BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
sebagai tabungan yang dapat dipergunakan saat diperlukan. Beternak kambing mudah
dilakukan karena tidak membutuhkan ruang atau kandang yang luas dan pakan
mudah didapatkan. Pakan ternak kambing juga dapat diambil dari limbah pertanian
dan pakan hijauan yang tersedia di alam. Kambing juga digemari oleh masyarakat
karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar dan pertumbuhan anak yang cepat,
serta memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan agroekosistem suatu tempat.
yaitu sebesar 148.751 ekor, yang tersebar di 18 kecamatan dengan populasi terbesar
Gunungkidul karena kondisi alam sangat cocok dengan karakter dan sifat kambing,
yaitu iklim kering, daerah berbukit dan banyak tersedia pakan rambanan (Dinas
Kambing adalah salah satu ternak yang tergolong dalam ruminansia kecil,
yang telah lama dibudidayakan dan diternakan di Indonesia. Ternak kambing menjadi
2
komoditas unggulan dikarenakan memiliki prospek yang baik, relatife lebih cepat
tidak memerlukan lahan yang luas, dagingnya relatif digemari masyarakat, serta
memiliki harga yang relatif lebih stabil bahkan cenderung meningkat. Ternak
serta pemenuhan gizi masyarakat. Selain itu kambing juga menghasilkan produk lain
Kambing Bligon atau Jawarandu merupakan salah satu jenis kambing lokal
kambing kacang lebih dari 50%. Kambing Bligon dapat beranak tunggal maupun
kembar (Prawirodigdo dkk., 2003), dan menurut Sitepoe (2008) rata-rata litter size 2
ekor.
ternak kambing. Pertumbuhan yang baik dipengaruhi oleh banyak hal yang terdiri
dilakukan oleh peternak rakyat baik sebagai pekerjaan sampingan maupun sebagai
penimbangan untuk mengetahui bobot badan ternak tersebut sehingga peternak dapat
harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari
penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu
tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah
2004). Harga jual ternak biasanya ditentukan berdasarkan penampilan luar dari ternak
tersebut yang dinilai sebagai penentu harga jual ternak adalah dilihat dari lingkar
dada, panjang badan dan tinggi pundak ternak kambing tersebut, dimana peternak
karena peternak tidak menggunakan alat timbang untuk mengukur ternak kambing
mungkin untuk meningkatkan bobot badan ternak sebelum dijual. Oleh karena itu
perlu dilakukan pendugaan bobot badan melalui ukuran–ukuran tubuh ternak untuk
penting diketahui sebagai kriteria dalam mendapatkan bobot badan ternak secara
efisien dan akurat. Menurut Isroli (2001), ukuran tubuh mempunyai sumbangan
penting untuk memperkirakan bobot tubuh ternak yang cukup besar yaitu ± 90% dari
bobot badan ternak sebenarnya, karena tubuh ternak diibaratkan sebuah silinder.
4
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan, serta menjadi tolak ukur dalam
Manfaat Penelitian
bobot badan dan harga jual menggunakan ukuran-ukuran tubuh kambing Bligon
peneliti selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kabupaten Gunungkidul terletak antara 7o 46’- 8o 09’ Lintang Selatan dan 110o 21’
- 110o 50’ Bujur Timur, wilayah bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten,
lebih 46% dari luas seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi 18
yang memiliki wilayah paling luas dan Kecamatan Semanu merupakan kecamatan
terluas dengan luas sekitar 108,39 Km2 atau sekitar 7,30 persen luas Kabupaten
677.998 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 327.841 jiwa dan perempuan
sebanyak 350.157 jiwa. Dengan luas wilayah 148.536 Ha yang didiami 677.998 jiwa
maka rata-rata kepadatan penduduk Gunungkidul adalah sebesar 456 jiwa/km2, laju
pada tahun 2017 sebesar 148.586 ekor, domba sebesar 11.983 ekor, kambing sebesar
Tepus yaitu 15.172 ekor , kerbau sebesar 3 ekor, kuda sebesar 6 ekor, babi sebesar 73
pedaging sebesar 1.498.857, dan itik sebesar 12.634 (Badan Pusat Statistik, 2017).
cocok dengan karakter dan sifat kambing, yaitu iklim kering, daerah berbukit dan
Ternak kambing tersebar hampir merata di semua kecamatan. Bangsa kambing yang
2009).
Ternak Kambing
ekor, sedangkan di Provinsi D.I.Y. adalah 411.209 ekor. Kenaikan tingkat populasi
pertumbuhan populasi kambing yang lebih tinggi daripada tingkat nasional yaitu rata-
bagi peternak, penyedia pupuk kandang yang berkualitas tinggi dan pemanfaat lahan
pekarangan. Ternak kambing juga merupakan ternak yang relatif mudah dipelihara
memamah biak atau memakan kembali makanannya yang telah berada di lambung
(rumen) dengan tanda kuku-kuku terbelah, tanduk berongga dan mempunyai lambung
untuk mendapatkan keuntungan dari usaha tersebut berupa bahan makanan, bahan
yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah “Bulan sabit yang subur” dan
Turki) dan Eropa. Kambing liar jantan maupun betina memiliki kelenjar bau di
keempat kakinya. Bau tersebut sangat kuat (prengus) khususnya pada kambing
jantan. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, tidak ada celah pada
bagian bibir atas, ekor mencuat ke atas, kebanyakan berbulu lurus dan kasar.
Kambing jantan maupun betina memiliki sepasang tanduk namun tanduk pada
kambing jantan lebih besar dan tanduknya berputar ke kiri. Kambing liar tersebar dari
8
Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai ke Mongolia dan
Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang dikenal secara luas oleh
daging dan kulit, kambing juga dapat menghasilkan susu yang nilai bergizi lebih
tinggi dibanding dengan susu dari ternak lainnya. Ternak kambing yang banyak
terdapat di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing lokal. Kambing kacang
merupakan kambing asli dengan ukuran badan kecil, sedangkan kambing lokal
daging dan kulit (Suparman, 2007). Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten
Gunungkidul.
9
(PE), kambing Jawarandu, kambing Boer, kambing Saenen dan kambing Marica
Atmojo, (2007) yang disitasi oleh Rini, (2012). Kambing Kacang merupakan
kambing asli dari Indonesia. Kelebihan dari kambing Kacang adalah dapat hidup
dengan baik meskipun kualitas pakan dan lingkungan kurang baik, sebagai ternak
penghasil daging dan kulit, memiliki tingkat kesuburan reproduksi yang tinggi serta
tahan terhadap penyakit. Namun, kambing Kacang juga memiliki kekurangan yaitu
10
ukuran badan relatif kecil dan pendek (Maisir, 2018). Hasil persilangan antara
kambing Ettawa dari India dengan kambing Kacang adalah kambing Peranakan
Etawa (PE). Kambing Peranak Ettawa (PE) bersifat dwiguna, sehingga dapat
menghasilkan susu dan daging Mulyono dan Sarwono, (2010) yang disitasi oleh
Hidayat, (2018). Kambing Peranakan Ettawa (PE) memiliki beberapa tipe ras yaitu
Jawarandu Kaleka dan Haryadi, (2013) yang disitasi oleh Rini, (2012). Kambing
Jawarandu memiliki karakteristik secara fisik diantaranya adalah profil muka agak
cembung, telinga agak menggantung, tubuhnya memiliki warna belang antar coklat,
hitam dan putih serta, memiliki tanduk pada jantan maupun betina Purbowati, dkk.
Menurut Atmojo (2007) bahwa Jenis Dan Macam – Macam Kambing Yang
Ada Di Indonesia :
Kambing Kacang
badan yang kecil. Tinggi gumba pada kambing jantan 60 sentimeter hingga 65
berbulu lurus dan pendek pada seluruh tubuh kecuali ekor dan dagu, pada kambing
jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai
11
ekor dan pantat. Memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau kombinasi
ketiganya. Baik kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk yang pendek.
Kambing Ettawah
merupakan jenis kambing unggul tipe dwiguna karena sebagai kambing penghasil
susu dan penghasil daging. Badannya besar, tinggi gumba kambing jantan 90
sentimeter hingga 127 sentimeter dan kambing betina hanya mencapai 92 sentimeter.
kilogram. Telinga panjang dan terkulai ke bawah. Dahi dan hidunngnya cembung.
Baik jantan maupun betina bertanduk pendek. Kambing jenis ini mampu
antara kambing Ettawah (asal India) dengan kambing kacang, yang penampilannya
mirip Ettawah tetapi lebih kecil. Namun, lebih adaptif terhadap lingkungan lokal
Indonesia. Kambing PE termasuk tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan
susu (perah) karena mampu menghasilkan susu sebanyak 3 liter per hari. Memiliki
warna bulu belang hitam, putih, dan coklat. Padda daerah nelakang ekor dan dagu
yang cukup besar, dahi dan hidung cembung. Kambing jantan maupun betina
Kambing Jawarandu
Kacang dengan kambing Peranak Ettawah. Namun, sifat fisik kambing kacang lebih
susu sebanyak 1,5 liter per hari. Bobot badan kambing jantan mencapai lebih dari 40
maupun betina bertanduk. Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai.
Kambing Boer
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak ter-
regristrasi lebih dari 65 tahun. Kambing Boer merupakan kambing peghasil daging
dari berat tubuhnya. Kambing Boer memiliki tubuh yang panjang dan lebar, berbulu
kepala coklat kemerahan atau coklat muda hingga cklat tua. Beberapa kambing Boer
Kambing Saenen
Kambing Saenen berasal dari Saenen, Swiss. Baik kambing jantan maupun
betinanya tidak memliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat. Hidung,
13
telinga dan kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya
berukuran sedang dan tegak. Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu.
Kambing Marica
salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah
termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah populasi kambing
daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan
Kambing ini termasuk kambing Peranakan Ettawa (PE), tetapi bentuknya cenderung
ke arah kambing Kacang dengan badan yang lebih kecil dibanding kambing PE
menciptakan kemandirian pangan dan sarana optimalisasi sumberdaya lokal. Hal ini
14
legum, rerumputan dan tanaman pohon penghasil pakan ternak (Budisatria dkk.,
2008). Namun, kendala yang sering dihadapi oleh peternak yaitu keterbatasan pakan
ternak di musim kemarau, sehingga diperlukan formula yang tepat untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
ternak lokal juga menjelaskan bahwa kambing Bligon di Indonesia nenek moyangnya
berasal dari India yaitu kambing Ettawa (Sarwono,2008). Sutama dan Budiarsana
antara kambing lokal (kambing kacang) dengan kambing Peranakan Ettawa (PE).
Kambing hasil persilangan ini memiliki moncong lancip, telinganya tebal dan lebih
panjang daripada kepalanya, lehernya tidak bersurai, tubuhnya terlihat tebal dan bulu
tubuhnya kasar. Ciri khas kambing Bligon antara lain bentuk muka cembung dan
dagu berjanggut, di bawah leher terdapat gelambir yang tumbuh berawal dari sudut
janggut, telinga panjang, lembek, menggantung dan ujungnya agak berlipat, tanduk
berdiri tegak mengarah ke belakang, panjang 6,5-24,5 cm, tinggi tubuh (gumba) 70-
90 cm, tubuh besar dan pipih, bentuk garis punggung seolah-olah mengombak ke
belakang, bulu tubuh tampak panjang dibagian leher, pundak, punggung dan paha.
Sutama dan Budiarsana (2010) yaitu kambing Bligon memiliki bentuk tubuh yang
15
agak kompak dan perototan yang cukup baik. Kambing jenis ini mampu tumbuh 50
Kacang. Spesifikasi dari kambing ini adalah hidung agak melengkung, telinga agak
besar dan terkulai, dengan berat badan antara 35-45 kg pada betina, sedangkan pada
kambing jantan berkisar antara 40-60 kg dan produksi susu berkisar 1-1,5 l/hari.
Kambing ini merupakan jenis kambing perah dan dapat pula menghasilkan daging.
Kambing Bligon termasuk kambing yang prolifik (subur) dengan menghasilkan anak
pemeliharaannya. Kambing Bligon dapat beranak tiga kali setiap dua tahun dengan
jumlah anak setiap kelahiran 2-3 ekor dengan pengelolaan budi daya secara intensif.
Hal ini sependapat dengan Prawirodigdo (2008) bahwa kambing Bligon dapat
beranak tunggal maupun kembar dan menurut Sitepoe (2008) rata-rata litter size
peliharaan, kambing Bligon memiliki dua kegunaan yaitu sebagai penghasil susu
(perah) dan pedaging. Kambing Bligon termasuk ternak yang mudah dipelihara
ini cocok dipelihara sebagai kambing potong karena anak yang dilahirkan cepat besar
(Sarwono, 2008).
dikembangkan karena memiliki laju reproduksi dan produktifitas induk yang baik
(Utomo dkk. , 2008). Prawirodigdo, dkk. (2008) menyatakan bahwa kambing Bligon
banyak dibudidayakan di daerah pesisir pantai utara, contohnya di Brebes, Tegal, dan
Pekalongan. Kambing Bligon berpotensi sebagai tipe kambing dwiguna (perah dan
Bligon lebih cocok diusahakan di dataran sedang (500-700 m dpl) sampai dataran
Pertumbuhan Kambing
sel yang menjadi semakin besar seiring terjadinya proses asimilasi materi dari
luar (Hakim, 2010). Selama masa pertumbuhan terdapat dua hal yang terjadi yaitu
adanya kenaikan bobot badan atau komponen tubuh sampai mencapai ukuran
yang disebabkan oleh perbedaan laju pertumbuhan jaringan atau bagian tubuh
perkembangan (Hammond dkk., 1976). Salah satu faktor penting yang dapat
size). Ukuran dewasa pada kambing beragam, mulai dari bobot 20 kg pada
kambing Kacang hingga 100 kg pada kambing Improved Boer. Setiadi (1996)
menyatakan bahwa secara umum anak kambing yang berasal dari bangsa kambing
17
tipe besar akan tumbuh lebih cepat dibandingkan anak kambing yang berasal dari
pola sigmoid (S). Pada umur 8 bulan, pertumbuhan bobot kambing Kacang
jantan mengalami kenaikan yang sangat cepat karena pada umur tersebut
sudah dewasa tubuh serta pertumbuhan ternak saat itu tidak hanya digunakan
juga (Septian dkk., 2015). Kurva pertumbuhan bobot badan kambing Kacang tersaji
pada Ilustrasi 1.
pertumbuhan dan perkembangan lebih mengarah kepada otot dan lemak. Septian dkk
kaki depan mengalami pertumbuhan yang berfungsi menyangga tubuh ternak. Hakim
diikuti pertumbuhan otot dan yang terakhir prtumbuhan jaringan lemak. Perbedaan
Otot merupakan komponen pada karkas yang tumbuh setelah tulang yang
jaringan yang tumbuh terakhir. Menurut Soeparno (2005), laju pertumbuhan otot
Pertumbuhan tulang yang relatif cepat terjadi di bagian tulang kepala, paha,
dada dan bahu, sedangkan yang relatif lambat terdapat pada bagian tulang pinggang,
bagian tertentu dari badan dapat memberi petunjuk untuk dipakai memperkirakan
bobot badan seekor ternak ruminansia seperti kambing. Ukuran tubuh yang sering
digunakan untuk mengestimasi bobot badan yaitu lingkar dada, panjang badan dan
tinggi pundak (Basbeth dkk., 2015). Lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada dan
panjang badan berkorelasi positif dengan bobot hidup (Utami, 2008). Lingkar dada
bobot badan ternak menyebabkan ukuran tubuh ternak bertambah besar dan diikuti
dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga
didaerah dada, sehingga pada gilirannya ukuran lingkar dada semakin meningkat
(Doho, 1994).
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Fourie dkk. (2002) bahwa lingkar dada
dan panjang badan mempunyai pengaruh besar pada bobot badan. Lingkar dada
meningkat seiring dengan umur ternak. Menurut Rahman (2007) kambing bengal
hitam memiliki panjang badan dengan korelasi 0,84 sedangkan tinggi pundak dengan
korelasi 0,79 dan lingkar dada dengan korelasi hasil 0,86 menjadikan persamaan
20
regresi yaitu, pada panjang badan y= 16.06+0.59x, tinggi pundak y= 14,50+0,58x dan
lingkar dada y=14.65+0.54x. Untuk kambing lokal memiliki panjang badan dengan
korelasi 0,42 dan lingkar dada dengan korelasi hasil 0,37 menjadikan persamaan
regresi yaitu, pada panjang badan y=2,048+0,223x dan lingkar dada y=2,655+0,192x
(Hakim, 2010). Kambing jawarandu sendiri memiliki korelasi panjang badan, tinggi
pundak dan lingkar dada yang berbeda yaitu, panjang badan dengan korelasi 0,87,
tinggi pundak 0,90 dan lingkar dada 0,90 (Basbeth dkk, 2015).
Pola pertumbuhan Tingggi Pundak kambing Bligon jantan pada umur 1-7
bulan mengalami pertumbuhan cepat, setelah itu pertumbuhan akan menjadi lambat.
Hal ini disebabkan tulang penyusun kaki depan yang berhubungan dengan tinggi
tulang ini mengalami pertumbuhan yang paling cepat, sesuai dengan fungsinya untuk
menyangga tubuh. Dinyatakan oleh Syawal dkk. (2013) bahwa setelah dilahirkan,
bagian kepala dan kaki berkembang lebih awal, sedangkan badan terutama bagian
punggung berkembang lambat dan merupakan bagian yang tumbuh paling akhir
dalam mencapai ukuran dewasa. Pertumbuhan tulang yang relatif cepat terjadi pada
tulang kepala, paha, kaki depan dan belakang, pertumbuhan tulang yang relatif
sedang terjadi pada tulang rongga dada dan bahu, sedangkan pertumbuhan tulang
yang relatif lambat terjadi pada tulang pinggang, dada, dan pinggul (Sutiyono dkk.,
2006).
21
Pola pertumbuhan Panjang Badan kambing Bligon jantan pada umur 1-8
bulan panjang badan mengalami pertumbuhan cepat, setelah itu pertumbuhan akan
menjadi lambat sampai umur 13-48 bulan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya bangsa, jenis kelamin, pakan,
mengalami perbedaan.
Pola pertumbuhan Lingkar Dada Laju kambing Bligon jantan pada umur 1-8
bulan berlangsung cepat, setelah itu laju pertumbuhan menjadi lambat. Menurut
Nasution dkk. (2010) suhu yang tinggi pada musim panas yang panjang dapat
ransum yang tinggi meningkatkan konsumsi bahan kerin yang selanjutnya digunakan
untuk pertumbuhan. Menurut Syawal dkk. (2013) bahwa faktor pakan sangat penting
pertumbuhan jaringan daging yang melekat pada tulang dan berjalan lambat.
22
Pertumbuhan lingkar dada merupakan perkembangan dari otot yang melekat pada
tulang rusuk (Permatasari dkk., 2013). Menurut Sutiyono dkk. (2006), lingkar dada
pertambahan bobot badan menyebabkan ternak bertambah besar dan diikuti dengan
pertambahan dan perkembangan otot yang ada didaerah dada sehingga ukuran lingkar
dada semakin tinggi. Semakin panjang tulang rusuk, maka otot yang melekat pada
tubuh adalah umur, bangsa, jenis kelamin, pakan, bobot lahir, lingkungan dan
ukuran tubuh ternak mempunyai hubungan yang erat dengan umur ternak
tersebut. Korelasi antara bobot hidup dan ukuran tubuh akan lebih tinggi apabila
diterapkan pada ternak dengan umur muda dibandingkan ternak dengan umur tua.
Ternak berjenis kelamin jantan juga akan memiliki akurasi pendugaan yang
performance ternak. Penggunaan ukuran-ukuran badan, sangat baik untuk berat badan
maupun untuk mengetahui sifat keturunan dan produksi, sehingga dengan memakai
Cara pengukuran lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak pada ternak
2. Panjang badan : diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku
3. Tinggi pundak : diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi
Hasil yang didapat oleh Kumianto dkk, (2012) bahwa rata-rata ukuran tubuh
kambing bligon yaitu, panjang badan 49,4±5,9cm, tinggi pundak 57,3±7,3cm dan
lingkar dada 64,4±6,1cm. Menurut Batubara dkk, (2011) kambing bligon memiliki
Bobot badan kambing kacang jantan pada umur 1-3 dan 4-6 bulan terlihat
yang cepat, karena pada umur tersebut kambing kacang jantan belum dewasa
kelamin. Pada umur 7-12 bulan pertumbuhanya mulai melambat, namun masih terus
meningkat sedangkan pada umur 13-24 bulan 25-36 dan umur 37-48 bulan
pertumbuhan yang cepat terjadi pada periode lahir hingga usia penyapihan dan
24
pubertas, namun setelah usia pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan mulai
menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa. Menurut Sampurna dan Suatha
(2010), bahwa pertumbuhan mempunyai tahap-tahap yang cepat dan lambat, tahap
cepat terjadi pada saat ternak belum dewasa kelamin, dan tahap lambat terjadi pada
saat dewasa tubuh. Menurut Soeparno (2009) kambing mencapai dewasa kelamin
pada umur 6-10 bulan. Hormon testosteron yang mulai diproduksi setelah dewasa
Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program
aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan
harapan konsumen. Berbicara harga berarti bicara tentang citra kualitas dan seberapa
kualitas, sehingga ikut menentukan citra terhadap sebuah merek atau produk. Dalam
persepsi konsumen sering berlaku logika bahwa harga yang mahal berarti kualitas
bagus dan harga yang murah berarti kualitasnya kurang. Pada tingkat tertentu
mempertimbangkan berbagai faktor lain terkait, secara kasar dapat dikatakan bahwa
makin tinggi harga yang ditetapkan secara relatif terhadap kompetitor, makin
makin kecil, makin tinggi harga yang ditetapkan makin sedikit konsumen yang
BAB III
Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan yaitu pada bulan Maret sampai
April 2019. Tempat pelaksanan penelitian adalah di peternak yang ada di kecamatan
Materi Penelitian
Materi penelitian terdiri dari ternak kambing Bligon jantan yang berumur ± 8
bulan yang dipelihara oleh peternak sebanyak 100 ekor yang terletak di kecamatan
Sabtosari, Playen dan Paliyan. Peternak yang dipilih yang sudah memiliki
pengalaman beternak kambing selama minimal 2 tahun dan penjual yang sudah
dalam penelitian meliputi timbangan gantung merk Morizt dengan kapasitas 100 Kg
dan ketelitian 1 Kg, pita ukur dan tongkat ukur dengan ketelitian masing-masing 1
mm.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei melalui peternak
dengan melakukan pengukuran statistik vital dan penimbangan bobot badan sebagai
tolak ukur harga jual, penentuan harga jual dilakukan secara survei melalui penjual
Penetapan Sampel
BPS Gunungkidul untuk mengetahui jumlah ternak kambing Bligon yang dipelihara
Kecamatan Kambing
1. Saptosari 9.775
2. Playen 15.972
3. Paliyan 5.211
Jumlah 30.958
sebanyak 175.767 ekor pada tahun 2017 dan di ambil tiga kecamatan yaitu Saptosari,
Playen dan Paliyan sebanyak 30.958 ekor. Kemudian, menetapkan jumlah sampel
N
n=
1+ N d 2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
N 30.958 30.958
n= = = =99.6
1+ N e 1+30.958 x 0 ,1² 1+30.958(0,01)
2
Jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 100 ekor. Jadi, jumlah
sampel yang sudah dianggap mewakili dari populasi ternak kambing yang dipelihara
di Kabupaten Gunungkidul adalah 100 ekor yang diambil dari tiga kecamatan di
Kabupaten Gunungkidul.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung hasil pencatatan
harga jual ternak kambing dan pengukuran ternak kambing dipasar hewan.
Pengukuran yang dilakukan meliputi lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak,
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk
mendapatkan informasi atau keterangan objek yang diteliti. Biasanya data tersebut
diperoleh dari tangan kedua, baik dari objek secara individual maupun dari suatu
badan atau instansi yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data untuk
sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang bersumber dari lembaga
pemerintah dan publikasi yang berupa hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Pengukuran Variabel
1. Lingkar Dada (LD, cm) adalah melingkari dada body of sternum dibelakang
sendi bahu. Pengukuran ini dilakukan dengan pita ukur dalam satuan cm
2. Panjang Badan adalah mengukur jarak dan tepi depan luar tulang scapula
2018).
3. Tinggi Pundak diukur menggunakan tongkat ukur dari titik tertinggi pundak
Analisis Data
n ∑ XY − ∑ X ∑ Y
r=
√ (𝑛 ∑ X2- (∑ X)2) (𝑛 ∑ Y2− (∑ Y)2)
30
Keterangan:
r : Korelasi
Y : Bobot badan
n : Jumlah sampel
Bligon jantan dapat diketahui dari koefisien determinasi dengan rumus sebagai
berikut :
R2= r2 x 100%
31
(lingkar dada, panjang badan, tinggi badan) dengan bobot badan kambing Bligon
Y = a + bX
Keterangan:
Y : Bobot badan
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
BB Duga − BB Nyata
% Penyimpangan= x 100%
BB Nyata
32
BAB IV
Berdasarkan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (2018), Luas wilayah
Kabupaten Gunungkidul tercatat 1.485,36 km2 atau kurang lebih 46% dari luas
seluruh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi 18 kecamatan dan 144
wilayah paling luas dan Kecamatan Semanu merupakan kecamatan terluas dengan
luas sekitar 108,39 km2 atau sekitar 7,30% luas Kabupaten Gunungkidul.
jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 327.841 jiwa dan perempuan sebanyak
350.157 jiwa. Dengan luas wilayah 148.536 Ha yang didiami 677.998 jiwa maka
potong pada tahun 2017 sebesar 148.586 ekor, domba sebesar 11.983 ekor, kambing
terbesar di Kecamatan Tepus yaitu 15.172 ekor , kerbau sebesar 3 ekor, kuda sebesar
6 ekor, babi sebesar 73 ekor, ayam kampung sebesar 1.113.152, ayam petelur sebesar
33
241.425, ayam pedaging sebesar 1.498.857 dan itik sebesar 12.634 (Badan Pusat
Statistik, 2018).
Ternak kambing tersebar hampir merata di semua kecamatan. Bangsa kambing yang
2009).
Hubungan antara Panjang Badan, Tinggi Badan, dan Lingkar Dada Terhadap
Bobot Badan
Koefisien korelasi antara Panjang Badan (PB), Tinggi Badan (TB), dan
Lingkar Dada (LD) dengan bobot badan ditampilkan pada Tabel 3, dimana berbagai
ukuran tubuh tersebut berkolerasi sangat nyata (P<0,01). Hal ini dapat diartikan, jika
Panjang Badan, Tinggi Badan, atau Lingkar Dada meningkat, maka Bobot Badan
Hasil ini sesuai dengan penelitian Victori dkk. (2015) yang menunjukkan hubungan
yang sangat positif antara lingkat dada, panjang badan tinggi badan pada bobot badan
kambing. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Tama ddk. (2015)
yang menyatakan bahwa panjang badan, tinggi badan dan lingkar dada mempunyai
dalam pendugaan bobot badan domba Garut adalah panjang badan, tinggi badan dan
34
lingkar dada. Basbeth dkk. (2015) menyatakan bahwa perbedaan ukuran dimensi
tubuh dipengaruhi pada ukuran tubuh, ketebalan dan bobot tubuh. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat dijelaskan bahwa keeratan angka korelasi yang signifikan pada
pendugaan bobot badan, oleh karena itu kemudian dilanjutkan dengan analisis
regresi.
Tabel 3. Hubungan antara statistik vital dengan bobot badan kambing Bligon
jantan
Variable N r R2
PB 100 0,889a 0,790
TB 100 0,811a 0,658
a
LD 100 0,956 0,915
Keterangan: N = jumlah sempel; r = koefisien korelasi; R2 = koefisien determinasi;
a
= berkolerasi sangat nyata (p<0,01)
Sumber = Hasil Olah Data Primer, 2019
Hasil nilai koefisien korelasi secara berurutan dari yang tertinggi ke rendah
yaitu lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan, dengan koefisien korelasi
tubuh yang memiliki hubungan dengan bobot badan pada kambing Bligon jantan
pada penelitian ini menunjukakan bahwa Lingkar Dada (LD) dan Panjang Badan
( PB) memiliki pengaruh yang kuat dibandingkan Tinggi Badan (TB) hal ini
perkembangan jaringan otot yang ada di daerah dada (Tabel 3). Setiawan dkk. (2013)
menyatakan bahwa lingkar dada memperlihatkan pertumbuhan tulang rusuk dan otot
35
yang berada pada tulang rusuk. Olatunji-akioye dan Adeyemo (2009) menyatakan
bahwa lingkar dada adalah persamaan prediktif terbaik untuk menduga bobot badan
pada ternak.
Panjang badan memiliki nilai koefisien korelasi yang kuat dengan bobot
badan, yaitu sebesar 0,889 (Tabel 3) karena panjang badan berada pada area dada
depan hingga pinggul serta tulang belakang yang terus tumbuh seiring dengan
semakin panjang juga tulang belakangnya dan semakin meningkatnya bobot badan
kambing tersebut sampai tubuh maksimal. Pendapat ini didukung oleh Trisnawanto
dkk. (2012) yang menyatakan panjang badan ternak merupakan pencerminan adanya
umur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain
Pesmen dan Yardimici (2008) yang melaporkan bahwa panjang badan memiliki nilai
korelasi yang sangat kuat yaitu sebesar 0,86; Adeyinka dan Mohammed (2006) pada
kambing di Nigeria Utara sebesar 0,88; Shirzeyli, dkk. (2013) pada domba Macoei di
Iran yaitu sebesar 0,95; Mahmud, dkk. (2014) pada domba jantan yang berumur 13-
24 bulan di Nigeria yaitu sebesar 0,948 serta hasil penelitian Sowande dan Sobala
(2008) pada domba West African Dwarf (WAD) berumur antara 13-36 bulan yaitu
sebesar 0,91. Perbedaan hasil nilai korelasi disebabkan oleh perbedaan bangsa ternak
yang digunakan. Cam, dkk. (2010) menyatakan bahwa perbedaan breed, jenis
kelamin, aktifitas serta kondisi lingkungan akan menghasilkan respon yang berbeda.
36
Tinggi badan memiliki nilai koefisien korelasi dengan bobot badan, yaitu
sebesar 0,811 (Tabel 3) paling rendah jika dibandingkan dengan lingkar dada dan
panjang badan, hal ini disebabkan ukuran tinggi badan dipengaruhi oleh pertumbuhan
tulang penyusun kaki depan dan tidak berhubungan langsung dengan ruang abdomen
dimana tulang kaki depan hanya sebagai alat gerak saja. Selain itu, jaringan otot yang
melekat di daerah kaki lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah jaringan otot
yang melekat pada daerah dada dan sepanjang tulang penyusun panjang badan,
sehingga tinggi badan memiliki nilai korelasi yang paling rendah. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Sutiyono, dkk. (2006) bahwa tinggi badan dipengaruhi oleh
tulang-tulang penyusun kaki depan dan tidak berhubungan langsung dengan ruang
abdomen dimana tulang-tulang kaki depan hanya sebagai penunjang aktifitas gerak
ternak. Nilai korelasi tinggi badan pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian lainnya yakni Trisnawanto, dkk. (2012) pada domba
Dombos jantan; Isroli (2001) pada domba Priangan, yaitu masing-masing 0,63; 0,64
dan lebih rendah jika di bandingkan dengan hasil penelitian Afolayan, dkk. (2006)
pada domba Yakansa sebesar 0,84; Sowande dan Sobala (2008) pada domba WAD
(West African Dwarf) dengan umur antara 13-36 bulan yaitu sebesar 0,89 serta
Mahmud, dkk. (2014) pada domba jantan yang berumur 13-24 bulan di Nigeria yaitu
sebesar 0,986. Perbedaan nilai korelasi antara tinggi badan dan bobot badan ini
disebabkan oleh perbedaan jenis ternak serta kondisi lingkungan dalam penelitian.
37
Lingkar dada dengan bobot badan memiliki nilai koefisien korelasi yang
sangat kuat jika dibandingkan dengan panjang badan dan tinggi badan, yaitu sebesar
0,956 (Tabel 3). Hal ini karena lingkar dada berhubungan langsung dengan dada dan
ruang abdomen dimana sebagian besar bobot badan ternak berasal dari bagian dada
hingga pinggul, sehingga semakin besar ukuran lingkar dada maka bobot badan
semakin berat. Hal ini sesuai dengan penelitian Malewa (2009) pada domba
Donggala; Basbeth, dkk (2015) pada kambing Jawarandu; Afolayan, dkk. (2006)
pada domba Yakansa yang melaporkan bahwa lingkar dada memiliki nilai koefisien
korelasi yang tertinggi dan sangat kuat yaitu masing-masing 0,91; 0,93; 0,94. Setiap
kenaikan ukuran tubuh maka akan diikuti kenaikan ukuran tubuh lainnya. Ternak
panjang badan dan tinggi badan, masing-masing 0,956; 0,889; 0,811. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara lingkar dada, panjang
badan dan tinggi badan pada kambing bligon jantan terhadap bobot badan. Hal ini
38
menunjukkan bahwa variabel yang dipakai sudah tepat untuk melakuakn pendugaan
bobot badan dimana sesuai dengan penelitian Permatasari, dkk. (2013) menunjukakan
muka, panjang telinga, lingkar dada, lebar dada, panjang badan, tinggi pundak, tinggi
pinggul, lebar pinggul, panjang kaki depan dan panjang kaki belakang) secara
komputer SPSS for Windows diperoleh hasil persamaan Regresi Linier Tunggal pada
koefisien regresi positif (searah), jika Panjang Badan (PB) meningkat 1 cm,
39
koefisien regresi positif (searah), jika Tinggi Badan (TB) meningkat 1 cm,
koefisien regresi positif (searah), jika Lingkar Dada (LD) meningkat 1 cm,
badan, tinggi badan dan lingkar dada mempunyai pengaruh signifikan terhadap Bobot
Bobot badan merupakan salah satu tolak ukur tingkat produktivitas ternak
yang dapat digunakan sebagai pedoman dasar pemilihan bibit maupun bakalan, oleh
karena itu menduga bobot badan merupakan keterampilan yang harus dikuasai
peternak. Utami (2008) menyatakan bahwa apabila penimbangan ternak tidak dapat
ukuran tubuh ternak. Hal ini diperkuat oleh Pesmen dan Yardimci (2008) yang
40
badan.
dengan bobot badan, rumus Schoorl dan rumus Lambourne serta tingkat
penyimpangan pendugaan bobot badan kambing Bligon jantan seperti yang terlihat
pada Tabel 5.
15,323% lebih rendah jika dibandingkan dengan panjang badan dan tinggi badan
terbaik dalam menduga bobot badan kambing Bligon jantan dibandingkan dengan
panjang badan dan tinggi badan karena lingkar dada berhubungan langsung dengan
ruang abdomen dimana sebagian besar bobot badan berasal dari bagian dada hingga
pinggul. Hal ini sesuai dengan Cam, dkk. (2010) yang menyatakan bahwa persamaan
regresi dapat digunakan untuk menduga bobot badan secara akurat. Zurahmah dan
Enos (2011) menyatakan bahwa ukuran lingkar dada merupakan penduga terbaik
bobot badan ternak, serta didukung oleh Olatunji dan Adeyemo (2009) yang
menyatakan bahwa lingkar dada memiliki tingkat keakuratan yang tinggi sehingga
dapat digunakan untuk menduga bobot badan ternak. Mayaka, dkk. (1995)
41
melaporkan bahwa pendugaan bobot badan melalui persamaan regresi lingkar dada
Afrika Barat.
penelitian ini memiliki tingkat penyimpangan yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan rumus Lambourne dan Ardjodarmoko . Perbedaan hasil penelitian ini diduga
lingkungan yang berbeda. Sedangkan Wahyudin (2007) yang disitasi oleh Malewa
(2009) menyatakan bahwa hasil rumus Lambourne lebih mendekati berat sebenarnya
menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan ternak kambing bligon jantan adalah 15,80
jantan dikarenakan usia ternak. Pertumbuhan ternak pada usia muda belum maksimal
sehingga harganya relatif lebih rendah dibandingkan dengan ternak dewasa. Beberapa
hal yang dapat mempengaruhi harga kambing di pasaran menjadi rendah adalah
tingginya angka penjualan kambing sebagai modal usaha pada saat musim tanam,
42
adanya suatu wabah penyakit yang mematikan bagi ternak dan biaya sekolah. Hal
sebelum mencapai umur optimum, misalnya 2 atau 3 bulan (Suyono, 2015). Harga
kambing akan mengalami kenaikan kembali pada saat acara-acara tertentu seperti
acara adat, pernikahan dan pada saat hari raya idul adha.
43
BAB V
Kesimpulan
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ukuran lingkar dada, panjang badan
dan tinggi badan kambing Bligon jantan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan
bobot badan dengan nilai koefisien korelasi secara berurutan yaitu: 0,956; 0,889; dan
0,811 dan nilai koefisien determinasi secara berurutan yaitu: 0,915; 0,790 dan 0,658.
Rumus persamaan untuk menghitung bobot badan dengan ukuran lingkar dada BB =
-26,379+0,719LD dapat digunakan sebagai pendugaan bobot badan karena memiliki
nilai penyimpangan terendah sebesar 15,323%.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Basbeth, A.H. W.S. Dilaga dan A. Purnomoadi. 2015. Hubungan antara ukuran
ukuran tubuh terhadap bobot badan kambing jawarandu jantan umur muda di
Kabupaten Kendal. Animal Agriculture Journal Vol 4 (1): 35-40.
Basuki, N. 1996. Tingkat Penawaran Ternak Kambing Rakyat Pada Tingkat Petani
Peternak di Kecamatan Bontomateng Kabupaten Wojo. Skripsi Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
BPS Gunungkidul. 2017. Kabupaten Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Gunungkidul.
Gatot Murdjito, I Gede Suparta Budisatria, Panjono, Nono Ngadiyono Dan Endang
Baliarti. 2011. Kinerja Kambing Bligon Yang Dipelihara Peternak Di Desa
Giri Sekar, Panggang, Gunungkidul. Buletin Peternakan. 35(2):86-95.
Gunawan, A., K. Jamal, dan C. Sumantri. 2008. Pendugaan Bobot Badan melalui
Analisis Morfometrik dengan Pendekatan Regresi Terbaik Best – Subset pada
Domba Garut Tipe Pedaging, Tangkis dan Persilangannya. Majalah Ilmiah
Peternakan 11 (1): 1-6.
Hakim A, 2010, Hubungan Antara Ukuran Tubuh, Bobot Badan Dan Bobot Karkas
Kambing Lokal Betina Di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kambing
Surakarta. Skripsi Sarjana Peternakan. Jurusan Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hammond, J. Jr., J. C. Bowman, and T.R. Robinson. 1984. Hammond’s Farm
Animal. 5th Ed. Butler and Tanner Ltd, London.
Hidayat, F. 2018. Pengaruh Lingkar Dada, Panjang Badan, Dan Tinggi Gumba
Terhadap Bobot Badan Kambing Peranakan Etawa Di Kecamatan
Kaligesing Kabupaten Purworejo, Skripsi. Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Indah Hartatik Puji, 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM, Cetakan Pertama,
Laksana, Jogjakarta, Hal. 182
Isroli. 2001. Evaluasi terhadap pendugaan bobot badan domba Priangan
berdasarkan ukuran tubuh. Saintek 8(2): 90-94.
Kotler. P. 2004. Manajemen Pemasaran. Analisis. Alih Bahasa oleh Hendra Teguh,
dkk. Erlangga, Jakarta.
Mahmud, M. A., P. Shaba, W. Abdulsalam, H. Y. Yisa, J. Gana, S. Ndagi and R.
Ndagimba. 2014. Live body weight estimation using cannon bone length and
other body linear measurements in Nigerian breeds of sheep. J. Adv. Vet.
Anim. Res., 1(4): 169-176.
Malewa, A. 2009. Penaksiran bobot badan berdasarkan lingkar dada dan panjang
badan domba Donggala. J. Agroland. 16 (1): 91 – 97.
Murti, Y.A, Septian A.D, Rahardian A, Purbowati E, Lestari CMS, Rianto E, Arifin
M, Purnomoadi A, 2014. Korelasi Antara Ukuran-Ukuran Tubuh Dengan
Bobot Badan Kambing Kacang Jantan Di Jawa Tengah. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2014.
Nasution, S., F. Mahmalia. dan M. Doloksaribu. 2010. Pengaruh musim terhadap
pertumbuhan kambing Kacang prasapih di stasiun percobaan loka penelitian
46
Shirzeyli, F. H., A. Lavvaf and A. Asadi. 2013. Estimation of body weight from body
measurements in four breeds of Iranian sheep. Songklanakarin Journal
Science Technology. 35(5): 507-511.
Sitepoe, M. 2008. Cara Memelihara Domba dan Kambing Organik. PT. Indeks,
Jakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan III. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
47
Syawal, S., B. P. Purwanto dan I. G. Permana. 2013. Studi hubungan respon ukuran
tubuh dan pemberian pakan terhadap pertumbuhan sapi pedet dan dara. JITP.
2 (3): 175-188.
Tahuk, P.K., E. Baliarti dan H. Hartadi. 2008. Kinerja kambing Bligon pada
penggemukan dengan level protein pakan berbeda. Buletin Peternakan 32 (2):
121-135.
Tama, Wahyu adhi, moch. Nasich dan sri wahyuningsih. 2015. Hubungan antara
Lingkar Dada, Panjang Badan dan Tinggi Badan dengan Bobot Badan
Kambing Senduro Jantan di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang,
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26 (1): 37-42.
Victori, Andi, Endang Purbowati, dan C. M. Sri Lestari. 2015. Hubungan antara
Ukuran-Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Kambing Peranakan Etawah
Jantan di Kabuparen Klaten, Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26 (1): 23-28.
Zurahmah, N dan T. Enos. 2011. Pendugaan bobot badan calon pejantan sapi Bali
menggunakan dimensi ukuran tubuh. Buletin Peternakan. 35(3): 160-164.
49
RINGKASAN
Gunungkidul, populasi ternak sapi potong pada tahun 2017 sebesar 148.586 ekor,
domba sebesar 11.983 ekor, kambing sebesar 175.767 ekor yang tersebar di 18
kecamatan dengan populasi kambing terbesar di Kecamatan Tepus yaitu 15.172 ekor ,
kerbau sebesar 3 ekor, kuda sebesar 6 ekor, babi sebesar 73 ekor, ayam kampung
sebesar 1.113.152, ayam petelur sebesar 241.425, ayam pedaging sebesar 1.498.857
Hasil nilai koefisien korelasi secara berurutan dari yang tertinggi ke rendah
yaitu lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan, dengan koefisien korelasi
memiliki hubungan dengan bobot badan pada kambing bligon jantan pada penelitian
ini menunjukakan bahwa Lingkar Dada (LD) dan Panjang Badan ( PB) memiliki
pengaruh yang kuat dibandingkan Tinggi Badan (TB) hal ini disebabkan karena
otot yang ada di daerah dada. Setiawan dkk. (2013) menyatakan bahwa lingkar dada
memperlihatkan pertumbuhan tulang rusuk dan otot yang berada pada tulang rusuk
komputer SPSS for Windows diperoleh hasil persamaan Regresi Linier Tunggal pada
koefisien regresi positif (searah), jika Panjang Badan (PB) meningkat 1 cm,
koefisien regresi positif (searah), jika Tinggi Badan (TB) meningkat 1 cm,
koefisien regresi positif (searah), jika Lingkar Dada (LD) meningkat 1 cm,
15,323% lebih rendah jika dibandingkan dengan panjang badan dan tinggi badan
terbaik dalam menduga bobot badan kambing Bligon jantan dibandingkan dengan
panjang badan dan tinggi badan karena lingkar dada berhubungan langsung dengan
ruang abdomen dimana sebagian besar bobot badan berasal dari bagian dada hingga
pinggul. Hal ini sesuai dengan Cam, dkk. (2010) yang menyatakan bahwa persamaan
51
regresi dapat digunakan untuk menduga bobot badan secara akurat. Zurahmah dan
Enos (2011) menyatakan bahwa ukuran lingkar dada merupakan penduga terbaik
bobot badan ternak, serta didukung oleh Olatunji dan Adeyemo (2009) yang
menyatakan bahwa lingkar dada memiliki tingkat keakuratan yang tinggi sehingga
dapat digunakan untuk menduga bobot badan ternak. Mayaka, dkk. (1995)
melaporkan bahwa pendugaan bobot badan melalui persamaan regresi lingkar dada
Afrika Barat.
menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan ternak kambing bligon jantan adalah 15,80
.
52
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ukuran - ukuran tubuh kambing Bligon jantan
rat
a-
rat
a 48.09 51.67 57.62 15.07 16.38 0.089 15.97 0.06
8.90% 6.00%
57
Model Summary
Change Statistics
ANOVAb
Total 2251.968 99
Coefficientsa
Coefficients Coefficients
Model Summary
Change Statistics
ANOVAb
Total 2251.968 99
Coefficientsa
Coefficients
Coefficients
Model Summary
Change Statistics
ANOVAb
Total 2251.968 99
Coefficientsa
Coefficients Coefficients