 per
satuanluasusah
atani. 3. Analisa
Pendapatan
usahatani kakao
melalui
teknologi
sambung
samping layak
diterapkan pada
masyarakat
perkebunan
kakao dengan
R/C ratio = 4,64,
artinya
setiappengguna
anbiayaRp.1ma
kaakandiperoleh
penerimaanRp.
4,64
Sri wahyi Peningkata Tahun 20 Analisis Kegiatan
ni Josins n produksi 2019 orang kuantitatif pemberdayaan
I.B kakao anggota
hutubess melalui kelompok
i penerapan “Wonga Mengi”
Ferdinan teknologi di Desa
dus kakao Kedebodu
Lidang sehat pada sudah berhasil
witi kelompok mengatasi
tani wonga permasalahan
mengi rendahnya
didesa produktivitas
kedebodu kakao yang
kecamatan disebabkan oleh
ende umur tanaman
selatan yang sudah
kabupaten tidak produktif,
ende kurangnya
provinsi perawatan dan
nusa tingginya
tenggara serangan hama
timur dan penyakit.
Irsad Analisis Tahun 30 Analisis Secara simultan
Asrar produksi 2015 orang kuantitatif variabel bebas
Saharia usaha tani yaitu jumlah
kassa kakao tanaman yang
Rustam didesa berproduksi
Abd Rauf masari (X1),
kecamatan penggunaan
parigi pupuk (X2),
selatan penggunaan
kabupaten pestisida (X3)
parigi dan tenaga
moutung kerja (X4)
berpangaruh
nyata terhadap
variabel tidak
bebas yaitu
produksi (Y),
dimana F hitung
(37,071) > t
tabel (2,76)
pada tingkat
kepercayaan 95
%.
Veronika Usahatani Tahun 70 Analisis Jika dilihat dari
reni Kakao dan 2010 orang kuantitatif segi iklim,
wijayanti Tingkat topografi dan
Ekonomi tanah, kondisi
Petani di fisik daerah
Desa penelitian
Banjarasri sesuai untuk
Kecamata budidaya
n tanaman kakao.
Kalibawan Kondisi non fisik
g daerah
Kabupaten penelitian yang
Kulon berkaitan bagi
Progo usahatani
kakao yaitu:
a. Modal
b. Tenaga kerja
c. Transportasi
d. Pemasaran
e. Fasilitas
kredit
f. Teknologi
3. Pengelolaan
usahatani kakao
a. Pembibitan
tanaman kakao
Mayoritas petani
mendapatkan
bibit tanaman
kakao dari
bantuan
pemerintah.
b. Pengolahan
lahan
pertanaman
Pengolahan
lahan dilakukan
dengan
pembersihan
lahan dari
semak
dan gulma
seperti
penyemprotan
alang-alang
dengan racun
atau
dengan cara
membajak dan
menggaru. Cara
ini dilakukan
untuk
mengurangi
berkembangbia
kanya hama
dan penyakit
serta
mempercepat
pembusukan.
Petani juga
memberikan
pohon
penaung untuk
kelangsungan
hidup kakao.
Penanaman
dilakukan saat
musim
penghujan, yaitu
antara bulan
Oktober sampai
bulan Februari.
BAB III. KERANGKA PIKIR

3.1 Kerangka Pikir

Kakao teknik samping  merupakan  salah satu cara merehabilitas

tanaman kakao yang sudah tua dengan cara menyambungkan pucuk

(entres) ke tanaman yang akan direhabilitas. diKelurahan Kassa

Kecamatan Batulappa Kabupaten Pinrang merupakan salah satu

Kecamatan yang masih melakukan pengembangan kakao dengan cara

teknik sambung samping

Pengembangan kaka teknik sambung samping perlu diawali dengan

mengidendifikasi faktor internal dan ekternal, identifikasi tersebut perlu

dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang dianggap berpotensi untuk

terjadi dan mempengaruhi usaha tani kakao teknik sambung samping.

Faktor internal atau faktor dari dalam dapat berupa kekuatan dan

kelemahan, faktor tersebut berupah sumber daya, produksi, pemasaran

dan keungan. Faktor eksternal atau faktor dari luar berupa peluang dan

ancaman, faktor tersebut berupa pesaing, teknologi, pemerintah, dan

lingkungan alam, Kemudian memasukkan faktor tersebut ke dalam tabel

IFAS dan EFAS. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan hasil tersebut

dalam Matriks Swot, setelah itu kita tentukan yang mana alternative

strategi yang tepat digunakan dalam usahatani kakao teknik sambung

samping diKelurahan kassa Kecamatan Katulappa Kabupaten Pinrang.


Kerangka Pikir Penelitian

Usaha tani kakao teknik sambung samping


dikelurahan kassa kecamatan batulappa
kabupaten pinrang

Faktor internal Faktor eksternal

Analisis Swot

Matriks IE

Strategi pengembangan kakao teknik


sambung samping

Gambar 2. Skema Kerangka Pikir Penelitian


BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu Dan Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilaksanakan selama 2 bulan terhitung

mulai bulan september – oktober 2020 di Kelurahan Kassa, Kecamatan

Batulappa, Kabupaten Pinrang. Merupakan kawasan yang mayoritas

petani kakao.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Arikunto, adalah keseluruhan subjek penelitian.

dalam penelitian ini yaitu para petani kakao teknik sambung samping yang

berjumlah 603, jumlah sampel pada penelitian ini di dasarkan pada

pendapat Arikunto, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil

semua sehingga jumlah sampel sama dengan jumlah populasi,

selanjutnya jika jumlah lebih dari 100 orang maka dapat di ambil antar 10-

15% atau 20-25%.

Keseluruhan populasi semuanya berjumlah 603 orang, maka

sesuai pendapat di atas jumlah sampel pada penelitian ini dapat di ambil

10% dari keseluruhan jumlah populasi. Jumlah sampel dari penelitian ini

berjumalah 60 orang petani Kakao sambung samping, 57 petani Kakao

sambung samping dan 3 penyuluh sebagai responden kunci. Penarikan

sampel di lakukan dengan menggunakan metode Insidental Sampling

yaitu mengambil sampel yang di temukan di lokasi penelitian.


4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan datan skunder. Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat

memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data primer adalah data yang mengenai aktivitas kelompok tani tetang

teknik sambung samping data tersebut diperoleh dengan cara

melakukan wawancara pada pihak kelompok tani, melalui observasi.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam penelitian ini yang

menjadi sumber data sekunder adalah data dari instansi yang

berhubungan dengan penelitian yaitu Dinas Perkebunan dan instansi

yang terkait.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengamatan atau observasi meliputi berbagai hal yang

menyangkut pengamatan kondisi fisik dan aktifitas pada lokasi

penelitian.

2. Teknik angket/kuisioner adalah bentuk pertanyaan terstruktur yang

diberikan kepada responden sesuai dengan masalah penelitian.

3. Teknik wawancara yaitu kegiatan mengajukan pertanyaan melalui

wawancara guna memperoleh informasi melalui tanya jawab

secara langsung dengan responden dan informan.


4.5 Analisis Data

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis

dan diolah secara kuantitatif dan kualitatif melalui 3 tahapan, yaitu tahap

pengumpulan input (the input stage), tahap pemanduan (the matching

stage) dan tahap mengumpulkan data menggunakn table IFAS dan EFAS,

Sedangkan untuk menganalisis masalah selanjutnya digunakn strategi

matrik I-E dan Matriks Swot. Pemilihan alternative strategi yang tepat

dilakukan dengan menggunakan Matriks Swot, sedangkan untuk

mengetahui tingkat pendapatan petani kakao yang menggunakan teknik

sambung samping menggunakan rumus pendapatan.

a. Analisis SWOT

Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis swot. Analisis swot digunaBkan untuk menentukan strategi

pengembangan sumber daya manusia petani. Analisis swot adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

yang paling cocok (Rangkuti, 2008). Analisis Swot terdiri dari kekuatan

dan kelemahan merupakan faktor internal dari dalam serta peluang dan

ancaman merupakan faktor eksternal atau faktor dari luar. Analisis swot

membandingkan antara internal dan eksternal dengan asumsi bahwa

suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang

serta meminimalkan kelemahan dan ancaman ( Rangkuti dalam Wahyuni,

2016).
b. Analisis IFAS dan EFAS

Analisis IFAS  digunakanuntuk mengidentifikasi Faktor lingkungan

internal dan menggolongkannya menjadi kekuatan dan kelemahan

perusahaan melalui pembobotan. Sedangkan strategi EFAS digunakan

untuk mengidentifikasi faktor lingkungan  dan menggolongkannya menjadi

peluang dan ancaman perumusan dengan melakukan pembobotan.

Penentuan  bobot  perbandingan faktor internal dan eksternal.

Penentuan rating dilakukan dengan memberikan nilai pada setiap faktor

internal dan eksternal, kemudian mengalikan nilai bobot dan rating untuk

memperoleh skor.
Tabel 2. Analisis IFAS
N Faktor Internal Bobot Rating Skor

o
A Kekuatan
1
2
3
4
5
Total
B Kelemahan
1
2
3
4
5
Total

Tabel 3. Analisis EFAS


N Faktor Internal Bobot Rating Skor

o
A Kekuatan
1
2
3
4
5
Total
B Kelemahan
1
2
3
4
5
Total

c. Matriks Swot

Matriks SWOT berisi daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman sama dengan yang sudah tersusun dalam analisis lingkungan.

Matriks SWOT memudahkan penyusunan alternative strategi

pengembangan kakao teknik sambung samping DiKelurahan Kassa

Kecamatan Batulappa Kabupaten Pinrang sesuai faktor-faktor strategis

yang sudah ditentukan sebelumnya. Menyesuaikan kekuatan internal

dengan ancaman eksternal dan mencatat strategi. Strategi SO

memungkinkan perusahaan mampu memanfaatkan peluang melalui

kuatan internalnya. Strategi  WO mengarahkan untuk meminimalkan

kelemahan dalam memanfaatkan peluang. Strategi ST merupakan

pengoptimalan kekuatan dalam menghindari ancaman, dan strategi WT

menitik beratkan pada upaya meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman (Irham, 2016).

Gambar 3. Matriks SWOT

IFAS Strenght (S) Weakness (W)


 Tentukan faktor-faktor  Tentukan faktor-faktor

EFAS kekuatan kelemahan internal


Opportunities Strategi S-O Strategi W-O
(O)  Ciptakan strategi yang  Ciptakan strategi yang

 Tentukan faktor- menggunakan meminimalkan


faktor peluang kekuatan untuk kelemahan untuk
eksternal memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang
Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T
 Tentukan faktor-  Ciptakan strategi yang  Ciptakan strategi yang
faktor ancaman menggunakan meminimalkan
eksternal kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman
Sumber: Irham, 2017

d. Matriks Internal-Eksternal(I-E)

Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi organisasi atau

perusahaan saat ini. Berdasrkan posisi tersebut, perusahaan dapat

menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan yang mencerminkan

harapan tentang masa depan suatu perusahaan. Matriks IE merupakan

matriks portofolio, artinya adalah bahwa alat analisis ini dapat

menggambarkan bagaimana posisi suatu unit bisnis strategis dalam suatu

organisasi. Matriks IE disusun berdasarkan nilai total skormatriks IFAS

dan EFAS. Sumbu horizontal merupakan total skor IFE dan pada sumbu

vertical merupakan total skor EFE. Titik perpotongan antara kedua sumbu

tersebut akan menunjukkan strategi yang dianggap tepat untuk diterapkan

oleh perusahaan dalam tampilan sembilan sel.

NILAI TOTAL SKOR IFAS

4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0


Tinggi I II III

3,0
NILAI TOTAL SKOR

IV V VI
EFAS

Sedang

2,0
VII VIII IX
Rendah
1,0
Gambar 4. Matriks IE
Sumber: David dalam Muh Fadli, 2017
David dalam Muh. Fadli (2017) menyatakan matriks IE dibagi

menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi yang

berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah:

1. Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV, termasuk dalam grow and build

strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif,

misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau

pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi

horizontal dan vertikal.

2. Daerah 2 meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai

adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam

strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Daerah 3 meliputi sel VI, VIII, IX, adalah daerah harvest and divest.

Strategi yang sesuai untuk daerah ini adalah strategi divestiture

(pengurangan usaha).

4.6 Definisi Oprasional

1. Strategi adalah gagasan atau perencanaan yang dirancang untuk

memastikan suatu tujuan yang ingin di capai dapat terlaksana

dengan tepat dan benar.

2. Analisis Swot merupakan identifikasi berbagai faktor untuk

merumuskan suatu strategi yang akan di gunakan. Swot terdiri dari


Kekuatan (Strenghts), Kelemahan (Weeknesses), Peluang

(Oppourtunities) dan Ancaman (Threats)

3. IFAS (Interal Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau

rumusan faktor-faktor strategi internal dalam bagian kerangka

Kekuatan (Strenghts) dan kelemahan (Weeknesses).

4. EFAS (Eksternal Factors Analysis Strategy) adalah ringkasan atau

rumusan faktor strategi eksternal dalam bagian kerangka Peluang

(Oppourtunities) dan Ancaman (Threats).

5. Matriks SWOT yaitu cara menentukan startegi yang dapat

digunakan, dan dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

pelung dan ancaman yang di hadapi, dan disesuaikan dengan

kekutan dan kelematan yang dimiliki.

6. Kako ( theobroma cacao l ) adalah pohon budiddaya di perkebunan

yang berasal dari amerika selatan, tetapi sekarang ditanam di

berbagai kawasan tropika .dari hasil biji tanaman ini dihasilkan

produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.

7. Mengenal teknik sambung samping kakao adalah teknik

menyambung batang atas (entres) yang diproleh dari tanaman

induk unggul kebatang bawah tanaman kakao yang memiliki

produktifitas rendah
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Ansyari, 2017. Strategi pengembangan pulu mandoti di Desa Salukanan


kecamatan Baraka kabupaten enrekang. Skripsi. Program Studi Agribisni.
Fakultas Pertanian Peternakan dan Perikanan, UM Parepare, Parepare

Badan Pusat  Statistik  Provinsi  Sumatera  Barat.  2009.  Sumatera  Barat Dalam
Angka 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, Padang.

Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat. 2009. Data Statistik 2008.


Statistik Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Tahun2008. Dinas
Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, Padang.

Firdaus, 2015. Teknologi Sambung Samping dapat Meningkatkan Produktivitas


Kakao  Petani  diProvinsi  Aceh. http://nad.litbang.pertanian.go.id.
Diakses pada tanggal 6 April 2015: Makassar.

Fadli, Muh. 2017. Strategi Pengembangan Tanaman Jagung (Zea mays)


berbasis Agribisnis di Kecamatan Bacukiki Kota Parepare. Skripsi.
Program Studi Agribisnis, Fakultas Peranian Peternakan dan
Perikanan, UM Parepare. Parepare

Harris,  Michael , (2000), Human   Resources   Managemen: Prectikal Approach,


2nd Edition, The Dryden Press.

Hardjoamidjojo, H. 2002. Panduan Lokakarya Analisis Prospektif. Jurusan


Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. 45 hlm

Irham, 2016. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus


Alvarezii Berbasis Agribisnis di Desa Ciptokari Kecamatan Panca Riajang
Kabupaten Sidenreng Rappang. Skripsi. Program Studi Agribisnis,
Fakultas Peranian Peternakan dan Perikanan, UM Parepare. Parepare

Limbongan, J. 2007. Kemungkinan penerapan teknik perbanyakan tanaman


kakao secara vegetatif. hlm. 377- 384. Prosiding Seminar  Nasional Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Papua.

Mintzberg, H. (2007). Mintzberg on Management: Free Press. New York

Muhammad Afridal. 2017, Strategi Pengembangan Usaha Roti Tanjong


DiKecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Jurnal S Pertanian.
Vol. 1. No. 3 hal. 223.233
Abdul Muis Hasibuan, R. N. (2012). "Analisis Kinerja Dan Daya Saing
Perdagangan Biji Kakao Dan Produk Kakao Olahan Indonesia Di Pasar
Internasional". Buletin RISTRI Vol3 , 57-70.
Napitupulu, L.A. dan K. Pamin. 1995. Kemajuan teknik pembiakan vegetatif pada
kakao. Pelita Perkebunan 10(4): 159 - 164.

Porter, Michael. E dan Maulana, Agus. 2008. 2008. Strategi Bersaing (Teknik
Menganalisis Industri dan Pesaing). Jakarta : Erlangga.

Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Syafruddin. 2010. Sambung samping, pilar peningkatan produksi kakao di


Sulawesi Tengah. Harian Nasional Radar Sulawesi Tengah, 2 Januari
2001.

Anda mungkin juga menyukai