Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/281490346

KARAKTER FENOTIPIK SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE KEBUMEN

Conference Paper · September 2013

CITATIONS READS

0 920

1 author:

Pita Sudrajad
Indonesian Agency for Agricultural Research and Development
28 PUBLICATIONS   48 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Local sheep conservation in Wonosobo District, Central Java, Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Pita Sudrajad on 05 September 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding
Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner
”Inovasi Teknologi Peternakan dan Veteriner
Berbasis Sumber Daya Lokal yang Adaptif dan
Mitigatif terhadap Perubahan Iklim”
Medan, 3-5 September 2013
Prosiding
Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner
”Inovasi Teknologi Peternakan dan Veteriner
Berbasis Sumber Daya Lokal yang Adaptif dan
Mitigatif terhadap Perubahan Iklim”
Medan, 3-5 September 2013

Penyunting: Nurhayati D. Purwantari


Muharam Saepulloh
Sofjan Iskandar
Anneke Anggraeni
Simon P Ginting
Atien Priyanti
Ening Wiedosari
Dwi Yulistiani
Ismeth Inounu
Sjamsul Bahri
Wisri Puastuti

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian


Kementerian Pertanian
Cetakan 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


@IAARD Press, 2013

Isi prosiding dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya.

Hak cipta pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN


Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner,
Medan 3-5 September 2013./Penyunting, Purwantari ...... [et al.]; Jakarta:
IAARD Press, 2013
xx + 595 halaman; ill; 29,7 cm
636
1. Peternakan 2. Veteriner
I. Judul II. Nurhayati
ISBN 978-602-1520-33-8

Penanggungjawab
Bess Tiesnamurti (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan)

Penyunting Pelaksana:
Risca Verawaty
Rahmawati Elvianora Pul
Linda Yunia

Rancangan sampul:
Ahmadi Riyanto

IAARD Press
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jalan Ragunan No. 29, Pasarminggu, Jakarta 12540
Telp: +62 21 7806202, Faks.: +62 21 7800644
Alamat Redaksi:
Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122
Telp.: +62 251 8321746, Faks.: +62 251 8326561
e-mail: iaardpress@litbang.deptan.go.id
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

KARAKTER FENOTIPIK SAPI BETINA


PERANAKAN ONGOLE KEBUMEN
(Phenotypic Characteristics of Ongole Grade Cows in Kebumen)
Pita Sudrajad1, Subiharta1, Adinata Y2

1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, PO Box 101, Ungaran
2
Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan No. 2 Grati, Pasuruan, Jawa Timur
pitosudrajad@gmail.com

ABSTRACT

Kebumen regency is area of village breeding center for Ongole Grade cattle in Indonesia. In order to
support this purpose, phenotypic characterization of 1190 Ongole grade cows (1-6 years old) in Karangreja,
Tanggulangin, and Brecong villages was done. Result indicated that average body measurement of Ongole
Grade cows in Kebumen was higher and longer than the body measurement of Ongole Grade cows in
National Standard Performance of Indonesia 7356:2008 and other places. At the same age, dominant
qualitative characters of Ongole Grade cows in Kebumen was white coat color, black muzzle, red or black
vulva, straight trilateral head shape, with long horns, loose skin, and well-developed hump. Related to the
potential of the Ongole Grade cow in Kebumen, efforts are needed to maintain the purity and the
sustainability that appropriate with agro-ecosystem and preferences of local farmers.
Key Words: Ongole Grade Cows, Phenotypic, Kebumen

ABSTRAK

Kabupaten Kebumen merupakan wilayah sentra perbibitan pedesaan yang diharapkan dapat
menghasilkan sumber bibit sapi Peranakan Ongole (PO). Dalam rangka mendukung hal tersebut, telah
dilaksanakan karakterisasi fenotipik terhadap 1190 ekor sapi betina PO Kebumen yang berumur 1-6 tahun di
Desa Karangreja Kecamatan Petanahan, Desa Tanggulangin Kecamatang Klirong, dan Desa Brecong
Kecamatan Buluspesantren. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sapi betina PO Kebumen memiliki rataan
ukuran linier tubuh yang lebih tinggi dan panjang dibandingkan dengan standar SNI 7356:2008 dan
dibandingkan dengan sapi betina PO daerah lain. Karakteristik kualitatif sapi betina PO Kebumen yang
dominan yaitu warna tubuh putih, warna moncong hitam, warna vulva merah atau hitam, bentuk kepala
segitiga lateral, memiliki tanduk yang panjang, bergelambir panjang, serta berpunuk besar dan tegak. Terkait
dengan potensi yang dimiliki oleh sapi PO Kebumen, diperlukan upaya guna menjaga kemurnian dan
kelestariannya sesuai agroekosistem dan preferensi peternak setempat.
Kata Kunci: Sapi Betina Peranakan Ongole, Fenotipik, Kebumen

PENDAHULUAN peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu,


sebagai salah satu upaya dalam rangka
Pemerintah Indonesia melalui Program mememenuhi kebutuhan daging sapi tersebut
Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K) adalah dengan meningkatkan populasi sapi
telah menetapkan bahwa pada tahun 2014 potong lokal.
adalah tahun pencapaian swasembada daging Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah salah
sapi secara nasional. Swasembada daging sapi satu sapi lokal yang banyak dibudidayakan di
adalah kemampuan penyediaan daging sapi Indonesia dengan populasi terbesar di Pulau
lokal sebesar 90-95% dari kebutuhan daging Jawa (Astuti 2004). Di Jawa Tengah saja,
sapi dalam negeri (Puslitbangnak 2000). sebanyak 51,93% dari total populasi sapinya
Padahal, kebutuhan daging dalam negeri terus adalah sapi PO (Sumadi 2009). Sapi bangsa ini
meningkat sejalan dengan perbaikan disukai oleh peternak sebab pada umumnya
pendapatan, pergeseran pola konsumsi, dan tidak menemui banyak kesulitan dalam kinerja

98
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

reproduksinya dan memiliki tingkat yang diharapkan dapat digunakan sebagai


kebuntingan yang lebih mudah dibandingkan sumber bibit. Hasil penelitian ini diharapkan
dengan sapi keturunan sub tropis (Subiharta et dapat digunakan untuk mendukung
al. 2012). keberhasilan program Open Nucleus Breeding
Salah satu sentra sapi PO dengan kualitas Scheme (ONBS) yaitu program perbibitan
yang unggul di Jawa Tengah adalah di melalui penjaringan sapi–sapi lokal potensial
Kabupaten Kebumen (Subiharta et al. 2012). sebagai sumber bibit.
Populasi sapi potong di Kabupaten Kebumen
sebanyak 89.429 ekor (BPS dan Ditjennak,
2011), dan sebesar 90% merupakan sapi PO MATERI DAN METODE
(Distannak Kabupaten Kebumen 2011).
Keunggulan sapi PO Kebumen terbukti ketika Penelitian ini dilakukan di 3 desa dari 3
memperoleh peringkat satu untuk kategori kecamatan yaitu Desa Karangreja Kecamatan
induk sapi potong PO pada kontes ternak Petanahan, Desa Tanggulangin Kecamatan
nasional tahun 2010 (Dinas Peperla Kabupaten Klirong, dan Desa Brecong Kecamatan
Kebumen, 2010). Hasil studi yang dilakukan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Ketiga
oleh Subiharta et al. (2011) disebutkan bahwa daerah tersebut dipilih berdasarkan populasi
keunggulan sapi PO Kebumen adalah memiliki sapi PO Kebumen yang banyak dan terhindar
ukuran tubuh yang lebih besar daripada sapi dari kendala non teknis terkait perijinan dengan
PO di daerah lainnya. Keunggulan sapi PO pemerintah desa setempat. Penelitian
Kebumen tersebut perlu dipertahankan sebab dilaksanakan pada bulan Maret hingga
ancaman terbesar bagi sapi-sapi lokal di Desember 2012 bekerjasama dengan Dinas
Indonesia adalah terjadinya penurunan mutu Pertanian dan Peternakan (Distannak)
genetik akibat dari pola perkawinan dan seleksi Kabupaten Kebumen dan para peternak di
yang tidak terkontrol (Setiadi dan Diwyanto Kabupaten Kebumen. Sebanyak 1190 ekor sapi
1997). betina PO Kebumen diidentifikasi umurnya,
Langkah awal yang dapat dilaksanakan ciri visualnya didokumentasikan, kemudian
adalah dengan mengidentifikasi karakter diukur ukuran tubuhnya, yaitu meliputi lingkar
spesifik yang dimiliki oleh sapi betina PO dada (LD), panjang badan (PB), dan tinggi
Kebumen. Karakterisasi ini penting sebab gumba (TG), selanjutnya ditimbang bobot
selama ini sapi betina PO Kebumen masih badannya.
dianggap seperti sapi betina PO pada Pengukuran tubuh dilakukan saat sapi
umumnya. Selain itu, sapi betina juga menjadi berdiri tegak (paralellogram). Ukuran LD
prioritas dalam pelaksanaan pembibitan dan diambil dengan cara mengikuti lingkaran
penyelamatan sapi yang masih produktif. dada/tubuh tepat di belakang bahu melewati
Menurut Forabosco et al. (2004), dengan gumba. Kemudian PB diukur sesuai penjelasan
karakterisasi dapat diketahui sifat kuantitatif Pundir et al. (2011) yaitu dengan menarik garis
dan kualitatif sebagai penciri rumpun sapi horizontal dari tepi depan sendi bahu sampai
tersebut yang bernilai ekonomis terkait dengan ke tepi belakang bungkul tulang duduk,
produktivitasnya. Sifat kuantitatif dapat sedangkan TG diukur dari atas permukaan
dicirikan dengan berbagai ukuran tubuhnya, tanah sampai titik tertinggi gumba. Pengukuran
sedangkan sifat kualitatif adalah ciri yang LD dan PB menggunakan pita ukur, sedangkan
langsung dapat diketahui secara visual pengukuran TG menggunakan stick ukur,
misalnya warna bulu dan bentuk tanduk tanpa kesemuanya dalam satuan centimeter.
dilakukan pengukuran (Warwick et al. 1995). Karakteristik spesifik sapi PO Kebumen
Sifat-sifat ini disebut sebagai fenotip yang didapatkan dengan pengamatan secara
merupakan sifat yang muncul akibat pengaruh langsung dan menggali preferensi peternak atas
genetik, lingkungan, dan interaksi antara keragaman sifat kualitatif yang didapatkan.
genetik dan lingkungan tersebut Preferensi peternak dijadikan sebagai bahan
(Hardjosubroto 1994). pertimbangan penilaian kualitatif sapi PO
Penelitian mengenai karakterisasi ini Kebumen. Penilaian kualitatif dilaksanakan
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang terhadap 255 ekor induk dari ketiga desa yang
akurat mengenai sifat–sifat sapi PO Kebumen dipilih secara acak.

99
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Data kualitatif dianalisa secara deskriptif, dengan sapi Mandras, yaitu sapi Ongole dari
diamati mengenai proporsi fenotip sapi di daerah Mandras-India yang kemudian
ketiga daerah pengamatan menggunakan rumus dikawinkan dengan sapi Jawa dan
seperti yang telah dijelaskan oleh Stanfield menghasilkan sapi PO. Kemurnian genetik sapi
(1983) yaitu sebagai berikut: PO Kebumen didukung adanya preferensi
peternak di Kabupaten Kebumen (94,1%) yang
∑ sif α
Prosentase fenotip A = x 100% lebih memilih pola perkawinan alami daripada
N sαm
inseminasi buatan (IB). Sehingga peternak
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat dapat memilih pejantan unggul yang akan
keragaman fenotip di ketiga daerah digunakan sebagai pemacek. Kelebihan dari
pengamatan digunakan analisis non parametrik pola kawin alam adalah memiliki tingkat
dengan metode chi square. keberhasilan kebuntingan yang tinggi dan dapat
Data kuantitatif ditabulasi kemudian memperkecil kemungkinan masuknya semen
dianalisa dengan menghitung nilai rataan dan dari sapi bangsa lain, walaupun riskan terjadi
standar deviasinya. Nilai rataan dibandingkan inbreeding yaitu apabila peternak tidak
dengan ukuran standar bibit sapi PO sesuai memperhatikan alur keturunan dan pejantan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7356 : 2008 yang digunakan sebagai pemacek. Namun
dan Permentan No. 19/Permentan/OT.140/3/ kenyataannya peternak di Kabupaten Kebumen
2012, sehingga akan diketahui keunggulan dari memahami agar tidak mengawinkan keturunan
sapi PO Kebumen berdasarkan ukuran-ukuran sapi dengan pejantan tetuanya.
tubuhnya.
Ukuran linier permukaan tubuh
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ukuran linier permukaan tubuh sapi PO
Sapi PO kebumen dan budidayanya Kebumen baik jantan maupun betina rata-rata
lebih besar daripada sapi PO pada umumnya.
Sapi PO Kebumen banyak dibudidayakan Terbukti ketika dilakukan pengukuran terhadap
oleh peternak di sepanjang Urut Sewu, yaitu ukuran linier permukaan tubuh vital meliputi
wilayah Kabupaten Kebumen bagian selatan LD, TG, dan PB. Hasil pengukuran terlihat
meliputi Kecamatan Ambal, Ayah, pada Tabel 1.
Buluspesantren, Mirit, Klirong, dan Petanahan. Rataan untuk seluruh ukuran linier tubuh
Wilayah tersebut beragroekosistem lahan dan bobot badan sapi betina PO Kebumen relatif
kering di sekitar pantai, sehingga hijauan sama di ketiga daerah pengamatan. Keragaman
pakan tersedia berlimpah ketika musim sifat kuantitatif tertinggi terletak pada bobot
penghujan dan berkurang pada musim badan sapi di ketiga desa serta ukuran panjang
kemarau. Pada musim kemarau, peternak badan sapi betina umur 25-72 bulan di Desa
memanfaatkan jerami padi dan jerami kacang Brecong. Apabila di kemudian hari akan
tanah sebagai pakan sapi. Pola agroekosistem dilakukan penjaringan bibit, maka sangat
seperti ini mempengaruhi model budidaya direkomendasikan untuk dilaksanakannya
peternak sapi, yaitu cenderung menerapkan seleksi sehingga dapat menjaring bibit sapi PO
pola pembibitan dengan tujuan untuk Kebumen yang unggul secara efektif.
mendapatkan anak. Setiadi dan Diwyanto Secara umum, nilai rataan ukuran linier
(1997) juga telah menjelaskan bahwa pola tubuh sapi betina PO Kebumen terbukti lebih
agroekosistem dan budidaya sapi yang sama besar dari standar ukuran tubuh sapi PO dalam
juga terjadi di Kabupaten Sumenep, Madura. SNI 7356 : 2008. Dalam SNI tersebut,
Sapi PO Kebumen memiliki karakteristik ditetapkan standar ukuran kuantitatif untuk
dan keunggulan apabila dibandingkan dengan bibit sapi betina adalah Klas 1. Rataan ukuran
sapi PO pada umumnya. Karakteristik dan linier sapi betina PO Kebumen juga lebih besar
keunggulan tersebut terletak pada ukuran, apabila dibandingkan dengan sapi betina PO di
bentuk, dan warna bagian tubuhnya. Menurut daerah lain, seperti Kabupaten Pacitan, Tuban,
Aryogi dan Romjali (2006) sapi PO Kebumen dan Lamongan Provinsi Jawa Timur, bahkan
memiliki kedekatan yang kuat secara genetik Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah

100
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

Tabel 1. Rata–rata ukuran–ukuran tubuh sapi betina PO Kebumen

Ukuran tubuh
Lokasi sapi PO Umur (bulan) n (ekor)
LD (cm) TG (cm) PB (cm)
12-24 - 143 116 123
SNI 7356:2008
25-72 - 153 126 135
12-24 30 154,33 ± 11,74 131,6 ± 6,61 126,73 ± 9,6
Karangreja, Kebumen 25-72 384 161,63 ± 9,47 135,25 ± 7,07 135,03 ± 12,54
12-24 39 145,85 ± 12,15 125,93 ± 7,94 124,85 ± 13,06
Tanggulangin, Kebumen 25-72 191 163,15 ± 10,96 136,9 ± 6,31 138,14 ± 9,66
12-24 74 144,84 ± 13,05 131,15 ± 8,48 125,88 ± 10,74
Brecong, Kebumen 25-72 564 159,49 ± 13,15 136,48 ± 8,67 138,48 ± 47,47
Pacitan* 12-36 20 162,15 ± 12,33 121,55 ± 4,36 109,75 ± 9,72
Tuban** 24-36 30 151,8 ± 10,2 119,9 ± 8,8 124,3 ± 7,1
Lamongan** 24-36 30 157,1 ± 12,5 125,7 ± 5,1 134,3 ± 7,6
Blora** 24-36 30 155,9 ± 6,7 123,4 ± 5,0 125,7 ± 5,6

LD = Lingkar dada, TG = Tinggi gumba, PB = Panjang Badan


Sumber: * Trifena et al. (2011); ** Hartati et al. (2009)

Dari perbandingan tersebut, terlihat bahwa sehingga tingkat kebuntingan tinggi dan jarak
keunggulan sapi betina PO Kebumen terutama melahirkan lebih cepat. Oleh karena itu, sapi
terletak pada tinggi gumba dan panjang PO yang memiliki warna bulu dominan putih
badannya. Hal ini sesuai hasil pengamatan cenderung memiliki daya tahan hidup yang
yang dilaksanakan oleh Aryogi dan Romjali tinggi dengan kemampuan reproduksi yang
(2006), bahwa sapi PO yang banyak baik di daerah tropis. Dari hasil pengamatan
dibudidayakan di Kebumen memiliki tubuh membuktikan bahwa seluruh sapi betina PO
yang tinggi dan panjang. Kebumen di ketiga wilayah pengamatan
berwarna putih. Sapi PO Kebumen ternyata
juga mampu tumbuh dan bertahan hidup di
Pola warna tubuh daerah kering sekitar pantai dengan pakan
terbatas, serta memiliki kinerja reproduksi
Pola warna tubuh sangat penting untuk yang baik (Subiharta et al. 2011).
diidentifikasi, sebab warna tubuh juga Warna dominan juga muncul pada bagian
digunakan dalam membedakan bangsa sapi. tubuh lainnya yaitu warna hitam pada
Keragaman warna tubuh di lokasi penelitian moncong dan kuku. Warna moncong hitam
terlihat seperti pada Tabel 2. tersebut merupakan karakteristik fenotip yang
Sesuai dengan bangsanya, warna bulu umum dijumpai pada sapi PO, sedangkan
tubuh yang dominan pada sapi PO Kebumen warna lain pada moncong seperti warna merah
adalah warna putih hingga keabu–abuan. diturunkan dari bangsa sapi Simmental atau
Warna putih pada sapi betina lebih dominan, Limousine (Trifena et al. 2011). Warna yang
sedangkan warna keabu–abuan lebih sering berlainan pada ciri spesifik sapi PO adalah
muncul di sekitar kepala, leher, gelambir, lutut, indikasi adanya pencampuran secara genetik
dan ekor pada sapi jantan PO Kebumen. dengan bangsa lain (Setiadi dan Diwyanto
Menurut Madhusudhana (2013) warna putih 1997). Mencermati hal tersebut dapat dikatakan
berpengaruh terhadap daya tahan sapi terhadap bahwa sapi PO Kebumen mewarisi sifat–sifat
panas dan radiasi matahari, karena warna putih fenotipik asli bos indicus dan belum
hanya menyerap sebagian kecil panas dan lebih mengalami pencampuran dengan bangsa lain.
banyak memantulkannya ke lingkungan. Selain Keragaman warna pada sapi betina PO
itu, King et al. (1988) juga telah membuktikan Kebumen justru ditampakkan pada bagian
bahwa sapi dengan warna putih memiliki vulva, yaitu warna merah dan hitam (Gambar
tingkat service per conception yang rendah 1). Warna vulva merah ditunjukkan oleh

101
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

sebagian besar sapi betina PO Kebumen beranak yang lebih pendek. Hal ini perlu
dengan proporsi 81,2% di Desa Karangreja, dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut.
68,2% di Desa Tanggulangin, dan 82,4% di
Desa Brecong. Namun demikian, peternak
lebih menyukai sapi dengan vulva warna Keragaman bentuk bagian tubuh
hitam, sebab mereka meyakini bahwa sapi
dengan warna vulva hitam memiliki kinerja Keragaman bentuk bagian tubuh sapi betina
reproduksi yang lebih baik, seperti jarak PO Kebumen terlihat pada bagian kepala,
tanduk, gelambir, dan punuk. Keragaman
bentuk sapi betina PO Kebumen mengundang

Tabel 2. Keragaman pola warna tubuh

Proporsi menurut desa


Total
Warna bagian tubuh Desa Karangreja Desa Tanggulangin Desa Brecong
Ekor % Ekor % Ekor % Ekor %
Bulu tubuh
Putih 85 100 85 100 85 100 255 100
Warna lain 0 0 0 0 0 0 0 0
Moncong
Hitam 85 100 85 100 85 100 255 100
Warna lain 0 0 0 0 0 0 0 0
Vulva
Merah 69 81,2 58 68,2 70 82,4 197 77,3
Hitam 16 18,8 27 31,8 15 17,6 58 22,7

a b

Gambar 1. Keragaman warna vulva sapi betina PO Kebumen: a) Vulva warna merah, b) Vulva warna hitam

102
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

ketertarikan tersendiri bagi peternak, sebab Peternak di Kebumen lebih menyukai sapi
baik sapi jantan maupun betina sama-sama dengan kepala cunong dan bekem, walaupun
memiliki tanduk, gelambir, dan punuk. sebenarnya proporsi sapi dengan profil kepala
Karakteristik tersebut membedakan bangsa tersebut tidak lebih banyak dari sapi dengan
sapi PO dengan bangsa lainnya. Keragaman profil kepala yang biasa, yaitu hanya 47,1% di
bentuk tubuh pada sapi betina PO Kebumen Desa Karangreja, 42,4% di Desa Tanggulangin,
terlihat pada Tabel 3. dan 41,2% di Desa Brecong. Akan tetapi, pada
Dari hasil pengamatan, proporsi keragaman dasarnya sapi betina PO Kebumen memiliki
bentuk bagian tubuh antara ketiga desa karakteristik kepala yang cembung, walaupun
penelitian menunjukkan perbedaan yang tidak ada yang sangat cembung dan tidak terlalu
nyata. Bentuk bagian tubuh merupakan cembung. Hal ini sesuai pernyataan
karakteristik eksterior yang diturunkan dari Sastroamidjojo (1980) bahwa salah satu
sifat genetik, dan sedikit bahkan tidak sama karakteristik sapi PO adalah profil mukanya
sekali dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang cembung. Istilah cembung disebut juga
(Hardjosubroto 1994), sehingga wajar apabila sebagai segitiga lurus/straight trilateral
keragaman bentuk tubuh di ketiga lokasi (Trifena et al. 2011).
pengamatan relatif sama. Keragaman lain yang terlihat di bagian
Pada bagian kepala, keragaman terlihat kepala adalah munculnya tanduk dengan
pada dahi cembung dengan kepala lebih bentuk yang bermacam-macam. Dari hasil
pendek dan kepala lebih panjang dengan dahi penelitian telah didapatkan 6 macam bentuk
tidak terlalu cembung. Dahi yang sangat tanduk menurut arah tumbuhnya, yaitu tanduk
cembung oleh peternak setempat diistilahkan yang hanya tumbuh pendek, tumbuh ke arah
dengan nama cunong dan ukuran kepala yang belakang, tumbuh ke arah atas, tumbuh
pendek diistilahkan dengan nama bekem. melingkar ke bawah, tumbuh ke arah samping,
Keragaman bentuk kepala dapat dilihat pada dan tumbuh asimetris. Keragaman bentuk
Gambar 2. tanduk dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 3. Keragaman bentuk tubuh sapi betina PO Kebumen

Provorsi menurut desa


Total
Bentuk bagian tubuh Desa Karangreja Desa Tanggulangin Desa Brecong
Ekor % Ekor % Ekor % Ekor %
Kepala
Biasa, lebih panjang 45 52,9 49 57,6 50 58,8 144 56,5
Cunong dan Bekem 40 47,1 36 42,4 35 41,2 111 43,5
Tanduk
Pendek 27 31,8 27 31,8 26 30,6 80 31,4
Panjang ke belakang 10 11,8 21 24,7 13 15,3 44 17,3
Panjang ke atas 31 36,5 22 25,9 29 34,1 82 32,2
Lengkung ke bawah 14 16,5 12 14,1 12 14,1 38 14,9
Ke samping 3 3,5 12 14,1 5 5,9 20 7,8
Asimetris 0 0 1 1,2 0 0 1 0,4
Gelambir
Panjang berlipat 60 70,6 42 49,4 48 56,5 150 58,8
Pendek 25 29,4 43 50,6 37 43,5 105 41,2
Punuk
Kecil 25 29,4 42 49,4 27 31,8 94 36,9
Besar dan tegak 60 70,6 37 43,6 56 65,9 153 60
Besar dan rubuh 0 0 6 7,1 2 2,4 8 3,1

103
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

a b
Gambar 2. Bentuk kepala sapi betina PO Kebumen yang straight trilateral: a) Biasa, b) Cunong dan bekem

a b c

d e f
Gambar 3. Keragaman bentuk tanduk sapi betina PO Kebumen:
1. Pendek
2. Tumbuh panjang ke arah belakang
3. Tumbuh panjang ke arah atas
4. Tumbuh melingkar ke bawah
5. Tumbuh ke samping
6. Asimetris
panjang yang tumbuh ke arah belakang
Proporsi sapi betina PO Kebumen dengan
(17,3%), tanduk melingkar ke bawah (14,9%),
tanduk panjang ke arah atas dan tanduk pendek
tanduk tumbuh ke samping (7,8%), dan tanduk
di lokasi penelitian paling tinggi yaitu 32,2%
asimetris hanya ditemukan 1 ekor di Desa
dan 31,4%. Sapi lainnya memiliki tanduk
Tanggulangin (0,4%). Bentuk tanduk sapi PO

104
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013

secara umum dalam SNI 7356:2008 adalah Menurut Setiadi dan Diwyanto (1997)
pendek, dan terkadang hanya berupa bungkul. gelambir berhubungan erat dengan jenis
Tanduk yang pendek sangat bermanfaat dalam kelamin, biasanya gelambir yang panjang dan
proses penanganan ternak karena tidak berlipat-lipat dimiliki oleh sapi jantan. Akan
membahayakan. Namun, jumlah sapi betina tetapi, sapi betina PO Kebumen ternyata juga
PO Kebumen dengan tanduk panjang cenderung memiliki karakteristik gelambir
mendominasi (49,5%), baik yang tumbuh ke yang panjang. Gelambir yang panjang
atas maupun ke belakang. Proporsi tersebut bermanfaat dalam mekanisme pengaturan suhu
bisa terjadi sebab tanduk pada sapi PO betina tubuh ternak di iklim yang panas yaitu dengan
dapat tumbuh lebih panjang daripada sapi PO semakin luasnya permukaan kulit yang dapat
jantan (Sastroamidjojo 1980). membantu proses pendinginan, serta semakin
Di bagian bawah leher hingga tali pusar di banyaknya pori-pori yang membantu keluarnya
bawah perut, muncul gelambir yang panjang keringat (Kelly 2013).
dan berlipat-lipat. Karakteristik gelambir Pada sapi PO Kebumen, baik jantan
tersebut yang disukai oleh peternak dan maupun betina memiliki punuk. Punuk sudah
mendominasi di lokasi penelitian. Meskipun mulai muncul pada anak sejak umur 2 bulan.
demikian tidak semua sapi betina di lokasi Punuk tidak dijumpai pada bangsa sapi sub
pengamatan memiliki gelambir yang panjang tropis seperti Simmental dan Limousine.
dan berlipat-lipat. Sapi betina dengan gelambir Keragaman punuk hanya terletak pada
panjang sebesar 58,8%, sisanya sapi betina ukurannya, yaitu punuk berukuran kecil dan
dengan gelambir pendek. besar dengan bentuk tegak ataupun sudah
rubuh. Sebagian besar sapi betina PO

a b
Gambar 4. Keragaman bentuk gelambir sapi betina PO Kebumen: (a) Gelambir pendek; (b) gelambir
panjang dan berlipat-lipat

Gambar 5. Keragaman bentuk punuk sapi betina PO Kebumen: (a) Punuk kecil; (b) Punuk besar dan tegak;
(c) Punuk besar sudah rubuh

105
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

merupakan kumpulan lemak yang membantu Astuti M. 2004. Potensi dan keragaman sumberdaya
ternak dalam mekanisme penyimpanan genetik sapi Peranakan Ongole (PO).
makanan dan air sehingga dapat dimanfaatkan Wartazoa. 14:98-106.
dalam keadaan kelaparan atau kondisi Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal
lingkungan yang kritis (Kelly 2013). Ditinjau Peternakan Kesehatan Hewan. 2011.
dari segi produktivitas, besar kecilnya punuk Pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau
mempengaruhi bobot badan sapi. Punuk besar 2011 (PSPK 2011). BPS, Jakarta.
dan gelambir panjang pada sapi Ongole dapat Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten
menyumbang hingga 12% bobot badan Kebumen. 2011. Laporan Tahunan.
(Madhusudhana 2013). Distannak, Kebumen.
Dinas Peternakan Perikanan Dan Kelautan
KESIMPULAN Kabupaten Kebumen. 2010. Laporan
Tahunan. Dinas Peperla, Kebumen.
Sapi betina PO Kebumen memiliki ukuran
Forabosco F, Groen AF, Buzzi R, Van Arendonk
linier tubuh yang lebih tinggi dan panjang JAM, Filippini F, Boettcher P, Bijma P. 2004.
dibandingkan dengan standar SNI dan sapi Phenotypic relationships between longevity,
betina PO di daerah lain. Karakteristik type traits, and production in Chianina Beef
kualitatif sapi betina PO Kebumen yang Cattle. J Anim Sci. 82:1572-1580.
dominan yaitu warna tubuh putih, warna
Hardjosubroto W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan
moncong hitam, warna vulva merah atau Ternak di Lapangan. Jakarta: PT Grasindo.
hitam, bentuk kepala segitiga lateral, memiliki
tanduk yang panjang, bergelambir panjang, Hartati, Sumadi, Hartatik T. 2009. Identifikasi
karakteristik genetik Sapi Peranakan Ongole
serta berpunuk besar dan tegak. Terkait dengan
di peternakan rakyat. Buletin Peternakan.
potensi yang dimiliki oleh sapi PO Kebumen, 33:64-73.
diperlukan upaya guna menjaga kemurnian dan
kelestariannya sesuai agroekosistem dan Kelly M. 2013. What Is the Hump on a Brahma
preferensi peternak setempat. Cow?. http://www.ehow.com/
info_8756520_hump-brahma-cow.html. (3
Maret 2013).
UCAPAN TERIMA KASIH King VL, Denise SK, Armstrong DV, Torabi M,
Kami mengucapkan terima kasih kepada Wiersma F. 1988. Effects of a hot climate on
para peternak sapi PO Kebumen yang telah the performance of first lactation cows
merelakan ternak yang dimiliki untuk grouped by coat colour. J Dairy Sci. 71:1093-
1096.
digunakan sebagai sampel dalam penelitian.
Terima kasih juga kepada Tim dari Balai Madhusudhana A. 2013. Ongole.
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, http://www.ansi.okstate.edu/breeds/cattle/
Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen, ongole/index.htm. (27 Februari 2013).
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pundir RK, Singh PK, Singh KP, Dangi PS. 2011.
Provinsi Jawa Tengah, dan Loka Penelitian Factor analysis of biometric traits of Kankrej
Sapi Potong yang telah bekerjasama dalam Cows to explain body confirmation. Asian-
program perbibitan sapi PO Kebumen. Ucapan Aust J Anim Sci. 24:449-456.
terimakasih juga kami sampaikan kepada Puslitbangnak. 2000. Proposal inti program
pembimbing penulisan ilmiah kami Prof. Dr. pengkajian sistem usahatani tanaman-hewan.
Ir. Subandriyo, M.Sc. atas bimbingan dan Bogor: Puslitbangnak.
arahan yang diberikan. Sastroamidjojo S. 1980. Ternak potong dan kerja.
CV. Jakarta: Yasaguna.
DAFTAR PUSTAKA
Setiadi B, Diwyanto k. 1997. Karakterisasi
Aryogi, Romjali E. 2006. Potensi, Pemanfaatan, dan morfologis Sapi Madura. JITV. 2:218-224.
kendala pengembangan Sapi Potong Lokal
Stanfield WD. 1983. Theory and problems of
sebagai kekayaan plasma nutfah Indonesia.
Genetics (2nd Ed.). New York (NY) McGraw-
Lokakarya Nasional Pengelolaan dan
Hill Book Company Inc.
Perlindungan Sumber Daya Genetik di
Indonesia. Bogor (Indones). Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan. hlm. 151-167.

106

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai