Anda di halaman 1dari 10

ISSN 1978 - 3000

Karakteristik Morfologis Dan Reproduksi Kerbau Pampangan


Di Propinsi Sumatera Selatan

Muhakka, Riswandi dan Asep Indra M. Ali

Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya


Telp. 0711581106, HP: 08153808409, 081367755499, e-mail: muhakka@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfologis dan


reproduksi kerbau pampangan di Propinsi Sumatera Selatan. Dilaksanakan di tiga
kabupaten yaitu kabupaten OKI, Banyuasin dan Ogan Ilir selama 6 bulan. Metode
yang digunakan adalah metode survei. Penarikan contoh bersifat multistage
purposive sampling mulai dari penentuan kabupaten, kecamatan, serta peternak.
Setelah ditetapkan tiga kabupaten lokasi sampel, akan dipilih masing-masing satu
kecamatan sentra populasi yang jumlah populasinya terbanyak. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh diolah
secara matematis, disajikan secara tabulasi kemudian dijelaskan secara deskriptif,
yaitu melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik morfologis dan
reproduksi kerbau pampangan secara cermat dan faktual dari data yang telah
terkumpulkan. Karakteristik morfologis kerbau pampangan adalah warna bulu
hitam/hitam keabu-abuan, bentuk tubuh besar, temperamen tenang, kepala besar
dan telinga panjang, tanduk ada yang tegak panjang dan melingkar ke arah
belakang dan ada juga yang arah ke bawah. Bentuk ambing simetris dan
berkembang dengan baik. Karakteristik reproduksi kerbau Pampangan umur
pertama kawin rata-rata 2,3 tahun atau 27 bulan, umur beranak pertama 3,23 tahun,
estrus (berahi) pertama setelah beranak 88,33 hari, kawin setelah beranak 139,11
hari, jarak beranak 14 bulan dan umur lepas sapih anak 9,07 bulan.

Kata kunci: Karakteristik, morfologis, reproduksi, kerbau

PENDAHULUAN Pulau Layang Kecamatan Pampangan


Latar Belakang Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
Di Sumatera Selatan, banyak dan di Desa Rambutan Kecamatan
ditemukan ternak kerbau yang hidup Rambutan Kabupaten Banyuasin, Di
di daerah rawa lebak terutama di Desa Desa Talang Pangeran Ulu Kecamatan

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 | 111


ISSN 1978 - 3000

Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir yang genetik agar dapat dimanfaatkan


dikenal dengan Kerbau Pampangan (Handoyo, 2005).
yang merupakan salah satu kekayaan Akibat perkawinan silang
plasma nutfah di Sumatera Selatan. ternak lokal dengan ternak-ternak
Selain diambil dagingnnya, kerbau impor yang dilaksanakan tanpa
Pampangan dikenal juga sebagai rencana dan evaluasi yang mantap,
penghasil susu. akan menyebabkan keragaman gen di
Plasma nutfah merupakan dalam bangsa dan antara bangsa
bahan genetik yang memiliki nilai ternak. Ternak-ternak lokal telah
guna, baik secara nyata maupun yang mengalami seleksi alam dan buatan
masih berupa potensi. Wilayah oleh manusia setempat dan telah
Indonesia yang membentang luas beradaptasi dengan baik terhadap
dengan kondisi geografis dan ekologi lingkungannya. Sifat daya adaptasi
yang bervariasi telah menciptakan ternak lokal yang baik terhadap
keanekaragaman plasma nutfah yang lingkungan alamnya menjadi
sangat tinggi. Dengan berkurang dikarenakan persilangan
keanekaragaman plasma nutfah, dengan bangsa-bangsa ternak lain,
terbuka peluang yang besar bagi sedangkan untuk meningkatkan
upaya program pemuliaan guna mutu genetik ternak-ternak lokal
memperoleh manfaat secara optimal kurang sekali dilakukan
(Kurniawan et al., 2004). (Hardjosworo, 1985).
Untuk mengurangi atau Daya tahan umumnya sudah
bahkan mencegah terjadinya erosi dimiliki oleh ternak-ternak lokal
genetik yang makin meningkat setempat dan daya tahan ternak-
terhadap plasma nutfah, maka perlu ternak lokal ini berkurang oleh
perhatian yang besar terhadap plasma pengaruh persilangan dengan ternak-
nutfah yang ada terutama varietas- ternak impor dari daerah lain. Untuk
varietas lokal baik tanaman maupun itu diperlukan suatu upaya untuk
hewan. Perhatian diberikan dalam mempertahankan dan melestarikan
bentuk kegiatan inventarisasi ternak-ternak lokal ini secara murni
(koleksi), pendataan (dokumentasi) dan meneliti tentang gen-gen unik
dan pelestarian (konservasi). Guna yang dimiliki (Mansjoer, 1985).
meningkatkan nilai gunanya perlu Kerbau Pampangan dipelihara
diikuti dengan upaya identifikasi secara tradisional, yaitu pada malam
karakter penting melalui kegiatan hari dikandangkan secara
karakterisasi dan evaluasi secara berkelompok, sedangkan pada siang
sistematis dan berkelanjutan seperti hari dilepas-gembalakan di daerah
melalui seleksi maupun rakayasa rawa-rawa. Populasi ternak ini dari
tahun ke tahun terus mengalami

112 | Karakteristik morfologis kerbau


ISSN 1978 - 3000

penurunan. Hingga saat ini populasi (Kecamatan Pampangan) Banyuasin


ternak ini diperkirakan hanya tinggal (Kecamatan Rambutan) dan Ogan Ilir
3.623 ekor. Permasalahan lain (Kecamatan Pemulutan). Lama
minimnya tata laksana pemeliharaan penelitian selama 6 bulan, dari bulan
mengakibatkan terjadinya inbreeding, Juli-Desember 2012. Metode yang
sehingga akan mengakibatkan digunakan adalah metode survei.
penurunan potensi genetik Kerbau Penarikan contoh bersifat multistage
Pampangan. purposive sampling mulai dari
Data mengenai potensi penentuan kabupaten, kecamatan,
karakteristik morfologis dan serta peternak. Setelah ditetapkan tiga
reproduksi Kerbau Pampangan kabupaten lokasi sampel, langkah
belum pernah dilaporkan, sehingga selanjutnya akan dipilih masing-
keunggulan dan kelemahan potensi masing satu kecamatan sentra
kerbau pampangan belum diketahui. populasi yang jumlah populasinya
Hal ini disebabkan karena tidak terbanyak.
tersedianya data untuk keperluan Data yang dikumpulkan
analisis potensi karakteristik meliputi data primer dan data
morfologis dan reproduksi karena sekunder. Data yang diperoleh di
sistem identifikasi dan recording lapangan kemudian diolah secara
ternak tidak pernah dilakukan. Oleh matematis, disajikan secara tabulasi
karena itu perlu dilakukan penelitian kemudian dijelaskan secara
tentang karakteristik morfologis dan deskriptif, yaitu melukiskan secara
reproduksi kerbau pampangan di sistematis fakta atau karakteristik
Sumatera Selatan. morfologis dan reproduksi kerbau
pampangan secara cermat dan faktual
Tujuan Penelitian dari data yang telah terkumpulkan
Untuk mengetahui
karakteristik morfologis dan HASIL DAN PEMBAHASAN
reproduksi kerbau pampangan di
Propinsi Sumatera Selatan. Keadaan Umum Peternak Kerbau
Pampangan
Keadaan umum peternak
METODE PENELITIAN
ketiga desa yang dijadikan tempat
penelitian study karakteristik kerbau
Penelitian dilaksanakan di tiga
pampangan yang merupakan ketiga
kabupaten di Propinsi Sumatera
kabupaten yaitu Kabupaten OKI,
Selatan dengan penekanan pada
Banyuasin Ogan Ilir Sumatera Dari
kabupaten yang memiliki kerbau
data statistik ke tiga desa tersebut,
rawa yang cukup banyak, yakni
mata pencaharian utama
Kabupaten Ogan Komering Ilir

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 | 113


ISSN 1978 - 3000

masyarakatnya adalah sangat penyediaan pakan (rumput unggul),


bervariasi, namun sebagian besar pengolahan pakan, khususnya
adalah petani (70,46%), peternak pengolahan limbah
(15,91%), Pedagang (6,82%), swasta pertanian/perkebunan sebagai
(2,27%), POLRI (2,27%) dan sopir sumber pakan ternak, perkandangan
(2,27%) dan tiap-tiap kepala keluarga maupun dari segi pencegahan
memelihara ternak sebagai usaha penyakit, lemahnya permodalan dan
sampingan seperti sapi, kerbau dan kelembagaan kelompok usaha yang
kambing. ada.
Karakteristik peternak Karakteristik Morfologis Kerbau
menunjukkan bahwa usia peternak Pampangan
yang masih produksif atau usia Di Sumatera Selatan (Sumsel), banyak
mereka masih muda dengan rata-rata ditemukan ternak kerbau yang hidup
umur pternak 40,12 tahun dengan di daerah rawa lebak terutama di Kec.
usia termuda 18 tahun dan usia tertua Pampangan, Kab. Ogan Komering Ilir
62 tahun, dengan pengalaman (lama) (OKI) yang dikenal dengan Kerbau
beternak kerbau rata-rata 12,47 tahun Pampangan yang merupakan salah
dengan skala pengalaman beternak satu kekayaan plasma nutfah di
dari 2 tahun sampai dengan 40 tahun. Sumsel. Selain diambil dagingnnya,
Berdasarkan datastatistik, pada kerbau Pampangan dikenal juga
umumnya tingkat pendidikan sebagai penghasil susu. Kerbau
peternak kerbau adalah sebagai Pampangan umumnya dipelihara
berikut dimana Sekolah Dasar secara ektensif dimana pada siang
(55,56%), SMP (31,11%) dan tingkat hari dilepaskan di padang
SMA/sederajat hanya (13,33%). Hasil penggembalaan dan pada malam
diskusi dengan peternak harinya di
menunjukkan bahwa minat peternak kandangkan.Perkembangan populasi
untuk mengembangkan ternak ternak kerbau Pampangan di Sumatera
kerbau cukup besar, hal ini ditandai Selatan dari 2010 hingga 2011 terjadi
dengan aktifnya menanyakan penurunan yaitu dari 76.113 menjadi
bagaimana cara mendapatkan 29.143 ekor (- 61,7%). Penurunan
bantuan kerbau dari pemerintah, populasi kerbau Pampangan ini
bagaimana sistem beternak kerbau disebabkan beberapa faktor,
yang baik dan masalah utama yang diantaranya jumlah pemotongan yang
dihadapi oleh peternak dalam terus meningkat dan lebih tinggi
mengelola usaha ternak kerbau dibandingkan penambahan populasi,
adalah terbatasnya tingkat disamping kuranmgnya perhatian
pengetahuan beternak kerbau yang terhadap ternak kerbau, menurunnya
baik, baik ditinjau dari segi lahan untuk padang penggembalaan.

114 | Karakteristik morfologis kerbau


ISSN 1978 - 3000

Selain itu secara alamiah kerbau


memiliki tingkat reproduksi yang
rendah (Barile, 2005; De Rensis dan
Lopes-Gatius, 2007; Perera, 2011).
Populasi ternak kerbau
tersebar di Kabupaten OKI (5.286
ekor), Banyuasin (1.843 ekor) dan
Ogan Ilir (1.727 ekor). Sebagian besar
kerbau tersebut dipelihara di Desa
Pulau Layang OKI, Rambutan
Banyuasi dan Talang Pangeran Ulu Gambar 1. Karakteristik morfologis
Ogan Ilir. Dari ke-3 desa tersebut ada kerbau pampangan
44 orang peternak kerbau pampangan Adapun karakteristik
yang diwawancarai dengan jumlah morfologis kerbau pampangan di
ternak 1.060 ekor. Peternak Sumatera Selatan adalah warna bulu
memelihara kerbau dengan jumlah hitam/hitam keabu-abuan, bentuk
yang bervariasi yaitu dari 4 ekor – 100 tubuh besar, temperamen tenang,
ekor, dengan tingkat kepemilikan ada kepala besar dan telinga panjang,
yang milik sendiri dan ada yang bagi tanduk ada yang tegak panjang dan
hasil. Untuk peternak kerbau dengan melingkar ke arah belakang dan ada
tingkat kepemilikan dan bagi hasil juga yang arah ke bawah. Bentuk
yaitu ada 29 peternak (65,90%), milik ambing simetris dan berkembang
sedndiri 10 peternak (22,73%) dan dengan baik. Bobot badan rata-rata
hanya bagi hasil 5 peternak (11,37%). untuk jantan dewasa 400-450 kg dan
Dari hasil inventarisasi diperoleh betina dewasa 300-350 kg. Bentuk
karakteristik morfologis kerbau tanduk melingkar ke arah bawah atau
pampangan dengan ciri-ciri sepaerti menggantung, diduga karena telah
pada Gambar 1. Morfologis adalah terjadi inbreeding pada kerbau
tampilan eksternal tubuh makhluk Pampangan. Menurut Sianturi et al.
hidup yang merupakan ekspresi dari (2012) kerbau-kerbau di pedesaan
bentuk keseimbangan biologis, telah terjadi inbreeding, karena
sehingga dapat dipakai untuk kelangkaan pejantan unggul sehingga
menentukan asal-usul dan hubungan perkawinan kerbau di pedesaan sulit
filogenekantara spesies, bangsa dan ditata, hal ini dapat dilihat dari
tipe ternak berbeda (Warwick et al., meningkatnya populasi kerbau albino
1995; Drucker et al., 2011) dan kerbau-kerbau dengan tanduk
yang menggantung.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 | 115


ISSN 1978 - 3000

4.3. Karakteristik Reproduksi Pampangan di Sumatera Selatan


Kerbau Pampangan disajikan pada Tabel 3.
Rataan karakteristik
reproduksi ternak Kerbau
jika tidak disertai dengan manajemen
Berdasarkan Tabel 3 di atas pemberian pakan yang baik
menunjukkan bahwa umur pertama (Batasamma, 2004). Kondisi ini terjadi
kawin Kerbau Pampangan di pada ternak Kerbau Pampangan di
Sumatera Selatan rata-rata 2,3 tahun Sumatera Selatan dimana ternak
atau 27 bulan. Ini menunjukkan kerbau hanya dipelihara secara
bahwa kerbau pampangan sangat ekstensif tanpa manajemen
lamban pubertas bila dibandingkan pemberian pakan hijauan yang
dengan Kerbau Belang di Sulawesi berkualitas apalagi pemberian
Selatan. Batasomma (2004) konsentrat. Kerbau dara umumnya
melaporkan bahwa ternak Kerbau mengalami estrus pertama kali pada
Belang pubertas (pertama kawin) kisaran umur 2 – 2,5 tahun, siklus
pada umur kisaran 16 – 22 bulan. Hal estrusnya sama dengan sapi yaitu 21
ini di duga karena adanya perbedaan hari, dengan kisaran 18 – 24 hari.
lingkungan setempat dan manajemen Waktu birahi pada umumnya
pemberian pakan. Pada umumnya mempunyai kisaran 12 – 40 jam
kerbau di Indonesia lambat mencapai dengan rata-rata 24 jam (Mc Dowell,
dewasa kelamin dan reproduksinya 1972 dalam Murti dan Ciptadi, 1988).
serta kawin setelah beranak Umur beranak pertama Kerbau
memerlukan waktu yang lama, sifat Pampangan di Sumatera Selatan rata-
kurang baik ini akan bertambah lagi rata 3,23 tahun, angka tersebut wajar

Gambar 3. Rata-rata Karakteris Kerbau

No. Karakteristik Rataan


1 Umur pertama kawin (tahun) 2,30
2 Umur beranak pertama (tahun) 3,23
3 Estrus (berahi) pertama setelah beranak (hari) 88,33
4 Kawin setelah beranak (hari) 139,11
5 Jarak beranak (bulan) 14
6 Umur sapih anak (bulan) 9,07

116 | Karakteristik morfologis kerbau


ISSN 1978 - 3000

karena umur pertama kawin (pubertas) rata-rata 130 hari (Batasamma, 2006).
rata-rata 2,3 tahun, dalam artian Kalau dilihat dari hasil menunjukkan
ternak tersebut beranak pertama bahwa meskipun estrus lebih cepat
setelah satu tahun sejak kawin setelah beranak namun estrus tersebut
pertama. Angka ini lebih rendah bila tidak dibarengi dengan kawin,
dibandingkan hasil penelitian sehingga rata-rata kawin setelah
Chantalakhana (1981) yang beranak 139,11 hari. Hasil ini hampir
menyatakan umur beranak pertama sama dengan hasil penelitian
kerbau di Indonesia berkisar 3,5 – 4,7 Batasamma (2004), bahwa Kerbau
tahun. Belang kawin setelah beranak rata-
Estrus (berahai) pertama rata 130 hari pada saat terjadinya
setelah beranak Kerbau Pampangan gejalah berahi. Pada Tabel 4
rata-rata 88,33 hari, hasil tersebut ditampilkan beberapa data tentang
menunjukkan bahwa kerbau berahi (estrus) pertama setelah
pampangan estrus setelah beranak beranak pada beberapa jenis kerbau.
cukup cepat dibandingkan dengan
Kerbau Belang di Sulawesi Selatan.
Kerbau Belang berahi setelah beranak

Tabel 4. Data estrus pertama setelah beranak beberapa jenis kerbau


.
No. Jenis dan Bangsa Kerbau Negara dan Tempat Rata-Rata Estrus pertama setelah
Pengamatan beranak (hari)
Jenis Sungai
- Murrah India 87
1 - Murrah India Utara 115
- Murrah Philipina 49,6
- Kerbau Mesir Mesir 43
2 Jenis Lumpur Philipina 54
Keturunan kawin silang
3 lumpur dengan sungai Philipina 45,8
(Murrah Philipina)
Sumber : Fahimudin, M. (1975) dalam Murti dan Ciptadi, 1988).

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 | 117


ISSN 1978 - 3000

Berdasarkan Tabel 4 di atas kebutuhan induk dan bagi produksi


menunjukkan bahwa rata-rata estrus susunya (Permentan, 2006).
setelah beranak Kerbau Murrah dari Kegagalan perkawinan akan
India 87 hari, data tersebut hampir menambah panjang jarak antar satu
sama dengan hasil yang diperoleh kelahiran dengan kelahiran
bahwa estrus pertama setelah beranak berikutnya. Kerbau India – Pakistan
Kerbau Pampangan rata-rata 88,33 rata-rata mempunyai jarak kelahiran
hari. Hasil tersebut diduga bahwa satu anak dengan anak berikutnya
Kerbau Pampangan asal-usulnya sekitar 450 hari, kerbau Mesir 540 hari,
berasal dari India atau kerbau silangan kerbau rawa Philipina 535 hari, kerbau
atau keturunannya. hasil perkawinan silang Murrah
Berdasarkan Tabel 3 di atas dengan rawa Philipina 429,2 hari dan
menunjukkan bahwa jarak kerbau keturunan ke-3 dan ke-4
beranak/jarak kelahiran Kerbau perkawinan silang antara kerbau rawa
Pampangan rata-rata 14 bulan atau 420 Thailand dengan kerbau Murrah
hari, hasil tersebut sesuai dengan hasil adalah 287 – 420 hari. Secara umum
penelitian Chantalakhana (1981) yang dapat digolongkan dalam kelompok
menyatakan bahwa jarak beranak berdasarkan jenis kerbaunya bahwa
kerbau di Indonesia berkisar 370 – 670 kerbau lumpur mempunyai kisaran
hari. Kerbau Belang jarak beranak jarak satu kelahiran dengan kelahiran
(calving interval) rata-rata 400 – 600 berikutnya 480 – 912 hari, kerbau
hari (Batosamma, 2004). Kerbau betina sungai 450 – 580 hari dan persilangan
umumnya beranak pertama kali pada keduanya lebih kurang 344 hari
umur 4 tahun dengan lama (Tumwasorn, 1984 dalam Murti dan
kebuntingan 10,5 bulan. Bila pakannya Ciptadi, 1988). Adanya perbedaan
cukup memadai maka 3-4 bulan jarak beranak (calving interval) kerbau
setelah melahirkan induk kerbau tersebut diduga karena adanya
biasanya sudah dapat dikawinkan perbedaan genetik (bangsa) dan
lagi. Sebagian peternak melaporkan lingkungan. Meskipun perbedaan
jarak beranak selama 14 bulan. Namun pengharuh genetik hanya sekitar 30%
umumnya ditemui bahwa usia dan yang paling besar porsinya
kebuntingan induk sekitar dua bulan lingkungan 70%.
pada saat anak sudah berumur Umur sapih anak Kerbau
setahun. Dengan demikian jarak Pampangan di Sumatera Selatan rata-
beranak menjadi 21 bulan. Hal ini rata 9,07 bulan. Hasil tersebut tegolong
menunjukkan bahwa tingkat cukup tinggi bila dibandingkan pada
reproduksi kerbau hanya mencapai ternak sapi yang kisarannya 4,89 – 7,83
60%. Apabila dikelola dengan baik bulan (Astuti, 2004). Tingginya umur
maka jarak beranak dapat sapih karena sistem pemeliharaan
dipersingkat lagi, terutama dengan pada ternak kerbau dilakukan secara
penyediaan pakan yang memadai bagi ekstensif. Dimana ternak hanya

118 | Model Penentuan Suhu Kritis Pada Sapi Perah


ISSN 1978 - 3000

dibiarkan mencari pakan sendiri di


padang penggembalaan, sehingga DAFTAR PUSTAKA
anak kerbau selalu tergantung dan
mengikuti induknya di padang Astuti, M. 2004. Potensi dan
penggembalaan. keragaman sumberdaya
genetik sapi peranakan ongole
KESIMPULAN DAN SARAN (PO). Lokakarya Nasional Sapi
Kesimpulan Potong.
Karakteristik morfologis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kerbau Pampangan di Sumatera Sumatera Selatan, 2011. Kerbau
Selatan adalah warna bulu pampangan sebagai Plasma
hitam/hitam keabu-abuan, bentuk Nutfah Sumatera Selatan. bptp-
tubuh besar, temperamen tenang, sumsel@litbang.deptan.go.id
kepala besar dan telinga panjang, Barile, V.L. 2005. Improving
tanduk ada yang tegak panjang dan reproductive efficiency in
melingkar ke arah belakang dan ada female buffaloes. Liv. Reprod.
juga yang arah ke bawah. Bentuk Sci. 92: 183-194.
ambing simetris dan berkembang Batosamma, T. 2004. Potensi dan
dengan baik. Bobot badan rata-rata Prospek Pengembangan
untuk jantan dewasa 400-450 kg dan Kerbau Belang di Sulawesi
betina dewasa 300-350 Selatan. Makalah disampaikan
Karakteristik reproduksi pada Seminar dan Lokakarya
kerbau Pampangan di Sumatera Nasional Peningkatan Populasi
Selatan umur pertama kawin rata-rata dan Produktivitas Ternak
2,3 tahun atau 27 bulan, umur Kerbau di Indonesia.
beranak pertama 3,23 tahun, estrus Banjarmasin,7-8 Desember
(berahi) pertama setelah beranak 2004.
88,33 hari, kawin setelah beranak Batosamma, T. 2006. Potential and
139,11 hari, jarak beranak 14 bulan application of reproduction
dan umur lepas sapih anak 9,07 technologies of water buffaloes
bulan. in Indonesia. International
Saran Seminar on Artificial
Untuk meningkatkan Reproductive Biotechnologies
karakteristik reproduksi Kerbau for Buffaloes, Bogor, August 28
Pampangan, maka perlu dilakukan – September 01.
perbaikan sistem pemeliharaan De Rensis, F. and F. Lopez-Gatius.
terutama manajemen pemberian 2007. Protocolsfor
pakan pada musim kemarau. synchronizing estrus and
ovulation in buffalo (Bubalus
bubalis): A review.
Theriogenelogy 67:209-216.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 8, No 2. Juli – Desember 2013 | 119


ISSN 1978 - 3000

Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian sifat-
Banyuasin. 2011. Populasi sifat produksi ayam kampung
ternak menurut jenis. Dinas serta persilangannya dengan
Peternakan dan Perikanan Kab. ayam Rhode Island Red.
Banyuasin. 2011. Disertasi. Fakultas Pascasarjana
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. IPB. Bogor.
OKI. 2011. Populasi ternak Murti, T.W., G. Ciptadi. 1988. Kerbau
menurut jenis. Dinas Perah dan Kerbau Kerja.
Peternakan dan Perikanan Kab. Tatalaksana dan Pengetahuan
OKI. Dasar Pasca Panen. PT.
Drucker, A.G, V. Gomez an S. Mediyatama Sarana Perkasa,
Anderson. 2001. The economic Jakarta.
valuation of farm animal Perera, B.M.A.O. 2011.Reproductive
genetic resources: A survey of cycles of Buffallo. Anim.
available methods. Ecol. Econ. Reprod. Sci. 124:194-199.
36:1-18. Permentan.2006. Tentang Pedoman
Hardjosworo, P.S. 1985. Konservasi Pembibitan Kerbau yang Baik
Ternak Asli.Fakultas (Good Breeding Practice).
Peternakan. IPB. Bogor Sianturi, R.G., B. Purwantara, I.
Handoyo. J., Sherly Sisca dan Supriatna, Amrozi dan P.
Mastutiningsih. 2005. Sekilas Situmorang. 2012. Optimasi
Keragaman Hayati di Jawa Inseminasi Buatan pada kerbau
Tengah. Warta Plasma Nutfah lumpur (Bubalus bubalis)
Indonesia. No.17. melalui teknik sinkronisasi
estrus dan ovulasi.Jur. Ilmu
Kurniawan, Ida Haranida. S, Hadiatmi Ternak dan Veteriner. 17:92-99.
dan Asadi. 2004. KATALOG Warwck, E.J., J.M. Astuti dan W.
DATA PASPOR PLASMA Hardjosubroto. 1995.
Nutfah Tanaman Pangan. Balai Pemuliaan Ternak. Gadjah
Besar Penelitian dan Mada University. Press,
Pengembangan Bioteknologi Yogyakarta.
dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.

120 | Model Penentuan Suhu Kritis Pada Sapi Perah

Anda mungkin juga menyukai