ABSTRAK
karena umur pertama kawin (pubertas) rata-rata 130 hari (Batasamma, 2006).
rata-rata 2,3 tahun, dalam artian Kalau dilihat dari hasil menunjukkan
ternak tersebut beranak pertama bahwa meskipun estrus lebih cepat
setelah satu tahun sejak kawin setelah beranak namun estrus tersebut
pertama. Angka ini lebih rendah bila tidak dibarengi dengan kawin,
dibandingkan hasil penelitian sehingga rata-rata kawin setelah
Chantalakhana (1981) yang beranak 139,11 hari. Hasil ini hampir
menyatakan umur beranak pertama sama dengan hasil penelitian
kerbau di Indonesia berkisar 3,5 – 4,7 Batasamma (2004), bahwa Kerbau
tahun. Belang kawin setelah beranak rata-
Estrus (berahai) pertama rata 130 hari pada saat terjadinya
setelah beranak Kerbau Pampangan gejalah berahi. Pada Tabel 4
rata-rata 88,33 hari, hasil tersebut ditampilkan beberapa data tentang
menunjukkan bahwa kerbau berahi (estrus) pertama setelah
pampangan estrus setelah beranak beranak pada beberapa jenis kerbau.
cukup cepat dibandingkan dengan
Kerbau Belang di Sulawesi Selatan.
Kerbau Belang berahi setelah beranak
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian sifat-
Banyuasin. 2011. Populasi sifat produksi ayam kampung
ternak menurut jenis. Dinas serta persilangannya dengan
Peternakan dan Perikanan Kab. ayam Rhode Island Red.
Banyuasin. 2011. Disertasi. Fakultas Pascasarjana
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. IPB. Bogor.
OKI. 2011. Populasi ternak Murti, T.W., G. Ciptadi. 1988. Kerbau
menurut jenis. Dinas Perah dan Kerbau Kerja.
Peternakan dan Perikanan Kab. Tatalaksana dan Pengetahuan
OKI. Dasar Pasca Panen. PT.
Drucker, A.G, V. Gomez an S. Mediyatama Sarana Perkasa,
Anderson. 2001. The economic Jakarta.
valuation of farm animal Perera, B.M.A.O. 2011.Reproductive
genetic resources: A survey of cycles of Buffallo. Anim.
available methods. Ecol. Econ. Reprod. Sci. 124:194-199.
36:1-18. Permentan.2006. Tentang Pedoman
Hardjosworo, P.S. 1985. Konservasi Pembibitan Kerbau yang Baik
Ternak Asli.Fakultas (Good Breeding Practice).
Peternakan. IPB. Bogor Sianturi, R.G., B. Purwantara, I.
Handoyo. J., Sherly Sisca dan Supriatna, Amrozi dan P.
Mastutiningsih. 2005. Sekilas Situmorang. 2012. Optimasi
Keragaman Hayati di Jawa Inseminasi Buatan pada kerbau
Tengah. Warta Plasma Nutfah lumpur (Bubalus bubalis)
Indonesia. No.17. melalui teknik sinkronisasi
estrus dan ovulasi.Jur. Ilmu
Kurniawan, Ida Haranida. S, Hadiatmi Ternak dan Veteriner. 17:92-99.
dan Asadi. 2004. KATALOG Warwck, E.J., J.M. Astuti dan W.
DATA PASPOR PLASMA Hardjosubroto. 1995.
Nutfah Tanaman Pangan. Balai Pemuliaan Ternak. Gadjah
Besar Penelitian dan Mada University. Press,
Pengembangan Bioteknologi Yogyakarta.
dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.