Anda di halaman 1dari 10

SEPA : Vol. 16 No.

2 Februari 2020 : 208 – 217 ISSN : 1829-9946


DOI: https://doi.org/10.20961/sepa.v16i2.35825

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI KAKAO


TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI
DI TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN NGLANGGERAN
KECAMATAN PATHUK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Wahyu Adhi Saputro*1, Wiwik Sariningsih2


1
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Duta Bangsa Surakarta,
Jl. Bhayangkara Tipes Serengan Kota Surakarta 57154
2
Program Studi Akuntansi, Fakultas Hukum dan Bisnis, Universitas Duta Bangsa Surakarta,
Jl. Bhayangkara Tipes Serengan Kota Surakarta 57154
* Corresponding author: wahyuadhi@udb.ac.id

Abstract: Cocoa plants is the regional superior commodity in Nglanggeran, Pathuk


District, Gunung Kidul Regency. This cocoa cultivation is integrated with Etawa goat
and made as Agricultural Technology Park which intended to increase the income of
farmers in Nglanggeran since not only to buy a cocoa, but also to teach farmers how
to cultivate cocoa properly. This research aims to know 1) the income of cocoa
farming and 2) the contribution of cocoa farming income to the household income of
farmers in Nglanggeran. This research used a descriptive method of analysis with
simple random sampling method. Data collection techniques used was interview and
observation. Income analysis, R/C ratio analysis and income contribution analysis
were applied to analyze the data. The results of the cocoa farming income analysis in
Nglanggeran amounted to Rp. 4,387,000 with a profit value of Rp. 2,537,000. The
contribution of cocoa farming is 16.90% of the total household income and classified
as low category.

Keywords: cacao, R/C ratio, income, contribution

Abstrak: Tanaman kakao merupakan komoditas unggulan di daerah Nglanggeran,


Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul. Budidaya tanaman kakao ini
diintegrasikan dengan kambing Eatawa dan dibuat menjadi Taman Teknologi
Pertanian yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan petani karena tidak
hanya membeli kakao, namun juga mengajarkan petani bagaimana cara mengolah
kakao dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pendapatan usahatani
kakao dan 2) kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap pendapatan rumah
tangga petani di Nglanggeran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif analitik dengan pengambilan sampel dengan metode simple random
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi.
Analisis data menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio dan analisis
kontribusi pendapatan. Hasil analisis pendapatan usahatani kakao di Nglanggeran
adalah sebesar Rp 4.387.000 dengan nilai keuntungan Rp 2.537.000. Kontribusi
usahatani kakao adalah sebanyak 16,90% dari total pendapatan rumah tangga tani dan
termasuk dalam kategori rendah.

Kata kunci: kakao, rasio R/C, pendapatan, kontribusi

PENDAHULUAN taraf hidup masyarakat sering diartikan sebagai


pembangunan ekonomi. Salah satu agenda
Kegiatan suatu negara untuk pengembangan utama dalam rangka pengembangan dan
kegiatan perekonomian dan untuk menaikan pembangunan berkelanjutan yang bisa

208
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

dilakukan terdapat pada sektor pertanian. bidang agroindustri. Biji kakao juga tidak
Sektor pertanian dianggap sektor yang penting hanya dapat diolah menjadi cokelat, namun
dalam struktur perekonomian negara. Pertanian dapat diolah menjadi berbagai macam produk.
merupakan sektor yang penting dalam Perkebunan kakao telah menyediakan lapangan
pembangunan Indonesia, terutama dalam pekerjaan dan sumber pendapatan yang
rangka tujuan swasembada pangan, maka sebagian besar di Kawasan Timur Indonesia.
komoditas pertanian penting untuk mendapat Perkebunan kakao mengalami perkembangan
perhatian khusus dari pemerintah dalam secara pesat sejak awal tahun 1980.
mengatasi masalah-masalah pertanian (Gusti et Keberhasilan perluasan areal telah memberikan
al., 2015). Aspek kegiatan pembangunan hasil nyata bagi peningkatan pangsa pasar
ekonomi sering dikaitkan pada sub sektor kakao di dunia. Kualitas kakao Indonesia tidak
pertanian khususnya tanaman perkebunan/ kalah dengan kakao dunia karena mempunyai
tahunan yaitu kakao. Pada dasarnya. Kakao di kelebihan yaitu tidak meleleh sehingga cocok
produksi lebih dari 50 negara yang berada di untuk bahan campuran. Peluang pasar kakao
kawasan tropis yang secara geografi dapat cukup terbuka dengan baik, sehingga industri
dibagi dalam tiga wilayah yaitu Afrika, Asia kakao memiliki potensi sebagai salah satu
Oceania, dan Amerika Latin (Riani, 2015). pendorong pertumbuhan dan distribusi
Teknologi adalah sebuah konsep dari pendapatan. Permasalahan di Indonesia yaitu
ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan harus membangun perkebunan kakao agar
dalam sebuah proses produksi yang dapat memberikan produktivitas tinggi
terefleksikan dalam sebuah fungsi produksi (Suwarto et al., 2014).
(Debertin, 2012). Pada Tahun 2015, Salah satu komoditas agribisnis yang
Balitbangtan melalui kerjasama dengan para berperan dalam perolehan pendapatan,
pihak mulai mengembangkan Taman kesempatan kerja dan ekspor yaitu kakao
Teknologi Pertanian di 16 Kabupaten/Kota di (Theobroma cacao L). Kakao Indonesia
Indonesia. Salah satu lokasinya adalah TTP di mempunyai peranan yang besar dalam
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarata. TTP perkakaoan dunia. Mengacu kepada potensi
Nglanggeran berada di Desa Nglanggeran, yang ada, tantangan, peluang dan permasalahan
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. yang ada serta dikaitkan dengan perkembangan
TTP ini berada di kawasan Baturagung, bagian supply dan demand dunia di masa yang akan
utara wilayah Kabupaten Gunung Kidul. datang, maka diperlukan upaya penanganan
Teknologi yang dikembangkan berupa integrasi kakao Indonesia dalam upaya meningkatkan
budidaya kakao dan kambing etawa. kesejahteraan petani pekebun. Kebijakan
Penanaman kakao (Theobroma cacao) pengembangan kakao diarahkan kepada upaya
merupakan salah satu faktor penting yang mewujudkan agribisnis kakao yang efisien dan
mendorong deforestasi hutan tropis secara efektif sehingga tercipta peningkatan
global. Usaha yang dilakukan untuk pendapatan petani dan hasil kakao yang
mengembalikan fungsi hutan tropis tersebut, berdaya saing melalui peningkatan
difokuskan dengan mengintroduksi pohon- produktivitas dan mutu kakao secara
pohon naungan pada perkebunan kakao (Cici et terintegrasi yang didukung dengan penguatan
al., 2018). Sebagian besar masyarakat di kelembagaan usaha dan pemberdayaan petani
Indonesia meminati dan mebudidayakan (Dewi, 2010).
tanaman kakao. Sumber daya kakao memiliki Ebewore et al. (2013) menyatakan
potensi yang sangat besar bagi perekonomian bahwa kebanyakan petani kakao berada di
sehingga perlu dioptimalkan dalam pertanian kako selama lebih dari 30 tahun
pengelolaannya. Kakao juga menjadi sedangkan tahun rata-rata pengalaman dalam
komoditas unggulan perkebunan yang pertanian kakao adalah 25,70. Sementara itu
peranannya penting bagi perekonomian Omoare dan Oyediran (2015) juga menyatakan
nasional, yaitu sebagai penyedia lapangan bahwa rumah tangga kakao menjadi faktor
kerja, sebagai sumber pendapatan dan devisa penting dalam pedesaan karena menyediakan
negara yang menduduki posisi ketiga setelah tenaga kerja untuk pertanian dan kegiatan
kelapa sawit dan karet. Kakao juga berperan rumah tanga lainnya. Temuan Oyediran et al.
untuk pengembangan daerah pengembangan di (2014) mengungkapkan adanya indikasi petani

209
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

kakao bukalanlah orang baru dalam bidang tergabung dalam taman teknologi pertanian.
usahatani kakao serta sebagian besar petani Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja
memiliki pengetahuan tentang budidaya kakao. (purposive method). Metode purposive
Masyarakat petani kakao cenderung miskin dan merupakan teknik penentuan lokasi dengan
dampaknya adalah kegiatan produksi dapat menggunakan beberapa pertimbangan tertentu
dilakukan dengan pengurangan tenaga kerja (Sugiyono, 2012). Pertimbangan pemilihan
luar serta lebih banyak melibatkan anak atau lokasi tersebut karena petani kakao di daerah
tenaga kerja dalam keluarga sehingga tetap Nglanggeran sudah mendapatkan adopsi dan
memperoleh keuntungan (Boateng et al., 2017). inovasi teknologi dalam pengolahan kakao
Produksi kakao yang meningkat serta budidaya kakao yang baik dan
berbanding lurus dengan kenaikan pendapatan diintegrasikan dengan budidaya kambing
petani. Wessel & Quint-Wessel (2015) etawa. Penelitian ini menggunakan kuisioner
berpendapat bahwa faktor utama yang untuk mengumpulkan data dan informasi
berkontribusi terhadap peningkatan produksi tentang pengembangan sistem agribisnis
adalah kenaikan harga produksi, ketersediaan perkebunan kakao rakyat terhadap tingkat
pupuk dan pestisida dan kenaikan penyediaan pendapatan, kelayakan budidaya kakao dan
bahan tanam serta peningkatan saluran kontribusi pendapatan kakao di Nglanggeran,
pemasaran. Negara dengan produksi biji kakao Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul.
tertinggi saat ini adalah Pantai Gading dengan Bentuk penelitian verifikatif digunakan untuk
produktivitas 3 ton per hektar per tahun (Yapo menguji hipotesis yang menggunakan
et al., 2012). Peningkatkan produksinya bahkan perhitungan statistik (Nazir, 1988). Metode
menggunakan varietas lokal kakao gana yang penelitian survei adalah penelitian yang
disilangkan atau dicangkokkan dengan hibirida mengambil sampel dari populasi dan
yang berasal dari amazon (Gockowski et al., menggunakan kuesioner sebagai alat
2011). Kakao hibrida lebih baik tahan terhadap pengumpulan data utama (Singarimbun dan
busuk polong hitam (sama seperti kasus untuk Sofian, 1995). Jenis data primer yang
Amazonia) (Traoré et al. 2009). dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa
Latar belakang dilakukannya penelitian himpunan informasi yang diperoleh dengan
ini adalah menilik besarnya pendapatan rumah metode wawancara dan menggunakan
tangga petani kakao serta kontribusi usahatani kuesioner terstruktur yang diberikan kepada
kakao terhadap total pendapatan rumah tangga petani kakao yang menjadi responden terpilih.
petani di Nglanggeran yang notabene daerah Jumlah responden terpilih adalah sejumlah 30
tersebut menjadi sentra budidaya kakao orang dengan pekerjaan utama sebagai petani
yangdengan diintegrasikan dengan budidaya kakao.
kambing etawa. Sementara itu jenis-jenis Penerimaan pada prinsipnya merupakan
pendapatan yang dimkasud dan diperoleh oleh jumlah unit moneter yang diperoleh dari
rumah tangga petani adalah pendapatan penjualan. Penerimaan yang dikurangi biaya
usahatani komoditas, pendapatan usahatani eksplisit akan menghasilkan pendapatan.
non-komoditas, dan pendapatan non usahatani Besarnya pendapatan usahatani dapat diketahui
(Mambu, 2013). Dengan adanya penelitian ini dengan analisis pendapatan, yaitu dengan
besar harapan membantu pemerintah maupun menghitung selisih antara penerimaan yang
peneliti dalam menganalisis lebih lanjut tingkat didapat oleh petani dengan total biaya yang
usahatani kakao di Nglanggeran. Sementara itu, dikeluarkan oleh petani dalam satu kali proses
tujuan penelitian ini untuk menganalisis produksi (Fauziah dan Soejono, 2019).
pendapatan rumah tangga petani kakao dan Pendapatan kotor usahatani didefinisikan
kontribusnya terhadap total pendapatan rumah sebagai nilai produk total usahatani dalam
tangga tani di Nglanggeran, Kecamatan Patuk, jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun
Kabupaten Gunung Kidul. tidak dijual. Jangka waktu pembukuan
umumnya satu tahun yang mencakup: a) dijual,
METODE PENELITIAN b) dikonsumsi rumah tangga petani, c)
digunakan dalam usahatani, d) digunakan untuk
Objek penelitian merupakan petani kakao pembayaran, dan e) disimpan atau ada di
perkebunan rakyat di Nglanggeran yang gudang pada akhir tahun (Soekartawi, 2002).

210
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini, yaitu :
produksi yang diperoleh dengan harga jual 1. Jika R/C<1, maka usahatani yang
(Rahim dan Hastuti, 2007). Secara matematis dilakukan secara ekonomi belum
dirumuskan sebagai berikut: menguntungkan.
2. Jika R/C>1, maka usahatani yang
TR = Y .Py (1) dilakukan secara ekonomi menguntungkan.
3. Jika R/C=1, maka usahatani berada pada
Keterangan : titik impas (Break Event Point).
TR = total penerimaan
Y = produksi yang diperoleh dari suatu Metode analisis yang digunakan untuk
usahatani menjawab besarnya kontribusi pendapatan
Py = harga produksi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah
tangga petani dilakukan dengan menggunakan
Pendapatan merupakan selisih perhitungan. Menurut Milles dalam Said et al.
penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan (2015), formulasi presentase dari perhitungan
meliputi pendapatan kotor (penerimaan total) kontribusi adalah sebagai berikut:
dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor
adalah nilai produksi komoditas pertanian Z = A/B X 100% (7)
secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya
produksi (Rahim dan Hastuti, 2007). Analisis Keterangan :
pendapatan menggunakan pendekatan nominal, Z = Kontribusi Pendapatan (%)
formula menghitung pendapatan nominal A = Pendapatan Usahatani Kakao (Rp)
adalah sebagai berikut (Suratiyah, 2016): B = Pendapatan rumah tanga petani (selain dari
usahatani dan pendapatan anggota
TR – TCEksplisit – TCImplisit =π (2) keluarga lain)
Penerimaan – TCEksplisit = Pendapatan (3)
Penerimaan = Py.Y (4) Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah
Py = Harga produksi (Rp/kg) sebagai berikut (Fauziah dan Soejono, 2019):
Y = Jumlah produksi (kg) 1. Z < 35%, nilai kontribusi rendah terhadap
Biaya Total = Biaya tetap + Biaya variable (5) pendapatan petani
2. 35% ≤ Z ≤ 70%, nilai kontribusi sedang
Pengeluaran total usahatani adalah nilai terhadap pendapatan petani
semua masukan yang habis terpakai atau 3. Z > 70%, nilai kontribusi tinggi terhadap
dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak pendapatan petani
termasuk tenaga kerja keluarga petani.
Pemisahan pengeluaran terkadang sulit HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan karena pembukuan yang tidak
lengkap dan juga adanya biaya bersama dalam Karakteristik Responden
produksi. Cara yang dapat dilakukan adalah Karakteristik petani merupakan suatu ciri
dengan memisahkan pengeluaran total umum yang melekat erat dengan kehidupan
usahatani menjadi pengeluaran tetap dan petani. Pada uraian bab ini maka akan
pengeluaran tidak tetap (Soekartawi, 2002). dijelaskan mengenai karakteristik sosial dan
Secara ekonomi, usaha dikatakan demografi petani kakao yang meliputi umur,
menguntungkan atau tidak dapat dianalisis pengalaman usahatani kakao, jumlah anggota
dengan menggunakan perbandingan antara keluarga, pekerjaan lain dan tingkat
penerimaan total dan biaya total yang disebut pendidikan. Ketahanan fisik manusia dalam
dengan Revenue Cost Ratio (R/C). melakukan suatu pekerjaan sangat erat
kaitannya dengan umur. Menurut Badan Pusat
R/C = PT / BT (6) Statistik (2018) kategori usia belum produktif
(0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan
Keterangan : tidak produktif (+65 tahun). Pada umumnya
PT = produksi total manusia yang tergolong ke dalam usia
BT = biaya total produktif akan memiliki tenaga yang lebih

211
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

besar untuk bekerja dibandingkan dengan pada Tabel 2. Identitas Petani Kakao Desa Nglanggeran
usia tidak produktif dan belum produktif (tua Berdasarkan Tingkat Pendidikan
atau terlalu muda). Konsep ketergantungan Tingkat Pendidikan
No. Persentase (%)
menyatakan bahwa secara umum penduduk (Tahun)
yang belum produktif yaitu penduduk muda 1 0–6 43,34
berusia di bawah 15 tahun. Hal tersebut 2 7–9 10,00
dikarenakan secara ekonomis penduduk 3 10 – 12 40,00
golongan tersebut masih bergantung pada orang 4 >12 6,66
tua atau orang lain yang menanggungnya. Jumlah 100,00
Selain itu pula penduduk sudah dianggap tidak Sumber: Analisis data primer, 2019
produktif ketika usia penduduk tersebut
melewati 64 tahun. Hal tersebut dikarenakan Tabel 2 menunjukkan sebagian besar
penduduk tersebut sudah melewati masa usia petani kakao di Nglanggeran hanya mampu
pensiun dimana seseorang yang berusia diatas bersekolah pada jenjang sekolah dasar (SD)
64 tahun tidak memiliki tenaga dan ketahanan yaitu sebanyak 43,34%. Faktor penyebabnya
tubuh yang baik untuk bekerja. Petani dengan berasal dari rendahnya tingkat pendapatan/
usia 15—64 tahun memiliki tenaga dan ekonomi keluarga sehingga melanjutkan
kemauan yang baik untuk bekerja dan berfikir pendidikan ke jenjang berikutnya bukanlah
sehingga dikategorikan usia produktif. menjadi prioritas utama. Namun, ada pula
petani kakao yang menempuh pendidikan
Tabel 1. Karakteristik Petani Kakao Desa hingga SMA sebanyak 40%, tingkat pendidikan
Nglanggeran Berdasarkan Umur SMP dengan persentase sebanyak 10% dan
No. Tahun Persentase (%) akademik/perguruan tinggi sebanyak 6,66%.
1. 0 – 14 0,00 Faktor tingkat pendidikan berpengaruh
2. 15 – 64 76,67 terhadap keberhasilan budidaya kakao.
3. >64 23,33 Harapannya semakin tinggi tingkat pendidikan
Jumlah 100,00 yang ditempuh maka pemahaman terhadap
Sumber: Analisis data primer, 2019 akses informasi dan penyerapan metode atau
teknologi terbaru serta kebijakan pemerintah
Berdasarkan Tabel 1, petani kakao di guna peningkatan usahatani yang dimiliki akan
Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran menjadi lebih tinggi.
sebagian besar berada dalam kelompok usia Keberhasilan petani dalam memperoleh
produktif yaitu sebesar 76,67%. Petani kakao produktivitas kakao yang tinggi juga ditunjang
sisanya masuk ke dalam golongan usia tidak dari pengalaman bertani. Pengalaman bertani
produktif yaitu sebanyak 23,33%. Petani kakao erat kaitannya dengan teknis budidaya kakao
sebagian besar berada pada rentang usia seperti pemilihan bibit, pengolahan lahan,
produktif sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan pupuk, pengendalian hama, hingga
petani masih memiliki tenaga yang besar serta manajemen biaya. Pada umumnya semakin
memiliki kemauan dan motivasi tinggi untuk berpengalaman petani maka akan semakin
meningkatkan usahataninya khususnya sukses dalam menjalankan usahatani (Cepriadi,
produksi kakao sebaik mungkin. 2012). Tabel 3 menunjukkan pengalaman
Sektor pertanian biasanya memiliki petani dalam berbudidaya kakao.
kualitas sumber daya manusia yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan sektor lain Tabel 3. Identitas Petani Kakao Desa Nglanggeran
Berdasarkan Pengalaman Usahatani Kakao
selain pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dari
No. Tahun Persentase (%)
rendahnya tingkat pendidikan petani yang
1 <15 36,67
mayoritas hanya memiliki pendidikan setingkat
SD, walaupun akhir-akhir ini sektor pertanian 2 15—30 60,00
mengalami kemajuan. Hasil penilitian ini juga 3 >30 3,34
menujukkan kondisi demikian, dimana tingkat Jumlah 100,00
pendidikan petani kakao di Taman Teknologi Sumber: Analisis data primer, 2019
Pertanian masih tergolong rendah.

212
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

Berdasarkan Tabel 3, sebagian besar Gunung Api Purba Nglanggeran sebanyak tiga
petani kakao di Taman Teknologi Pertanian hari dalam seminggu. Selain sebagai penjaga
Nglanggeran memiliki pengalaman usahatani tempat wisata beberapa petani juga memiliki
antara 15 hingga 30 tahun yaitu sebesar 60%, pekerjaan sampingan sebagai wiraswasta.
sedangkan 36,67% petani lainnya memiliki Usaha sampingan yang dilakukan petani kakao
pengalaman usahatani kakao kurang dari lima di Nglanggeran adalah menyewakan kamar
belas tahun. Petani kakao yang memiliki sebagai home stay. Selain itu masih banyak
pengalaman dalam usahatani kakao lebih dari pula petani kakao di Nglanggeran yang
30 tahun sebanyak 3,34%. Petani yang memiliki pekerjaan sampingan. 100%
memiliki pengalaman usahatani yang tinggi responden memiliki pekerjaan pokok sebagai
biasanya diikuti dengan usia yang tinggi pula. petani kakao, hal ini menunjukkan bahwa
Pada dasarnya salah satu tingkat keberhasilan pekerjaan sebagai petani terutama petani kakao
dalam usahatani kakao adalah pengalaman masih dapat memenuhi kebutuhan petani dan
usahatani. Hal tersebut juga selaras dengan keluarganya. Selain kepemilikan lahan
bagaimana petani menghasilkan yang memiliki pertanian juga menunjang petani untuk
produktivitas tinggi (Cepriadi, 2012). berkecimpung dalam usahatani.
Jenis pekerjaan petani dapat dibagi
menjadi pekerjaan pokok dan pekerjaan Analisis Pendapatan Usahatani Kakao
sampingan. Pekerjaan pokok merupakan Tabel 5. Analisis Pendapatan Usahatani Kakao Desa
pekerjaan utama yang dilakukan kepala Nglanggeran
keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan No Keterangan Nilai
keluarga. Memenuhi kebutuhan keluarga 1. Kakao kering 3.633.000
terkadang belum dapat tercukupi hanya dengan 2. Kakao basah 2.720.000
memiliki satu jenis pekerjaan saja, sehingga 3. Ranting (kayu bakar) 180.000
petani cenderung mencari pekerjaan sampingan 4. Penerimaan 6.533.000
untuk mencukupinya. Persentase petani 5. Tenaga Kerja Luar Keluarga 560.000
menurut mata pencaharian pokok dan 6. Sarana alat produksi 590.500
sampingan dapat dilihat di Tabel 4. 7. Penyusutan alat 478.200
8. Bunga modal sendiri 472.500
Tabel 4. Karakteristik Petani Kakao Desa 9. Lain-lain 44.800
Nglanggeran Berdasarkan Pekerjaan 10. Biaya yang dibayarkan 2.146.500
11. Tenaga kerja Dalam Keluarga 950.000
Persentase
Jenis Pekerjaan 12. Sewa Tanah (milik sendiri) 900.000
(%)
13. Biaya tak diperhitungkan 1.850.000
Pekerjaan Pokok
14. Total biaya keseluruhan 3.996.500
Petani 100,00 15. Pendapatan 4.387.000
Jumlah 100,00 16. Keuntungan 2.537.000
Pekerjaan Sampingan 17. R/C Ratio 1,63
Perangkat Desa 3,33 Sumber: Analisis data primer, 2019
Ternak 3,33
Pensiunan 3,33 Usahatani Kakao di Taman Teknologi
Buruh 3,33 Pertanian Nglanggeran menjadi salah satu
Wisata 76,67 sumber pendapatan masyarakat dari tahun ke
Wiraswasta 6,64 tahun. Pendapatan usahatani kakao dapat
Tidak Ada Sampingan 3,33 diketahui dengan menghitung selisih antara
Jumlah 100,00 penerimaan yang didapat oleh petani kakao
Sumber: Analisis data primer, 2019 dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani
kakao. Biaya eksplisit yang dikeluarkan untuk
Tabel 4 memperlihatkan bahwa sebagian budidaya kakao di Nglanggeran meliputi tenaga
besar petani kakao memiliki pekerjaan kerja, biaya sarana alat produksi, penyusutan
sampingan sebagai penjaga tempat wisata di alat, bunga modal sendiri dan biaya lain-lain.
Nglanggeran yaitu sebanyak 76,67%. Petani Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang
biasanya mendapat jatah bekerja di tempat dikeluarkan petani untuk membayar tenaga
wisata seperti Embung Nglanggeran dan kerja saat membantu budidaya tanaman kakao

213
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

meliputi saat panen, pemotongan ranting dan petani kakao Desa Nglanggeran mengalami
pemupukan. Rata-rata upah buruh tani di keuntungan.
daerah Nglanggeran berkisar dari Rp 35.000 - Mengetahui apakah usahatani kakao
70.000 tergantung jenis kelamin dan berat layak untuk dilanjutkan atau tidak (nilai
tidaknya pekerjaan yang diberikan kepada efisiensi biaya) dapat dilakukan dengan analisis
buruh tersebut. Sarana alat produksi meliputi R/C ratio, yaitu dengan membandingkan total
biaya pembelian pupuk, pestisida dan lainnya. penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan.
Penyusutan alat adalah biaya penyusutan alat Nilai tersebut nantinya akan menunjukkan
pertanian yang dimiliki petani. Bunga modal seberapa efisiensikah usahatani kakao yang
sendiri adalah uang yang dikeluarkan petani dilakukan oleh petani di Desa Nglanggeran.
ketika budidaya jika tidak ada pinjaman. Efisiensi tersebut dapat dilakukan dengan
Pengeluaran lainnya adalah pengeluaran menekan biaya produksi serta meningkatkan
tambahan yang dikeluarkan petani misal sewa hasil produksi kakao petani. Ada tiga kriteria
tanah, pajak dan lainnya. penilaian efisiensi R/C ratio, ketika nilai R/C
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui ratio < 1 maka usahatani tidak efisien. Apabila
bahwa besaran penerimaan usahatani kakao nilai R/C ratio > 1 maka usahatani efisien.
senilai Rp. 6.533.000. Hasil tersebut diperoleh Sementara itu ketika nilai R/C ratio = 1 maka
dari penjualan produksi kakao baik basah usahatani berada pada titik tidak untung
maupun kering. Harga kakao Desa maupun tidak merugi (titik impas). Nilai R/C
Nglanggeran yang berubah-ubah, biasanya usahatani kakao petani Desa Nglanggeran
dipengaruhi oleh banyaknya hasil panen. adalah 1,63. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
Semakin banyak buah kakao yang dipanen setiap Rp 1.000 dari modal yang dikeluarkan
dalam jangka waktu bersamaan maka harga dalam usahatani kakao akan memperoleh
taksirannya akan lebih rendah bila pendapatan sebesar Rp 1.630. Petani
dibandingkan dengan saat dipanen dalam waktu mendapatkan penerimaan 163% dari modal
tidak bersamaan. Hal tersebut erat kaitannya yang telah dikeluarkan. Hal ini membuktikan
dengan hukum permintaan pasar apabila terjadi bahwa usahatani kakao layak untuk
persediaan barang lebih tinggi maka harga diusahakan.
barang akan mengalami penurunan (Ahman,
2009). Harga jual kakao juga ditentukan dari Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao
kualitas kakao serta pengaruh faktor cuaca. terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani
Saat musim penghujan, nilai kakao relatif di Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran
rendah karena proses penjemuran kakao tidak
dapat memakan waktu. Harga kakao kering Tabel 6. Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao di
dapat dijual dengan harga terbaik kisaran Rp. Desa Nglanggeran
18.000 sampai dengan Rp. 22.000/kg No. Keterangan Nilai
sedangkan kakao basah biasanya dijual dengan 1. Rata-rata Pendapatan
Usahatani Kakao (Rp) 4.387.000
harga kisaran Rp. 6.000 sampai dengan Rp.
2. Rata-rata Pendapatan
8.000/kg. Usahatani di Luar
Total pendapatan dari usahatani kakao Usahatani Kakao (Rp) 13.071.375
Desa Nglanggeran adalah Rp. 4.387.000. Hasil 3. Rata-rata Pendapatan
tersebut diperoleh dengan mengurangi Luar Usahatani (Rp) 8.495.000
penerimaan sebesar Rp. 6.533.000 dengan 4. Rata-rata Total
biaya yang dibayarkan sebesar Rp. 2.146.500. Pendapatan (Rp) 25.953.375
Total biaya dan total penerimaan yang 5. Rata-rata Kontribusi
diperoleh petani akan dapat menunjukkan Pendapatan Kakao (%) 16,90
usahatani kakao tersebut memberikan Sumber: Analisis data primer, 2019
keuntungan atau kerugian. Nilai keuntungan
dapat dihitung dengan mengurangi pendapatan Sumber pendapatan rumah tangga petani kakao
dengan biaya yang tak diperhitungkan. Nilai di Taman Teknologi Pertanian Nglanggeran
keuntungan usahatani kakao berdasarkan hasil tidak hanya berasal dari kepala keluarga saja,
analisis keuntungan adalah sebesar Rp. namun ada sumbangsih dari pendapatan
2.537.000, sehingga dapat dikatakan bahwa anggota keluarga lain yang sudah bekerja.

214
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

Rata-rata pendapatan usahatani di luar pendapatan dengan bekerja pada bagian wisata
usahatani kakao terdiri dari usahatani tanaman Embung Nglanggeran dan Gunung Api Purba.
semusim semisal padi, jagung dan palawija, Hal tersebut dikarenakan tanaman kakao
tanaman tahunan, dan peternakan. Nilai merupakan tanaman yang budidayanya tidak
usahatani tanaman semusim bernilai Rp. seperti tanaman pangan yang menghabiskan
7.212.000 sementara itu Rp. 1.143.000 adalah banyak waktu sehingga kebanyakan petani
besaran nilai dari usahatani tanaman tahunan menambah income dengan tambahan pekerjaan
dan Rp. 4.716.375 untuk peternakan yang lain terutama pada sektor non pertanian.
sebagian besar berasal dari kambing etawa
yang berintegrasi dengan tanaman kakao sesuai KESIMPULAN DAN SARAN
arahan dari adanya Taman Teknologi Pertanian
Nglanggeran. Perhitungan kontribusi Rerata penerimaan dan pendapatan usahatani
pendapatan usahatani kakao dapat diketahui kakao di Taman Teknologi Pertanian
dengan menghitung perbandingan antara Nglanggeran sebesar Rp. 6.533.000 dan Rp.
pendapatan usahatani kakao dengan total 4.387.000. Tentunnya total penerimaan akan
pendapatan keluarga. Pada Tabel 6, dapat lebih besar daripada total biaya dan usahatani
disimpulkan bahwa rata-rata kontribusi kakao dapat memberikan rata-rata keuntungan
usahatani kakao terhadap pendapatan total Rp. 2.537.000. Nilai R/C ratio bernilai 1,63
rumah tangga sebesar 16,90%. Hal ini juga artinya usahatani kakao layak diusahakan.
menujukkan bahwa nilai dari kontribusi masuk Kontribusi pendapatan usahatani kakao
dalam kriteria 35% ≤ Z ≤ 70%. Nilai Z menunjukkan nilai 16,90% sehingga
merupakan nilai kontribusi usahatani kakao di dinyatakan kontribusi pendapatan usahatani
Nglanggeran yang masuk ke dalam kategori termasuk dalam kategori rendah. Untuk
dua, artinya kontribusi usahatani kakao masuk memperbanyak kontribusi usahatani kakao
ke dalam kategori rendah. Hal tersebut terhadap pendapatan dapat dilakukan dengan
disebabkan oleh adanya serangan hama meningkatkan produksi kakao dengan cara
penggerek buah kakao yang sangat besar penanganan hama yang serius dengan sanitasi
sehingga produksi dari kakao tidak bisa serta pemberian pupuk yang tepat.
optimal, padahal sebenarnya bisa di atasi
dengan sanitasi lahan dan pemberian dosis DAFTAR PUSTAKA
pupuk yang tepat. Kebutuhan rumah tangga
petani dapat mencukupi karena didukung dari Ahman, E dan Rohmana, Y. 2009. Teori
sumber pendapatan yang lain seperti Ekonomi Mikro. Bandung: Universitas
pendapatan usahatani selain kakao dan Pendidikan Indonesia.
pendapatan luar usahatani. Taman Teknologi
Pertanian kakao ini diintegrasikan dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
budidaya kambing sehingga petani kakao (Balitbangtan). 2015. Pedoman Umum
mendapatkan tambahan pendapatan dari Pembangunan dan Pengembangan
budidaya kambing (kotoran ternak dan susu Taman Sains dan Teknologi Pertanian.
kambing). Total pendapatan petani kakao Jakarta: IAARD Press.
tahunan mencapai Rp. 25.953.375. Total Badan Pusat Statistik. 2018. Pendataan Sosial
Pendapatan petani merupakan gabungan dari Ekonomi. Jakarta Pusat: Badan Pusat
pendapatan petani dan anggota keluarga petani Statistik.
baik berasal dari on farm, off farm maupun luar
usahatani. Boateng, S., Amaknkawa, E., Poku, A.,
Selain dari usahatani kakao, petani juga Agyeman, K.O., Baah, A. 2017.
memperoleh kontribusi sebesar 50,36% yang Analysing the Effects of Alternative
berasal dari usahatani non kakao seperti padi, Livelihood on Cocoa Farmers in The
tanaman tahunan, peternakan (kambing etawa). Atwima Nwabiagya District. American
Sisa kontribusi sebesar 32,74% didapatkan dari Journal of Geographical Research and
pendapatan luar usahatani. Kebanyakan dari Reviews, 1 (1), 1  13.
mereka (kepala keluarga) masih memiliki
keinginan untuk mendapatkan tambahan

215
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

Cepriadi, dan Yulida, R. 2012. Persepsi Petani Mambu, C.A. 2013. Analisis Pendapatan
terhadap Usahatani Lahan Pekarangan. Rumah Tangga Petani Padi di
Indonesian Journal of Agricultural Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Economics, 3 (2), 177  194 Economics Development Analysisis
Journal, 2 (4), 427  434.
Cici, Umar, S., Pribadi, H. 2018. Analisis
Pendapatan Petani Agroforestri Kemiri Omoare, A.M., and Oyediran, W.O. 2015. A
dan Kakao Di Desa Sigimpu Kecamatan Survey on the Perception of Residents of
Palolo Kabupaten Sigi. Jurnal Warta Iwajowa L.G.A of Oyo State on the
Rimba, 6 (1), 16  24. Contribution of Charcoal Production to
Deforestation and Environmental
Debertin, D.L. 2012. Agricultural Production Degradation. Journal of Changes in the
Economics. New York: Mac millan Environment: Strategies for It’s
Publhising Company. Sustainability, a Production of
Department of Biology, Adeyemi
Dewi, Novia. 2010. Dampak Pengembangan College of Education, Ondo State.
Perkebunan Kakao Rakyat melalui Oyediran, W.O., Omoare, A.M., Ajagbe, B.O.
P2WK terhadap Distribusi Pendapatan and Sofowora, O.O. 2014. Attitude of
Di Kabupaten Donggala Sulawesi Cocoa Farmers to Growth Enhancement
Tengah. Jurnal Agroland, 17 (3), 219  Support Scheme (GES) in Ogun State,
225. Nigeria. World Journal of Biology and
Medical Sciences, 1 (3), 108 – 117.
Fauziah, F.R., dan Soejono, D. 2019. Analisis
Pendapatan Usahatani Jamur Merang dan Rahim, A.B.D., dan Hastuti, D.W.R. 2007.
Kontribusinya terhadap Pendapatan Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika
Rumah Tangga Petani Di Kelurahan Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sempusari Kecamatan Kaliwates
Riani. 2015. Analysis of Cocoa Farming
Kabupaten Jember. SEPA, 15 (2), 172 
Revanue in Sidole Village Ampibabo
179.
Sub District Parigi Moutong. Jurnal
Ebewore, S. O., Egho, E. O., and Enujeke, E. Agrotekbis, 3(6), 779  785.
C. (2013). Effect of Farmer Field School Said, E.N., Hariyati, Y., dan Hartadi, R. 2015.
Training on The Management of Cocoa Keuntungan dan Kontribusi Usahatani
Marids (Saghbergella singularis) by Kopi Arabika Pada Berbagai Pola Tanam
Famers in Edo State Nigeria. Asian Terpadu di Desa Sukorejo Kecamatan
Journal of Agricultural Sciences, 5 (1), Sumber Wringin Kabupaten Bondowoso.
6  10. Berkala Ilmiah Pertanian, 1(1), 1  6.
Gockowski, J., Serpong, B., Dziwornu. 2011. Singarimbun, M., dan Sofian, E. 1995. Metode
Increasing Income of Ghanaian Cocoa Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Farmers: Is Introduction of Fine Flavour
Cocoa a Viable Alternative. Journal of Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani.
International Agriculture, 50 (2), 175  Jakarta: Universitas Indonesia.
200.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
Gusti, I. W., Haryono, D., dan Prasmatiwi. Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
2015. Household Income of Cocoa Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Farmers at Pesawaran Indah Village,
Suratiyah, K. 2016. Ilmu Usahatani Edisi
Padang Cermin Subdistrict, Pesawaran
Revisi. Cetakan ke-2. Jakarta: Penebar
Resigency. Jurnal JIIA, 1(4), 278  283. Swadaya.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

216
Wahyu A. S., Wiwik S. : Kontribusi Pendapatan Usahatani Kakao …

Suwarto, Y. Octavianty, dan Hermawati, S. Review and Analysis of Recent


2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Developments. NJAS-Wageningen
Jakarta: Penebar Swadaya. Journal of Life Sciences, 74, 1  7.
Traoré, S., Kobenan, K., Kouassi, K.S., and Yapo, K. D., Ouffoue, S. K., N'guessan, B. R.,
Gnonhouri, G. 2009. Systèmes de Okpekon, T. A., Dade, J., Say, M., and
Culture du Bananier Plantain et Kouakou, T. H. 2014. Quality Control
Méthodes de Lutte Contre Les Parasites by the Determination of Heavy Metals In
et Ravageurs en Milieu Paysan en Côte New Variety of Cocoa (Cocoa
d’Ivoire. Journal of Applied Biosciences, mercedes) Côte d'Ivoire. Journal de la
19, 1094  1101. Société Ouest-Africaine de Chimie, 37,
56  64.
Wessel, M., and Quist-Wessel, P.F. 2015.
Cocoa Production in West Africa, a

217

Anda mungkin juga menyukai