1 Juni 2021
ABSTRAK
Sulawesi Barat merupakan salah satu daerah penghasil kakao tertinggi di Indonesia. Biji kakao
merupakan salah satu komoditas ekspor andalan hasil pertanian yang besar dan salah satu komoditas
penyumbang tersbesar terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Barat. Pelaksanaan
pengakajian penerapan teknologi budidaya kakao ramah lingkungan untuk peningkatan produktivitas
kakao di Sulawesi Barat dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2020.
Hasil Kajian yang diperoleh yaitu Jumlah anggota kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan
sebanyak 10 (Orang). Tingkat pendidikan rata-rata dari TTS – SMA dengan umur rata-rata 36,8 tahu.
Lahan kakao anggota kelompok seluas 13,5 ha dengan rata-rata kepemilikan 1,35 ha setiap anggota.
Pengelolaan kakao oleh anggota kelompok tani telah memproduksi atau menghasilkan biji kering
kakao sebesar 12.165 kg dengan tingkat nilai penerimaan sebesar Rp.364.950.000,- sedangkan
pengelolaan ternak kambing oleh anggota kelompok tani telah memproduksi atau menghasilkan
sebanyak 11 ekor dengan tingkat penerimaan dari hasil penjualan ternak sebesar Rp. 15.900.000,-.
Pengelolaan beberapa industri dalam kegiatan termasuk pengolahan limbah ternak dan beberapa
sumberdaya disekitar lahan telah menghasilkan beberapa produk antara lain pupuk organik telah
diproduksi sebanyak 42.480 kg, dan telah digunakan sebanyak 15.180 kg, dan yang telah dijual
sebanyak 22.900 kg dengan nilai penerimaan sebesar Rp.22.900.000,-. Sedangkan Urine telah
diproduksi sebanyak 6.788liter dan yang sudah digunakan sebanyak 1.812 liter. Nilai penerimaan
kotor anggota kelompok tani mandiri sebesar Rp.1403.750.000,- dengan rata-rata penerimaan setiap
anggota Rp. 40.375.000,-
Kata Kunci: Kakao, Produktivitas, Inovasi
ABSTRACT
West Sulawesi is one of the highest cocoa producing areas in Indonesia. Cocoa beans are one of the mainstay
export commodities of large agricultural products and one of the largest contributing commodities to Regional
Original Income (PAD) of West Sulawesi Province. The study of the application of environmentally friendly
cocoa cultivation technology to increase cocoa productivity in West Sulawesi was carried out from January to
December 2020. The results obtained were 10 members of farmer groups involved in activities. The average
education level of TTS - SMA with an average age of 36.8 years. The group's cocoa land area is 13.5 ha with an
average ownership of 1.35 ha for each member. Cocoa management by members of farmer groups has
produced or produced 12,165 dry beans kg with an acceptance value of Rp. 364,950,000, - while the
management of goats by members of the farmer group has produced or produced 11 heads with a rate of income
from the sale of livestock of Rp. 15,900,000, -. The management of several industries in activities including
processing livestock waste and several resources around the land has produced several products including
42,480 kg of organic fertilizer, 15,180 kg of used and used, 22,900 kg of which have been sold with a revenue
value of IDR 22,900,000, -. Meanwhile, 6,788 liters of urine have been produced and 1,812 liters have been
used. The gross revenue value of independent farmer group members is Rp. 1403,750,000, - with an average
income of Rp. 40,375,000, -
Key Word: Cococa, Produktivity, Innovation
1
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
2
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
menyelesaikan semua aspek masalah secara tanaman kakao dengan ternak kambing akan
simultan dan menyeluruhdalam sistem meliputi:
perkakaoan di Sulawesi Barat. Beberapa aspek 1. Inovasi Teknologi Budidaya Kakao
yang dimaksud antara lain aspek lingkungan, Inovasi teknologi yang akan di kaji dalam
teknologi, usahatani, dan pengelolaan. budidaya kakao meliputi peremajaan
Pendekatan yang menyeluruh merupakan suatu tanaman (sambung samping/sambung
pendekatan sistem yang diambil untuk pucuk, bibit muda), pemangkasan tanaman
menghadapi persoalan tidak hanya (pemangkasan bentuk, pemeliharaan,
memperhatikan rinciannya akan tetapi produksi), sanitasi lahan dengan sistem
melainkan kedudukan persoalannya juga dalam rorak, pemupukan (anorganik/organic), dan
perspektif yang lebih luas. pengendalian hama dan penyakit.
2. Inovasi Teknologi Budidaya Ternak
Oleh sebab itu, BPTP Sulawesi Barat Kambing
melakukan pengakajian penerapan teknologi Inovasi teknologi yang akan di kaji dalam
budidaya kakao ramah lingkungan untuk budidaya ternak kambing meliputi
peningkatan produktivitas kakao di Sulawesi pengandangan, penampungan limbah
Barat karena hal tersebut dianggap penting dan ternak (feses dan urine), pembuatan pupuk
mendesak untuk mengemablikan kejayaan organik dan bio pestisida, pengelolaan dan
kakao di Sulawesi Barat. pemberian pakan. Hasil inovasi teknologi
model integrasi tanaman kakao dengan
METODE ternak kambing akan dibandingkan dengan
Tempat dan Waktu model usahatani yang existing di petani.
Pelaksanaan pengakajian penerapan teknologi
budidaya kakao ramah lingkungan untuk Pada kedua model yang ada akan dihitung
peningkatan produktivitas kakao di Sulawesi produksi dan analisis finansial (ekonomi) serta
Barat dilaksanakan pada bulan Januari sampai efisiensi usahataninya. Untuk membandingkan
dengan bulan Desember 2020. Kegiatan akan produksi kakao dan pendapatan petani, kedua
dilaksanakan pada sentra pengembangan kakao model yang ada maka dilakukan uji t.
di Desa Batu Ampa, Kecamatana Papalang,
Kab. Mamuju, Sulawesi Barat yang termasuk Variabel pengamatan untuk pengambilan data
cluster pengembangan kakao. yang akan diamati meliputi: perkembangan
jumlah anggota dan kelompok koperator,
Alat dan Bahan produksi kakao, urine kambing, kotoran
Bahan dan peralatan pendukung yang kambing, kulaitas biji kako, tenaga kerja, dan
diperlukan dalam pelaksanaan pengakajian sarana produksi lainnya.Analisis kelayakan
penerapan teknologi budidaya kakao ramah usahatani model teknologi integrasi dan model
lingkungan untuk peningkatan produktivitas petani dianalisis dengan R/C (Return Cost
kakao di Sulawesi Barat tahun 2020 antara lain Ratio) menurut Sukartawi (1995), dengan
gunting pangkas, sekop, cangkul, bahan dan persamaan sebagai berikut:
peralatan kandang ternak, alat tulis menulis a = R/C; R = Py.Y; C = FC + VC
(ATK), supplies computer, dan sebagainya.
dimana: R = Penerimaan; C = Biaya; Py =
Metode Pelaksanaan Pegkajian Harga output; Y = Output; FC = Biaya tetap
Metode pengkajian yang akan digunakan dalam (fixed cost); VC = Biaya variable (variable
pelaksanaan pengakajian penerapan teknologi cost).
budidaya kakao ramah lingkungan untuk
peningkatan produktivitas kakao di Sulawesi Ruang Lingkup
Barat adalah metode On Farm Research (OFR) Ruang lingkup kegiatan pengakajian penerapan
yang akan dilaksanakan langsung dilahan teknologi budidaya kakao ramah lingkungan
petani sebagai koperator. Kajian utama yang untuk peningkatan produktivitas kakao di
dilakukan adalah mengkaji model integrasi Sulawesi Barat dengan model kajian yaitu
tanaman dengan ternak atau crop livestock Integrasi kakao dengan ternak kambing antara
(CLS). Model CLS yang akan diterapkan lain penentuan lokasi, sosialisasi/apresiasi dan
adalah Integrasi Tanaman Kakao dengan koordinasi, identifikasi masalah dan
Ternak Kambing. Pada kajian model integrasi penentuuan model, pelatihan, dan
3
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
inovasi/penerapan teknologi budidaya kakao sudah ada Model integrasi tanaman kakao
dan ternak kambing, evaluasi. dengan ternak kambing yang ramah lingkungan
disajikan pada Gambar 1.
Penentuan lokasi
Lokasi kegiatan kajian ini akan ditempatkan Evaluasi dan Pelaporan
pada wilayah sentra pengembangan kakao Evaluasi dan pelaporan kegiatan pengakjian ini
rakyat di Sulawesi Barat dan termasuk dalam akan dibuat secara berkala. Pelaporan akan
cluster wilayah pengembangan. Rencana dilakukan secara periodik yaitu laporan tengah
pelaksanaan akan berlokasi di Kabupaten dan akhir tahun 2020.
Mamuju yaitu di kecamatan Papalang, desa
Batu Ampa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Koordinasi Kondisi Geografis Lokasi Kajian
Dalam pelaksanaan kegiatan Koordinasi Lokasi Kajian Budidaya Kakao Ramah
dilakukan terhadap pemerintah daerah Lingkungan di Laksanakan di Desa Batu Ampa
(Bappeda provinsi dan kabupaten, kecamatan, Kecamatan Papalang, Kabupaten Mamuju.
BP4K dan BP3K, dan Dinas lain yang terkait). Desa Batu Ampa memiliki luas wilayah 26,60
Keterlibatan pemerintah daerah terus km2 atau 13,47 % dari Luas Wilayah
diupayakan agar setelah kegiatan berakhir Kecamatan Papalang, Ketigian wilayahnya
dapat dilanjutkan pengembangannya oleh berada di 0-900 meter dpl dengan jarak ke ibu
pemerintah daerah. kota kecamatan (Desa Topore) 9 Km dan jarak
dari desa ke ibukota kabupaten mamuju 63 km.
Focus Group Discussion (FGD) Keadaan geografis Desa Batu Ampa tidak
Focus group discussion merupakan pertemuan berpasir dan berbukit. Jumlah Dusun Desa
yang dilakukan rutin untuk berdiskusi dengan Batu Ampa terdiri dari 5 Dusun dengan jumlah
para petani, baik yang termasuk petani penduduk pada tahun 2018 sejumlah 1.334
koperator mapun non koperator. Kegiatan ini Jiwa dengan 317 Rumah Tangga.
bertujuan untuk lebih mempercepat arus
informasi teknologi yang di akan atau
sementara di inovasikan ke petani, selain
sebagai menjaring informasi sekaligus
mendiskusikan masalah dan solusi yang akan
ditempuh secara bersama-sama oleh petani.
Lokasi Kegiatan
Proses diskusi akan terjadi secara umpan balik.
Rencananya FGD akan dilakukan sebanyak 2
kali selama dalam proses pengkajian dilakukan.
Pada kegiatan FGD akan dihadiri oleh peneliti,
penyuluh, BP3K kecamatan, dinas terkait,
kepala desa, para ketua kelompok tani dan
anggota.
4
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
Mamuju. Desa Batu Ampa merupakan salah 6. Muhamad 33 TTS 4 1,5 S-1/S-2
satu desa sentra pengembangan kakao di 7. Nasarudin 34 TTS 4 1,5 S-1/S-2
Sulawesi Barat.
8. Rizal 38 TTS 9 2 S-1/S-2
5
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
(panen sering), panen sering biasanya Pada Tabel 2, tampak bahwa kepemilikan lahan
dilakukan pada buah-buah yang sudah tua kakao dari 10 anggota pada kelompok Tani
tetapi hanya 1 - 2 buah setiap pohonnya. Mandiri, memiliki luas lahan kakao yang
Puncak panen biasanya disebut panen raya beragam dengan total luas sebesar 13,5 ha atau
yang ditandai dengan buah pada pohon rata-rata 1,35 ha setiap anggota.
seluruhnya menunjukkan siap panen. Panen
raya merupakan waktu panen buah dengan Total hasil produksi biji kakao kering siap jual
produksi tertinggi. Panen raya pada lhana yang diperoleh Kegiatan Kajian Budidaya
kakao Kegiatan Kajian Budidaya kakao pada tahun 2020 sebanyak 12.165 kg
kakaobiasanya berlangsung pada bulan Mei - (Tabel 2). Hasil tersebut berasal dari hasil
juni dan bulan September – Oktober setiap panen lahan kakao seluas 13,5 ha yang dikelola
tahunnya. Produksi buah dan biji total kakao oleh sebanyak 10 petani. Hasil biji kering
kelompok tani pada periode panen I (pertama) tersebut diperoleh dari gabungan atau total
periode bulan Januari – Juli dan panen II akumulasi hasil panen ke-I sebanyak 5.270 kg
(kedua) periode bulan September –Oktober dan akumulasi hasil panen ke-II sebanyak
2020, disajikan pada Tabel 2. 6.895 kg.
Tabel 2. Produksi biji dan kulit buah kakao Kegiatan Kajian Budidaya kakao tahun 2020.
Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang Nilai produksi tersebut diperoleh dari total
diperoleh menunjukkan bahwa produksi biji produksi seluruh kelompok sebanyak 12.165 kg
yang dihasilkan kelompok ditentukan oleh luas dengan harga jual ditingkat pedagang lokal
lahan usahatani kakaonya, sehingga kelompok seharga Rp. 30.000/kg. Jika dirata-ratakan,
tani yang memiliki lahan kakao terluas maka tingkat pendapatan kotor setiap anggota
memberikan jumlah produksi biji kering paling kelompok (petani) dari hasil penjualan produksi
banyak, meskipun produktivitasnya berbeda biji kering kakao sebesar Rp.36.495.000
pada setiap kelompok tani. /anggota.
Produksi biji kakao Kegiatan Kajian Budidaya Tingkat pendapat tersebut tergolong cukup
kakao yang diperoleh merupakan sumber utama tinggi karena hanya diperoleh usahatani kakao,
pendapatan anggota kelompok tani yang dan sumber tambahan pendapatan masih ada
terlibat. Nilai hasil produksi biji kering kakao dari pengelolaan produksi bibit kakao,
petani yang diperoleh total sebanyak Rp. pengelolaan ternak kambing serta penjualan
364.950.000,- (Tabel 2). hasil industri pengolahan limbah. Semakin
banyak produksi yang dimiliki maka
pendapatan atau penerimaannya semakin besar.
6
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
Dalam pengolahan hasil buah kakao, akan pemeliharaan dan sebanyak 11 ekor yang telah
diperoleh kulit buah kakao (KBK) yang cukup dijual (Tabel 4).
tinggi sebab 80 – 85% dari merupakan kulit
buah dan hanya 15 -20% yang merupakan biji. Pendapatan petani anggota KT. Mandiri banyak
Kulit buah kakao secara umum pada petani pula diperoleh dari hasil penjualan ternak
yang tidak termasuk dalam kelompok kambing. Selama tahun 2020, jumlah ternak
bioindustri tidak memanfaatkannya, sehingga yang telah dijual sebanyak 11 ekor dengan
hanya menjadi limbah, dimana jika dibuang harga yang bervariasi yaitu dari Rp. 1.150.000
disekitar atau dalam lahan tanaman kakao akan – 1.800.000,/ekor. Anggota kelompok tani
menjadi sumber dan sarang hama penyakit mandiri memperoleh hasil penjualan kambing
seperti PBK dan VSD. sebanyak Rp. 15.900.000,- dari penjualan
sebanyak 11 ekor.
Pada kegiatan bioindustri kakao yang
dilakukan, KBK merupakan potensi sumber Tabel 3. Hasil pengelolaan ternak kambing kegiatan
pakan dan bahan baku pupuk organik, serta kajian budidaya kakao 2020.
menjadi bagian atau komponen dari sistem Juml
Jumlah
ah Harga Jumlah
dalam bioindustri yang dilakukan. KBK akan Nama
Kam
Kambin
Kambing Penjualan
Nilai total
No Keltan/ g Ternak
dioleh menjadi pakan potensial untuk ternak Anggota
bing
Dijual
dijual/ ekor Kambing
Kambing (Rp)
(ekor (Rp) (Rp)
kambing anggota kelompok. Dari produksi )
(ekor)
7
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
tambahan pendapatan, sedangkan hasil urine Kotoran (feses) hasil pemeliharaan ternak
ternak kambing dapat diolah menjadi bio_urine kambing Kegiatan Kajian Budidaya kakao
dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai dikelola menjadi pupuk organic untuk
pestisida untuk pengendalian hama dan pemupukan dilahan kakao anggota kelompok
penyakit tanaman kakao, serta dapat pula untuk tani mandiri sebanyak 15.180 rata-rata 1.518
dijual. Kinerja pengelolaan ternak kambing kg/anggota) (Tabel 4). Penjualan pupuk
anggota kelompok tani yang tergabung dalam organik hasil pengelolaan kotoran ternak
kelompok bioindustri disajikan pada Tabel 4. sebanyak 22.900 kg dengan total nilai
penerimaan sebesar Rp. 22.900.000,-.
Jumlah ternak kambing anggota Kegiatan
Kajian Budidaya kakao termasuk yang telah Hasil urine ternak kambing oleh angoota KT
dijual sebanyak 59 ekor. Dari jumlah tersebut, Mandiri jumlahnya sebanyak 6.788 liter yang
telah memproduksi limbah kotoran atau feses masih tersimpan sebagai stok kelompok, dan
dan urine. Total kotoran yang diproduksi sebanyak 1.812 liter telah digunakan oleh
sebanyak 42.480 kg (42,48 ton), sedangkan anggota kelompok tani untuk pengendalian
jumlah urine sebanyak 6.788 liter (6,788liter hama dan penyakit tanaman kakaonya. Urine
kubik). yang diproduksi oleh kelompok tani belum ada
yang terjual.
Tabel 4. Hasil limbah dan pengelolaannya dalam kajian budidaya kakao tahun 2020.
No Nama Jumlah Jumlah yang Jumlah Harga pupuk Hasil Jual Jumlah Urine Jumlah yang
Keltan/ kotoran sudah digunakan yang dijual organik Pupuk yang diproduksi sudah digunakan
Anggota kambing (kg) di kakao (kg) (Rp/kg) (Rp/kg) organik (Rp) (ltr) di kebun (ltr
KT.
Mandiri
1. Sadik 20.880 5.000 15.000 1.000 15.000.000 2.088 800
2. Mansur R. 2.160 2.000 - - - 216 200
3. Suardi M 1.440 440 1.000 1.000 1.000.000 144 50
4. Hadia 5.760 1.500 4.000 1.000 4.000.000 516 100
5. Ahmad 1.440 500 - - - 144 48
6. Muhamad 2.880 2.000 - - - 2.888 100
7. Nasarudin 1.440 1.440 - - - 144 100
8. Rizal 1.440 800 400 1.000 400.000 144 144
9. Ismail 2.880 1.000 1.000 1.000 1.000.000 288 150
10 Jalani 2.160 500 1.500 1.000 1.500.000 216 120
Jumlah 42.480 15.180 22.900 - 22.900.000 6.788 1.812
Rata-Tara 4.248 1.518 2.290 1.000 2.290.000 679 181
8
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
Tabel 8. Nilai penerimaan kotor anggota kelompok tani mandiri tahun 2020.
Nilai total penerimaan kotor angota kelompok pupuk organik telah diproduksi sebanyak 42.480 kg,
tani mandiri sebesar Rp.1403.750.000,- dengan dan telah digunakan sebanyak 15.180 kg, dan yang
rata-rata penerimaan setiap anggota telah dijual sebanyak 22.900 kg dengan nilai
Rp.40.375.000,-. penerimaan sebesar Rp.22.900.000,-. Sedangkan
Urine telah diproduksi sebanyak 6.788liter dan yang
sudah digunakan sebanyak 1.812 liter.
Jumlah anggota kelompok keseluruhan
sebanyak 10 anggota. Dari total penerimaan Nilai penerimaan kotor anggota kelompok tani
kotor yang ada, hasil penjualan biji kering mandiri sebesar Rp.1403.750.000,- dengan rata-rata
kakao memberikan penerimaan tertinggi penerimaan setiap anggota Rp. 40.375.000,-
(RP.364.950.000), kemudian hasil penjualan
pupuk organik (Rp.22.900.000,-)dan penjualan Masih diperlukan peningkatan dan penguatan
ternak kambing (Rp.15.900.000). kinerja kelompok khususnya terhadap peningkatan
kinerja anggota, pemanfaatan kelompok tani sebagai
pusat perencanaan dan pelaksanaan kerja anggota.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Jumlah anggota kelompok tani yang terlibat
dalam kegiatan sebanyak 10 (Orang). Tingkat DAFTAR PUSTAKA
pendidikan rata-rata dari TTS – SMA dengan Bappeda Sulbar. 2018. Master Plan
umur rata-rata 36,8 tahu. Lahan kakao anggota Pengembangan Tanaman Kakao
kelompok yang termasuk dalam kegiatan Provinsi Sulawesi Barat. Bappeda
bioindustri seluas 13,5 ha dengan rata-rata Provinsi Sulawesi Barat. Mamuju. BPS
kepemilikan 1,35 ha setiap anggota. Sulbar. 2012.
Pengelolaan kakao oleh anggota kelompok tani Sulawesi Barat Dalam Angka 2018. Badan
telah memproduksi atau menghasilkan biji Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat.
kering kakao sebesar 12.165 kg dengan tingkat Mamuju.
nilai penerimaan sebesar Rp.364.950.000,-
sedangkan pengelolaan ternak kambing oleh Deptan. 2009. Data Pemasaran hasil pertanian.
anggota kelompok tani telah memproduksi atau Direktorat Jenderal Pegolahan dan
menghasilkan sebanyak 11 ekor dengan tingkat Pemasaran hasil Pertanian. Departemen
penerimaan dari hasil penjualan ternak sebesar Pertanian. Jakarta.
Rp.15.900.000,-
Disbun Sulbar 2018. Produksi dan Luas Areal
Pengelolaan beberapa industri dalam kegiatan Tanaman Perkebunan Provinsi
termasuk pengolahan limbah ternak dan Sulawesi Barat. Dinas Perkebunan
beberapa sumberdaya disekitar lahan telah Provinsi Sulawesi Barat. Mamuju.
menghasilkan beberapa produk antara lain
9
Jurnal Ilmiah Maju Vol.4 No.1 Juni 2021
Dwi Priyanto, 2008. Model Usahatani Integrasi Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit
Kakao Kambing Dalam Upaya Universitas Indonesia.
Peningkatan Pendapatan Petani.
WARTAZOA Vol. 18 No. 1 Th. 2008. Subagyono, D. 2004. Prospek pengembangan
ternak pola integrasi di kawasan
Forrester.Jay W & Senge Peter M. 1980.Test perkebunan. Prosiding Seminar
for Building Confidence in System Nasional Sistem Integrasi Tanaman-
Dynamics Model. in TIMS Studies in kakao
Management Science 14 (209-228).
North-Holland Publishing.
10