Rizal Krisna
Harry
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor
Abstract: Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui pengaruh tingkat kepemilikan ternak sapi potong
terhadap pendapatan petani ternak. 2) Untuk mengetahui biaya yang diperlukan dalam pemeliharaan
sapi potong, 3) Pada jumlah berapa ekor ternak sapi potong dapat memenuhi kebutuhan hidup petani
ternak sesuai dengan UMR Kabupaten Sukabumi. 4) Untuk mengetahui hubungan secara menyeluruh
antara tingkat kepemilikan dan biaya usaha terhadap pendapatan petani ternak sapi potong. Hasil
analisa usaha tani diperoleh pendapatan petani ternak sapi potong pertahun masing – masing kelompok
skala usaha yaitu untuk skala kecil sebesar Rp. 9.995.833,86 dengan jumlah ternak yang dipelihara rata-
rata 3.32 ekor, untuk skala sedang sebesar Rp. 19.143.909.,10 dengan jumlah ternak yang dipelihara rata-
rata 7.15 ekor dan untuk usaha skala besar Rp. 33.440.581,00 dengan jumlah ternak yang dipelihara
rata- rata 12.75 ekor bila dibandingkan dengan Upah Minimum regional (UMR) kabupaten sukabumi
yang sebesar Rp. 875.000,- per bulan dan Rp. 10.000.500,- per tahun maka untuk masing – masing skala
usaha yang harus dipelihara atau diusahakan petani ternak sapi potong dalam setahun yaitu untuk skala
kecil sebanyak 3.5 ekor ternak, untuk skala sedang sebanyak 3.9 ekor ternak dan untuk skala besar
sebanyak 4 ekor ternak sapi potong. 4) Dari hasil perhitungan regresi berganda maka diperoleh persamaan
regresi taksiran sebagai berikut yaitu Y = 9448386,860 + 3670785,282X1 - 0,078X2. Hasil ini menjelaskan
bahwa variabel tingkat kepemilikan sebesar 3670785,28 berpengaruh pada pendapatan petani ternak
sapi potong dan untuk variabel biaya usaha terlihat adanya hubungan linier negatif antara biaya usaha
dengan pendapatan petani ternak sapi potong, dari hasil analisis diperoleh besarnya koefisien regresi
sebesar – 0.078 jika variabel tingkat kepemilikan tetap atau tidak berubah. Kesimpulan yang diperoleh
adalah sebagai berikut: 1) Semakin besar skala usaha semakin baik kesejahteraan petani ternak atau
semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara dalam satu kali periode pemeliharaan akan semakin
tinggi pendapatan yang diperoleh peternak sapi potong, 2) Dengan mengetahui serta memahami biaya
usaha ternak sapi potong maka efisiensi usaha dapat dilakukan dengan baik. 3) Dengan memelihara
ternak sebanyak tiga atau empat ekor setahun petani ternak dapat hidup secara layak sesuai dengan
Upah Minimum Regional kabupaten Sukabumi.
Abstrak: Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui pengaruh tingkat kepemilikan ternak sapi potong terhadap
pendapatan petani ternak. 2) Untuk mengetahui biaya yang diperlukan dalam pemeliharaan sapi potong, 3)
Pada jumlah berapa ekor ternak sapi potong dapat memenuhi kebutuhan hidup petani ternak sesuai dengan
UMR Kabupaten Sukabumi. 4) Untuk mengetahui hubungan secara menyeluruh antara tingkat kepemilikan
Alamat Korespondensi:
Rizal Krisna, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Bogor
dan biaya usaha terhadap pendapatan petani ternak sapi potong. Hasil analisa usaha tani diperoleh pendapatan
petani ternak sapi potong pertahun masing-masing kelompok skala usaha yaitu untuk skala kecil sebesar
Rp. 9.995.833,86 dengan jumlah ternak yang dipelihara rata-rata 3.32 ekor, untuk skala sedang sebesar
Rp 19.143.909.,10 dengan jumlah ternak yang dipelihara rata-rata 7.15 ekor dan untuk usaha skala besar
Rp 33.440.581,00 dengan jumlah ternak yang dipelihara rata-rata 12.75 ekor bila dibandingkan dengan Upah
Minimum regional (UMR) kabupaten sukabumi yang sebesar Rp875.000,- per bulan dan Rp10.000.500,- per
tahun maka untuk masing – masing skala usaha yang harus dipelihara atau diusahakan petani ternak sapi
potong dalam setahun yaitu untuk skala kecil sebanyak 3.5 ekor ternak, untuk skala sedang sebanyak 3.9 ekor
ternak dan untuk skala besar sebanyak 4 ekor ternak sapi potong. 4) Dari hasil perhitungan regresi berganda
maka diperoleh persamaan regresi taksiran sebagai berikut yaitu Y = 9448386,860 + 3670785,282X1 - 0,078X2.
Hasil ini menjelaskan bahwa variabel tingkat kepemilikan sebesar 3670785,28 berpengaruh pada pendapatan
petani ternak sapi potong dan untuk variabel biaya usaha terlihat adanya hubungan linier negatif antara biaya
usaha dengan pendapatan petani ternak sapi potong, dari hasil analisis diperoleh besarnya koefisien regresi
sebesar - 0.078 jika variabel tingkat kepemilikan tetap atau tidak berubah. Kesimpulan yang diperoleh adalah
sebagai berikut: 1) Semakin besar skala usaha semakin baik kesejahteraan petani ternak atau semakin banyak
jumlah ternak yang dipelihara dalam satu kali periode pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan yang
diperoleh peternak sapi potong, 2) Dengan mengetahui serta memahami biaya usaha ternak sapi potong maka
efisiensi usaha dapat dilakukan dengan baik. 3) Dengan memelihara ternak sebanyak tiga atau empat ekor
setahun petani ternak dapat hidup secara layak sesuai dengan Upah Minimum Regional kabupaten Sukabumi..
Penggemukan Sapi Potong merupakan salah satu pertambahan bobot badan jenis sapi lokal. Pertum-
teknologi tepat guna untuk mempercepat peningkatan buhan sapi merupakan pertambahan bobot badan dan
produksi daging, maupun pencapaian berat sapi potong perkembangan bagian-bagian tubuh. Proses pertum-
atau berat badan standar yang dapat diperjualbelikan. buhan pada sapi dimulai semenjak terjadinya pem-
Peningkatan produksi sapi potong merupakan upaya buahan dalam uterus lalu lahir dan kemudian menga-
strategis pemerintah dalam memenuhi kebutuhan lami masa remaja atau puberitas hingga menjadi
pangan asal hewani di Indonesia. dewasa. Siregar (2005).
Analisis usaha penggemukan sapi potong pada Konsumsi daging sapi di Indonesia terus menga-
prinsipnya ditujukan untuk mencapai keuntungan yang lami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum
maksimal dengan cara pengelolaan yang sebaik- diimbangi dengan penambahan produksi yang mema-
baiknya. Sebagaimana dengan usaha yang bergerak dai. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif
di bidang produksi, keuntungan usaha penggemukan lamban, yaitu 4,23% tahun 2007 Direktorat Jendral
sapi ditentukan oleh penerimaan dan biaya produksi. Peternakan (2007). Kondisi tersebut menyebabkan
Penerimaan dari usaha penggemukan sapi berupa sumbangan sapi potong terhadap produksi daging na-
penjualan sapi yang telah digemukan dan dari kotoran sional rendah Santi (2008) sehingga terjadi kesenjang-
sapi berupa pupuk kandang. Usaha penggemukan an yang makin lebar antara permintaan dan penawar-
sapi mempunyai tujuan utama yaitu menjual sapi yang an Setiyono, et al. (2007). Pada tahun 2006, tingkat
telah digemukan, besarnya penerimaan akan sangat konsumsi daging sapi mencapai 399.660 ton atau seta-
tergantung pada pertambahan bobot badan sapi yang ra dengan 1,7–2 juta ekor sapi potong Koran Tempo
dicapai selama proses penggemukan dan harga per (2008), sementara produksi hanya 288.430 ton.
kilogram bobot badan hidup. Pertmbahan bobot badan Sapi potong merupakan salah satu ternak peng-
sapi ditentukan oleh berbagai faktor, terutama jenis hasil daging di Indonesia. Namun produksi daging sapi
sapi, jenis kelamin, umur, ransum atau pakan yang dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan
diberikan, dan teknik pengelolaannya. Sapi luar negeri karena populasi dan tingkat produktifitas ternak
pada umumnya mempunyai pertambahan bobot rendah Isbandi 2004 Direktorat Jendral Peternakan
badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan (2007). Rendahnya populasi sapi potong antara lain
Tabel 2. Konsep perhitungan Analisa Usahatani untuk skala besar sebanyak12,75 ekor dengan pendapatan
Usaha Ternak Sapi Rp33.440.581,00,- untuk lebih jelasnya dapat dilihat
No. Uraian Total
pada tabel 3.
I Penerimaan Usaha Ternak Tabel 3. Rata-Rata Tingkat Kepemilikan dan Pendapatan
- Penjualan ternak v Usaha Sapi Potong
- Penjualan pupuk kandang v
- Perubahan Nilai Ternak v Skala Tingkat
Pendapatan
Total (A) Usaha Kepemilikan
II. Biaya Variabel Kecil 3,32 Rp. 9.955.833,86,-
- Bibit / Bakalan v Sedang 7,15 Rp. 19.143.909,10,-
- Pakan v Besar 12,75 Rp. 33.440.581,00,-
- Obat-obatan v Sumber: Data Terolah
- Tenaga Kerja v
- Bunga modal
v
Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan
Subtotal (1)
bahwa tingkat kepemilikan ternak sangat berpengaruh
III Biaya Tetap
v kepada besar kecilnya pendaptan usaha sapi potong.
- Penyusutan kandang
- Penyusutan Peralatan v Hal ini sejalan dengan pendapat Sostroamidjojo dan
- Bunga modal v Soeradji (1990), skala usaha peternakan sapi rakyat
Subtotal (2) digambarkan oleh jumlah kepemilikan ternak yang
Total (B) = Subtotal (1 + 2) kecil, ternak yang dimiliki petani hanya satu sampai
IV Pendapatan Usaha Ternak (A – B) beberapa ekor.
Sumber: Soekartawi (1986)
Biaya Usaha
Hasil dari analisis usahatani ini didapatkan yaitu: Dalam proses produksi diperlukan sejumlah
Untuk skala kecil tingkat kepemilikan rata-rata seta- faktor produksi tertentu dan sebagai kompensasi atas
hun 3,32 ekor, biaya usaha Rp39.067..363,61,- dan penggunaan faktor produksi tersebut diperlukan se-
pendapatan sebesar Rp9.955.833,86,- dan BEP harga jumlah yang disebut biaya usaha. Menurut Soekartawi
Rp6.398.054,47,- , BEP produksi sebanyak 2,65 ekor. (1999), biaya usaha adalah nilai dari semua faktor
Untuk skala sedang tingkat kepemikan rata-rata seta- produksi yang digunakan baik dalam bentuk benda
hun 7,15 ekor, biaya usaha Rp100.329.442,50,- dan maupun jasa selama proses produksi berlangsung.
pendapatan sebesar Rp19.143.909,10,- dan BEP Begitu pula dalam usaha yang dilakukan oleh
harga Rp7.108.377,89,- , BEP produksi sebanyak 7,03 peternak sapi potong di Kabupaten Sukabumi. Dalam
ekor. Untuk skala besar tingkat kepemilikan rata-rata menjalankan usaha tersebut terdapat komponen biaya
setahun 12,75 ekor, biaya usaha Rp212.784.419,00 tetap dan biaya variabel. Dari hasil analisis usahatani
dan pendapatan sebesar Rp33.440.561,00,- dan BEP yang dilakukan diperoleh besarnya biaya usaha per
harga Rp7.780.946,96,- BEP produksi sebanyak 11,01 tahun sebagai berikut: untuk skala kecil Rp 39.067363,61,-
ekor. sedangkan untuk skala sedang sebesar Rp100.329.442,5,-
dan untuk skala besar biaya yang dikeluarkan sebesar
Tingkat Kepemilikan Rp212.784.419,00 untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Tingkat kepemilikan ternak merupakan banyak- pada tabel 4.
nya jumlah ternak yang dipelihara oleh petani ternak
Tabel 4. Biaya Usaha dan Pendapatan Usaha Sapi Potong
atau diusahakan dalam satu kali periode pemeliharaan,
dari hasil analisis usahatani diperoleh tingkat kepe- Ska la Usaha Biaya Usaha
Kecil Rp 39.067363,61,-
milikan untuk skala kecil rata-rata setahun sebanyak
Sedang Rp 100.329.442,5,-
3,32 ekor dengan pendapatan sebesar Rp9.955.833,86,- Besar Rp 212.784.419,00,-
Sedangkan untuk skala sedang sebanyak 7,15 ekor Sumber: Data Terolah
dengan pendapatan sebesar Rp19.143.909,10,- untuk
Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa besar dengan biaya usaha sebesar Rp39.067.363,61,-
kecilnya biaya usaha sangat dipengaruhi oleh besar sedangkan untuk skala usaha sedang besarnya penda-
kecilnya skala usaha atau jumlah ternak yang dipeli- patan Rp19.193.909,10,- dengan biaya usaha
hara atau diusahakan oleh petani ternak sapi potong, sebesar Rp100.329.442,5,- untuk skala usaha besar
yaitu semakin kecil skala usaha semakin kecil biaya dengan pendapatan Rp33.440.581,00,- dengan biaya
usaha yang dikeluarkan sebaliknya semakin besar usaha Rp212.784.419,00,- sehingga dapat disimpulkan
skala usaha semakin besar pula biaya usaha yang bahwa besarnya pendapatan berbanding lurus dengan
dikeluarkan. skala usaha.
Adanya perbedaan besarnya total biaya usaha Pendapatan yang diperoleh petani ternak meru-
setiap skala usaha disebabkan oleh perbedaan besar- pakan hasil dari penjualan ternak sapi potong dikurangi
nya populasi yang dipelihara masing-masing peternak. dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa
Hal ini sesuai dengan pendapat Harnanto (1992), produksi. Setelah semua biaya tersebut dikurangi baru-
bahwa total biaya setiap responden bervariasi tergan- lah petani memperoleh apa yang disebut dengan hasil
tung pada jumlah populasi ternak sapi potong yang bersih atau pendapatan/keuntungan. Perbedaan keun-
dimiliki oleh setiap peternak. tungan yang diperoleh peternak berbeda-beda dise-
babkan karena perbedaan jumlah populasi ternak sapi
Pendapatan potong yang dimiliki.
Untuk mengetahui besarnya pendapatan atau Jika dilihat dari pendapatan per tahun yang diper-
keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada oleh peternak dari masing masing skala usaha bila
keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya dibandingkan dengan UMR (Upah Minimum Regio-
yang dikeluarkan dengan menggunakan alat analisis nal) Kabupaten Sukabumi sebesar Rp875.000,- maka
yaitu = TR – TC di mana adalah pendapatan untuk skala kecil besarnya tingkat kepemilikan rata-
(keuntungan), TR adalah Total Revenue atau total rata yang harus dimiliki peternak adalah sebanyak
penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau 3,5 ekor dalam setahun, sedangkan untuk skala sedang
total biaya-biaya. Namun sebelum menggunakan alat jumlah ternak yang harus diusahakan adalah sebanyak
analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan pemi- 3,9 ekor dalam setahun dan untuk skala besar jumlah
sahan biaya dan penerimaan. Hal ini sesuai dengan trnak yang dipelihara adalah sebanyak 4 ekor dalam
pernyataan soekartawi (1995) yang menyatakan setahun. Besar kecilnya biaya usaha sangat dipenga-
bahwa pendapatan usaha tani adalah selisih antara ruhi oleh besar kecilnya skala usaha atau jumlah ternak
penerimaan dan semua biaya. yang dipelihara atau diusahakan oleh petani ternak
Dari alat analisis yang digunakan maka diperoleh sapi potong, yaitu semakin kecil skala usaha semakin
hasil dari pendapatan (keuntungan) peternak selama kecil biaya usaha yang dikeluarkan sebaliknya semakin
satu tahun dapat dilihat dalam tabel 5.
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk besar skala usaha semakin besar pula biaya usaha
skala usaha kecil besarnya pendapatan Rp9.955.833,86,- yang dikeluarkan.
Berdasarkan hasil perhitungan regresi dari tabel regession (R) sebesar 0,772 mengandung makna ke-
di atas, maka diperoleh persamaan regresi taksiran seluruhan variabel bebas memiliki keeratan hubungan
sebagai berikut: dengan variabel terikat sebesar 77,2%, Sedangkan
Y = 9448386,860 + 3670785,282X1 – 0,078X2 koefisien determinasi (R2) sebesar 0,596 yang berarti
Hasil model regresi yang diperoleh dapat dijelas- 59,60% kemampuan seluruh variabel bebas yang
kan pengaruh variabel tingkat kepemilikan, biaya usa- digunakan dalam persamaan regresi secara bersama-
ha terhadap pendapatan petani ternak sebagai berikut: sama (simultan) telah mampu meberikan kontribusi
Variabel tingkat kepemilikan ternak terlihat ada- terhadap pendapatan petani ternak atau mampu men-
nya hubungan linier positif antara tingkat kepemilikan jelaskan variabel terikat (dependen), sedangkan sisa-
dengan pendapatan yaitu dengan koefisien regresi nya 40,40% dijelaskan variabel di luar variabel inde-
sebesar 3670785,282. Hal ini mengindikasikan apabila penden penelitian ini.
variabel lainnya tidak berubah, maka dengan mening- Kontribusi dari kedua faktor yang digunakan
katnya tingkat kepemilikan akan ada peningkatan pen- sebagai variabel independen yang diteliti ditunjukan
dapatan petani ternak. Hal ini sejalan dengan teori dengan nilai determinasi sebesar 0,596 atau sebesar
yang dikemukakan oleh Aziz (1993), usaha sapi potong 59,60% angka tersebut memberikan kontribusi dalam
skala besar umumnya berbentuk perusahaan yang menjelaskan keragaman/variabelitas variabel depen-
dilakukan dengan padat modal, menggunakan agro den yang sedang artinya faktor-faktor yang berkaitan
teknologi tinggi yang berorientasi bisnis, ditambahkan dengan tingkat kepemilikan dan biaya usaha terdapat
oleh Sostroamidjojo dan Soeradji (1990), bahwa skala faktor-faktor lain yang juga memiliki kontribusi besar
terhadap pendapatan usaha peternak sapi potong. Hal biaya usaha terhadap pendapatan petani
ini cukup beralasan karena peneliti hanya terbatas ternak sapi potong.
pada tingkat kepemilikan dan biaya usaha, sedangkan Ho i = 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan
masih banyak faktor-faktor lain (epselon) seperti pe- i = 1,2 tingkat kepemilikan ternak dan biaya usaha
masaran, lokasi, kebijakan pemerintah dan peraturan- terhadap pendapatan petani ternak sapi
peraturan yang ada, sehingga sangat relevan dalam potong.
penelitian ini R-Square berada pada nilai 0,596. Hal Pada tabel 8. tersebut dapat dilihat nilai Fhitung
ini hasil analisis yang menunjukkan nilai R-Square adalah 35,369 nilai signikansi sebesar 0,000 dan diper-
yang masuk ke dalam katagori sedang hal ini bukan oleh nilai Ftabel untuk = 0,05 dengan derajat bebas
penelitiannya tidak bagus melainkan, karena penelitian (2 ; 48) sebesar 3,23 karena Fhitung lebih besar diban-
ini untuk meneliti hubungan sebab akibat antara varia- dingkan Ftabel atau jika dilihat dari nilai signifikansi (p-
bel independen dan variabel dependen. value) yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka Ho
Hasil dari analisis regresi berganda pengaruh ditolak. Artinya dengan tingkat kepercayaan 95%
veriabel bebas terhadap variabel terikat secara simul- dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
tan dapat dilihat pada tabel 7. signifikan dari faktor tingkat kepemilikan ternak dan
Model Summaryb
Std. Error Change Statistics
R Adjusted R Durbin-
Model R of the R Square F Sig. F
Square Square df1 df2 Watson
Estimate Change Change Change
Untuk menguji secara bersama-sama faktor biaya usaha terhadap pendapatan petani ternak sapi
tingkat kepemilikan dan biaya usaha berpengaruh potong.
terhadap pendapatan peternak sapi potong digunakan Berdasarkan analisis uji F (ANOVA) terdapat
statistik uji F, sehingga hasil perhitungan uji F dapat pengaruh signikansi dari variabel tingkat kepemilikan
dilihat pada tabel 8. dan biaya usaha terhadap pendapatan petani ternak
ANOVAb
Untuk melihat hipotesis statistik yang digunakan sapi potong dengan indikator Fhitung = 35,369 > Ftabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ( = 0,05) = 3,23. Sedangkan hasil korelasi simultan
Ho - i = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang mendapat multiple regresi sebesar 0,772 dapat diarti-
i = 1,2 signifikan tingkat kepemilikan ternak dan kan keseluruhan variabel independen memiliki keeratan
hubungan positif yang sedang dengan variabel depen- Ho i =0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan
den yang juga meningkat. tingkat kepemilikan ternak terhadap pen-
Secara simultan variabel dependen berpengaruh dapatan petani
terhadap variabel terikat (tingkat kepemilikan dan Hasil perhitungan yang dapat dipeoleh dari r
biaya usaha), hal ini sangat beralasan karena kegiatan hitung untuk tingkat kepemilikan ternak (X1) terhadap
usaha tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, melainkan pendapatan petani ternak sebesar 0,765 atau dilihat
harus saling mendukung dan saling menutupi keku- dari prosentase pengaruh kepemilikan terhadap pen-
rangan. Dalam pemeliharaan sapi potong tidak bisa dapatan petani ternak sapi potong sebesar 0,5852 atau
mengandalkan satu macam variabel saja. Namun 58,52%.
semuanya harus berjalan seiring faktor di luar kepemi- Dari analisa statistik hubungan pengaruh tingkat
likan dan biaya usaha seperti tingkat pengetahuan, kepemilikan ternak terhadap pendapatan ternak sapi
pengalaman, pemasaran, pembinaan dan lain-lain yang potong memiliki kontribusi yang linier positif) atau ting-
dapat mempengaruhi pendapatan petani. Pernyataan kat hubungan yang kuat.
ini sesuai dengan pendapatan Sehubungan tingkat kepemilikan ternak pada
petani mengindikasikan bahwa setiap kepemilkan
Pengujian Korelasi secara Parsial dengan jumlah banyak cenderung akan menghasilkan
Setelah diperoleh kesimpulan variabel bebas ber- pendapatan petani lebih tinggi, bila dibandingkan ting-
pengaruh terhadap veriabel terikat (tidak bebas) ber- kat kepemilikan petani yang lebih kecil. Hal ini sejalan
dasarkan pengujian model regresi secara keseluruhan dengan pendapat Pulungan dan Pambudy (1993), usa-
(simultan), selanjutnya untuk mengetahui hubungan ha peternakan sapi rakyat adalah usaha peternakan
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap sapi yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan
variabel terikat dilakukan uji korelasi melalui uji yang memiliki sapi kurang dari sepuluh ekor.
statistik korelasi product moment. Hasil uji statistik
Korelasi product Moment dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil Perhitungan Korelasi Product Moment tentang Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Correlations
Pendapatan Tingkat Biaya
Peternak Kepemilikan Usaha
Pearson Correlation Pendapatan Peternak 1.000 .765 .717
Tingkat Kepemilikan .765 1.000 .971
Biaya Usaha .717 .971 1.000
Sig. (1-tailed) Pendapatan Peternak . .000 .000
Tingkat Kepemilikan .000 . .000
Biaya Usaha .000 .000 .
N Pendapatan Peternak 51 51 51
Tingkat Kepemilikan 51 51 51
Biaya Usaha 51 51 51
Untuk melihat pengaruh tingkat kepemilikan Pengaruh biaya Usaha terhadap Pendapatan
terhadap pendapatan petani ternak digunakan hipotesis Petani Ternak Sapi Potong
statistik adalh sebagai berikut:
Untuk melihat pengaruh tingkat kepemilikan ter-
Ho - i = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang sig-
hadap pendapatan petani ternak digunakan hipotesis
nifikan tingkat kepemilikan ternak terhadap
statistik adalah sebagai berikut:
pendapatan petani ternak.
Ho - i = 0 artinya tidak terdapat pengaruh yang sig- biaya usaha yang dalam pengeluaran biaya usahanya
nifikan biaya usaha peternak terhadap pen- petani ternak dapat memilah hal-hal yang benar-benar
dapatan petani ternak. berhubungan dengan kegiatan produksi atau tidak
Ho i = 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan dilakukan pembebanan pada biaya produksi ternak
Biaya Usaha peternak terhadap pendapatan sapi potong karena besarnya biaya usaha berpengaruh
petani pada besar kecilnya pendapatan petani ternak. (3)
Hasil perhitungan yang dapat dipeoleh dari r Dengan memelihara ternak sebanyak tiga atau empat
hitung untuk pengaruh biaya usaha terhadap penda- ekor setahun petani ternak dapat hidup secara layak
patan petani ternak (X2) sebesar 0,717 atau dilihat sesuai dengan Upah Minimum Regional kabupaten
dari prosentase pengaruh kepemilikan terhadap pen- Sukabumi. Hasil analisa usaha tani diperoleh penda-
dapatan petani ternak sapi potong sebesar 0,58,52 atau patan petani ternak sapi potong pertahun masing-
58,52%. masing kelompok skala usaha yaitu untuk skala kecil
Dari analisa statistik hubungan pengaruh tingkat sebesar Rp9.995.833,86 dengan jumlah ternak yang
kepemilikan ternak terhadap pendapatan ternak sapi dipelihara rata- rata 3.32 ekor, untuk skala sedang
ptong memiliki kontribusi yang linier positif atau tingkat sebesar Rp19.143.909.,10 dengan jumlah ternak yang
hubungan yang kuat. dipelihara rata- rata 7.15 ekor dan untuk usaha skala
Sehubungan tingkat kepemilikan ternak pada besar Rp33.440.581,00 dengan jumlah ternak yang
petani mengindikasikan bahwa setiap kepemilkan dipelihara rata-rata 12.75 ekor bila dibandingkan
dengan jumlah banyak cenderung akan menghasilkan dengan Upah Minimum regional (UMR) Kabupaten
pendapatan petani lebih tinggi, bila dibandingkan ting- Sukabumi yang sebesar Rp875.000,- per bulan dan
kat kepemilikan petani yang lebih kecil. Hal ini sejalan Rp10.000.500,- per tahun maka untuk masing-masing
dengan pendapat Sostroamidjojo dan Soeradji (1990), skala usaha yang harus dipelihara atau diusahakan
skala usaha peternakan sapi rakyat digambarkan oleh petani ternak sapi potong dalam setahun yaitu untuk
jumlah kepemilikan ternak yang kecil, artinya ternak skala kecil sebanyak 3.5 ekor ternak, untuk skala se-
yang dimiliki oleh seorang petani hanya satu sampai dang sebanyak 3.9 ekor ternak dan untuk skala besar
beberapa ekor. sebanyak 4 ekor ternak sapi potong. (4) Dari hasil
perhitungan regresi berganda maka diperoleh persa-
KESIMPULAN DAN SARAN maan regresi taksiran sebagai berikut yaitu Y =
9448386,860 + 3670785,282X1 - 0,078X2. Hasil ini
Kesimpulan
menjelaskan bahwa variabel tingkat kepemilikan se-
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian besar 3670785,28 berpengaruh pada pendapatan peta-
dan selanjutnya penulis dengan menggunakan metoda ni ternak sapi potong dan untuk variabel biaya usaha
analisis kuantitatif maka didapatkan kesimpulan seba- terlihat adanya hubungan linier negatif antara biaya
gai berikut: (1) Semakin besar skala usaha semakin usaha dengan pendapatan petani ternak sapi potong,
baik kesejahteraan petani ternak atau semakin banyak dari hasil analisis diperoleh besarnya koefisien regresi
jumlah ternak yang dipelihara dalam satu kali periode sebesar - 0.078 jika variabel tingkat kepemilikan tetap
pemeliharaan akan semakin tinggi pendapatan yang atau tidak berubah. Dengan melakukan penambahan
diperoleh peternak sapi potong, hal itu karena peternak biaya cenderung akan mengurangi pendapatan petani
dapat melakukan efisiensi pada faktor-faktor produksi ternak sapi potong, untuk melihat hasil perhitungan
seperti biaya tetap yang dibebankan pada jumlah ter- analisis regresi berganda tampak pada hasil atau nilai
nak yang besar sehingga biaya produksi persatuan Multiple Regresion (R) sebesar 0.772 yang mengan-
unit produksi akan semakin kecil. (2) Dengan menge- dung makna, keseluruhan variabel bebas memiliki
tahui serta memahami biaya usaha ternak sapi potong keeratan hubungan dengan variabel terikat sebesar
maka efisiensi usaha dapat dilakukan dengan baik. 77,2% sedangkan Koefisien Determinasi (R2 ) Se-
Untuk meningkatkan pendapatan petani ternak sapi besar 0.596 atau 59.6% yang berarti seluruh variabel
potong seyogyanya melakukan efisiensi terhadap bebas yang digunakan secara bersama-sama telah
biaya usaha, petani ternak dapat melakukan efisiensi mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan
petani ternak, atau sisanya 4.40% dijelaskan variabel Aziz, M.A. 1993. Agroindustri Sapi Potong Prospek
lain di luar variabel independent penelitian ini. (5) Ber- Pengembangan pada PJPT II. Jakarta: PT Insan Mitra
dasarkan analisis uji F terdapat pengaruh signifikan Satyamandiri.
dari variabel tingkat kepemilikan dan biaya usaha Boediono. 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar
Ilmu Ekonomi No : 1. Yogyakarta: BPFE.
terhadap pendapatan petani ternak sapi potong dengan
Direktorat Jendral Peternakan. 2007. Statistik Peternakan.
indikator Xhitung = 35.369 > Ftabel ( = 0,05) = 3,23 Jakarta: Direktorat Jendral Peternakan.
dengan hasil korelasi simultan nilai multiple regresi K. Kariyana. 2005. Sistem Integrasi Tanaman Ternak dalam
sebesar 0.772 dengan makna keseluruhan variabel Perspektif Reorientasi Kebijakan Subsidi Pupuk dan
independen memiliki keeratan hubungan positif yang Peningkatan Pendapatan Petani. Jakarta: Jurnal
sedang dengan variabel dependent yang juga meningkat. Analisis Kebijakan Pertanian.
Pulungan dan Pambudy. 1993. Peraturan dan Undang-
Saran Undang Peternakan. Bogor: Lembaga Sumber Daya
Informasi IPB.
Dari hasil kesimpulan penelitian tersebut maka Setiyono, S., T. Torahmat, dan R. Syarief. 2007. Strategi
penulis perlu memberikan saran-saran khususnya Suplementasi Protein Ransum Sapi Potong Berbasis
kepada pemerintah kabupaten sukabumi yaitu sebagai Jerami dan Dedak. Jakarta: Jurnal Ilmu Pengetahuan
berikut: (1) Untuk meningkatkan pendapatan petani dan Teknologi Peternakan.
ternak sapi potong dikabupaten sukabumi sebaiknya Siregar, S.B. 2005. Penggemukan Sapi. Jakarta: Penebar
dilakukan bantuan modal usaha atau menjalin kerja- Swadaya.
sama melaui Bank daerah berupa kredit bunga rendah Soekartawi, A., dan Soeharjo. 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
untuk meningkatkan jumlah kepemilikan ternak dari
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
masing-masing petani ternak sapi potong. (2) Peme- Sugiyono. 2005. Staistik untuk Penelitian. Bandung:
rintah daerah kabupaten sukabumi, melalui dinas Alfabeta.
pertanian dan peternakan dapat membantu memasar- Sosroamidjojo dan Soeradji. 1990. Peternakan Umum.
kan hasil produksi yang dihasilkan petani ternak atau Jakarta: CV Yasaguna.
memasarkan hasil ternak secara berkelompok sehing- Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Manajemen
ga petani ternak memiliki daya saing yang tinggi. (3) Metode dan Kasus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Perlu dilakukan penelitian berlanjut terhadap faktor- Utama.
faktor lain yang berpengaruh kepada peningkatan WP., Santi. 2008. Respon Penggemukan Sapi PO dan
pendapatan petani ternak sapi potong. Persilangan sebagai Hasil IB terhadap Pemberian
Jerami Padi Fermentasi dan Konsentrat di Kabu-
paten Blora. Bogor: Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta.