Palu merupakan salah satu hewan ternak yang menjadi ciri khas dari
Tanah Kaili.
punah.
tersisa kurang lebih 500 ekor yang tersebar di wilayah lembah Palu,
Sulawesi
Tengah.
(2/4/2019).
Domba Palu.
jelasnya.
Baca berita KailiPost "Si “Ekor Gemuk”, Domba Palu Terancam Punah"
yang terbit pada 4 April 2019 selengkapnya pada link
https://kailipost.com/2019/04/si-ekor-gemuk-domba-palu-terancam-
puna.html
=========
Ir. Mardian Mangun, MP, dosen Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako
(Fapetkan Untad) memperoleh gelar Doktor (Dr) usai melaksanakan ujian akhir disertasi
terbuka daring, Rabu (25/11/2020). Dia mengangkat penelitian berjudul “Reproduktivitas
Domba Ekor Gemuk Palu pada Paritas Berbeda akibat Pemberian Pregnant Mare’s Serum
Gonadotropindan Genistein Sintetis”.
Menurutnya peningkatan populasi Domba Ekor Gemuk (DEG) Palu yang telah ditetapkan
pemerintah sebagai salah satu Sumberdaya Genetik (SDG) ternak lokal Indonesia berjalan
lambat. Penyebabnya adalah rendahnya kinerja reproduksi terutama untuk kelahiran kembar.
Padahal peningkatan produktivitas melalui manipulasi hormonal telah banyak dilakukan,
namun hasilnya belum optimal.
Rendahnya tingkat kelahiran kembar pada DEG Palu diduga akibat kondisi padang
penggembalaan kualitas rendah, secara tidak langsung mempengaruhi kesuburan yang
diakibatkan oleh terganggunya keseimbangan hormonal.
Berlandaskan latar belakang tersebut, mahasiswa Program Doktor Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya (Fapet UB) ini melakukan penelitian terhadap 51 peternak di
Kecamatan Mantikulore dan Palu Selatan menggunakan metode purposive sampling. Variabel
yang diamati adalah karakteristik peternak, keadaan umum dan struktur populasi, serta
karakteristik reproduksi DEG Palu, lalu data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif.
Pada tahap kedua Mardian melakukan percobaan untuk mengetahui karakteristik reproduksi
DEG Palu pada paritas berbeda yang dipelihara secara intensif. Penelitian menggunakan
domba paritas kedua (P2) dan ketiga (P3) masing-masing 16 ekor serta 4 ekor pejantan untuk
deteksi estrus.
dc.date.accessioned 2010-10-28T04:11:48Z
dc.date.available 2010-10-28T04:11:48Z
dc.date.issued 2007
dc.identifier.uri http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41407
dc.description.abstract Domba merupakan salah satu komoditas unggulan di Sulawesi Tengah berdasarkan
lahan, iklim dan sosial budaya. Domba yang ada pada awalnya hanya domba ekor g
disilangkan dengan domba Merbas. Penelitian ini bertujuan untuk identifikasi pote
dinamika populasi, sifat reproduksi, berbagai sifat kuantitatif, kualitatif dan jarak ge
Sulawesi Tengah untuk digunakan sebagai kriteria seleksi. Penelitian ini dilaksanaka
Biromaru Sulawesi Tengah. Penelitian pendahuluan telah dilakukan pada bulan No
Mei dan Nov-Des 2006. Pengumpulan data ukuran tubuh ternak diambil dari tiga d
Kec. Palu Timur, Kel. Kawatuna Kec. Palu Selatan dan Desa Loru Kec. Biromaru. Tern
milik peternak rakyat sebanyak sebanyak 412 ekor. Teknik pengambilan ternak sam
dimana domba dewasa di Palu Timur 102 ekor (24%), Palu Selatan 122 ekor (10%)
(28%). Domba anak 28 ekor Palu Timur dan 64 ekor Palu Selatan. Domba muda 15
Palu Selatan dan 17 ekor di Biromaru.
dc.title Karakteristik Fenotipe Dan Jarak Genetik Domba Donggala Di Tiga Lokasi Di Sulawe
GEMBALA TERNAK DOMBA
KHAS PALU
10 Oktober 2022 18:00
Foto udara sejumlah ternak domba ekor gemuk memakan rumput di kawasan
perbukitan Jabal Nur, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (10/10/2022). Domba khas Palu
tersebut merupakan jenis ternak yang banyak dipelihara di daerah tersebut karena
memiliki nilai jual yang cukup tinggi yakni antara Rp3 juta hingga Rp4 juta per ekor.
ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/rwa.
Foto Terkait
Bahasa: eng
Lokasi
Koleksi AGROLAND
Lihat Juga
Karakteristik domba lokal Palu berdasarkan keragaman
morfometrik
Sejumlah domba ekor gemuk minum air usai digembala oleh pemiliknya di Palu,
Sulawesi Tengah, Senin (15/6/2020). Domba endemik Palu tersebut kini banyak
dibudidaya oleh peternak setempat karena memiliki harga yang cukup tinggi banding
kambing. Menurut peternak, harga domba dewasa dapat mencapai Rp4 juta hingga
Rp 5 juta per ekor. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/pras.
Abstract
Tujuan dilakukan penelitian untuk mempelajari dan mengetahui respon daya tahan panas
Domba Ekor Gemuk terhadap paparan sinar matahari dengan waktu yang berbeda serta
pemberian pakan tambahan. Penelitian ini menggunakan ternak Domba Ekor Gemuk lokal
Palu, jenis kelamin jantan dan betina sebanyak 35 ekor dengan kisaran bobot badan 15-40 kg
dan umur antara 1-4 tahun. Selama proses penelitian, ternak ditempatkan dalam kandang
terbuka agar ternak tersebut terpapar sinar matahari langsung. Disetiap kandang dilengkapi
tempat pakan dan minum. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola
Faktorial, jika data penelitian memberikan pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu memberikan pengaruh sangat
nyata (P>0,01) terhadap frekuensi respirasi dan suhu tubuh Domba Ekor Gemuk Lokal Palu,
sedangkan perlakuan pemberian pakan tambahan dan interaksinya tidak memberikan
pengaruh nyata (P<0,05) terhadap frekuensi respirasi dan suhu tubuh ternak Domba Ekor
Gemuk. Dari hasil penelitan didapatkan rataan frekuensi respirasi Domba Ekor Gemuk
berkisar 36,78-128 kali/menit, sedangkan suhu tubuh berkisar 38,36-39,41 oC. Hasil penelitian
mengambarkan bahwa waktu dan suhu yang semakin meningkat dapat memberikan
pengaruh terhadap respon frekuensi respirasi dan suhu tubuh ternak Domba Ekor Gemuk
Lokal Palu.
Kata Kunci: Domba Ekor Gemuk, Daya Tahan Panas, Pakan Tambahan
Full Text:
PDF
DOI: http://dx.doi.org/10.31942/ce.v6i2.5524
Refbacks
There are currently no refbacks.
DAYA TAHAN PANAS DOMBA EKOR GEMUK
YANG TERPAPAR SINAR MATAHARI DENGAN
WAKTU YANG BERBEDA
Harmoko Harmoko, Padang Padang
Abstract
Tujuan dilakukan penelitian untuk mempelajari dan mengetahui respon daya tahan panas
Domba Ekor Gemuk terhadap paparan sinar matahari dengan waktu yang berbeda serta
pemberian pakan tambahan. Penelitian ini menggunakan ternak Domba Ekor Gemuk lokal
Palu, jenis kelamin jantan dan betina sebanyak 35 ekor dengan kisaran bobot badan 15-40 kg
dan umur antara 1-4 tahun. Selama proses penelitian, ternak ditempatkan dalam kandang
terbuka agar ternak tersebut terpapar sinar matahari langsung. Disetiap kandang dilengkapi
tempat pakan dan minum. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola
Faktorial, jika data penelitian memberikan pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan waktu memberikan pengaruh sangat
nyata (P>0,01) terhadap frekuensi respirasi dan suhu tubuh Domba Ekor Gemuk Lokal Palu,
sedangkan perlakuan pemberian pakan tambahan dan interaksinya tidak memberikan
pengaruh nyata (P<0,05) terhadap frekuensi respirasi dan suhu tubuh ternak Domba Ekor
Gemuk. Dari hasil penelitan didapatkan rataan frekuensi respirasi Domba Ekor Gemuk
berkisar 36,78-128 kali/menit, sedangkan suhu tubuh berkisar 38,36-39,41 oC. Hasil penelitian
mengambarkan bahwa waktu dan suhu yang semakin meningkat dapat memberikan
pengaruh terhadap respon frekuensi respirasi dan suhu tubuh ternak Domba Ekor Gemuk
Lokal Palu.
Kata Kunci: Domba Ekor Gemuk, Daya Tahan Panas, Pakan Tambahan
Full Text:
PDF
DOI: http://dx.doi.org/10.31942/ce.v6i2.5524
Refb
Text
sertifikat_Yohan_3docx.pdf
Download
(530kB)
Subjects: Artikel > Faculty of Animal Husbandry and Fisheries > Peternakan
URI: http://repository.untad.ac.id/id/eprint/15817
Abstract
The study was aimed to estimate the body weight of Donggala sheep based on their body
length and chest diameter using Lambourne and Schoorl equations. Survey method was used
to select the sheep randomly from east Palu, west Palu, and Biromaru. The research results
showed that the correlation value of chest diameter with body weight was higher than that
with body length. Additionally, t test values of Lambourne and Schoorl equations were lower
than the t-Table. This indicates that the body weight of Donggala sheep resulting from direct
weighing and from those two equations was no significantly difference. Therefore this study
suggested that Lambourne and Schoorl equations are feasible to use for estimating the body
weight of Donggala sheeps.
Full Text:
PDF
Refbacks
There are currently no refbacks.
Tanggal terbit
2014/6/3
Jurnal
Jilid
26
Terbitan
Halaman
115
Penerbit
CIPAV
Total kutipan
Dirujuk 36 kali
20162017201820192020202120222023
Artikel Scholar
Growth hormone gene polymorphisms of Indonesia fat tailed sheep using PCR-RFLP and
their relationship with growth traits
*
AD Malewa, L Hakim, S Maylinda, MH Husain - Livestock Research for Rural
Development, 2014
Privasi
Article History
Submited : July 17, 2020
Published : July 17, 2020
Keywords:
Fenotype Characteristics,
principle componen analysis,
local Palu sheep
Abstract
References
How to Cite
Sheep is one of the preeminent commodities of Central Sulawesi in term of
natural/pastural resources, climatic and cultural social condition. All
varieties of local sheep in Central Sulawesi were generated from a cross-
breeding between Fat-tail sheep (FTS) and Merbas sheep. The research was
aimed at identifying the sheep phenotype characteristics as the criteria for
sheep selection. The study was carried out in Palu city, and Biromaru sub
district of Central Sulawesi from February to May and from November to
December 2006. Data of sheep body sizes were collected from three
different sites: Poboya (East Palu), Kawatuna (South Palu) and Loru
(Biromaru). A total number of 412 sheep from the three sites were used
and then randomly selected to obtain 102 (24%), 122 (10%), and 56 (28%)
adult sheep from Poboya, Kawatuna and Loru, respectively. The research
results showed that the local sheep population has been steadily
decreased every year and currently there have been only 3270 sheep
remained. Among the three sites, the highest body weight of sheep was
found with those from Biromaru. The average of birth weight, weaning,
adult males and females body were 3.25±0.53 kg, 11.25±3.33 kg,
42.00±6.245 kg, and 30.14±6.28 kg, respectively. The body size of 18-24
month old sheep from Biromaru was also higher than those from the other
sites. Whereas for 36 month old sheep, those from East Palu and Biromaru
were higher than those from South Palu. The principal Component Analysis
(PCA) showed that the best criteria for sheep selection were breast
diameter, body length, height of hip, and wide of tail.
The research conducted was aimed at investigating animal farming in Districts of Donggala,
Parigi Moutong, and Banggai in Central Sulawesi. There were two subdistricts chosen as
sampling sites from each disrict, and one village was chosen to represent each subdistrict. The
villages were Malonas village (Damsol Subdistrict) and Sibedi village (Marawola Subdistrict)
in Donggala, Parig Mpu village (Parigi Subdistrict) and Lambunu village (Tinombo
Subdistrict) in Parigi Moutong, and Sinorang village (Batui Subdistrict) and Bualemo village
(Bualemo Subbdistrict) in Banggai. The study sites were selected using a stratified sampling
technique and was based on the highest cattle population number. Data were collected from
field through a direct interview with respondents, which was aided with quetionnaries. The
number of respondents (cattle keeper) interviewed was between 20 – 30% of the total
population. The research results indicated that 78.56% of the respondents operated the cattle
farms to increase the family income, but in the reality almost all farms was not feasible
because of low cattle ownership and limited farmers’ skill in animal husbandry practices. On
average, 87.98% of the respondents operated their cattle farms traditionally, 10.17% of them
in category of semi intensive system while only 1.85% of them apply an intensive system.
This led to a low technical coefficient for each individual variable of the cattle farms.
Full Text:
PDF
Refbacks
There are currently no refbacks.
DOI: https://doi.org/10.22487/jiagrisains.v22i3.2021.152-159
Keywords:
Calving Rate, Conception Rate, Program Inseminasi Buatan, Sapi Bali, Service Per
Conception
ABSTRACT
ISSUE
Vol. 22 No. 3 (2021): Desember
SECTION
Articles
This study aims to identify the diversity (polymorphism) of the Growth Hormone (GH) gene in Palu sheep as a
potential candidate gene that controls the nature of growth. Sheep blood samples from the location of community
farms (Palu, Central Sulawesi) which were used as many as 55 animals, were extracted to obtain genomic DNA
samples. The detection of diversity in the GH gene was carried out using the Polymerase Chain Reaction-Restriction
Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP approach with the HaeIII enzyme). The DNA genome was extracted
using the phenol-chloroform protocol and amplified with the polymerase chain reaction (PCR) technique, then the
product PCR was cut with enzymes. Fragment fragments of the GH-HaeIII locus GH gene (GG-CC) were detected by
the silver staining method. A base with a length of 288 bp (PB) from the GH gene was successfully amplified from
Palu local sheep. The HaeIII cutting enzyme cuts the PCR product into two different fragments sequentially at 192
and 96 and is expressed as the B allele or BB genotype (homozygous). In conclusion, GH-HaeIII BB locus
(homozygous). The restriction results for all PCR products obtained uniform results (no polymorphism) in other
words all samples of Palu sheep in a monomorphic state. The DNA pattern in the GH gene is not appropriate for use
as a Marker Assisted Selection, because it is monomorphic.
KEYWORDS
FULL TEXT:
PDF
REFBACKS
There are currently no refbacks.
View My Stats
ABSTRACT
This study aims to identify the diversity (polymorphism) of the Growth Hormone (GH) gene in Palu sheep as a
potential candidate gene that controls the nature of growth. Sheep blood samples from the location of community
farms (Palu, Central Sulawesi) which were used as many as 55 animals, were extracted to obtain genomic DNA
samples. The detection of diversity in the GH gene was carried out using the Polymerase Chain Reaction-Restriction
Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP approach with the HaeIII enzyme). The DNA genome was extracted
using the phenol-chloroform protocol and amplified with the polymerase chain reaction (PCR) technique, then the
product PCR was cut with enzymes. Fragment fragments of the GH-HaeIII locus GH gene (GG-CC) were detected by
the silver staining method. A base with a length of 288 bp (PB) from the GH gene was successfully amplified from
Palu local sheep. The HaeIII cutting enzyme cuts the PCR product into two different fragments sequentially at 192
and 96 and is expressed as the B allele or BB genotype (homozygous). In conclusion, GH-HaeIII BB locus
(homozygous). The restriction results for all PCR products obtained uniform results (no polymorphism) in other
words all samples of Palu sheep in a monomorphic state. The DNA pattern in the GH gene is not appropriate for use
as a Marker Assisted Selection, because it is monomorphic.
KEYWORDS
FULL TEXT:
PDF
REFBACKS
There are currently no refbacks.
View My Stats
Tanggal terbit
2012/12
Jurnal
AgriSains
Jilid
13
Terbitan
Halaman
184-190
Penerbit
Artikel Scholar
2 versi
Privasi
Text
Jurnal_Rini_Fakultas Pertanian Universitas Tadulako_2022_23028793.pdf
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike .
Download (505kB) | Preview
I T E M T Y P E : Article
U R I : https://karya.brin.go.id/id/eprint/13357
Karya Cipta (2019) Pola Pertumbuhan Domba Ekor Gemuk Palu pada masa
Prasapih. EC00201901956.
Text
sertifikat_Yohan_3docx.pdf
Download
(530kB)
Subjects: Artikel > Faculty of Animal Husbandry and Fisheries > Peternakan
URI: http://repository.untad.ac.id/id/eprint/15817
Repository Universitas Tadulako is powered by EPrints 3 which is developed by the School of Electronics and
Computer Science at the University of Southampton. More information and software credits.
This Research target to know the comparison form and size measure of parts of body (morfologi) of Fat Tail Sheep
Livestock Traverse (female and Masculine DEGS) residing in Countryside of Bora and Chief Of Village Taipa
Sulawesi Province. Parameter of livestock body qualitative and quantitative which Method used in this research is
combination between "Frequency Relative" as which used by Mulliadi (1996) and Analyse The Especial Component
(Principal Component Analyse) according to Gasperz (1992). Research result indicate that qualitative and
quantitative sheep livestock in Countryside Bora more dominant form and also size measure of body compared to a
sheep residing in Chief of village Taipa, this matter strenghtened with the result analyse the especial component
(AKU) (P>0,05) do not give the real influence among second of accurate sheep. that way also size measure
parameter at female sheep like head footage, long ear, long neck, long body, long back, long thigh and tail length
do not give the real influence (P>0,05).
FULL TEXT:
PDF
REFBACKS
There are currently no refbacks.
=======
Bagikan
IKLAN
TEMPO Interaktif, PALU: Domba ekor gemuk saat ini tercatat sebagai hewan ternak
langka dan populasinya menurun drastis. Itu disebabkan rasio tingkat pertumbuhan tidak
proporsional dengan tingkat kematiannya, baik yang disembelih maupun karena hukum
alam. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Palu, Sulawesi
Tengah, Ir Zainal Arifin SH MS, kepada TNR Minggu (3/8) di Palu.
Baca Juga:
''Hewan ini bisa hidup di wilayah yang iklimnya panas.Palu dan Madura
itu dikenal beriklim panas karenaletaknya persis pada garis
khatulistiwa,''tandasnya.
IKLAN
Baca Juga:
Berita Selanjutnya
Jokowi Bilang Nonton Debat Sepertinya Panas, Padahal Rakyat Santai Saja
2 menit lalu
Tempo Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Tempo.co WhatsApp
Channel.
Bergabung
Artikel Terkait
Jokowi Bilang Nonton Debat Sepertinya Panas, Padahal Rakyat
Santai Saja
Ekonom Ini Setuju Rencana Anies Evaluasi Seluruh PSN Era Jokowi,
Kenapa?
Rekomendasi Artikel
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga,
bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.
5 Tanda Kucing akan Mendekati Ajalnya
Apakah Anda ingin menambah tinggi? Dari 169 cm menjadi 180 cm dalam 2
bulan!
Gigi rapi dan senyum seputih salju? Cara yang sangat mudah
Obat Jepang untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi badan. +15 cm
dalam 3 bulan
Rasakan Pembuluh Darah Bersih & Tensi 120/80, setelah Minum Ini
Tahukah Anda Ada Pilihan yang Lebih Baik & Murah dari Gigi palsu?
Veneer - diskon gila 90%.
Video Pilihan
Jokowi Bilang Nonton Debat Sepertinya Panas, Padahal Rakyat Santai Saja
Baca Selengkapnya
Kondisi Markobar 1996 Terkini, Bisnis Gibran
yang Dulu Booming sebelum jadi Wali Kota Solo
dan Cawapres Prabowo
2 menit lalu
Kondisi Markobar 1996 Terkini, Bisnis Gibran yang Dulu Booming sebelum jadi Wali Kota
Solo dan Cawapres Prabowo
Sebelum menjabat Wali Kota Solo pada tahun 2020, Gibran memiliki
usaha kuliner yang cukup populer saat itu dengan menjajakan merek
Markobar 1996.
Baca Selengkapnya
Baca Selengkapnya
Ekonom Ini Setuju Rencana Anies Evaluasi Seluruh PSN Era Jokowi, Kenapa?
Ekonom yang juga Direktur IDEAS, Yusuf Wibisono, setuju dengan
rencana Anies Baswedan mengevaluasi seluruh PSN era Presiden
Jokowi. Ini alasannya.
Baca Selengkapnya
Seluruh bus listrik baru Damri ini akan melayani dua rute, yakni
Bundaran Senayan-TU Gas (4C) dan Pulogadung-Pinang Ranti (4F).
Baca Selengkapnya
Baca Selengkapnya
Baca Selengkapnya
Ada Rekayasa Lalu Lintas Saat Debat Cawapres 2024 Malam Ini, Simak Titiknya
Baca Selengkapnya
Baca Selengkapnya
Baca Selengkapnya
Terpopuler di Nasional
Firli Bahuri Minta Maaf ke Presiden Jokowi dan Minta Surat Pengunduran Dirinya
Diterima
17 jam lalu
Debat Cawapres Malam Ini: Cak Imin Akan Banyak Istirahat, Gibran Dilatih 3 Tim
Pelatih, Mahfud Akan Jawab Pertanyaan Apa Saja
11 jam lalu
Ketua KPU: Orang dengan Gangguan Jiwa Dapat Hak Pilih
20 jam lalu
Respons Candaan Zulhas, Ketua MUI Ingatkan Politisi Tidak Gunakan Diksi Agama
Sebagai Candaan
14 jam lalu
19 jam lalu
8 jam lalu
18 jam lalu
Firli Bahuri Mundur, IM57+ Institute: Upaya Melarikan Diri dari Masalah
12 jam lalu
Jelang Debat Perdana Cawapres, Cak Imin Bilang akan Istirahat Supaya Tidak Ngantuk
22 jam lalu
Ganjar Pranowo Sindir Zulhas, Ingatkan Agar Hati-Hati Becanda Soal Pilpres 2024
Text
Jurnal_Rini_Fakultas Pertanian Universitas Tadulako_2022_23028793.pdf
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike .
Download (505kB) | Preview
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuntikan hormon PGF2α
terhadap siklus estrus domba palu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret
2022 di Laboratorium Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan, Universitas
Tadulako. Variabel yang diamati meliputi: lama onset estrus setelah disuntik (jam),
lamanya estrus (jam) dan interval siklus estrus (hari). Ternak yang digunakan adalah
domba ekor gemuk betina sebanyak 15 ekor berumur 18 bulan. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan.
Perlakuan dosis hormon PGF2α yang digunakan secara berturut-turut yaitu 0,5 ml (P1),
1,0 ml (P2) dan 1,5 ml (P3). Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka dilakukan uji
lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukan nilai
onset estrus, lama estrus dan interval siklus estrus pada masing-masing perlakuan P1
sebesar 39 jam-30,8 jam-15,5 hari, P2 36 jam-31,6 jam- 15,4 hari dan P3 34,6 jam-34,8
jam-14,8 hari. Hormon PGF2α berpengaruh sangat nyata terhadap nilai onset estrus dan
lama estrus (p<0,01) tetapi tidak berpengaruh terhadap interval siklus estrus (p>0,05).
Pemberian hormon PGF2α sudah efektif dan lebih ekonomis dalam sinkronisasi estrus
untuk menghasilkan gejala-gejala estrus yang berkualitas.
I T E M T Y P E : Article
U R I : https://karya.brin.go.id/id/eprint/13357
View Item
Article History
Submited : June 25, 2020
Published : June 25, 2020
Keywords:
Hormon,
estrus,
domba lokal
Abstract
References
How to Cite
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan informasi
tentang pengaruh pemberian hormon FSH terhadap fenomena estrus
domba betina lokal Palu. Penelitian ini menggunakan 8 ekor domba betina
lokal dan 2 ekor domba jantan lokal sebagai pengusik dibagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok perlakuan hormon FSH dan kelompok tanpa
perlakuan hormon. Data kualitatif (gejala estrus) hasil pengamatan
dianalisa secara deskriptif, data kuantitatif (lama estrus) dianalisis secara
statistik dengan menggunakan uji T. Hasil analisis statistik menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05) antara ternak yang mendapat hormon FSH
dan yang tidak mendapat hormon terhadap lama estrus. Penampakan
gejala estrus lebih jelas terlihat pada ternak yang mendapatkan hormon
FSH daripada ternak yang yang tidak mendapatkan hormon.
Palu Poso
0
0
Perbesar
ADVERTISEMENT
Domba Palu merupakan salah satu hewan ternak yang menjadi
ciri khas dari Tanah Kaili. Namun akhir-akhir ini, populasi si
"ekor gemuk" tersebut terancam punah.
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Pembibitan dan Tehnologi UPTD Ternak Sidera, Dinas Perkebunan dan
Peternakan Provinsi Sulawesi Tengah, Nurhasan A Modjo. Foto: PaluPoso/Firman
Dari data yang ada, ungkapnya, pada era tahun 80-an, pemerintah
Arab Saudi meminta impor 2000 ekor Domba Palu melalui
Yayasan Alkhairaat guna memenuhi kebutuhan konsumsi jemaah
haji.
Pola ternak dari Domba Palu kata Nurhasan, menggunakan
sistem gembala di lahan yang luas. Sehingga memungkinkan
ketersedian pakannya dapat terpenuhi.
"Pola berkembang biaknya hanya dapat berkembang selama
setahun sekali saja. Namun bila pakannya tersedia dengan baik,
bisa menghasilkan dua hingga tiga ekor anak Domba dalam
setahun," katanya.
ADVERTISEMENT
Domba khas Palu tersebut merupakan jenis ternak yang banyak dipelihara di daerah tersebut
karena memiliki nilai jual yang cukup tinggi yakni antara Rp 3 juta hingga 4 juta per ekor.***
Tags
domba
perbukitan
gembala
Palu
Sulawesi Tengah
Jabal Nur
Kami TUTUP GUDANG! Samsung Galaxy S22 ultra seharga
1.999.999 IDR. Diskon hingga 70%
KONTEN PROMOSI
Terkini
267 Siswa Diktuba Polri Diberi Pembekalan, Kapolda Sulteng: Jaga Netralitas
dan Tidak Terlibat Politik Praktis
Senin, 18 Desember 2023 | 15:34 WIB
Kantor BPPW Sulteng Digeledah Tim Kejaksaan Negeri Palu, Terkait Dugaan
Korupsi Sumur Huntap Tondo Rp1,7 Miliar !
Senin, 11 Desember 2023 | 16:36 WIB
250 Personel Polda Sulteng Kawal Aksi Damai 212 Bela Palestina di Kota Palu
Sabtu, 2 Desember 2023 | 09:20 WIB
Sunarto Layangkan Surat Somasi ke Dua Melalui Kuasa Hukumnya ke Leasing
BFI Finance Palu!
Senin, 13 November 2023 | 09:21 WIB
Jelang Palu Sport Event (PSE), Pemkot Palu Lakukan Penutupan Jalan! Berikut
Rute dan Jadwalnya
Rabu, 8 November 2023 | 10:18 WIB
Simak Jadwal Pemadaman Listrik Pasigala Hari Ini 7 November 2023, 09.00 -
00.00 WITA
Selasa, 7 November 2023 | 09:10 WIB
Jadwal Pemadaman Listrik Kota Palu, Senen 6 November 2023 12.00 - 00.00
WITA
Senin, 6 November 2023 | 10:26 WIB
Bukan Orang Sulteng! Siapa Pemilik Poso Energy, Pemasok Listrik Kota Palu dan
Sekitarnya!
Minggu, 5 November 2023 | 15:56 WIB
Sulsel, Sulteng, Sering Mati Lampu! Ada Tambahan Daya 10 MW, Lokasinya
Dimana?
Sabtu, 4 November 2023 | 19:21 WIB
Penyebab Palu, Sigi Donggala Mati Lampu! Ada Tambahan Pembangkit 10 Mega
Watt(M/W)
Sabtu, 4 November 2023 | 18:52 WIB
Cegah Erosi di Wilayah Pesisir, Polda Sulteng Tanam 1000 Bibit Mangrove di
Pantai Popa
Jumat, 3 November 2023 | 17:21 WIB
Update Jadwal Pemadaman Listrik Kota Palu dan Sekitarnya, Jum'at 03
November 2023! Pukul 09.00 - 00.00 WITA
Jumat, 3 November 2023 | 09:12 WIB
BBM Non Subsidi Resmi Turun Harga, Berikut Harga Terbaru Wilayah Sulteng!
Kamis, 2 November 2023 | 10:25 WIB
Jadwal Pemadaman Listrik Sementara Kota Palu dan Sekitarnya, 02 November
2023!
Kamis, 2 November 2023 | 09:07 WIB
Siapkan Baterai HP, Ini Jadwal Lengkap Pemadaman Listrik Kota Palu dan
Kabupaten Sigi, 1 November 2023!
Rabu, 1 November 2023 | 08:50 WIB
15 Perusahaan JPT di Terminal Peti Kemas Pantoloan Kota Palu Langgar Aturan!
Selasa, 31 Oktober 2023 | 19:34 WIB
33
KARAKTERISTIK RUMPUN
DOMBA PALU DI
WILAYAH LEMBAH PALU
SULAWESI TENGAH
(Characteristic of Palu Sheep Family
I
n Palu Valley Region Central Sulawesi)
F.F. Munier
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah,
Jl. Raya Lasoso No. 62, Biromaru, Kab. Sigi, Prov. Sulawesi Tengah,
94364
e
-
mail
:
ffmunier@yahoo.com
ABSTRAK
Domba Palu merupakan jenis ternak ruminansia kecil yang memiliki
ciri khas ber
ekor
gemuk (tebal). Domba ini merupakan
sumber daya lokal yang
spesifik lokasi yang
hanya dapat berkembang di kawasan Lembah Palu dan sekitarnya.
Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui karakterisktik
domba Palu yang umumnya di
pemelihara
secara
tradisional
. Penelitian ini dilaksanakan di
Kawasan
Lembah Palu yang khus
us Kota
Palu
pada bulan
Juli
-
Desmber
2012. Pengumpulan data menggunakan metode
wawancara dengan peternak domba menggunakan kuesioner dan peng
ukuran badan
domba
di lapangan. Jumlah peternak
domba yang di wawancarai
sebanyak 1
0
orang
di Kecamatan Palu Selatan dan 8 orang di Kecamatan Palu Timur, Kota Palu
. Hasil
penelitian,
D
omba Palu
masih dipelihara secara tradisional yang
tersebar di Lembah
Palu
dengan populasi tertinggi di wilayah K
ota Palu
sebesar 6.928 ekor. P
ostur tubuh
kecil
sampai sedang, cenderung agak pendek
, bobot lahir betina 2,50
-
2,75 kg dan
jantan 2,75
-
3,25 kg,
bobot badan
dewasa betina 27
-
35 kg dan jantan 30
-
38 kg. Jantan
bertanduk dan betina tidak bertanduk. Ekor jantan dewasa berkembang dengan
baik,
panjang 18,22
± 3,59 cm, lebar 15,94 ± 2,29 cm dan tebal 6,00 ± 0,86 cm. Disimpulkan
bahwa postur tubuh Domba Palu kecil sampai sedang dan bobot badan
dewasa lebih
tinggi jantan.
Kata
K
unci
:
U
kuran badan
,B
obot badan
,k
arakteristik,
domba Palu
PENDAHULUAN
Ternak domba
(
Ovis aries
) merupakan
salah satu
jenis ternak ruminansia kecil
yang tersebar
di sebagian wilayah
Indonesia.
D
aerah yang memiliki ternak domba
seperti
di wilayah
Indonesia Timur yakni Domba Ekor Gemuk (DEG)
yang dikenal
dengan domba Kisar banyak dijumpai
di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
(
Labetubun
et al
., 2011)
. Di
Jawa Barat
dikenal dengan
Domba Garut dan Domba yang
berasal dari Madura (Jawa Timur),
serta
jenis domba lainnya yang berasal dari daerah
lainnya (Sosroamidjojo dan Soeradji, 1982)
, domba Ba
tur berasal dari Jawa Tengah,
serta domba ekor tipis yang berasal dari Yogyakarta
.
Sulawesi Tengah juga memiliki
jenis domba lokal yang dikenal dengan Domba Palu
yang memiliki ekor gemuk,
ditetapkan sebagai Rumpun Domba Palu berdasarkan Surat Keputusan
Menteri
Pertanian Nomor 697/Kpts/PD.410/2/2013 tanggal 13 Pebruari 2013
. Do
mba Palu
merupakan salah satu k
e
kayaan plasma nutfah Sulawesi Tengah yang populasinya
te
rendah dibandingkan
dengan jenis ternak ruminansia lainnya. Domba
Palu ini
umumnya berkembang di
K
awasan Lembah Palu yang meliputi Wilayah Kota Palu,
Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala
, diluar Kawasan
Lembah Palu
yakni
34
Kabupaten Tolitoli sebesar 1,88%
dari total domba di Sulawesi Tengah
.
D
ata Statistik
tahun 201
1
menunjukan
bahwa populasi Domba Palu sebanyak
8.656 ekor
yang
terseba
r pada kota dan tiga kabupaten
. P
opulasi tertinggi
berada
di Kota Palu
yaitu
se
banyak
6.928
ekor, Kabupaten Sigi 1.
391
eko
r, Kabupaten Donggala 17
4
ekor dan
Kabupaten Tolitoli 1
63
ekor.
Populasi Domba Palu ini menurun jika dibandingkan
dengan populasi tahun 2010 yakni sebanyak 9.036 ekor (
BPS Prov. Sulteng, 201
2
)
atau
turun 4,21%.
Sistem pemeliharaan
Domba Palu umumnya
mas
ih
tradisional yakni
digembalakan di padang penggembalaan
umum disekitar kawasan pemeliharaan
domba
yang
setiap hari
hanya
merumput
(
mengkonsumsi
) hijauan pakan yang
terbatas baik kualitas maupun kuantitas.
Komposisi hijauan pakan di padang
penggembalaan
di
Kawasan
Lembah Palu yaitu rumput alam 41,8
-
42,9%, gulma 27,5
-
33,9% dan leguminosa 24,3
-
29,6% (Amar, 2000).
Rumput alam dan leguminosa yang
tumbuh di padangan ini termasuk jenis tumbuhan berdaun sempit atau kecil
sehingga
produksi hijauannya terbatas.
Kondisi ini menyebabkan domba lebih jauh merumput
(mengembara) untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi,
namun
kandungan nutrien pada hijauan di padangan tersebut rendah
sehingga
produktivitasnya belum optimal. Terbukti pertambahan bobot bada harian
(PBBH)
domba Palu yang digembalakan hanya 9,0 g (Munier, 2005), bahkan saat
musim
kemarau dengan terbatasnya hijauan
pakan di padang penggembalaan PBBHnya
mengalami penurunan. Sedangkan domba Palu yang digembalakan dan
diberikan
pakan tambahan
500 g/ekor/hari gamal (
Gliricidia sepium
)
dengan PBHH 37,5 g
(Munier, 2005).
Sistem pemeliharaan tradisional dengan menggembala
kan domba dan
pengandangan
sistem
koloni memiliki peluang terjadinya perkawinan sedarah
(
inbreeding
) sehingga
mengakibatkan
terjadi penurunan mutu geneti
k pada anak yang
dilahirkan
. Disamping itu kemurnian dari Domba Palu kemungkinan menurun
karena potens
i perkawinan dengan jenis domba lainnya seperti jenis domba turunan
Merino
atau domba ekor tipis
. Konservasi dan pelestarian guna melindungi
kemurnian Domba Palu
dan perbaikan sistem pemeliharaan guna meningkatkan
produktivitas
perlu diupayakan melalui
pr
ogram yang bersinergi antara
p
emerintah
d
aerah dan
i
nstsitusi/
l
embaga
p
enelitian terkait.
Perbaikan sistem pemeliharaan
domba Palu ini diharapkan dapat memperbaki penampilan domba Palu
terutama
peningkatan PBBHnya yang pada akhirnya diikuti peningkatan
bobot badan siap
potong.
Domba Palu memiliki keunggulan dibanding jenis domba lainnya
,
diantaranya
dapat beradaptasi pada lingkungan yang beriklim ekstrim, dapat beradaptasi
di
padang penggembalaan
dengan k
etersediaan hijauan pakan dan air terbatas, relatif
tahan terhadap serangan parasit dan
penyakit. Suhu udara di Lembah
Palu
rata
-
rata
26,3
-
27,7
o
C dengan kelembaban 69,5
-
75,3% (Syafruddin
et al
., 2003), namun pada
waktu tertentu terutama musim kemarau
suhu udara sangat ekstrim mencapai 32
-
34
o
C (Munier
et al
., 2002), bahkan kadang
-
kadang mencapai suhu tertinggi hingga 36
o
C
(Munier, 2002).
Keunggulan Domba Palu lainnya
adalah k
ualitas dagingnya cukup
baik dengan sebaran partikel lemak (
marbling
) yang r
endah dan tidak berbau khas
sehingga daging domba ini sangat digemari oleh konsumen meskipun harga
jual
hidup maupun dagingnya cukup tinggi.
Melihat keunggulan yang dimiliki Domba Palu maka u
paya Pemerintah Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah melalui Dinas Pet
ernakan dan Kesehatan Hewan Daerah
Sulawesi Tengah
bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah
35
dalam pengembangan dan pelestarian Domba Palu diawali dengan
kegiatan
inventarisasi, uji kualitatif dan kuantitatif yang selanjutkan diajukan un
tuk ditetapkan
sebagai salah satu rumpun ternak nasional
.
Upaya ini perlu ditindak
-
lanjuti mengingat
adanya kecenderungan penurunan jumlah populasi Domba Palu dari tahun ke tahun.
Penelitian ini
bert
ujuan untuk mengetahui karakterisktik
D
omba Palu yang u
mumnya
di
pemelihara
secara tradisional
di Kawasan Lembah Palu dengan melihat sifat
kualitatif dan kuantitatif
.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di
Kawasan
Lembah Palu yang khusus Kota Palu
pada bulan
Juli
-
Desember
2012.
Dasar pertimbangan
dalam
penentuan lokasi survei
karakteristik ini
karena populasi
D
omba Palu tertinggi berada di Kota Palu yang
didominasi berada di Kecamatan Palu Selatan dan sebagian kecil berada di
Kecamatan
Palu Timur dengan populasi sebanyak
6.928
ekor
(80,04%)
dari to
tal populasi di
Sulawesi Tengah sebanyak
8.656 ekor
(BPS Prov. Sulteng, 201
2
).
Pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan peternak domba
menggunakan kuesioner
dengan daftar pertanyaan yang terstruktur
tentang sistem
pemeliharaan Domba Palu yang
selama ini dilakukan
.
Jumlah peternak
domba yang
di wawancarai
sebanyak 1
0
orang
di
Kelurahan Kawatuna,
Kecamatan Palu Selatan
dan 8 orang di
Kelurahan Paboya
Kecamatan Palu Timur
(sekarang Kelurahan Paboya
masuk Kecamatan Matikulore pemekaran dari
Kecamatan Palu Timur
)
, Kota Palu
.
P
eng
ukuran
bagian
badan
dan penimbangan bobot hidup domba
d
ilaksanakan
di
lapangan (kandang) pagi sebelum digembalakan
.
Kelengkapan data lainnya untuk
memahami permasalahan pada peternak domba secara mendalam, dilakukan
pula
penggalian data melalui wawancara
dengan
beberapa informan kunci yang dianggap
lebih mengetahui dan memaha
mi kondisi sistem pemeliharaan
D
omba Palu di
Kelurahan Ka
watuna, Kecamatan Palu Selatan
dan Kelurahan Paboya
Kecamatan Palu
Timur,
serta pengamat
an langsung di lapangan. Data sekunder juga dikumpulkan
dari instansi terkait.
Data yang telah terkumpul dianalisis secara diskriptif kualitatif
dan kuantitatif
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi
Sebaran Domba Palu
Domba Palu umumnya tersebar di
kawasan
Lembah Palu pada wilayah dataran
rendah sampai dataran menengah, yang meliputi Kota Palu dan Kabupaten
Sigi,
disajikan pada Gambar 1 dan 2. Di Kota Palu, Domba Palu tersebar pada
dua
kecamatan yakni Kecamatan Palu Selatan dan Kecamatan Palu Timur dengan
t
otal
populasi sebanyak
6.
9
28
ekor (BPS Prov. Sulteng, 201
2
). Sebaran Domba Palu di
Kabapaten Sigi pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Biromaru, Kecamatan Dolo
dan
Kecamatan Marawola dengan total populasi 1.3
91
ekor (BPS Prov. Sulteng, 201
2
).
Disamping it
u, Domba Palu juga masih dijumpai di Kabupaten Donggala dan
Kabupaten Tolitoli tetapi jumlahnya
hanya
sedikit, masing
-
masing 17
4
ekor dan 1
63
ekor (BPS Prov. Sulteng, 201
2
).
39
ukuran organ tubuh jantan umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan organ
tubuh
betin
a.
Tabel 3.
Sifat
K
uantitatif Domba Palu Pada Organ Tertentu (umur 2
-
3 tahun)
Jenis Kelamin/
organ
Rataan
Panjang
(cm)
Lebar
(cm)
Lingkar
(cm)
Tebal
(cm)
Betina:
-
Kepala
-
Telinga
-
Ambing
Jantan:
-
Kepala
-
Telinga
-
Ekor
-
Scotum
18,38±2,19
12,44±1,63
14,63±4,27
21,78±1,86
12,28±1,48
18,22±3,59
15,06±3,13
13,13±1,25
5,81±0,79
-
14,61±1,36
6,17±0,71
15,94±2,29
-
-
-
23,00±4,31
-
-
-
24,61±3,19
-
-
-
-
-
6,00±0,86
-
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih diucapkan kepada Lurah Kawatuna
dan Lurah Paboya
beserta staf
yang telah memberikan kesempatan melaksanakan penelitian dan menyediakan
data
pendukung. Diucapkan terimakasih pula kepada Kelompok Peternak domba
Watu
Mjamboko Kelurahan Kawatuna
dan Peternak domba di Kelurahan Paboya
yang
telah
memberikan informasi
sistem pemeliharaan domba Palu
, serta Bapak Aslan Lasenggo,
A.Md.
sebagai teknisi BPTP Sulawesi Tengah yang telah membantu dalam proses
pengumpulan data di lapangan.
KESIMPULAN
Disimpulkan bahwa
bobot lahir domba Palu lebih tingg
i pada anak jantan.
P
ostur tubuh Domba Palu
termasuk berukuran
kecil sampai sedang
dengan bobot
badan
dewasa
lebih tinggi jantan
DAFTAR PUSTAKA
Amar, A.L. 2000. Komposisi Botanis Tumbuhan Menerna dan Daya Tampung
Penggembalaan
Umum di Kelurahan Kawatuna
Lembah Palu, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu
-
Ilmu
Pertanian Agroland. Vol. 7 (4): 342
-
350.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah. 201
2
. Sulawesi Tengah dalam Angka 201
2
.
h.
2
4
3
-
2
5
2.
Dinas Peternak dan Kesehatan Hewan Daerah Sulawesi Tengah. 2012.
Statistik Peternakan
Provinsi Sulawesi Tengah.
40
Labetubun, J., M.J. Matatula dan J. Wattimena. 2011. Sifat
-
sifat Kuantitatif dan Kualitatif
Domba Kisar Betina.
Agrinimal, Vol.1 (1): 38
-
41.
Muliadi, D. 1996. Sifat Fanatik Domba Priangan Di Kabupaten Pan
deglang Dan Garut.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Disertasi.
Munier, F.F. 2002. Keragaan Sapi Jantan Limousin dan Simmental di Lembah Palu
Provinsi
Sulawesi Tengah. Pros
.
Sem
.
Nas
.
Tek
.
Peternakan dan Veteriner, Ciawi
-
Bogor 17
-
19
September 2001.
Puslitbangnak, Bogor. h. 51
-
54.
Munier, F.F. 2008.
Bobot Hidup Domba Ekor Gemuk (DEG) yang Diberikan Pakan Tambahan
Leguminosa. Pros
.
Sem
.
Nas
.
Tek
.
Peternakan dan Veteriner
,
Bogor 1
2
-
1
3
Se
p
t
ember
200
5
.
Puslitbangnak, Bogor. h.
4
10
-
4
15
.
Sumantri, C., Einstiana, A., Salamena, J.F
dan
I. Inounu
.
2007.
Keragaan dan Hubungan
Phylogenik Antar Domba Lokal di Indonesia Melalui Pendekatan Analisis Morfologi.
J.
Ilmu Ternak dan Veteriner
,
12: 42
-
54.
Syafruddin, A.N. Kairupan dan F.F. Munier. 2003.
Potensi Kesesuaian Lahan untuk
Pengembangan Pakan Ruminansia di Lembah Palu. Pros
.
Sem
.
Nas
.
Tek
.
Peternakan dan
Veteriner 2003
,
Bogor
29
-
30 September 2003, Puslitbangnak, Bogor.
h
. 266
-
271.
Pakan utama untuk sapi yang tidak dapat tergantikan adalah serat kasar, karena
bisa menyebabkan gangguan metabolisme dalam rumen (lambung). Sumber serat
berasal dari hijauan, jerami, tumpi jagung, tongkol jagung, kulit kacang, dan
lainnya.
Sementara untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan agar meningkatkan
produktivitas perlu penambahan pemberian konsentrat dan suplemen. Seperti
dedak, pollard, garam dapur, urea, dan tetes tebu.
Pemberian pakan-pakan tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan secara
bersamaan. Kombinasi dari hijauan, konsentrat, dan suplemen disebut pakan
lengkap atau complete feed. Sehingga komposisi didalamnya mengandung
protein, serat kasar, lemak kasar, vitamin, dan mineral.
Dosen pakar ruminansia Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB),
Prof. Dr. Ir. Kusmartono menjelaskan beberapa keuntungan penggunaan complete
feed. Yakni efisiensi waktu dan tenaga bagi peternak, sebab tidak perlu mencari
rumput setiap hari. Di sisi lain juga menjamin kebutuhan gizi pada ternak.
Arahan tersebut ia sampaikan dalam kegiatan penyuluhan kepada kelompok
ternak Kucur Mandiri, Desa Kucur Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Menurutnya, disana berpotensi untuk pengembangan peternakan sapi pedaging.
Karena Desa Kucur merupakan salah satu wilayah sentra penggemukan ternak
sapi potong dengan populasi ribuan ekor.
Pasalnya pertengahan tahun 2020 sekira bulan September sampai November,
mantan Wakil Rektor Bidang Akademik periode 2015-2019 ini bersama tim dosen
yang terdiri dari Dr.Ir. Mashudi., M.Agr.Sc.,IPM.,ASEAN Eng, Poespitasari
Hazanah Ndaru S.Pt.,MP, dan Asri Nurul Huda S.Pt.,MP.,M.Sc membina
kelompok ternak Kucur Mandiri.
Mereka memperkenalkan tentang complete feed agar memudahkan peternak
dalam memberikan pakan. Serta menambah jenis produk yang dibuat kelompok
ternak Kucur Mandiri. Sebab kelompok yang diketuai oleh Mislikan itu telah
berhasil memproduksi konsentrat dengan diberi label nama “Konsentrat Kucur”.
Penciptaan konsentrat juga didampingi tim Kusmartono pada tahun 2018 silam.
Kala itu pembinaan yang diberikan berupa sosialisasi pengenalan dan pengolahan
konsentrat. Pembuatan konsentrat menggunakan bahan baku lokal yang mudah
didapat, harga murah, dan tersedia sepanjang tahun.
Konsentrat kucur dijual dengan harga Rp. 3.000,- per kg yang mengandung
protein kasar sebesar 11,09%. Mulyadi selaku pengurus kelompok menuturkan
bahwa rata-rata kenaikan bobot sapi miliknya adalah 0,79kg/ekor/hari setelah
menggunakan produk konsentrat tersebut.
“Dilihat dari data itu kami memandang kualitas produk konsentrat kucur memang
harus mengalami evaluasi dan perbaikan. Oleh karenanya kami berharap melalui
complete feed dapat memberikan hasil yang optimal terhadap produktivitas ternak
di sana.” pungkas Kusmartono (dta)
Posted in Berita
Berita Lainnya
21 DESEMBER 2023
Firman Jaya, S.Pt., MP., sukses mempertahankan gelar Doktor (Dr) dengan penelitian
madu bubuk
19 DESEMBER 2023
Peternak Domba di Kabupaten Jember Antusias untuk Dapat Menerima Pembinaan guna
Meningkatkan Produktivitas Ternaknya
19 DESEMBER 2023
The 11th SEANAS Meeting at Maejo University Advances Collaboration in Animal Science
Education
Pengumuman
11 DESEMBER 2023
Pengukuhan Guru Besar Prof. Ir. Hari Dwi Utami, MS., M.AppL.Sc., Ph.D., IPM.,ASEAN
Eng
641X
KARAKTERISTIK DOMBA
LOKAL PALU
BERDASARKAN KERAGAMAN MORFOMETRIK
Oleh :
Amirudin Dg
.
Malewa
1
)
dan
Salmin
1
)
ABSTRACT
Sheep is one of the preeminent commodities o
f Central Sulawesi in term of natural/pastural resources, climatic and
cultural social condition.
All varieties of local sheep in Central Sulawesi were generated from a cross
-
breeding between Fat
-
tail
sheep (FTS) and Merbas sheep. The research was aimed at
identifying the sheep phenotype characteristics as the criteria for sheep
selection. The study was carried out in Palu city, and Biromaru sub district of Central Sulawesi from
February to May and fro
m
November to December 2006. Data of sheep body sizes we
re collected from three different sites: Poboya (East Palu), Kawatuna
(South Palu) and Loru (Biromaru). A total number of 412 sheep from the three sites were used
and then randomly selected to
obtain 102 (24%), 122 (10%), and 56 (28%) adult sheep from Pobo
ya, Kawatuna and Loru, respectively. The research results
showed that the local sheep population has been steadily decreased every year and currently
there have been only 3270 sheep
remained. Among the three sites, the highest body weight of sheep was fou
nd with those from Biromaru. The average of birth
weight, weaning, adult males and females body were 3.25±0.53 kg, 11.25±3.33 kg, 42.00±6.245
kg, and 30.14±6.28 kg,
respectively. The body size of 18
-
24 month old sheep from Biromaru was also higher than tho
se from the other sites. Whereas for
36 month old sheep, those from East Palu and Biromaru were higher than those from South
Palu. The principal Component
Analysis (PCA) showed that the best criteria for sheep selection were breast diameter, body length,
height of hip, and wide of tail.
Keywords
:F
enotype characteristics, principle componen analysis, local Palu sheep
I. PENDAHULUAN
Salah satu domba
–
domba lokal yang
berada di kawasan timur Indonesia dikenal
dengan nama domba lokal Palu atau domba
Don
ggala yang berada di lembah Palu dan
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Domba
ini merupakan salah satu komoditas unggulan
Sulawesi Tengah berdasarkan kondisi sumber
daya lahan, iklim, dan sosial ekonomi.
Domba
yang ada pada awalnya hanya domba ekor
gemuk
(DEG) yang kemudian disilangkan
dengan domba pejantan Merbas (Doho dan
Tantu 1997), sehingga kini cenderung terdapat
dua jenis domba di Palu yaitu domba ekor
gemuk dan domba hasil silangan. Do
mba lokal
ini telah berkembang
puluhan generasi,
sehingga memben
tuk karakteristik khas yang
hanya dimiliki oleh ternak tersebut.
Domba lokal Palu mempunyai beberapa
keunggulan antara lain dapat bertahan hidup
dengan pakan berkualitas rendah, mampu
bertahan hidup pada tekanan iklim relatif panas
,
daya tahan yang ting
gi terhadap penyakit dan
parasit.
Keunggul
an ini merupakan karakteristik
yang khas untuk digunakan sebagai sumber
genetik dalam perbaikan
domba Palu melalui
seleksi dan persilangan.
Demikian
halnya
domba
Pa
lu merupakan sumberdaya genetik
(plasma
nutfah)
ternak yang dapat
dikembangkan untuk
pengembangan
dan perbaikan mutu genetik
bangsa domba secara regional dengan tetap
menjag
a kemurnian dan kelestariannya.
Apalagi
domba lokal Palu termasuk ternak spesifik lokasi
yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak
d
iusahakan masyarakat, sehingga sangat mendesak
untuk ditangani secara serius.
Populasi domba Palu masih sangat
rendah dibandingkan d
engan daerah lain di
Indonesia.
Pada tahun 1989 populasi domba
Palu masih berjumlah 16.192 ekor tahun 1987
kemudian menjadi
7.408 ekor tahun 2003
bahkan populasi domba tersebut kini tinggal
berjumlah 3.270 ekor (Disnak Sul
teng 2005).
Kenyataan tersebut
sangat memprihatinkan
mengingat penurunan populasi tersebut
dikhawatirkan berdampak terhadap mutu
genetik domba Palu
.
Hal in
i diduga penjualan/
pemotongan atau kematian domba yang tidak
terkontrol, artinya ternak
-
ternak besar yang
1)
S
taf Pengajar pada Program Studi Produksi Ternak Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako, Palu.
69
memiliki harga tinggi dijual atau dipotong.
Akibatnya ternak yang tertinggal di kandang
peternak mutu genetiknya menjadi lebih
rendah, dan jika hal
ini terus berlangsung, akan
terjadi pengurasan sumber daya genetik,
sehingga yang tersisa yakni domba
yang
memiliki produktivitas rendah. Apalagi Domba
Palu sudah tercemar dengan darah domba Merbas
(Duma dan Rusdi 2001). Sehingga sangat ironis
jika kualita
s ternak seperti ini yang akan menjadi
bibit generasi domba masa mendatang.
Mempelajari komponen
-
komponen
keragaman pada ternak sangat penting artinya,
karena akan membantu dalam perencanaan
pemuliaan untuk meningkatkan mutu gene
tik
(Liu dan Makarechian 19
90).
Salah satu upaya
peningkatan populasi dan produktivitas domba
Palu dengan menekan terjadinya seleksi negatif
dan seleksi diarahkan untuk pengembangan
domba Palu yang berkelanjutan terutama untuk
mempertahankan mutu genetiknya, agar
tersedia bibit ungg
ul yang telah sesuai
dengan
kondisi iklim setempat.
Oleh karena itu
dilakukan penelitian yang berkaitan dengan
sifat kuantitatif sebagai dasar kriteria seleksi
.
II. BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di
Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Palu
Sel
atan Kota Palu dan Kecamatan Biromaru
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari
-
Mei
dan November
-
Desember 2006
.
Pengumpulan data ukuran tubuh ternak
diambil dari tiga daerah yaitu Kel. Poboya
Kecamatan Palu Timur, Kel
. Kawatuna Kec. Palu
Selatan dan Desa Loru Kec. Biromaru. Ternak
domba yang digunakan milik peternak rakyat
sebanyak 412 ekor. Teknik pengambilan ternak
sampel dilakukan secara acak, domba dewasa di
Palu Timur 102 ekor (24%), Palu Selatan 122 ekor
(10%)
dan Biromaru 56 ekor (28%). Peralatan
yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
timbangan berdiri kapasitas 100 kg, mistar ukur,
kaliper, pita ukur, borang dan alat
-
alat tulis.
2.1.
Peubah yang Diamati
Penentuan umur dilakukan terlebih
sebelum pen
gamatan dengan melihat pergantian
gigi seri dan berdasarkan informasi
dari peternak.
Bobot badan (BB)
domba dewasa dari umur 12
-
36
bulan baik jantan mapun betina. Penimbangan
dilakukan pada pagi hari sebelum domba diberi
makan/digembalakan dengan timbanga
n
gantung
kapasitas 50 kg (satuan
dalam kg). Peubah
penelit
ian adalah semua yang berkaitan
dengan
ukuran
-
ukuran tubuh, yaitu
:
1.
Panjang tengkorak (PTR) diukur jarak
antara titik yang anterior kepala sampai
titik posterior tengkorak, dengan mistar
ukur (sa
tuan dalam cm).
2.
Lebar tengkorak (LTR), diukur jarak antara
titik penonjolan tengkorak paling luar kiri
dan kanan menggunakan kaliper.
3.
Tinggi tengkorak (TKR), diukur jarak
antara titik dorsal tengkorak sampai titik
lateral rahang terendah dengan kaliper.
4.
Panjang tanduk (PTD), diukur dari pangkal
tanduk sampai ujung tanduk mengikuti
alur putaran tanduk sebelah luar dengan
mistar ukur.
5.
Lingkar pangkal tanduk (LPT), diukur
melingkar pada pangkal tanduk.
6.
Tinggi pundak (TPd), jarak tertinggi
pundak sampai tanah
.
7.
Lingkar kanon (LkK)/ tulang pipa
(
M
etacarpus
), diukur melingkar di tengah
-
tengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri
dengan pita ukur .
8.
Tinggi punggung (TPg), jarak bagian
punggung paling atas sampai ke tanah
9.
Panjang badan (PB), jarak garis lurus dari
t
epi depan luar tulang
Scapula
sampai
benjolan tulang tapis (tulang duduk/
os
I
schium
), diukur menggunakan mistar ukur.
10.
Lebar dada (LD), jarak antara bagian
tengah tulang dada kiri dan kanan.
11.
Dalam dada (DD), jarak antara titik
tertinggi pundak dan tulang da
da bawah,
diukur dengan mistar ukur .
12.
Lingkar dada (LD), diukur melingkar
rongga dada di belakang sendi tulang bahu.
13.
Tinggi pinggul (TPgl), jarak antara titik
tertinggi pinggul sampai tanah
.
14.
Panjang dalam pinggul (PDPgl), jarak antara
bagian anterior tula
ng pinggul sampai ujung
benjolan tulang tapis (
os ischium)
, diukur
dengan
menggunakan mistar.
70
15.
Lebar antara tulang tapis (LATT) jarak
antara dua
os I
schium
sisi tulang tapis kiri
dan kanan, diukur dengan kaliper
16.
Panjang ekor (PEk), diukur jarak dari
pang
kal ekor sampai ujung ekor.
17.
Lebar pangkal ekor (LPEk), diukur jarak
lebar antara titik sisi kiri dan kanan
pangkal ekor dengan pita ukur.
18.
Lingkar pangkal ekor(LkPEk), diukur
dengan melingkarkan pita ukur ke pangkal
ekor dengan pita ukur.
Data sifat kuan
titatif berupa bobot badan
domba lokal Palu dihitung nilai rata
-
rata (
X
),
simpangan baku (SB) dan koefisien keragaman
(KK). Untuk memberikan diskriminasi terhadap
ukuran dan bentuk tubuh domba lokal Palu, data
ukuran
-
ukuran tubuh dianalisis dengan
mengguna
kan Analisis Komponen Utama
(AKU). Pengolahan data hasil penelitian dan
pembuatan diagram menggunakan perangkat
lunak statistik Minitab 14. Hasil AKU akan
diperoleh persamaan ukuran dan bentuk
diturunkan dari matriks kovarian
.
Model matematika AKU menurut
Gasperz (1992) sebagai berikut :
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot badan yang tinggi pada domba
Biromaru baik jantan maupun betina
kemungkinan disebabkan suplai sumber pakan
(iklim), aneka jenis pakan, dan populasi domba
yang lebih sedikit di bandingkan
dengan domba
di Palu Timur dan Palu Selatan yang lebih
padat dan jenis pakan pengembalaan yang
hanya di dominasi
rumput lapangan.
Koefisien
keragaman (KK) domba jantan yang tertinggi
adalah di Biromaru pada umur 18 bulan
(
25,66%
), sedangkan keragaman bo
bot badan
tertinggi pada domba betina adalah pada umur
12 bulan di Palu Timur (
22,38%)
dan umur
36 bulan di Palu Timur (
22,28%)
dan Biromaru
(20,83%).
Hal ini menunjukkan potensi untuk
meningkatkan bobot badan melalui seleksi.
Peningkatan mutu geneti
k domba lokal Palu
melalui seleksi masih kurang dilakukan,
padahal ini penting untuk meningkatkan
produktivitasnya. Domba lokal Palu yang
termasuk domba ekor gemuk. Oleh karena itu
,
Subandriyo (1993) menganjurkan agar seleksi
sebaiknya diarahkan untuk pen
ingkatan
pertumbuhan dan bobot dewasa tubuh, jarak
beranak yang pendek dan bebas wol.
Selanjutnya menurut Munier
at al.
(2003)
dengan penambahan pakan tambahan mampu
meningkatkan bobot badan domba Donggala.
Hal ini menunjukkan bahwa domba Donggala
memilik
i potensi yang tinggi untuk
dikembangkan sebagai domba pedaging
.
3.1.
Perbandingan Ukuran dan Bentuk Domba
pada masing
-
masing Lokasi Pene
litian
Karakteristik tiap hewan yang
merupakan ciri khas hewan tersebut dapat
dibedakan berdasar
kan
analisis komponen
utama (AKU).
Melalui AKU komformasi tubuh
hewan dapat didiskriminasikan me
njadi ukuran
dan bentuk tubuh.
Pada Tabel 2 dapat dilihat
ringkasan penciri ukuran dan bentuk tubuh
domba lokal Palu jantan dan betina umur 24
bulan di lokasi
penelitian.
Berdasarkan hasil analisis komponen
utama (AKU) bahwa domba lokal Palu jantan
umur 24 bulan di ketiga lokasi penelitian
menunjukkan adanya kesamaan peubah penciri
Yp = a
1p
X
1
+ a
2p
X
2
+...+a
pp
Xp
Keterangan :
Yp
= komponen utama ke
-
p
a
1p
-
a
pp
=
vektor ciri
atau vektor Eigen ke
-
p
untuk p
=
1,2,3,......,18.
Xp
=
peubah ke
-
p untuk p = 1,2,3,......,18
Tabel 1.
Rataan dan Simpangan Baku Bobot Badan (kg) Domba
Umur 12
-
36 Bulan
pada masing
-
masing Lokasi Penelitian
Umur
(bulan)
Jenis
Kelamin
Lokasi
Palu Timur
Palu Selatan
Biromaru
12
Jantan
22,30 ± 2,83
22,00
± 2,65
24,33 ± 1,53
Betina
23,75 ± 5,32
24,17 ± 2,14
18,60 ± 2,07
18
Jantan
23,50 ± 4,20
23,40 ± 3,75
27,00 ± 6,93
Betina
23,58 ± 2,84
23,39 ± 2,76
27,33 ± 2,08
24
Jantan
29,00 ± 3,53
31,10 ± 4,48
A
30,00 ± 3,34
Betina
24,17 ± 3,18
23,56 ± 3,0
1
I
27,45 ± 3,83
36
Jantan
29,80 ± 2,39C
32,82 ± 4,45
Ac
42,00 ±
6,245
AD
Betina
28,21 ± 6,29
25,53 ± 2,97
IC
30,14 ± 6,28
ID
Keterangan :
Huruf vokal untuk jenis kelamin (kolom) dan konsonan
untuk lokasi (baris). Superskrip yang
berbeda
menyatakan
ber
be
da sangat nyata (P<0,01) untuk
huruf
besar dan berbeda nyata (P<0,05) untuk huruf kecil
.
71
utama ukuran tubuh (Komponen Utama I),
namun berbeda dengan penciri kedua. Penc
iri
utama ukuran tubuh domba di ketiga lokasi
penelitan masing
-
masing adalah lingkar dada.
Penciri ukuran tersebut memberikan konstribusi
yang besar terhadap skor ukuran tubuh, dengan
nilai koefisien korelasi masing
-
masing sebesar
0,966; 0,907 dan 0,838.
Oleh karena itu lingkar
dada dapat dijadikan sebagai parameter seleksi
untuk meningkatkan
skor ukuran tubuh domba
jantan.
Menurut Jaya (1981) yang melakukan
penelitian pada domba Garut melaporkan
bahwa ukuran lingkar dada erat kaitannya
dengan bobot badan
dengan korelasi positif.
Panjang ekor merupakan penciri utama
bentuk (Komponen Utama II) domba lokal Palu
jantan umur 24 bulan di ketiga lokasi penelitian
dengan nilai koefisien korelasi masing
-
ma
sing
-
0,720;
-
0,774 dan
-
0,866.
Korelasi negatif
antara p
anjang ekor dengan bentuk tubuh
menunjukkan bahwa semakin kecil panjang
ekor, maka skor bentuk tubuhnya makin besar
dan sebaliknya.
Sedangkan
penciri kedua
bentuk tubuh ditiga lokasi penelitian masing
-
masing adalah panjang badan di
Palu Timur,
panjang dal
am pinggul di
Palu Selatan
dan
lingkar dada di
Biromaru
dengan koefisien
korelasi masing
-
masing sebesar 0,642; 0,873
dan 0,333 den
gan korfelasi positif.
Persamaan ukuran dan bentuk tubuh
domba jantan Palu Timur umur 24 bulan
mempunyai
keragaman total masing
-
masing
sebesar 66,4% dan 16,4% dengan nilai
Eigen
34,153 dan 8,438
.
Keragaman kumulatif
komponen utama pertama (ukuran) dan kedua
(bentuk) sebesar 82,9
%
b
erarti
sebanyak 82,9%
keragaman data domba jantan Palu Timur
umur
24 bulan
dapat dijelaskan
oleh
kedua
komponen utama tersebut.
Persamaan ukuran
dan bentuk tubuh domba jantan Palu
Selatan
umur 24 bulan mempunyai keragaman total
masing
-
masing sebesar 70,4% dan 10,5% dengan
nilai
Eigen
65,807 dan 9,862. Keragaman
kumulatif kompo
nen utama pertama (ukuran)
dan kedua (bentuk) sebesar 80,9% berarti
sebanyak 80,9% keragaman data domba jantan
Palu Selatan umur 24 bulan dapat dijelaskan
oleh kedua komponen utama tersebut
.
Persamaan ukuran dan bentuk tubuh
domba jantan Biromaru umur 24
bulan
mempunyai keragaman total masing
-
masing
sebesar 41,1% dan 19,4% dengan nilai
Eigen
12,904 dan
6,084.
Keragaman kumulatif
komponen utama pertama (uku
ran) dan kedua
(bentuk) sebesar
60,5%
berarti sebanyak 60,5%
keragaman data domba jantan Biromaru u
mur
24 bulan dapat dijelaskan oleh kedua
komponen utama tersebut.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa
domba jantan umur 24 bulan di Palu Selatan
da
n Biromaru memiliki ukuran yang
relatif sama
tetapi bentuk tubuhnya berbeda.
Kesamaan
ukuran tubuh dikedua lok
asi tersebut juga terlihat
pada variabel penciri utama ukuran tubuh yang
sama
pula
dalam
hal
ini
adalah
lingkar
d
a
da
.
Tabel 2.
Ringkasan Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba Lokal Palu Jantan
dan Betina pada Masing
-
m
asing Lokasi Penelitian Umur 24 Bulan
Jenis
kelamin
Lokasi
P
eubah
penciri
ukuran
Nilai
v.eigen
Peubah
penciri
bentuk
Nilai
v.eigen
Jantan
Palu
Timur
Lingkar dada
0,673
Panjang ekor
(
-
0,749)
Lebar pkl ekor
0,356
Panjang
badan
0,508
Palu
Selatan
Lingkar dada
0,53
Panjang ekor
(
-
0,796)
Panjang badan
0,4
32
Pjg dlm
pinggul
0,356
Biromaru
Lingkar dada
0,637
Panjang ekor
(
-
0,709)
Tinggi pinggul
0,432
Lingkar dada
0,369
Betina
Palu
Timur
Lebar pkl ekor
(
-
0,894)
Lingkar dada
0,671
Lingkar dada
0,257
Panjang
badan
0,528
Palu
Selatan
Panjang badan
0,
585
Tinggi
pinggul
0,794
Lingkar dada
0,448
Panjang
badan
0,602
Biromaru
Lingkar dada
0,519
Tinggi
pinggul
0,614
Lebar pkl ekor
0,453
Lingkar dada
0,572
Keterangan :
סּ
Palu Timur
●
Palu Selatan
■
Biromaru
Gambar 1.
Ukuran dan Bentuk Tubuh Domba
Jantan Umur 24 Bulan pada Masing
-
Masing Lokasi Pe
nelitian
.
72
Sementara ukuran tubuh domba jantan Palu
Selatan dan Biromaru lebih besar dibanding
ukuran tubuh domba Palu Timur.
Hal tersebut
disebabkan karena lingkar dada dan panjang
badan domba di Palu Selatan dan lingkar dada
dan tinggi pinggul domba Biromaru merupakan
peubah yang dapat mewakili ukuran (volume)
tubuh domba jantan umur 24 bulan. Persamaan
dan perbedaan ukuran a
ntara domba jantan
umur 24 bulan di ketiga lokasi penelitian juga
dapat dilihat pada ukuran bobot badannya.
Bobot badan domba jantan di Palu Selatan
(31,10±4,48) kg; Biromaru (30,00±3,34)
dan
Palu Timur (29,00±3,53) kg perbedaan ukuran
tersebut tidak b
erbeda nyata. Ukuran dan
bentuk tubuh domba jantan umur 24 bulan di
lokasi penelitian disajikan pada Gambar
1.
Jika diamati dari segi bentuk pada
Gambar 1, domba ketiga lokasi menunjuk
kan
perbedaan.
Hal tersebut lebih jelas terlihat dari
skor bentuk tu
buh. Domba jantan Biromaru
memiliki skor bentuk yang berbeda daripada
domba di lokasi lainnya. Demikian pula domba
Palu Timur memiliki bentuk yang beda dengan
Palu Selatan. Nilai skor bentuk domba
jantan di
Biromaru, Palu Timur
dan Palu Selatan masing
-
m
asing berkisar dari 23,60 sampai 32,05; 20,59
sampa
i 29,83 dan 14,73 sampai 24,64.
Perbedaan
tersebut juga dapat dilihat dari peubah penentu
bentuk tubuh domba jantan ketiga lokasi yakni
panjang badan di Palu Timur, Panjang dalam
pinggul di Palu Selatan d
a
n lingkar dada di
Biromaru.
Menurut Fourie
et al.
(2002), lingkar
dada dan panjang badan mempunyai pengaruh
besar pada bobot badan. Lingkar dada meningkat
seiring dengan umu
r ternak.
Korelasi positif
antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan
lepas sapih
menandakan bahwa seleksi pada
lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan
pertumbuhan ternak yang berakibat pula pada
peningkatan tinggi pundak dan ukuran kerangka.
Pada domba betina, penciri utama
ukuran tubuh diketiga lokasi penelitan berbeda
masing
-
masing a
dalah lebar pangkal ekor di
Palu Timur, panjang badan di Palu Selatan dan
lingkar dada di Biromaru. Penciri ukuran tubuh
di ketiga lokasi tersebut menunjukkan pola
hubungan positif dengan komponen utama
pertama (vektor ukuran), nilai koefisien
korelasi m
asing
-
masing
0,943; 0,799 dan 0,789.
Lingkar dada merupakan penciri kedua ukuran
tubuh domba betina di Palu Timur dan Palu
Selatan, sedangkan di Biromaru adalah lebar
pangkal ekor, dengan nilai koefisien korelasi
masing
-
masing sebesar 0,378; 0,645 dan 0,9
05.
Penciri utama bentuk tubuh domba betina
umur 24 bulan berbeda di ketiga lokasi
penelitian, masing
-
masing yaitu lingkar dada di
Palu Timur, tinggi pinggul di Palu Selatan dan
Biromaru dengan nilai koefisien korelasi
masing
-
masing sebesar
0,808; 0,902 dan
0,668
.
Sementara penciri kedua bentuk tubuh domba
betina
umur 24 bulan di ketiga lokasi
masing
-
masing
adalah panjang badan di
Palu
Timur dan di Palu Selatan serta lingkar dada
di
Biromaru dengan nilai korelasi masing
-
masing
sebes
ar
0,750; 0,685,
0,556
.
Persamaan ukuran dan bentuk tubuh
domba betina Palu Timur umur 24 bulan
mempunyai keragaman total masing
-
masing
sebesar 37,1 dan 24,9% dengan nilai
Eigen
24,832
d
an
16,688
.
Keragaman kumulatif
komponen utama pertama (ukuran) dan k
edua
(bentuk) sebesar 62,0% berarti sebanyak
62,0% keragaman data domba betina Palu
Timur umur 24 bulan dapat dijelaskan oleh
kedua komponen utama tersebut. Persamaan
ukuran dan bentuk tubuh domba betina Palu
Selatan umur 24 bulan mempunyai keragaman
total masing
-
masing sebesar 95,4 dan 1,6%
dengan nilai
Eigen
1475,9 dan 24,1. Keragaman
kumulatif komponen utama pertama (ukuran)
dan kedua (bentuk) sebesar 96,9% berarti
sebanyak 96,9% keragaman data domba betina
Palu Selatan umur 24 bulan dapat dijelas
kan
oleh kedua komponen utama tersebut.
Persamaan ukuran dan bentuk tubuh
domba betina Biromaru umur 24 bulan
mempunyai keragaman total masing
-
masing
sebesar 51,9 dan 21,2% dengan nilai
Eigen
20,303
d
an
8,308
.
Keragaman kumulatif
komponen utama pertama
(uku
ran) dan kedua
(bentuk) sebesar
73,1
%
b
erarti
sebanyak 73,1%
keragaman data domba betina Biromaru
umur
24 bulan dapat dijelaskan
oleh ke
dua
komponen utama tersebut.
Ukuran dan bentuk
tubuh domba betina umur 24 bulan di lokasi
penelitian disajikan p
ada Gambar 2.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan ukuran domba betina umur
24 bulan di lokasi penelitian. Domba Biromaru
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan
73
dengan domba Palu Timur dan Palu Selatan.
Demikian pula ukuran domba Pa
lu Timur relatif
lebih besar dari Domba Palu Selatan. Perbedaan
ukuran antara domba betina umur 24 bulan di
ketiga lokasi penelitian juga terlihat pada ukuran
bobot badannya. Bobot badan domba betina di
Biromaru (27,45±3,83 kg) lebih tinggi daripada
Palu T
imur (24,17 ± 3,18) dan Palu Selatan
(23,56±3,01) kg walaupun tidak berbeda nyata.
Hal ini berarti bahwa ukuran tubuh domba
Biromaru lebih besar dari ukuran tubuh domba
Palu Timur dan Palu Selatan. Tetapi, bentuk
tubuh domba Palu Timur dan Palu Selatan
be
rbeda dari pada domba Biromaru. Berdasarkan
hasil pengamatan saat penelitian, domba betina
di Palu Timur dan Palu Selatan masih dalam
kondisi pasca melahirkan, sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan bobot badan, sementara
domba betina Biromaru sebagian
besar dalam
kondisi bunting. Nilai skor bentuk domba betina
Palu Timur, Palu Selatan dan Biromaru masing
-
masing berkisar dari 99,00 sampai 119,04;
48,51 sampai 68,61 dan 5,71 sampai 14,11
.
Perbedaan bentuk tubuh domba betina
antara Palu Timu
r dan Palu Selatan dengan
bentuk tubuh domba Biromaru disebabkan
perbedaan peubah yang menjadi penentu bentuk
tubuh ketiga lokasi. Lingkar dada dan panjang
badan di Palu Timur serta tinggi pinggul dan
panjang badan di Palu Selatan adalah peubah
yang menen
tukan karakteristik bentuk tubuh
yang berbeda dengan Biromaru. Hasil penelitian
sejalan dengan Diwyanto (1982) bahwa
penggunaan ukuran tubuh meliputi, tinggi
pinggul, panjang badan, lingkar dada, tinggi
pundak dalam dada, lebar dada, lebar panggul
dan lin
gkar kanon pada domba Priangan
.
IV.
KESIMPULAN
Populasi domba lokal Palu cenderung
menurun dari tahun ke tahun dan kini tinggal
3 270 ekor.
Domba di Biromaru memiliki rerata
bobot badan yang tertinggi dibanding lokasi
lainnya yakni bobot lahir (3,25±0
,53) kg
da
n
bobot sapih (11,25±3,33) kg.
Demikian pula
rerata bobot dewasa domba jan
tan umur
36 bulan (42,00±6,245)
k
g dan domba betina
(30,14±6,28)
kg.
Secara umum ukuran
-
ukuran
tubuh dan bobot badan domba pada umur
18
-
24 bulan di Biromaru
juga lebih besar
dibandingkan di lokasi lainnya.
Hasil
analisis
komponen
utama
(AKU) menunjukkan bahwa
p
enciri ukuran dan bentuk tubuh yang juga
dapat dijadikan kriteria seleksi dom
ba lokal
Palu jantan dan betina
adalah lingkar dada,
panjang badan, ti
nggi pundak, tinggi pinggul
dan lebar ekor di tiga lokasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Dinas Peternakan Sulawesi Tengah. 2005.
Statistik
Peternakan Sulawesi Tengah. Palu
Diwyanto K. 1982.
Pengamatan
f
enotip
d
omba priangan serta
h
ubungan
a
ntara
b
eberapa
u
kuran
t
ubuh dengan
b
obot
b
adan
[tesis].
Bogor: Fakultas Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Doho SR, Tantu R. 1997.
Irisan
-
irisan
k
arkas
k
omersial
d
omba
e
kor
g
emuk
(DEG) dan
s
ilangan DEG x
merbas pada
b
erbagai
t
ingkat
p
rotein
p
akan
.
Jurnal Agroland
4(4):44
-
56.
Duma Y, Rusdi. 2001.
Identifikasi
v
ariasi
g
enetik
d
omba lokal di lembah
P
alu
m
elalui analisis
p
rotein
p
lasma
d
arah dengan
t
eknik elektroforesis
.
Jurnal Agroland
8
(3):315
-
321.
Keterangan :
סּ
=
Palu Timur
●
=
Palu Selatan
■
=
Biromaru
Gambar 2.
U
kuran dan Bentuk Tubuh Domba
Betina Umur 24 Bulan pada
Masing
-
Masing
Lokasi Penelitian
.
74
Fourie PJ, Neser FWC, L
ivier JJ, Westhuizen CV. 2002.
Relation
ship betwen
p
roduction
p
erformance,
v
isual
a
ppraisal and
b
ody
m
easurements of
y
oung dorpers
r
ams
.
South African Journal of Animal Science
32(4) 256
-
262
Gaspersz V. 1992.
Teknik Analisis
dalam penelitian percobaan
.
Jilid 2. Bandung: Tarsito.
Iriawan N,
Astuti SP. 2006.
Mengolah
data statistik dengan mudah menggunakan minita
b 14
.
Yogyakarta. ANDI.
Jaya M. 1981.
Hubungan antara
l
ingkar
d
ada dan
p
anjang
b
adan dengan
b
erat
b
adan
d
omba garut pada
b
erbagai
t
ingkat
u
mur [
l
aporan
p
enelitian].
Bandung: Fakult
as Peternakan, Universitas Padjajaran.
Liu MF, Makarechian M. 1990.
Comparison of
p
henotypic
v
ariation
w
ithin
p
aternal
h
alf
s
ib
f
amilies for
w
eaning
w
ight in
p
urebreed and
s
inthetic
b
eef
c
attle
p
opulation
. Can.
Jurnal
Anim
Sci
70:703
-
706.
Munier FF, Fe
mmi NF, Purwaningsih H, Husain S. 2003.
Pertambahan
b
obot
b
adan
d
omba
e
kor
g
emuk yang diberikan
p
akan
t
ambahan
l
eguminosa
.
Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Tepat Guna dalam mendukung
Agribisnis
.
Yogyakarta: Balai Pengkajian Teknologi Perta
nian Yogyakarta.
Subandriyo. 1993.
Strategi
p
emuliaan
d
omba di pusat pembibitan dan peternak
.
Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba
dan Kambing Menyongsong Era
PJP II.
Bogor: ISPI
-
HPDKI.