Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi pengembangan ternak kerbau yang dipelihara secara
tradisonal berdasarkan peluang dan tantangan yang dihadapi peternak. Penelitian ini merupakan studi kasus
yang dilakukan dengan metode sampling jenuh, jumlah populasi peternak kerbau Desa Tandung Kecamatan
Tinambung adalah 35 orang. Data primer dan sekunder yang diperoleh digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian. Peluang pengembangan usaha ternak kerbau yang dipelihara secara tradisional oleh peternak di
Desa Tandung Kecamatan Tinambung adalah tersedianya lahan yang berpotensi sebagai pengembangan
HMT, peternak yang sudah berpengalaman, banyaknya limbah pertanian sebagai pakan ternak, daging dan
susu kerbau merupakan sumber protein bernilai gizi tinggi, transportasi yang baik, permintaan produk ternak
kerbau meningkat, dan dukungan dari pemerintah. Tantangan yang dihadapi peternak dalam
mengembangkan usaha ternak kerbaunya terdiri dari kelemahan dan ancaman. Kelemahan terdiri dari pola
pemeliharaan ekstensif, sulit dalam pengaturan perkawinan, penerapan teknologi masih rendah, dan
ketersediaan modal yang masih kurang. Sedangkan ancaman terdiri dari pencurian ternak, pemotongan ternak
betina produktif, dan ketersediaan pasar untuk menampung ternak yang siap jual. Strategi dalam
pengembangan ternak kerbau yaitu pola pemeliharaan semi intensif dengan menyediakan padang
penggembalaan terbatas, dengan memanfaatkan lahan tidak produktif. Ternak dilepas pada siang hari di
padang penggembalaan yang telah diberi pembatas dan dimasukkan ke kandang pada malam hari.
dan penyerapan zat gizinya akan lebih dibandingkan dengan sapi. Salah satunya
banyak. Oleh karena itu jarang sekali adalah kecenderungan induk kerbau
ditemukan kerbau yang kurus walaupun memperlihatkan ciri birahi tenang (silence
dengan ketersediaan pakan yang seadanya. heat) serta datangnya birahi pada subuh dan
Perdagingan yang penuh dan padat malam hari. Hal ini menyebabkan
menjadikan kerbau memiliki persentase pengaturan perkawinan pada pola
daging yang lebih tinggi ketimbang sapi. pemeliharaan intensif menjadi relatif lebih
Tidak heran kalau para pedagang ternak sulit.
lebih menyukai kerbau untuk dipotong Penerapan Teknologi Masih Rendah
daripada sapi. Daya reproduksi kerbau tidak kalah dengan
Kemampuan Fisik Ternak Kerbau sapi. Dalam pemeliharaan intensif, selang
Dari sisi kemampuan fisik kerbau memiliki kelahiran (waktu yang dibutuhkan antara
kaki yang kokoh disertai teracak yang lebar. dua kelahiran yang berturutan) dapat
Sungguhpun jalannya lambat tetapi mampu mencapai 13 bulan. Karena penerapan
menarik beban yang berat serta menempuh teknologi masih rendah dan pemeliharaan
medan yang becek bahkan berlumpur. Oleh kerbau dilepas bebas di pasang
karena itu kerbau sangat cocok digunakan penggembalaan tanpa perlakuan pakan dan
sebagai ternak penarik hasil produksi pengaturan perkawinan maka selang
pertanian dan kehutanan di lokasi-lokasi kelahiran dapat mencapai lebih dari 24
yang hampir mustahil dilalui oleh kendaraan bulan.
lainnya. Ketersediaan Modal Yang Masih Kurang
Selain itu, kerbau juga mampu Walaupun dukungan pemerintah dalam
menyesuaikan diri terhadap tekanan dan bentuk bantuan dana dalam program SMD
perubahan lingkungan yang ekstrim. namun hal itu tidak mencukupi kebutuhan
Misalnya, kerbau bisa hidup dengan baik biaya produksi untuk pengembangan ternak
meskipun terjadi perubahan suhu dan kerbau, mengingat biaya produksi untuk
vegetasi padang rumput. pemeliharaan ternak kerbau sangat tinggi.
b. Kelemahan (weakness) Karena itu masyarakat petyernak sangat
Pola Pemeliharaan Ekstensif mengharapkan adanya bantuan baik dari
Pola pemeliharaan ternak kerbau sebagian pihak swasta maupun pemerintah.
besar masih ekstensif sehingga
menimbulkan berbagai ekses negatif seperti 2. Faktor Eksternal
konflik dengan usaha pertanian lain, a. Peluang (Opportunity)
meningkatnya pencurian dan sulitnya Tersedia Lahan Yang Berpotensi Sebagai
pengendalian kesehatan ternak. Penerapan Pengembangan HMT
pola pemeliharaan ini terkesan didukung Peternak di Desa Tandung tergabung dalam
oleh ketentuan adat humo bepagar siang, suatu organisasi yaitu Kelompok Tani
ternak bekandang malam, yang diartikan Simemangan. Kelompok tani ini mempunyai
bahwa ternak boleh saja berkeliaran dan lahan seluas 0.5 Ha yang digunakan secara
masuk ke lahan pertanian pada siang hari. bersama yaitu untuk lokasi kandang,
Tetapi praktiknya saat ini pada malam Industri pengolah limbah, industri Biogas,
haripun ternak tetap saja berkeliaran. gudang pakan, dan sanggar tani sedangkan
Walaupun kerbau dipelihara dalam jumlah untuk lokasi penunjang, berupa HMT
yang banyak namun menejemen tersedia lahan ±25 Ha yang merupakan milik
pemeliharaan masih menggunakan sistem anggota kelompok.
ekstensif, yakni lebih menjurus kepada Pengalaman Peternak
status sosial budaya, sebagai tabungan dan Peternak di Desa Tandung pada umumnya
kesenangan, belum menyentuh kepada sudah berpengalaman dalam beternak baik
penggunaan ternak sebagai usaha komersial. ternak besar seperti sapi dan kerbau maupun
Sulit Dalam Pengaturan Perkawinan ternak kecil seperti kambing dan unggas.
Dari sisi fisiologis kerbau memiliki perilaku Pengalaman dalam beternak sudah berkisar
reproduksi yang relatif berbeda antara 5 – 20 tahun. Dengan pengalaman
40 MADURANCH Vol. 2 No. 1 Februari 2017
seharusnya dijual masih perlu dipelihara SWOT seperti pada Tabel 1 berikut. Matriks
untuk menunggu pembeli, hal ini dapat SWOT dibuat berdasarkan hasil analisis faktor-
menambah biaya produksi. faktor strategi baik internal maupun eksternal yang
3. Strategi Pengembangan terdiri dari faktor kekuatan (strength), kelemahan
Penentuan alternatif strategi yang sesuai (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman
bagi usaha ternak kerbau adalah membuat matriks (threat).
Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategi. Tambunan, T. 2002. Usaha Kecil dan Menengah
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, di Indonesia. Beberapa Isu Penting.
Jakarta. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
44 MADURANCH Vol. 2 No. 1 Februari 2017