Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI HIJAUAN PAKAN

Disusun Oleh :
1. Bagus Fitri Pratama D21010008
2. Dadit Eko D21010009
3. Damai Surya Wisma D21010010
4. Hermawan Prasetyo D21010012
5. Miftah Nur Hidayat D21010013
6. Iskhak Romadoni D21010014
6. Mutiara D21010021

LABORATORIUM PRODUKSI HIJAUAN PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS BOYOLALI
TAHUN 2022

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Produksi Hijauan Pakan ternak ini disusun guna memenuhi
syarat dalam menempuh mata kuliah Produksi Hijauan Pakan di Fakultas Peternakan
Universitas Boyolali.
Laporan ini telah di setujui oleh dosen pengampu pada Desember 2022

Boyolali, Desember 2022

Nur Zaini, S.Pt., Msc

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT karena berkat dan
hidayahnya,kami dapat menyelesaikan praktikum dan menyelesaikan laporan praktikum
produksi hijauan ternak. Laporan praktikum ini si susun sebagai syaran dan satu
rangkaian dalam mengikuti mata kuliah Produksi Hijauan Pakan sesuai dengan
kurikulum yang telah ditetapkan di Prodi Peternakan Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Boyolali.
Dalam menyusun laporan ini, penyusun memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesemspatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada:
1. Purwadi, S.Pt.,M.Si selaku dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Boyolali.
2. Eudia Christina, W., S.Pt., M.Si selaku Kaprodi Peternakan Universitas
Boyolali
3. Nur Zaini, S.Pt., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Produksi Hijauan
Pakan
4. Staf asisten Praktikum Produksi Hijauan Pakan yang telah membantu dalam
pelaksanaan praktikum.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan demi kebaikan
penyusunan laporan ini.
Harapan penyusun semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
penulis khususnya.

Boyolali, Desember 2022

Hermawan Prasetyo

3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................2
KATA PENGANTAR...................................................................................................................3
DAFTAR ISI…………..
………………………………………………………………………………………………………
…………….4
DAFTAR TABEL......................................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... 6
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 7
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................7
1.2 Tujuan Praktikum...............................................................................................................8
1.3 Manfaat praktikum..............................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................9
2.1 Penanaman........................................................................................................................ 9
2.2 Faktor produktivitas tanaman...........................................................................................10
2.3 Pemeliharaan................................................................................................................... 12
2.4 Pemupukan...................................................................................................................... 14
2.5 Kalitas Dan Kecernaan....................................................................................................17
BAB III MATERI DAN METODE...............................................................................................18
3.1 Materi............................................................................................................................... 18
3.2 Metode............................................................................................................................. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................19
4.1 Hasil................................................................................................................................ 19
4.2 Pembahasan................................................................................................................... 22
4.2.1 hari pertama bertunas...............................................................................................22
4.2.2 jumlah tunas.............................................................................................................. 23
4.2.3 tinngi tunas................................................................................................................ 25
4.2.4 jumlah daun............................................................................................................... 26
4.2.5 diameter batang.........................................................................................................27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................29
5.1 kesimpulan..................................................................................................................... 29
5.2 Saran............................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 30
LAMPIRAN................................................................................................................................ 32

4
DAFTAR TABEL

Tabel1. Penanaman rumput pakchong dengan cara miring……………………………………..19


Tabel2. Penanaman rumput pakchong dengan cara tancap……………………….…………….20
Tabel3. Penanaman rumput pakchong dengan cara tanam………………………………….…..21

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Jumlah tiller pada posisi tanam yang berbeda…………………………………………..24


Gambar2. Tinggi tiller pada posisi tanam yang berbeda……………………………………………25
Gambar3. Jumlah daun pada posisi tanam yang berbeda…………………………………………27

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hijaun dalam bidang peternakan sangat dibutuhkan dapat dikatakan
bahwa  kebutuhan untuk ternak ruminansia itu mutlak. Dibidang peternakan dalam
hal ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan peternakan yang modern dan
berkompeten untuk bersaing dalam mencukupi kebutuhan daging sesuai dengan
visi Indonesia swasembada daging.
Dalam upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan
kualitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat  juga berfungsi sebagai
pengenyang dan juga sebagai sumber karbohidrat,protein,vitamin dan mineral untuk
menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai kekurangan
maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan
hijauan yang tumbuh secara alami.Pada sumber hijauan makanan ternak sesuai
dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak,disamping itu perlu adanya
pembuatan kebun rumput yang menyediakan berbagai jenis hijauan yang
berkualitas tinggi demi ketersediaan sumber hijauan yang mencukupi.
Hijauan makanan ternak merupkan kelompok tanaman yang unggul dan
berkualitas, sebagai kebutuhan utama makanan ternak yang mengandung nutrient
(gizi-gizi) yang lebih efisien dan bermanfaat terhadap ternak. Hijauan makanan
ternak berasal daripada 2 bagaian komunitas besar yaitu kelompok rumput-
rumputan (Graminae) dan kacang-kacangan (Leguminosa). Dalam penentuan
keberadaan hijauan makanan ternak terdapat pengaruh besar yang mempengaruhi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan daripada produktifitasnya yaitu system
penanamannya. Hingga saat ini banyak para ahli ingin menngusahakan system
penanaman hijauan makanan ternak yang lebih unggul dan efisien serta tidak
mengandung unsur genetik yang rendah sebagai penyedia hijauan makanan ternak
yang terbaik.
Seiring perkembangan peternakan di Indonesia maka kita diusahakan
membudidayakan pakan ternak terutama bangsa rumput karena bahan pokok dari

7
makanan ternak. Penanaman ini harus dikelola dengan baik dan teratur sehingga
kebutuhan akan pakan tenak tercapai. Pengembangan pakan ternak ini juga akan
menambah jumlah hewan tenak sehingga kebutuhan daging dalam negeri akan bisa
terpenuhi. Jenis rumput dan leguminosa yang dikembangkan cocok bagi ternak.
Ternak ruminansia seperti sapi (potong dan perah), kerbau, kambing dan domba,
salah satunya ditentukan oleh faktor pakan (ransum)-nya. Pakan utama ternak
ruminansia pada dasarnya adalah hijauan. Agar ternak ruminansia dapat
menghasilkan produksi yang tinggi diperlukan pakan hijauan yang cukup baik
kuantitas maupun kualitasnya.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum hijauan pakan ternak ini adalah:
1. mahasiswa dapat mengetahui posisi penanaman Rumput gajah
(Pennisetum purpureum) melalui stek
2. mahasiswa batangdapat mengtahui pertumbuhan hijauan pakan ternak
dari varietas rumput gajah yang berbeda
3. mahasiswa dapat mengetahui produksi hijauan per luasan yang paling
tinggi sebagai pakan ternk dengan vrietas rumput gajah yang berbeda
1.3 Manfaat praktikum
Adapun tujuan praktikum hijauan pakan ternak:
1. mahasiswa dapat menambah wawasan dan ketrampilan dalam penanaman
Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
2. mahasiswa dapat mengetahui tahapan pertumbuhan Rumput gajah
(Pennisetum purpureum)
3. mahasiswa mampu mengidantifikasi pertumbuhan Rumput gajah
(Pennisetum purpureum)

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penanaman
Penanaman adalah kegiatan pembenaman biji pada tanah untuk
memperoleh produktivitas tinggi, atau bagian yang digunakan untuk
memperbanyak atau mengembangkan tanaman . Penanaman merupakan
proses pemindahan benih ke dalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh
dan berkembang dengan baik. Pertanaman yang baik dapat diperoleh dengan
cara sebelum penanaman harus dilakukan pengolahan tanah yang sempurna,
penentuan jarak tanam yang tepat, penentuan jumlah benih perlobang tanam
dan benih yang akan di tanam adalah benih yang bermutu tinggi. Teknik
penanaman diawali dengan pengolahan tanah, pembibitan, penanaman,
pemupukkan, pengendalian hama, penyakit, dan gulma, dan diakhiri dengan
panen. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas dalam penanaman antara
lain lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, varietas,
pupuk, obat-obatan, dan gulma (Hanum, 2008).
Cara penanaman harus disesuaikan dengan musim pada saat bibit
tersebut akan ditanam. Pada musim kemarau ketika jauh dari tergenangnya air
penanaman bibit bermata tunas dua ditanam pada tanah yang datar sedikit
condong terbenam sampai buku ruas yang terakhir dengan kedua mata tunas
berada di samping. Hal ini untuk memberi kesempatan yang sama pada kedua
mata tunas tersebut untuk bernafas dengan baik. Pada musim penghujan
penanaman bibit sama seperti dilakukan musim kemarau tetapi tanah sedikit
ditinggikan atau dibuat bedengan dan saluran air. Cara seperti ini diharapkan
bibit terhindar dari kemungkinan tergenang air sehingga terhindar dari bahaya
kebusukan. Busuknya bibit dapat pula terjadi pada penanaman bibit yang terlalu
dalam, terutama pada tanah yang sangat berat yang pengeringnya tidak
sempurna (Kushartono, 1997).
Penanaman rumput gajah dapat dilakukan dengan menggunakan bibit
berupa stek atau sobekan rumpun. Stek yang baik adalah yang tidak terlalu
muda dan tidak terlalu tua. Penanaman stek yang terlalu tua atau terlalu muda

9
akan mengakibatkan pertumbuhan lambat, bahkan tanaman banyak yang tidak
tumbuh. Apabila digunakan stek, maka digunakan stek batang yang panjangnya
25 sampai 30 cm atau paling sedikit mempunyai dua mata tunas. Pemotongan
pada bagian pangkal bawah harus miring dan pada pangkal atas datar. Hal ini
perlu dilakukan untuk menghindari penanaman stek secara terbalik yang akan
menghambat pertumbuhan. Sedangkan bila menggunakan sobekan rumpun
maka dipilih rumpun yang muda dan tegap, besar, sehat yang tingginya 20
sampai 25 cm (Lugiyo dan Sumarto, 2000)
Pada penanaman dengan stek harus diperhatikan mata tunas jangan
sampai terbalik karena akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Stek
ditanam dengan posisi tegak lurus atau miring dengan kedalaman 10 sampai 15
cm. Untuk penanaman dengan sobekan rumpun terlebih dahulu dibuat lubang
sedalam 20 cm. Penanaman rumput gajah pada tanah yang miring tidak
dibutuhkan pengolahan tanah terlebih dahulu, jadi cukup dibuat lubang-lubang
tanam yang sesuai kontur tanahnya, sehingga dapat berfungsi sebagai penahan
erosi dan sumber hijauan pakan. Jarak tanam dalam baris untuk tanah miring
dianjurkan 50 cm dan jarak antar baris adalah 1 m, sedangkan untuk tanah datar
adalah 75×100 m (Lugiyo dan Sumarto, 2000).
2.2 Faktor produktivitas tanaman
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas suatu
tanaman adalah faktor genetik, kesuburan tanah, iklim, dan manajemen (Sari
2012).
2.2.1 Faktor genetik
 Beberapa faktor genetik yang mempengaruhi produksi dan kandungan
gizi adalah kemampuan berkembangbiak secara vegatatif, kemampuan bersaing
dengan tanaman lain, kemampuan untuk tumbuh lagi setelah mendapat injakan
dan pengembalaan berat, sifat yang tahan dingin dan kering serta kemampuan
untuk menghasilkan biji. Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat ditentukan
oleh spesies tanaman itu sendiri, semakin baik spesies tanaman maka semakin
baik pula pertumbuhan dan produksinya (Sari, 2012).

10
2.2.2 Faktor kesuburan tanah. 
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah menyediakan unsur hara
dalam jumlah yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan suatu tanaman
tertentu disamping faktor lain seperti air dan cahaya. Temperatur, kemasaman
tanah, dan keadaan fisik tanah (tekstur, peredaran udara, drainase, dan
sebagainya) berada dalam keadaan memungkinkan. Kesuburan tanah
ditentukan oleh kesuburan fisik, kesuburan kimia, dan kesuburan biologi.
Kesuburan tanah sangat menentukan pertumbuhan rumput, sebab pada tanah
yang menyediakan unsur hara yang cukup dan berimbang akan menghasilkan
produksi daun optimal. Kemasaman tanah yang dikehendaki tanaman pada
umumnya berkisar antara 6 sampai 7 (Sari, 2012).
2.2.3 Faktor iklim. 
Faktor iklim terkait dengan cahaya, curah hujan, suhu, dan kelembaban.
Cahaya matahari dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, fotosintesis
kecepatan tranlokasi atau kehilangan air yang mengakibatkan meningkatnya
kebutuhan air tanaman. Curah hujan mempengaruhi pertumbuhan, produksi, dan
kualitas hijauan. Hujan yang terlalu tinggi mempercepat pengikisan unsur hara
tanah di lahan terbuka, sehingga produktivitas tanaman menjadi rendah.
Tingginya suhu lingkungan menyebabkan perubahan warna atau kebakaran
pada daun. Hal ini berakibat pada rusaknya zat warna daun (klorofil) serta
terhambatnya aktivitas berbagai jenis hormon tanaman, sedangkan bila suhu
terlalu rendah maka akan memperlambat proses dan penyebaran hasil
fotosintesis (Sari, 2012). Faktor cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap
pembentukan organ vegetatif tanaman, seperti batang, cabang (ranting), dan
daun, serta rgan generatif tanaman seperti bunga dan umbi. Terbentuknya
bagian vegetatif dan generatif ini merupakan hasil proses asimilasi atau
fotosintesis yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi. Faktor
cahaya yang penting untuk pertumbuhan tanaman adalah intensitas cahaya
matahari yang dapat diterima tanaman dapat mempercepat proses pertumbuhan

11
tanaman dan pembentukan umbi (Samadi, 1997 dalam Kadarisman et
al., 2011).

2.2.4 Faktor manajemen


Faktor manajemen ini menyangkut perlakuan manusia diantaranya
perlakuan pemupukan, pengolahan tanah dan pemotongan. Pengolahan tanah
yang baik dan teratur dapat meningkatkan kesuburan fisik tanah sedangkan
pemupukan yang tepat dapat meningkatkan kesuburan kimia tanah. manajemen
yang baik akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan,
produksi, dan mutu hijauan. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan faktor
yang mempengaruhi produktifitas tanaman adalah luas lahan, jarak tanam.
Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan faktor
yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat tersedia dan terpenuhi bagi setiap
tanaman dan mengoptimalisasi penggunaan faktor yang tersedia sehingga
meningkatkan produktivitas tanaman. Peningkatan jarak tanam per satuan luas
dapat sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil produk tanaman
yang optimal. Sebaliknya pengurangan jarak tanam dapat mempengaruhi hasil
yang produk tanaman yang diperoleh.

2.3 Pemeliharaan

Hasil yang tinggi dan pertumbuhan yang cepat pada tanaman rumput
memerlukan pemeliharaan dan pemupukan yang teratur, untuk itu perlu
diadakan penyiangan. Penyiangan dilakukan saat tanaman masih muda sekitar 1
bulan dan digemburkan pada setiap tanaman habis dipanen (Lugiyo dan
Sumarto, 2000). Aspek pemeliharaan tanaman meliputi pembersihan areal
penanaman, penyiangan gulma, teknik penggemburan tanah dan aerasi tanah,
teknik penyiraman, teknik pemupukan tanaman, serta pamangkasan dan
pengendalian hama penyakit. Penyiangan tanaman adalah pengendalian gulma
yang bertujuan untuk mengurangi jumlah gulma sehingga populasinya berada di
bawah ambang ekologis. Gulma yang diprioritaskan seperti alang-alang, rumput-
rumputan dan lainnya. Penyiangan bertujuan untuk memberi ruang tumbuh yang

12
lebih baik bagi tanaman pokok dengan cara memberantas tanaman
pengganggu. Tanaman perlu disiangi jika 40 sampai 50% tanaman tertutup oleh
gulma atau tumbuhan liar. Penyiangan dilakukan pada waktu musim hujan atau
musim kemarau. Penyiangan dihentikan jika tanaman pokok sudah mampu
bersaing dengan tanaman liar dalam memperoleh cahaya matahari (over-
topping). Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan membersihkan
gulma disekitar tanaman (Arifin dan Nurhayati, 2000).
Penyulaman tanaman merupakan tindakan pemeliharaan  untuk
meningkatkan presentase tanaman hidup dengan cara menanami kembali pada
lubang tanam yang tanamannya mati. Penyulaman dilakukan apabila presentase
hidup tanaman kurang dari 80%. Penyulaman pertama dilakukan pada umur satu
bulan setelah penanaman. Penyulaman kedua dilakukan pada umur satu tahun
setelah penanaman. Penyulaman tanaman harus dilakukan pada waktu musim
penghujan sebagaimana waktu layak untuk penanaman. Pendangiran adalah
kegiatan penggemburan tanah disekitar tanaman pokok yang bertujuan untuk
memperbaiki sifat fisik tanah (aerasi tanah) sebagai upaya memacu
pertumbuhan tanaman. Waktu pendangiran dilakukan pada musim kemarau
menjelang musim hujan tiba. Pendangiran dilakukan 1 sampai 2 kali dalam satu
tahun, tergantung pada tekstur tanahnya, makin berat teksturnya maka makin
sering dilakukan pendangiran. Pendangiran dilakukan pada radius 50 cm dari
batang tanaman, namun tergantung pada jarak tanamnya. Cara pendangiran
dilakukan dengan menggunakan cangkul. Dihindari cara pencangkulan yang
terlalu dalam karena dapat merusak perakaran (Arifin dan Nurhayati, 2000).
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan untuk menekan populasi
hama atau penyakit agar tidak menimbulkan kerusakan yang secara ekonomi
merugikan. Secara umum pemberantasan hama hutan dibagi menjadi dua yaitu
pemberantasan secara alamiah dan pemberantasan secara kimiawi.
Pemberantasan hama secara alamiah dilakukan dengan cara menggunakan
predator alami. Pemberantasan secara kimia dapat menggunakan pestisida
(Indriyanto, 2000). Penyiraman merupakan suatu proses pengaliran air atau
penyaluran air kepada tanah bisa melalui alat penyiraman maupun selokan kecil

13
untuk pengaliran air yang nantinya digunakan untuk keperluan proses
pertumbuhan tanaman dan seterusnya sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan hasil tanaman. Inti dari penyiraman ini adalah untuk membuat tanaman tetap
hidup (Rivai, 2014).
Pemangkasan merupakan kegiatan menghilangkan atau memotong
pucuk, cabang, atau ranting tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
panen. Prinsip dari pemangkasan pucuk akan merangsang tumbuhnya tunas
lebih banyak. Tujuan lain dari pemangkasan adalah agar sinar matahari dapat
menyinari seluruh bagian tanaman, sehingga proses fotosintesis dapat
berlangsung sempurna. Pemangkasan juga dapat mengurangi kelembaban
sehingga tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit (Sudaryati dan
Sugiharti, 1989 dalam Irawati dan Nintya, 2006).
2.4 Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesuburan


tanah. Pemupukan dilakukan karena tanah tidak mampu menyediakan satu atau
beberapa unsur hara untuk menjamin tingkat produksi tertentu. Jenis pupuk yang
diberikan dapat berupa pupuk anorganik maupun pupuk organik. Pupuk
anorganik merupakan pupuk yang dibuat dengan teknologi khusus di pabrik
melalui perubahan-perubahan kimia dari pupuk alam atau dari bahan dasar
sederhana seperti pada pembuatan pupuk N. Pupuk organik adalah pupuk yang
berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang dapat berupa pupuk kandang, pupuk
hijau, dan lain-lain (Sadikin, 2004).
pupuk organik dapat berasal dari pelapukan sisa tanaman, hewan dan
manusia. Salah satu sumber pupuk organik berasal dari kotoran ternak kambing.
Kotoran kambing relatif mudah diperoleh sebagai sumber utama unsur hara
dalam budidaya organik. Kebutuhan pupuk kandang sangat besar karena
kandungan haranya yang rendah. Pupuk kandang kambing memiliki kandungan
hara 0.70% N, 0.40% P2O5, 0.25% K2O, C/N 20-25, dan bahan organik 31%. (
Hartatik dan Widowati 2006)
2.4.1 Klasifikasi pupuk

14
Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk
hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri
pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos
berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak.
Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap,
tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya,
kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi. Pupuk anorganik atau
pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu
berbagai bahan kimia sehingga memiliki prosentase kandungan hara yang tinggi
(Sinaga, 2012).
Pupuk anorganik berdasarkan jenis unsur hara yang dikandungnya dapat
dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk
tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam. Biasanya
berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur
nitrogen. Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis
unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali
penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga
pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium phospat
yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor.
Pupuk buatan berdasarkan cara pengaplikasiannya dibedakan menjadi
dua yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat
penyemprotan pada daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan
D, Grow More, dan Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan
cara penebaran di tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit
(Sinaga, 2012).
Pupuk akar berdasarkan cara melepaskan unsur hara dibedakan menjadi
dua yakni pupuk fast release dan pupuk slow release. Jika pupuk fast
release ditebarkan ke tanah dalam waktu singkat unsur hara yang ada atau
terkandung langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kelemahan pupuk ini
adalah terlalu cepat habis, bukan hanya karena diserap oleh tanaman tetapi juga

15
menguap atau tercuci oleh air. Yang termasuk pupuk fast release antara lain
urea, ZA dan KCL. Pupuk slow release atau yang sering disebut dengan pupuk
lepas terkendali (controlled release) akan melepaskan unsur hara yang
dikandungnya sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan
demikian, manfaat yang dirasakan dari satu kali aplikasi lebih lama bila
dibandingkan dengan pupuk fast release. Mekanisme ini dapat terjadi karena
unsur hara yang dikandung pupuk slow release dilindungi secara kimiawi dan
mekanis (Sinaga,  2012)
 
2.4.2 Macam-macam pemupukan
Sutedjo (1994) dalam skripsi Mahanani (2003) menyatakan metode
pemupukan yang dapat digunakan adalah :
Penyebaran pupuk. Cara ini biasanya menggunakan pupuk yang tidak
larut dalam air dan bagian-bagian utamanya terikat secara kimiawi. Cara
pemupukannya dengan disebar merata dan dilakukan setelah atau sebelum
pengolahan tanah kemudian dibenamkan.
Plow sole placement. Metode ini dilakukan pada saat pengolahan tanah
dengan menempatkan pupuk yang diperlukan secara langsung di belakang alat
pembajak. Hal ini bertujuan agar pemupukannya dapat merata dan terbenam
dalam tanah. Pupuk yang biasa digunakan merupakan pupuk yang tidak mudah
larut dalam air.
Side band placement. Metode ini dilakukan dengan menempatkan pupuk
pada sebuah sisi atau kedua belah sisi tanaman atau benih yang berjarak 5
sampai 7,5 cm pada kedalaman 2,5 sampai 5 cm dari permukaan tanah.
In the row placement. Cara pemupukan dengan menempatkan pupuk
pada lubang-lubang benih atau sepanjang larikan tempat benih yang akan
ditanami.
Top dressed (side dressed placement). Metode ini dilakukan dengan
menempatkan pupuk di atas permukaan tanah di sekitar tempat tumbuh
tanaman. Pemupukan dengan cara ini sebaiknya dilakukan menjelang musim

16
hujan dan minggu pertama sesudah musim hujan. Hal ini bertujuan agar
pencucian atau pengangkutan pupuk oleh air dapat dihindarkan.
Penyemprotan (sistem irigasi). Penyemprotan hanya dapat dilakukan
dengan pupuk yang mudah larut dalam air agar unsur-unsur yang terkandung
dalam larutan pupuk buatan dapat diserap oleh daun atau batang tanaman.

2.5 Kualitas Dan Kecernaan


Keunggulan dari rumput Pakchong ini diantaranya, pertumbuhanya dapat
mencapai lebih dari 3 m pada umur kurang dari 60 hari, memberikan hasil yang tinggi
dan dapat dipanen sesudah umur 45 hari dengan kandungan protein kasar 16-18 %.
Produksi bahan kering rumput Pakchong berkisar 63–87 ton/ha/ tahun dan memiliki
stadium kedewasaan pada umur 60 hari. Bila dikonversi ke bahan segar dengan kadar
kadar air sekitar 18 % maka produksi segarnya berkisar 350-483 ton/ha/tahun.
Tingginya produktivitas ini, maka rumput ini sering dikembangkan baik sebagai pakan
ternak maupun sebagai bahan dasar untuk produksi bioethanol (Liman, et al. 2021).
Produksi biomasa Pennisetum purpureum cv Thailand cukup tinggi yaitu sebesar
500 ton/ha/tahun bahan segar, hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan rumput
gajah biasa (Pennisetum purpureum Schumach) yang rata-rata hanya menghasilkan
antara 250-275 t/ha/tahun bahan segar (Sarian,2013). Salah satu factor yang
mempengaruhi produksi dan pertumbuhan adalah metode penanaman dari stek
(Dadang dan Suherman, 2021). Produksi biomassa dan komposisi kimia rumput gajah
sangat bervariasi tergantung pada varietas, umur, musim, lokasi dan manajemen serta
dosis pemupukan. Lingga dan Marsono (2006) menyatakan pupuk organik dapat
berasal dari pelapukan sisa tanaman, hewan dan manusia. Salah satu sumber pupuk
organik berasal dari kotoran ternak kambing. Kotoran kambing relatif mudah diperoleh
sebagai sumber utama unsur hara dalam budidaya organik. Kebutuhan pupuk kandang
sangat besar karena kandungan haranya yang rendah. Sinuraya dan Melati (2019)
pmenyatakan bahwa pupuk kandang kambing memiliki kandungan hara 0.70% N,
0.40% P2O5, 0.25% K2O, C/N 20-25, dan bahan organik 31%. Lakitan (2011)
menyatakan bahwa unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan daun adalah unsur N, jumlah daun yang lebih banyak umumnya di

17
sebabkan oleh kandungan unsur N yang banyak. Myrna (2006) menyatakan bahwa
tersedianya unsur nitrogen pada awal pertumbuhan akan mempengaruhi jumlah dan
luas daun yang terbentuk, dengan demikian kandungan klorofil yang dihasilkan juga
lebih tinggi untuk tanaman mampu menghasilkan karbohidrat /asimilat dalam jumlah
yang cukup untuk pertumbuhan vegetatif

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
Waktu. Praktikum dilakukan di lahan hijauan Fakultas Peternakan Universitas
Boyolali. Praktikum dilaksanakan setiap hari sabtu mulai minggu ke-7.
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penanaman dan pemupukan adalah
cangkul, ember, tali rafia, meteran, timbangan, patok.
BAHAN. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah stek batang rumput
pakchong, pupuk organic, air.
3.2 Metode
a. pengolahan lahan
lahan yang akan digunakan untuk penanaman di ukur dengan ukuran 1x1
m sebanyak 3 plot. Kemudian setiap plot di buat bedengan dan dibuat parit di
sekitar plot untuk menghindari genangan air saat musim hujan
b. penanaman
penanaman dilakukan dengan 3 metode yaitu ditancap, miring dan di
tanam. Dimana plot 1 di tancap, plot 2 miring dan plot 3 ditanam.
c. perawatan
perawatan dilakukan dengan melakukan penyiraman dan sanitasi.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu siang dan sore hari sedangkan
sanitasi dilakukan setiap 2 hari sekali
d. pemupukan
pemupukan dengan pupuk organic dilakukan satu kali setelah usia
tanaman 1 minggu dengan dosis pupuk 4 Kg per plot
e. pengukuran tanaman

18
pengukuran tanaman meliputi hari bertunas, jumlah tunas, jumlah daun,
tinggi tanaman diameter batang dan produksi segar. Pengukuran diameter di
bagi menjadi 3 yaitu batang bawah, batang tengah dan batang atas. Pengukuran
dilakukan menggunakan meteran

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu jenis tanaman
pakan yang banyak digunakan oleh para peternak karena rumput gajah
pertumbuhannya sangat mudah dan juga produksi hijauannya cukup tinggi. Lugiyo dan
Sumarto (2000) menjelaskan bahwa budidaya rumput gajah (Pennisetum purpureum)
adalah lebih mudah dan lebih fleksibel dibandingkan dengan King grass. Rumput gajah
adaptasinya sangat luas yakni mulai jenis tanah struktur ringan, sedang, sampai berat.
Pertumbuhannya baik, dari dataran rendah sampai dataran tinggi dan curah hujan
cukup sekitar 1000 mm/tahun atau lebih. Sedangkan King grass menyukai tanah yang
subur dan gembur di daerah dataran rendah dengan curah hujan yang merata
sepanjang tahun antara 1000 sampai 2500 mm/tahun. Pada tanah yang subur dan
dikelola dengan baik, King grass menghasilkan hijauan rumput lebih tinggi daripada
produksi hijauan rumput gajah. Tetapi pada tanah yang kurang subur dan dikelola
kurang baik pertumbuhan King grass lebih jelek daripada pertumbuhan rumput gajah.
Dari hasil praktikum kami tentang hijuan pakan mengenai cara penanaman stek
pakchong secara ditancap, miring dan di timbun
Tabel1. Penanaman rumput pakchong dengan cara miring
perlakuan variable
Miring Hari Jumlah Jumlah Tinggi Diameter batang
pertama tiller daun tanaman B T A
bertunas
1 1. 2 2 2 6
2. 2 2 2 3
3. 2 2 2 7
4. 2 2 3 6
2 1. 2 2 5 22

19
2. 2 3 5 19
3. 2 2 6 13
4. 2 2 5 16
3 1. 2 2 11 25 3,5 2 1
2. 2 3 12 24 3,7 2,7 1,2
3. 2 2 11 22 3,4 2,5 1,2
4. 2 2 11 18 2,9 1,3 1,2
4 1. 2 2 30 37 7 4 3
2. 2 2 35 34 10 7 4
3. 2 2 38 30 8 3 1
4. 2 2 32 38 3 2 1

Pada penanaman rumput pakchong dengan cara ditanam miring


menunjukan bahwa rata rata stek batang mulai bertunas pada hari ke 2 dengan
jumlah rataan tiler adalah 2-3 buah setiap stek batang dengan penambahan
daun setiap minggunya serta ringgi tanaman juga mengalami kenaikan standart,
sedangkan untuk diameter mengalami pertumbuhan standart. Tumbuhnya tunas
hanya sebanyak 2-3 di pengaruhi oleh Panjang stek yang di gunakan atau lebih
tepatnya jumlah ruas yang terdapat pada stek selain itu dikarenakan masa
pertanaman musim hujan, stek yang ditanam vertikal dan miring memberikan
pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah tanaman yang tumbuh, hasil, dan
kadar pati tanaman daripada posisi stek horizontal. Widodo (1996) dalam
Hayati et al., (2012), menyatakan bahwa perakaran yang berkembang baik dan
didukung oleh bahan organik dalam tanah yang cukup maka tanaman akan
tumbuh dan berkembang dengan baik pada fase vegetatif maupun generatif.

Table 2. Penanaman rumput pakchong dengan cara ditancap


MINGGU perlakuan variable
KE- tancap Hari Jumlah Jumlah Tinggi Diameter batang
pertama tiller daun tanaman B T A
bertunas
1 1. 2 1 3,5
2. 2 2 6
3. 2 1 2 12
4. 2 1 1 18
2 1. 2 1 2 6

20
2. 2 2 2 30
3. 2 2 2 19
4. 2 2 2 23
3 1. 2 2 5 13 1,7 1 0,6
2. 2 2 6 32 3 2 1
3. 2 2 13 25 4,5 2,5 1,5
4. 2 2 7 34 2,9 1,5 1
4 1. 7 2 9 21 2,5 2 1
2. 7 2 21 34 4 2 2
3. 7 2 27 40 7 5 2,5
4. 7 2 32 37 7 3 2

Pada penanaman rumput pakchong dengan cara di tancap rataan


munculnya tiler pada hari 7 untuk jumlah tilernya meiliki rataan 1-2 per stek
batang.munculnya tiler pada hari ke7 merupakan keterlambatan tumbuh yang
disebabkan karena tidak dikakukannya penyiraman dan dosis pupuk yang
kuranng. Hidayat et al., (2012) menyatakan bahwa pertambahan jumlah tunas
dipengaruhi oleh faktor salah satunya jumlah nitrogen yang ada didalam tanah.
Nitrogen berfungsi untuk membentuk klorofil dan protein, dengan meningkatnya
jumlah klorofil maka aktifitas fotosintesis akan meningkat dan fotosintesis yang
dihasilkan akan meningkat.

Tabel 3. Penanaman rumput pakchong dengan cara ditanam


perlakuan variable
Minggu tanam Hari Jumlah Jumlah Tinggi Diameter batang
ke- pertama tiller daun tanaman B T A
bertunas
1 1. 3 2 2 4

2. 3 2 3 4

3. 4 2 2 3

4. 3 2 3 4

2 1. 3 2 5 9

2. 3 3 6 11

3. 4 2 6 13

21
4. 3 2 5 11

3 1. 3 2 8 25 2,7 2,8 1

2. 3 3 9 24 5,5 3,2 1,4

3. 4 2 14 22 5 3 1,8

4. 3 2 11 18 4 2,6 1,3

4 1. 3 2 38 48 14 9 5

2. 3 2 42 27 16 6,3 4

3. 4 2 36 41 12 6 2,2

4. 3 2 29 42 9 5 2

Pada penanaman rumput pakchong dengan cara ditanam maka


dapat diketahui bahwa rataan tumbuh tiller adalah pada hari ke2 dengan jumlah
tiler yang tumbuh sebanyak 2-3 per stek batang , hal tersebut terjadi karena
permukaan yang menentuh tanah lebih banyak sehingga bagian yang
terangsang untuk membentuk akar lebih banyak karena jumlah ruas batang
merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah cabang, hal ini
disebabkan karena pada ruas batang tersebut akan tumbuh tunas lateral yang
nantinya akan mengganti cabang. Tanaman yang memiliki jumlah ruas lebih
banyak dimungkinkan akan memiliki tunas lateral lebih banyak pula. Hartman et
al., (1981) dalam Irawati dan Nintya (2006) menyatakan bahwa di dalam
tanaman terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan tunas dan akar.

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum tentang cara penanaman rumput pakchong dengan 3
metode yang berbeda yaitu di tancap, miring, dan di timbun serta variable yang
diamati adalah hari pertama bertunas, jumlah tiller, jumlah daun, tinggi tanaman
dan diameter tiller ( batang bawah,atas,tengah) maka dapat di bandingkan mana
yang lebih baik untuk digunakan dalam kehidupan nyata

22
4.2.1 hari pertama bertunas
Tunas terbentuk akibat adanya proses morfogenesis menyangkut
interaksi pertumbuhan dan diferensiasi oleh beberapa sel yang memacu
terbentuknya organ. Pembentukan tunas sangatlah penting sebab tahap awal
pembentukan primordia daun dimana daun merupakan organ tanaman yang
memiliki jumlah klorofil terbesar yang berfungsi sebagai terjadinya proses
fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat sebagai sumber makanan
(Febriana, 2009). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dikeahui bahwa
tunas pada rumput gajah dengan perlakuan 1 ( miring) tumbuh pada hari ke 2,
rumput gajah pada perlakuan 2 ( ditancap) tumbuh pada hari 2 sedangkan pada
perlakuan ke 3 (datanam) tumbuh pada hari ke 3 . Stek pada perlakuan 1 dan 2
lebih cepat bertunas disebabkan karena pada stek 1 dan 2 mendapatkan cahaya
matahari lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan penanaman dengan cara
ditimbun. Perlakuan penanaman dengan cara vertikal (ditancapkan) juga dapat
menyebabkan pertumbuhan akar lebih cepat dibandingkan perlakuan horizontal
(ditimbun). Samadi, 1997 dalam Kadarisman et al., (2011). Prosidaktor cahaya
matahari sangat berpengaruh terhadap pembentukan organ vegetatif tanaman,
seperti batang, cabang (ranting), dan daun, serta organ generatif tanaman
seperti bunga dan umbi. Terbentuknya bagian vegetatif dan generatif ini
merupakan hasil proses asimilasi atau fotosintesis yang menggunakan cahaya
matahari sebagai sumber energi. Faktor cahaya yang penting untuk
pertumbuhan tanaman adalah intensitas cahaya matahari yang dapat diterima
tanaman dapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Subandi (2009)
menyatakan untuk masa pertanaman musim hujan, stek yang ditanam vertikal
dan miring memberikan pengaruh sama terhadap jumlah tanaman yang tumbuh.
Subandi (2009) menyatakan penanaman stek dengan posisi vertikal dapat
memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapis olah tanah.
Prastowo et al., (2006) dalam Sparta et al., (2011), tunas terbentuk
karena adanya proses morfogenesis yang menyangkut interaksi pertumbuhan
dan diferensiasi oleh beberapa sel yang memacu terbentuknya organ.
Pertumbuhan tunas pada stek dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

23
berkaitan seperti bahan stek yang digunakan, lingkungan tumbuh dan perlakuan
yang diberikan terhadap bahan stek. Berdasarkan literatur tersebut dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan tunas pada tanaman dipengaruhi oleh faktor
cahaya dan cara penanaman pada tanaman tersebut.

4.2.2 jumlah tunas


Pengamatan jumlah tunas yang tumbuh dilakukan pada stek yang baru
ditanam hingga berumur 28 hari masa tanam untuk mengetahui pengaruh dari
perlakuan bentuk penanaman stek terhadap jumlah tunas yang tumbuh.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data jumlah tunas
tertera pada gambar 1. Grafik jumlah tiler

Data Jumlah Tunas


12

10

0
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

miring tancap tanam

Gambar1. Jumlah tiller pada posisi tanam yang berbeda

Dari gambar diatas dapat di ambil perbandingan nahwa pertumbuhan jumlah


tunas pada metode miring dan di tancap mengalami peningkatan jumlah dikarenakan
pengaruh munculnya tunas lebih dahulu sengingga memungkinkan pertumbahn akarnya
sudah baik sehingga penyerapan nutrienya berlangsung secara optimal.
Nutrien yang ada dapat digunakan untuk proses metabolisme dalam
tanaman dan pembongkaran unsur-unsur hara dan senyawa-senyawa organik

24
dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Subandi
(2009) menyatakan bahwa untuk masa pertanaman musim hujan, stek yang
ditanam vertikal dan miring memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap
jumlah tanaman yang tumbuh, hasil, dan kadar pati tanaman daripada posisi stek
horizontal. Widodo (1996) dalam Hayati et al., (2012), menyatakan bahwa
perakaran yang berkembang baik dan didukung oleh bahan organik dalam tanah
yang cukup maka tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada
fase vegetatif maupun generatif.
Hidayat et al., (2012) menyatakan bahwa pertambahan jumlah tunas
dipengaruhi oleh faktor salah satunya jumlah nitrogen yang ada didalam tanah.
Nitrogen berfungsi untuk membentuk klorofil dan protein, dengan meningkatnya
jumlah klorofil maka aktifitas fotosintesis akan meningkat dan fotosintesis yang
dihasilkan akan meningkat. Meningkatnya fotosintesis akan menyediakan energi
yang lebih yang dapat memacu hormon pertumbuhan untuk membentuk tunas
baru. Sitompul dan Guritno (1995) dalam Irawati dan Nintya (2006) menyatakan
bahwa jumlah ruas batang merupakan salah satu faktor yang menentukan
jumlah cabang, hal ini disebabkan karena pada ruas batang tersebut akan
tumbuh tunas lateral yang nantinya akan mengganti cabang. Tanaman yang
memiliki jumlah ruas lebih banyak dimungkinkan akan memiliki tunas lateral lebih
banyak pula.

4.2.3 tinggi tunas


pengamatan tinggi tunas yang tumbuh dilakukan pada stek yang baru
ditanam hingga berumur 28 hari masa tanam untuk mengetahui pengaruh dari
perlakuan bentuk penanaman stek terhadap tinggi tunas yang tumbuh. 

25
data tinggi tunas
40

35

30

25

20

15

10

0
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

miring tancap tanam

Gambar2. Pertumbuhan tinggi tunas pada setiap metode berbeda

Dari data di atas dapat diketahui pada metode miring dan tancap lebih baik
sedangkan pada metode tanam kurang bagus hal ini dapat disebabkan karena
perakaran pada perlakuan1 dan 2 lebih dalam dibandingkan pada perlakuan 3
yang cara penanamannya hanya ditaruh di atas tanah sehingga menyebabkan
kemampuan akar dalam menyerap nutrien dari dalam tanah sedikit terhambat.
Terhambatnya penyerapan nutrien dari dalam tanah dapat menyebabkan proses
metabolisme dalam tanaman dan pembongkaran unsur-unsur hara dan
senyawa-senyawa organik dalam tubuh tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terhambat.
hartman et al., (1981) dalam Irawati dan Nintya (2006) menyatakan
bahwa di dalam tanaman terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan
tunas dan akar. Pertumbuhan tunas yang baik akan menyebabkan pembentukan
daun yang baik, sehingga proses fotosintesis meningkat, dengan demikian
karbohidrat yang dihasilkan lebih banyak dan dapat digunakan untuk
pembentukan akar. Pertumbuhan akar yang baik memungkinkan tanaman dapat
menghasilkan energi yang banyak untuk keperluan proses metabolisme maupun
untuk proses pertumbuhan lebih lanjut. Hasil pengamatan jika dibandingkan
literatur menunjukkan perbedaan tinggi rata-rata tunas pada tanaman

26
disebabkan karena faktor kemampuan akar dalam menyerap nutrien di dalam
tanah.

4.2.4 jumlah daun


Pengamatan jumlah daun dilakukan setelah stek tanaman tumbuh tiller
hingga usia 28 hari dan di peroleh data seperti gambar3. Jumlah daun pada
setiap perlakuan penanaman stek pakchong

Data Jumlah Daun


40

35

30

25

20

15

10

0
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

miring tancap tanam

Gambar3. . jumlah daun pada setiap metode berbeda

Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah daun pada perlakukan 1
dan 3 memiliki penambahan daun yang terus meningkat sedangkan pada
perlakukan 2 mengalami kenaikan tetapi tidak sebanyak perlakukan 1 dan 3, hal
tersebut mungkin terjadi dikarenkan pembentukan akar yang belum sempurna
pada perlakuan 2 dan tingkat kesuburan tanah serta kebersihan tanah dari
gulma kurang terjaga dengan baik
hartman et al., (1981) dalam Irawati dan Nintya (2006) menyatakan
bahwa di dalam tanaman terdapat hubungan yang erat antara pertumbuhan
tunas dan akar. Pertumbuhan tunas yang baik akan menyebabkan pembentukan
daun yang baik, sehingga proses fotosintesis meningkat, dengan demikian

27
karbohidrat yang dihasilkan lebih banyak dan dapat digunakan untuk
pembentukan akar.
4.2.5 diameter batang
Dari hasil pengamatan selama28 hari di dapat diketahui bahwa pada
perlakukan 1 dan 2 meliliki diameter yang lebih besar hal teresbut terjadi karna
pada perlakukan 1 dan 2 mendapatkan pencahayaan yang baik dan memiliki
keusuburan tanah yang lebih baik dari pada perlakuan 3, serta tingginya suhu
lingkungan menyebabkan perubahan warna atau kebakaran pada daun. Hal ini
berakibat pada rusaknya zat warna daun (klorofil) serta terhambatnya aktivitas
berbagai jenis hormon tanaman, sedangkan bila suhu terlalu rendah maka akan
memperlambat proses dan penyebaran hasil fotosintesis (Sari, 2012). Faktor
cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pembentukan organ vegetatif
tanaman, seperti batang, cabang (ranting), dan daun, serta rgan generatif
tanaman seperti bunga dan umbi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum hijauan pakan maka dapat kami simpulkan dahwa
hari awal bertunas, jumlah tunas, serta tinggi tunas, jumlah daun dan diameter batang
pada perlakuan 1 lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 2 dan 3 . Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tunas diantaranya faktor cahaya dan juga cara
penanaman sehingga akar dapat menyerap nutrien di dalam tanah dengan maksimal.

28
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih serius dan teliti dalam mengamati tanaman yang di
amati agar kedepanya praktikan dapat memahami dan menentukan metode
penanaman yang baik dan benar.
Untuk dosen pengampu dan asisten dosen sebaiknya sebelum praktikum
dilakukan pretest dan postes serta dalam fasilitasi praktikum agar lebih dilengkapi lagi
dari segi alat dan bahan

DAFTAR PUSTAKA
Abror, M dan Fuadi, M.T. 2022. Pengaruh Dosis Unsur Hara N Terhadap Pertumbuhan
dan Kandungan Protein Rumput Napier Pakchong dan Rumput Napier Zanzibar.
Jurnal Nabatia. Vol 10: 1 (45-47)
Ajie, D dan Setiawan, A. 2017. Pengaruh sumber dan posisi penanaman stek terhadap
produksi ubi cilembu. Bul. Agrohorti. 5 (2) : 283-292.
Dadang dan Suherman. 2021. Karakteristik produksi dan pemnfaatan rumput gajah
hibrida (Pennisetum purpureum cv. Thailand) sebagai hijauan pakan ternak.
Maduranch. 6 (1).
Kaewpila, C., W. Khota., P. Gunun., P. Kesorn and A. Cherdthong. 2020. Strategic
addition of different additives to improve silage fermentation, aerobic stability and
in vitro digestibility of napir grasses at late maturity stage. Agriculture. 10 (262): 1-
13.
Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

29
Legese, H., Gobeze, I., Shegro, A., and Geleta, N. 2011. Impact of planting position and
planting material on root yield of cassava (Manihot esculenta Crantz). Journal of
Agricultural Science and Technology. 5 (4)
Liman., A. Muhtarudin., K. Wijaya dan K. Adhianto. 2021. Introduksi budidaya dan
fermentasi rumput pakchong 1 sebagai pakan ternaka di desa Rantau Fajar
Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Sinergi. 2: 25-30.
Lingga, P., Marsono. 2006.Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Myrna, N.E.F. 2006. Hasil tanaman jagung pada berbagai dosis dan cara pemupukan N
pada lahan dengan sistem olah tanah minimum. Jurnal Agronomi. 9 (1).
Sarian Z. B. 2013. A super grass from Thailand. Available at
http://zacsarian.com/2013/06/01/a-super-grass-from-thailand. Diakses pada, Senin
12 Desember 2022. Pukul 10.00 WIB
Sinuraya, B. A dan Melati, M. 2019. Pengujian berbagai dosis pupuk kandang kambing
untuk pertumbuhan dan produksi jagung manis organic (Zea mays var.
Saccharata Sturt). Bul. Agrohorti. 7 (1) : 47-52
Anonim. 2015. Petunjuk Lapangan (PETLAP) Penanaman. Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian, Pusat Pelatihan Pertanian. Jakarta.
Arifin H. S. dan Nurhayati. 2000. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Febriana, S. 2009. Pengaruh konsentrasi zpt dan panjang stek terhadap pembentukan
akar dan tunas pada stek apokad (Persea americana Mill). Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta.
Hayati, E., Sabaruddin., dan Rahmawati. 2012. Pengaruh jumlah mata tunas dan
komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L.). Jurnal Agrista Vol. 16 No. 3, 2012.
Hidayat, N. S. 2012. Studi produksi dan kualitas rumput gajah (Pennisetum purpureum)
varietas thailand yang dipupuk dengan kombinasi organik-urea. Fakultas
Peternakan. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Indriyanto. 2000. Pengaruh beberapa cara penyiangan terhadap pertumbuhan sengon.
Prosiding Seminar Nasional III Pengembangan Wilayah Lahan Kering. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Irawati, H., dan N. Setiari. 2006. Pertumbuhan tunas lateral tanaman nilam
(Pogostemon cablin Benth) setalah dilakukan pemangkasan pucuk pada ruas
yang berbeda. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas
Diponegoro. Semarang.
Kadarisman, N., A. Purwanto., D. Rosana. 2011. Peningkatan laju pertumbuhan dan
produktivitas tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) melalui spesifikasi
variabel fisis gelombang akustik pada pemupukan daun (melalui perlakuan variasi
peak frekuensi). Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.
Kushartono, B. 1997. Teknik Penanaman Rumput Raja (King grass) Berdasarkan
Prinsip Penanaman Tebu. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Ciawi.
Lugiyo dan Sumarto, 2000. Teknik Budidaya Rumput Gajah cv Hawaii (Penisetum
purpureum). Balai Penelitian Ternak Bogor. Bogor.

30
Mahanani, C. L. R. 2003. Pengaruh media tanam dan pupuk NPK terhadap produksi
tanaman pak-choi (Brassica chinensis) varietas green pak-choi. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rivai, A. 2014. Pemeliharaan Tanaman Obat dengan
Penyiraman. http://expandxi.com/2014/11/pemeliharaan-tanaman-obat-dengan-
penyiraman/. Diakses pada tanggal 09 Desember 2015 pukul 05.55 WIB.
Sadikin, S. 2004. Pengaruh dosis pupuk N dan jenis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.). Skripsi.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

LAMPIRAN

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai