Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN ILMU ANEKA NUTRISI TERNAK

(Apis Trigona)

Oleh

KADRI ABDULLAH
B1D 012 146

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan Ilmu Nutrisi Aneka Ternak tentang
budidaya lebah trigona.
Adapun laporan ilmu nutrisi aneka ternak tentang Budidaya Lebah
Trigona ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan Laporan
ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya.
Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada
kami sehingga kami dapat memperbaiki laporan ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Mataram, 5 Mei 2016

Penyusun

BAB I
TINJUAN PUSTAKA
Lebah Trigona (Trigona spp.) merupakan salah satu spesies lebah
peng-hasil madu anggota Famili Meliponidae (tidak memiliki sengat),
berukuran kecil dan merupakan salah satu serangga pollinator penting
(Nagamitsu dan Inoue, 1998; Batista et al., 2003; Francoy et al., 2009).
Lebah jenis ini masih kurang popu-ler dibanding dengan Famili Apidae,
se-perti Apis mellifera dan A. cerana. Lebah Trigona ini di Indonesia memiliki
bebe-rapa nama daerah, yaitu kelulut (Kali-mantan), galo-galo (Sumatera),
klanceng, lenceng (Jawa), dan teuweul (Sunda). Kelompok lebah ini
membela diri dengan cara menggigit jika terganggu. Lebah ini banyak
dijumpai di daerah tropis dan subtropis seperti di Amerika Selatan, Aus-tralia
dan Asia Tenggara (Michener, 2007; Sakagami et al., 1983; Sakagami dan Inoue, 1989; Klakasikorn et al., 2005).
Sampai saat ini produksi sarang Trigona diperoleh dari mencari
langsung ke hutan karena budidaya Trigona masih belum berkembang, selain
itu produksi madunya tergolong sedikit (1-2 kg atau sekitar 2 liter per koloni
per tahun). Hal ini membuat harga madunya jauh lebih mahal (Rp400.000
per liter) dari madu lebah lain. Keunggulan lebah Trigona ini adalah produksi
propolisnya yang tinggi (3 kg per koloni per tahun) dibandingkan dengan
lebah Apis yang hanya menghasilkan 20-30 g propolis per koloni per tahun.
Sejak satu dekade ini, propolis telah banyak menarik perhatian karena
memili-ki

daya

farmakologis

seperti

immuno-modulator,

anti

tumor,

antimikroba, anti inflamasi, dan anti oksidan, anti kanker, anti diabetes dan
menurunkan tekanan darah tinggi (Gojnerac, 1983; Sforcin dan Bankova,
2007; Sforcin, 2011).

Trigona spp, lebih banyak mencari makanan pada pagi hari


dibandingkan dengan sore hari. Ukuran tubuh sangat mempengaruhi jarak
terbang lebah mencari makanan. Makin besar tubuh lebah maka makin jauh
jarak terbangnya. Trigona spp. dengan ukuran 5 mm mempunyai jarak
terbang sekitar 600 m (Eltz, 2001; Nunes et al., 2010).

BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebah madu, berupa serangga kecil dengan fenomena yang sangat


luar biasa. Sayapnya yang transparan dengan guratan hiasan indah sangat
cantik, dikenal dengan sebutan hymen. Sehingga digolongkan dalam
kelompok Hymenoptera. Lebah madu bisa dikelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu lebah madu yang membuat sarang di dalam ruangan
dengan sarang yang berlapis-lapis dan lebah madu yang membuat sarang di
alam terbuka dengan sarang tunggal.
Lebah madu kelompok pertama terdiri dari lebah Apis mellifera
(penyebaran alaminya di Asia Barat hingga Eropa dan Afrika namun sekarang
sudah menyebar ke seluruh pelosok dunia), Apis cerana (penyebaran
alaminya di Asia dan sudah masuk ke sebagian kawasan austronesia), Apis
nuluensis (penyebaran alami sementara diketahui di dataran tinggi/ gunung
di Kalimantan), Apis nigrocinta (penyebaran ada di Sulawesi), Apis
koschevnikovi (penyebaran di Kalimantan).
Lebah madu kelompok kedua terdiri dari lebah Apis dorsata (lebah
hutan, penyebaran di Asia Selatan dan Asia Tenggara), Apis laboriosa (masih
menjadi perdebatan para peneliti apakah jenis tersendiri atau bergabung
dengan Apis dorsata), Apis florea (penyebaran di Asia Tenggara daratan),
Apis andreniformis (mirip dengan Apis florea, banyak ditemukan di
semenanjung malaya dan Sumatra).
Lebah di luar kelompok lebah madu masih sangat banyak termasuk
engang (tabuhan) yang menjadi hama lebah, klanceng (jw)/ teuweul (sd)

sebagai lebah tanpa sengat (stingless bees) yang menghasilkan madu (jenis
Trigona, melliponina, mellipona).
Lebah Tanpa Sengat (Trigona spp), lebah ini merupakan lebah asli
Asia dari genus trigona yang memiliki karakteristik spesifik yaitu madu yang
dihasilkan mempunyai rasa asam namun tahan terhadap fermentasi dan
bersifat jarang sekali hijrah serta harga produk madunya lebih tinggi
dibandingkan dengan madu produk lebah genus Apis.
Setiap koloni klanceng menghasilkan 1-2 kilogram madu per tahun,
atau 2-3 botol ukuran 630 mililiter (ml). Tiap botolnya dijual petani seharga
Rp 200.000 dan di toko-toko umum atau koperasi harganya meningkat
menjadi paling murah Rp 65.000 per botol ukuran 140 ml. Lebah klanceng
dikenal luas tidak bisa diternakkan, dan jumlahnya pun sangat kecil. Oleh
karena itu, lebah dengan ukuran fisik terkecil ini bisa dikatakan termasuk
dalam kategori setengah langka, meskipun di daerah. Tutur jumlahnya cukup
banyak. Itu pun atas inisiatif dan jerih payah penduduk sendiri tanpa arahan
atau binaan dari pemerintah.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain :
a. Menambah pengalaman mengenai bagaimana cara budidaya lebah
madu khususnya lebah terigona.
b. Mengetahui berbagai macam jenis pakan yang menghasil polen dan
nektar.
c. Dapat memperoleh informasi tentang bagaimana cara memindahkan
lebah madu dan lain sebagainya.

C. Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah:
a. Untuk menambah wawasan dan informasi mengenai lebah madu.
b. Untuk menambah pengalaman dalam budidaya lebah madu terutama
lebah madu trigona.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

2.1. Materi Praktikum


a. Bahan praktikum
-

Lebah trigona

b. Alat praktikum
-

Pulpen

Buku

2.2. Waktu dan Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan dari praktikum ini di lakukan pada tanggal 3 Mei 2016
pada hari selasa.

2.3. Metode Praktikum


Adapun metode dari praktikum ini ialah :
a. Dengan mewancarai teman-teman KKN yang telah KKN di dusun
gagak dan warga yang menjadi anggota petani ternak lebah, dan jug
yang menjadi teknisi yaitu pak Sukardin S.Pt
b. Melihat-lihat kondisi sekitar dari daerah kapung lebah
c. Dokumentasi serta mencatat hal yang perlu untuk di catat.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pemeliharaan lebah madu trigona di daerah Dusun Gagak Desa


Sukadana Kecamatan Bayan membutuhkan sekitar 15 Are luas lahan yang
mana lahan tersebut milik kelompok ternak mandiri berkarya. Lahan yang
dulu gersang dan tidak dirawat kini menjadi lahan yang sungguh indah
dengan berbagai jenis bunga dan pohon ada sekitar 40 bunga yang ditanam
dan sekitar 20 pohon yang di tanam dari penuturan teknisi. Adapun jenis
tanaman yang ada di lokasi antara lain :
1. Bunga matahari (Helianthus annuus L.)

11. Kelapa (Cocus nucifera)

2. Bunga pucuk merah (Oleina sizygum)

12. Jambu mente (Annacardium occidentale)

3. Palem putri (Vietcheia merillii)

13. Jagung (Zea mays)

4. Terong ungu (solanum melongena L)

14. Kacang tanah (Arachis hippogaea L)

5. Anggur (Vitis Vinivera)

15. Lantana camara (Lantana)

6. Palem botol ( Hophorbo legamenalis)

16. Kaliandra (Calliandra colothyrsus)

7. Kedondong (Spondias dulcis forst)

17. Belimbing (Averrhoa bilimbi)

8. Markisa (passiflora edulis)

18. Cabe rawit (Capsicum)

9. Kaktus (Opuntia sp)

19. Pinsang (Musa)

10. Kelengkeng (dimocarpus lengan)

Madu di Indonesia didominasi oleh madu yang dihasilkan oleh


lebah madu Apis sp. Namun, ada lebah madu jenis Trigona sp yang
juga dapat menghasilkan madu, tetapi produksinya tidak sebanyak

Apis sp. Ciri khas dari madu Trigona sp adalah madunya mempunyai
rasa asam. Rasa madu yang asam menjadi salah satu keistimewaan
dari trigona, selain harganya mahal karena trigona memproduksi
sedikit madu daripada apis.

Klasifikasi Ilmiah Lebah Trigona


Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Hymenoptera
Superfamily: Apoidea
Family: Apidae
Subfamily: Apinae
Tribe: Meliponini
Genus:

Species:

(BR)

Duckeola
Frieseomelitta
Geotrigona
Heterotrigona
Homotrigona
Lepidotrigona
Papuatrigona
Tetragonula
Tetragonisca
Trigona

Trigona carbonariaQueensland
(AU

Trigona chanchamayoensisMato
Grosso (BR)

Trigona barrocoloralensis
Trigona branneriMato Grosso

Trigona cilipesAmrica
Trigona collina--Thailand
Trigona corbinaAmrica
(Mesomerica-Costa Rica)
Trigona iridipennisIndia, Sri
Lanka
Trigona ferricaudaAmrica

Trigona fuscipennis
Trigona fulviventrisMxico.
Trigona fuscipennisMxico a
Brasil.

Trigona hockingsi(AU)
Trigona hyalinataMato Grosso
(BR)

Trigona nigerrimaAmrica
(Mxico, Costa Rica).
Trigona nigraMxico.
Trigona pallensAmrica
Trigona recursaMato Grosso
(BR)

Trigona silvestrianaAmrica
(Costa Rica)

Trigona spinipes-arapu (BR)


Trigona minangkabau-Indonesia
Trigona laeviceps-Indonesia
Trigona incisa-Indonesia
Trigona itama-Indonesia

Morfologi Lebah Trigona

Budidaya trigona akan mendapat manfaat antara lain : 1)


manfaat ekologis : proses penyerbukan oleh lebah dalam keterkaitan
pakan, 2).manfaat ekonomi : produk produk yang dihasilkan trigona
berupa madu, propolis, bee pollen dan lain-lain, 3). manfaat sosial :
sebagai

sumber

penghasilan,

membuka

peluang

usaha

masyarakat, obyek penelitian dan sebagai potensi daerah.

bagi

Penyebaran Lebah Trigon asp di Indonesia


Penyebaran lebah tak bersengat (stingless) terdapat di daerah tropik
dan subtropik atau wilayah yang dilalui garis khatulistiwa. Di Indonesia
sendiri, penyebaran trigona sangat beraneka ragam, Sumatra ada sekitar 31
jenis, Kalimantan ada 40 jenis, Jawa 14 jenis, dan Sulawesi ada 3 jenis.
Beberapa jenis diantaranya adalah T. Minangkabau dan T. fimbriata
(Sumatra), T. apicalis dan T. incisa (Kalimantan), T. terminata dan T. incise
(Sulawesi), T. laeviceps dan T. moorei (Jawa), sedangkan di NTB
teridentifikasi 2 jenis yaitu Trigona clypearis dan Trigona sapiens.

Salah satu jenis lebah tak bersengat yang umum dan dapat
dijumpai diseluruh pelosok Indonesia adalah Trigona laeviceps. Ciri
cirinya adalah tubuh berukuran kecil, ramping, panjangnya 2,5 mm
3,25 mm. Tubuh berwarna coklat kehitaman, permukaan ventral
abdomen memiliki bulu bulu berwarna keputihan. Bagian vertek,
mesonotum serta scutellum berbulubulu berwarna hitam, terutama di
pinggir bagian belakang scutellum. Tarsusnya berbulu warna pucat,
tetapi permukaan basitarsi bagian belakang berwarna kehitaman.

Teknik Budidaya Lebah Madu Trigona sp di


Pulau Lombok
Trigona sp merupakan salah satu jenis dari genus Meliponini yaitu
jenis

lebah

madu

yang

tidak

bersengat

(stingless

bee). Trigona

mengandalkan propolis untuk melindungi sarang dari serangan predator


dan

untuk

mempertahankan

kestabilan

suhu

di

Pembudidaya trigona ditemukan di dataran rendah


hingga

ke

daerah

dataran

tinggi

(pegunungan)

dalam

sarang.

(daerah pantai)
dan

berhasil

dibudidayakan di semua lokasi.


1) Persiapan
Siapkan kotak koloni (sarang buatan), sarang alami seperti bambu,
kayu, dan palem serta peralatan untuk membelah sarang seperti pahat,
golok atau pisau. Sarang buatan mesti bersih dari kotoran dan minimalisir
celah-celah yang dapat dilewati hama dan semut atau dari binatang yang
mengganggu.
Gambar 1. sarang alami dari lebah trigona

Sarang alami dari bambu

Sarang alami dari pohon palem

2) Pembuatan Stupe
Teknik budidaya lebah madu trigona sangat mudah. Peralatan
yang harus disiapkan dalam membudidayakan trigona adalah sarang
(stup), tali tambang, pisau kikis, mangkuk, saringan dan tempat
hasil perasan madu. Pembuatan stup dibutuhkan papan kayu
dengan ketebalan kayu 2 cm dan paku. Pembuatan stup lebah
madu Trigona sp menggunakan kayu dengan ketebalan 2 cm
karena

untuk

menjaga

kelembaban

dan

stabilitas

sarang

(Hermawan, 2007). Jika kayu yang digunakan ketebalannya kurang


dari 2 cm, kebanyakan koloni trigona akan pergi meninggalkan
sarangnya. Stup dibuat dan didiamkan selama 3 hari, agar kondisi
suhu dan kelembaban di dalam stup menjadi stabil. Setelah 3 hari,
stup

siap digunakan. Ukuran stup yang ada digunakan di

kampung lebah adalah panjang 35 cm, Lebar 15 cm, dan Tinggi


9 cm.
Aplikasi

Proses pengambilan koloni lebah madu Trigona sp dari


alam ke dalam stup buatan
Gambar: BPTHHBK Mataram

Proses pemanenan madu dan propolis

Trigona sp
Gambar : BPTHHBK Mataram

Di lokasi kampung lebah ada terdapat beberapa bedengan yang mana


bedengan untuk tempat stupe di taruh agar menjaga dari sinar matahari dan
hujan. Dan ada sekitar 1080 stup yang ada di kampung lebah.
3) Pemindahan koloni
Pemindahan koloni dari alam ke dalam stup atau dari satu stup ke
stup lainnya merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dan
dilakukan secara hati-hati pada malam hari setelah semua koloni kembali
ke sarang atau dinihari ketika koloni belum mencari pakan.

Pemindahan koloni ini dilakukan pada malam hari kenapa karena


pada malam hari lebah sedang istirahat karena jika siang hari dilakukan
pemindahan maka semua lebah pekerja akan berhamburan keluar. Dari
hasil wawancara dengan salah satu teman KKN yaitu Suhardin. Beliau
menuturkan bahwa sebelum pemindahan dilakukan strelisasi stupe baru
dilakukan pemindahan namu secara teknis pemindahan koloni lebih
mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu, ketika
ratunya sudah dipindahkan secara otomatis angota koloni akan mengikuti
ratu berpindah tempat. Setelah semua koloni berpindah, stup yang baru
didiamkan 1-2 bulan agar koloni dapat beradaptasi dengan lingkungan
yang baru.
Setiap koloni terdiri dari ratu, lebah pekerja dan lebah jantan.
Lebah ratu merupakan satu-satunya lebah petelur seumur hidup dalam
satu koloni. Lebah pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya
tidak berfungsi sempurna/ tidak subur. Lebah pekerja mengeluarkan lilin

yang digunakan untuk membangun, membersihkan dan memelihara


sarang, menjaga sarang, menyediakan makanan, terdiri dari madu dan
tepung sari. Propolis juga digunakan untuk melindungi sarang dari
gangguan binatang lainnya.
Masa kerja lebah pekerja selama 60 hari, sejak usia 1 minggu
lebah pekerja mulai bekerja membersihkan lubang sel bekas huniannya
ketika lebah masih menjadi larva. Usia 2 minggu lebah pekerja membuat
royal jelly. Usia 3 minggu, membuat sel-sel dalam sarang. Usia 4 minggu
mengikuti lebah pekerja dewasa mencari makan di luar sarang. Usia 5
minggu lebah pekerja mencari makan untuk memenuhi kebutuhan hidup
koloni.
Stup tersusun atas beberapa bagian. Setiap bagian digunakan
untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan tempat larva.
Di

bagian

tengah

terdapat karangan-karangan

bola berisi

telur,

tempayak, dan kepongpong. Di bagian sudut terdapat bola-bola agak


kehitam-hitaman untuk menyimpan madu dan tepung.
4) Pemeliharaan
Pemeliharaan stup dilakukan sebaiknya secara rutin atau secara
priode yang mana meliputi pembersihan dari sarang semut dan laba-laba,
pengecekan kondisi stup agar terhidar dari hujan, dan dari hama
pengganggu seperi cecak, laba-laba, semut kumbang, tawon dan lainlain.
5) Pemanenan
Dari hasil wawancara dengan pak Sukardin, S.Pt dalam pemanenan
madu maupun propolis dilakukan 1-4 kali setahun atau setiap 3 bulan sekali
tergantung kondisi lingkungan, pakan, besar kecilnya stup dan kesehatan

koloni. Pemanenan umumnya dilakukan dengan cara tradisional, yaitu


menggunakan pisau kikis.
Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakan dimangkuk untuk
dilakukan penirisan. Penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan
tidak terlalu banyak kontak dengan tangan, lalu di peras madunya dengan
menggunakan alat.

Pakan Lebah
Bahan makanan lebah madu adalah dalam bentuk nektar, polen,
dan honeydew (Sihombing, 2005).
Nektar
Nektar meruapakan cairan manis yang dieksresikan oleh tanaman
pada bagian bunga atau daun. Kadangkala nektar di gantikan dengan
embun madu (honey dew), yaitu cairan manis yang dikeluarkan oleh kutu
tanaman yang termasuk dalam family Aphidhae

dan

Coccidae.

Nektar

berperan bagi lebah madu sebagai sumber energi yang penting untuk
melakukan aktivitas gerak. Kelebihan nektar akan di simapan menjadi
cadangan makan dan diproses menjadi madu (Marhiyanto, 1999).
Polen
Polen adalah alat reproduksi jantan tumbuhan yang mengandung
protein tinggi. polen

dikonsumsi

oleh

lebah

madu

terutama

sebagai

sumber protein dan lemak, sedikit karbohidrat, dan mineral mineral.


Kandungan protein kasarnya rata rata 23 % dan mengandung semua
semua asam asam amino esensial maupun asam asam lemak
esensial (Sihombing, 2005). Meskipun kadar protein dari polen berbagai
bunga bervariasi dari yang rendah sampai yang tinggi (19,8 %), lebah

madu mengumpulkan tepung sari dari berbagai sumber bunga sehingga


mendapatkan campuran

tepung

sari

dengan

kadar

protein

yang

tanaman/tumbuhan

yang

seimbang dan selalu sama (Winarno, 1981).


Sumber Pakan Trigona
Tanaman

pakan

lebah

merupakan

menghasilkan pangan bagi lebah madu (Kasno, 2001). Semua jenis


tanaman

berbunga

(tanaman hutan,

tanaman

pertanian,

tanaman

perkebunan, tanaman holtikultura, dan tanaman liar) yang megandung


unsur nektar sebagai bahan madu, polen, dan resin sebagai bahan
propolis dapat dimanfaatkan sebagi sumber pakan lebah (Sarwono,
2001). Sumber pakan Trigona bisa dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tanaman Sumber Resin, Polen, dan Nektar


Nama Tanaman
Damar (Agathis spp.)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Cemara (Casuarina spp.)
Meranti (Shorea spp.)
Manggis (Carciona mangostana)
Kemenyan (Dioscorea oppositifolia)
Kenari (Canarium commune)
Pala (Myristica fragrans)
Pinus (Pinus merkusii)
Rasalama (Altingia excelsa)
Sawo (Achras zapota)
Singkong (Manihot uttilisima)
Akasia (Acacia mangiums)
Alpukat (Persea americana)
Bungur (Lagerstroemia speciosa)
Belimbing (Averhoa spp.)
Cabe (Capaicum spp.)
Durian (Durio zibethinus)
Jagung (Zea mays)
Jambu batu (Psidium guayana)
Jambu air (Eugenia javanica)
Jengkol (Phitecollobium jiringa)
Kaliandra (Calliandra callothirsus)
Kapuk (Ceiba pentandra)
Kebembem (Mangifera odorata)
Kedondong (Spondias cytherea)
Kelapa (Cocos nuchifera)
Kemiri (Alaeurites mollucana)
Keruing (Diptercapus spp.)
Lamtoro (Leuceuna leceucephala)
Lengkeng (Nephelium nonganum)
Mangga (Mangifera indica)
Markisa (Passiflora spp.)
Melinjo (Gnetum gnemon)
Palem (Cyrtostachys lakka)
Pepaya (Carica papaya)
malu (Mimosa pudica)
Petai (Parkia speciosa)
Pisang (Musa paradisiaca)
Rambutan (Niphelium lapeceum)
Salam (Eugeunia polyanta)
Sengon (Albizzia falcataria)
Soka (Ixora paludosa)
sumber : (Sihombing,2005; Siregar et al., 2011)

Sumber
Resin, nektar, polen
Resin, polen
Resin
Resin
Resin, nektar, polen
Resin
Resin
Resin, polen
Resin
Resin
Resin
Resin, nektar, polen
Nektar
Nektar
Polen
Nektar, polen
Nektar
Nektar
Polen
Polen
Nektar, polen
Polen
Nektar, polen
Nektar
Nektar, polen
Nektar, polen
Nektar, polen
Nektar,polen
Nektar
Polen
Nektar, polen
Nektar
Polen
Nektar, polen
Nektar, polen
Polen Putri
Polen
Polen
Nektar
Nektar, polen
Nektar, polen
Polen
Polen

Aktivitas Pencarian Pakan

Aktivitas lebah madu mulai keluar dari sarang mulai dari


pukul 05:30 sampai dengan Pukul 18:19. Sebelum melakukan aktivitas,
lebah madu akan berdiri di depan sarang

untuk

menghangatkan

badanya sebelum terbang. Apabila kondisi alam tidak memungkinkan


lebah keluar dari sarang, misalnya hujan dan angin kencang makan
lebah tidak melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dalam
sarang (Solihah, 2005).
Aktivitas

Pengambilan

Nektar,

Polen,

dan

Resin

Menurut

Sumoprastowo dan Suparto (1980), pada waktu matahari terbit sampai


pukul 08:00 bunga banyak yang mengeluarkan nektar sehingga pada
waktu tersebut terlihat

banyak

lebah

yang

mencari

nektar,

sedangkan pada siang hari hari yang panas nektar sudah tidak ada
karena menguap, sehingga lebah lebih banyak mencari polen, dan mulai
mencari lagi dari pukul 17:00 sampai menjelang malam.Diantara
sekian

banyak

lebah

pekerja

ada

yang

hanya

mengumpulkan

nektar, ada juga yang mengumpulkan polen saja, tetapi ada juga
yang

mengambil

polen

dan

nektar sekaligus (Morse dan Hooper,

1985).
Pada pengambilan polen, seekor lebah pekerja harus mengunjungi
banyak bunga agar proses pembentukan pellet dapat berlangsung secara
berangsur angsur. Tubuh lebah dipenuhi dengan bulu bulu halus,
sehingga pada saat lebah mengunjungi bunga, butir butiran polen
yang menempel pada bulu tubuh lebah merupakan polen penyerbukan
sedangkan pada polen yang di bawa pada kakinya merupakan
bahan makanan untuk koloninya (Sarwono, 2001). Aktivitas lebah
madu dalam mencari tepungsari berkisar enam menit sampai tiga jam.

Lebah madu mengunjungi 8 100 bunga

(Gomeraj,

1983).

Untuk

menstabilkan ikatan butiran tepung sari selama penerbangan, lebah


madu menambahkan sejumlah madu pada tepung sari tersebut
(Winarno, 1981).
Pada iklim tropis lebah madu pekerja mengumpulkan polen
pada pagi hari dapat mencapai 22% sampai 50%, sedangkan sore hari
hanya dapat mengumpulkan 7%

- 10%. Hal tersebut disebabkan

pada pagi hari pada umumnya polen yang tersedia lebih banyak
dibandingkan

pada

sore

hari

(Nugroho,

1993).Ketersediaan polen

pada satu jenis bunga berpengaruh terhadap kunjungan lebah ke bunga


tersebut (Crane, 1975).
Pengumpulan resin adalah bagian dari aktivitas Trigona, lebah
pekerja yang mengambil resin sekitar 10% dari jumlah lebah pekerja di
satu koloni. Namun untuk perbandingan aktivitas pengambilan resin dan
polen pada pagi dan sore hari aktivitas pengambilan polen lebih banyak
dari pada pengambilan resin, tapi ketika hari sudah siang aktivitas
pengambilan resin lebih banyak daripada pengambilan polen (Wallace
dan Lee, 2009).
Resin tanaman adalah sumber daya penting untuk bahan
bangunan sarang lebah. Namun

sumberdaya

resin

kebanyakan

cenderung terbatas dan bertahan sebentar, resin sumberdaya satu


pohon hanya untuk persediaan 2 3 bulan untuk kebutuhan
Trigona. (Wallace et al., 2008).
Pengaruh Lingkungan Terhadap Aktivitas Trigona
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kegiatan harian lebah
madu di dalam mencari makan adalah suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan angin dan intensitas cahaya (Sulaksono et al., 1986).

Temperatur

lingkunganmempengaruhi

terhadap

aktivitas

lebah

pekerja dalam mencari makanan. Temperatur sekitar berpengaruh terhadap


aktivitas lebah, aktivitas tersebut meliputi pencarian makanan, perawatan
keturunan, dan pembesaran koloni. Temperatur meningkat mengakibatkan
penurunan aktivitas lebah dalam mencari pakan (Mani, 1972). Aktivitas
pencarian nektar, tepung sari dan air tergantung cuaca dan kebutuhan
koloni. Lebah madu aktif mencari nektar dan tepung sari pada kisaran 20- 26
C (Gojmerac, 1983).
Meningkatnya temperatur lingkungan menyebabkan aktivitas mencari
makanan menurun

karena

lebah

secara

naluriah

sudah

dapat

memperhitungkan bahwa pada suhu yang semakin tinggi maka energi


yang

dibutuhkan

sedangkan

untuk

nekatar

ketersediaaanya

di

terbang

mencari makan

merupakan
alam

sumber

(Gojmerac,

1983).

semakin

besar,

hanya

sedikit

energi
Aktivitas

lebah

madu

pekerja akan menurun bila suhu lingkungan semakin panas. Peningkatan


suhu

lingkungan

penguapan

juga menyebabkan

sehingga

volume

nektar

dari

bunga

nektar menurun.

mengalami

Hal

tersebut

mengakibatkan kadar air nektar pada bunga berkurang, sehingga kadar


gulanya mengalami peningkatan (Nugroho, 1993).
Pengaruh

lingkungan

dapat mempengaruhi
langsung

terhadap

secara

dapat mempengarui

langsung
aktivitas

intensitas
dan

pengumpulan

tidak

terbang,

langsung,
tingkat

dan

polen
secara
pola

konsumsi. Secara tidak langsung dapat berupa produksi polen bunga,


temperatur lingkungan sangat mempengaruhi jumlah konsumsi makanan
lebah

madu,

dan

dengan

demikian

akan

mempengaruhi tingkat

pengumpulan makanan (polen dan nektar) dari lapangan. Kelembaban,


temperatur, kecepatan angin, dan intensitas cahaya bepengaruh sangat
nyata terhadap aktivitas terbang lebah (Sihombing, 2005).

Suhu ideal untuk lebah terbang adalah antara 16 C dan 26


C. Namun suhu bukanya salah satu faktor yang menguntungkan untuk
terbang

karena

ada

faktor kelembaban lingkungan yang paling penting

untuk kegiatan penerbangan. (Hilario et al., 2003). Aktivitas pembuangan


sampah lebih banyak dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Dan aktivitas
lebih tinggi ketika pada musim panas daripada di musim dingin (Hilario
et al., 2003).
Trigona tidak bisa bertoleransi dengan suhu rendah, tetapi Trigona
bisa bertahan pada suhu 34 - 36C karena itu Trigona lebih kuat pada suhu
panas ketimbang Apis. Lebah Trigona tidak tahan dengan temperatur
dingin,

tapi

ketika

temperaturpanas Trigona akan mengepak sayapnya

untuk menurunkan suhu tubuhnya (Amano, 2004). Ada korelasi positif antara
radiasi matahari danjumlah lebah dalam koloni yang datang
bebannektar

dan

air. Dikaitannya

dengan

kelembaban

relatif

dengan
adalah

korelasipositif untuk mengangkut serbuk sari,dan resin dan sampah domestik


dengan

temperatur,

meskipun

pengaruh

perilakupenerbangan

lebah,

berkorelasi positifhanya untuk mengumpulkan nektar dan air (de Olivera


et al., 2012). Lebah terbang di intensitas cahaya rendah, meskipun
jumlah

yang

lebih

tinggi

dari

20.000 lux (Hilario et al., 2001).

lebah meninggalkan sarang melampaui

Produk Trigona
Produk dari lebah madu yang dapat dimanfaatkan untuk menambah
nilai hasil dari perlebahan adalah madu, bee pollen dan propolis (Sihombing,
2005).
a. Propolis
Propolis merupakan resin lengket yang dikumpulkan oleh lebah dari
kuncup, kulit kayu, dan dari bagian lain tumbuhan (Gojmerac, 1983).
Propolis

merupakan produk

alami

lebah

yang

menunjukkan

efek

antimikroba (Dharmayanti, 2000). Lebah madu memerlukan propolis karena


lebah madu rentan terhadap infeksi bakteri dan virus (Chinthalapally dan Rao
Valhalla, 1993).
Secara kimia, propolis sangat kompleks dan kaya akan senyawa
terpena, asam benzoat, asam kafeat, asam sinamat dan asam fenolat.
Propolis juga mengandung flavonoid yang sangat tinggi sehingga banyak
peneliti lebih memilih propolis sebagai senyawa flavonoid (Chinthalapally et
al., 1993). Keragaman jenis tumbuhan asal resin merupakan faktor
utama yang menimbulkan perbedaan komposisi senyawa kimia yang
terdapat

dalam

propolis.

Perbedaan

komposisi

ini

menimbulkan

perbedaan warna dan aroma pada jenis propolis yang berbeda. Aroma yang
tercium merupakan aroma senyawa aromatis yang bersifat volatil yang
terkandung

dalam propolis

(Salatino

et

al.,

2005).

Trigona

jarang

diternakkan karena menghasilkan madu yang sedikit namun Trigona


menghasilkan propolis lebih banyak daripada Apis spp. (Fatoni, 2008).
b. Madu
Madu adalah cairan alami yang umumnya memiliki rasa manis,
dihasilkan oleh lebah madu, dari sari bunga tanaman (floral nectar)

atau bagian lain dari tanaman (extra floral nectar) atau ekskresi serangga
yang berkhasiat dan bergizi tinggi. Madu tersusun atas beberapa senyawa
gula

seperti

glukosa

dan

fruktosa

serta

sejumlah mineral seperti

magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, belerang, besi dan fosfat. Madu
juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubahubah sesuai dengan kualitas nektar dan serbuk sari. Di samping itu,
dalam madu terdapat pula sejumlah kecil tembaga, yodium, dan seng serta
beberapa jenis hormon (Sambodo, 2009).
Ketersediaan simpanan nektar berupa madu di dalam sarang
dalam jumlah banyak akan merangsang pertumbuhan koloni yang lebih baik,
baik dalam membuat sarang

penyimpanan

madu

maupun

untuk

menempatkan telur dan perkembangan larva menjadi pupa (Perusahaan


Umum Perusahaan Kehutanan Negara, 1993). Lebah madu

Trigona spp.

Menghasilkan jumlah madu yang sedikit bila dibandingkan dengan lebah


Apis spp. Sarang lebah Trigona spp. menghasilkan madu kurang lebih 1
kg/tahun

sedangkan

Apis

spp.

Menghasilkan

madu

mencapai

75

kg/tahun. Madu yang dihasilkan Trigona spp. mempunyai aroma khusus,


campuran rasa manis dan asam seperti lemon. Aroma madu tersebut
berasal dari resin tumbuhan dan bunga yang dihinggapi lebah (Fatoni,
2008).
c. Bee Pollen
Polen digunakan untuk berbagai tujuan.Salah satu pengguna besar
adalah untuk diberi kembali lagi kepada lebah saat polen di lapangan
langka.Untuk

tujuan penyerbukan polen dibutuhkan dari tumbuhan

tertentu.Sebagai sumber protein untuk lebah itu sendiri (Sihombing, 2005).


Ketersediaan polen di sarang yang cukup akan menghasilkan
individu lebah pekerja yang sehat dan berumur panjang, kandungan

protein

polen

merupakan penentu kualitas pakan bagi lebah

(Perusahaan Umum Perusahaan Kehutanan Negara, 1993).

madu

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimplan pada pratikum ini dianaranya :
a. Peternak dapat memanfaatkan lahan kering sebagai media beternak
lebah madu Trigona karena tidak membutuhkan banyak tempat dan
pemeliharaannya tidak susah serta produk yang dihasilkan lebah madu
ini merupakan produk yang sangat dicari sehingga memiliki prospek
yang bagus untuk dijadikan usaha.
b. Dari hasil panen terdapat 3 jenis produk antara lain madu, propolis
dan beep pollen.
c.

Dalam satu koloni terdiri dari ratu lebah yang ukurannya lebih besar
dari lebah yang lain, lebah jantan dan lebah pekerja yang merupakan
lebah betina yang mana alat reproduksinya kurang berfungsi normal.

5.2.Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu :
a. Dalam menjalankan praktikum praktikan harus tepat waktu
b. Pengarahan dari pembimbing dalam pengarahan agar peternak dapat
kumpul sehingga dapat melakukan wawancara untuk dapat
memperoleh informasi.

DAFTAR PUSTAKA
Eltz, T (2001) Ecology of Stingless Bee (Apidae, Meliponini) in Lowland
Dipterocarp Forest in Sabah, Malaysia, and an Evaluation of Logging
Impact on Populations and Communities. Dissertation. Univer-sitaet
Wuerzburg, Munchen.
Francoy TM, Silva RAO, Nunes-Silva P, Menezesand C, Imperatriz-Fonseca VL
(2009)
Gender identification of five genera of stingless bees (Apidae, Meliponini)
based on wing morphology. Genet Mol Res 8(1): 207-214.
Nagamitsu T, Inoue T (1998) Interspecific morphological variation in stingless bees (Hymenoptera: Apidae, Meliponinae) assosiated with floral
shape and location in an Asian Tropical Rainforest. Entomological
Science 1: 189-194.
Stingless Bees Species, is Influenced by the Repro-ductive State of a Colony.
Psyche 2010: Article ID 241204, 16p.
Sakagami S, Inoue T, Yamame S, Salmah S (1983) Nest architecture and
colony composition of Sumatran
Sakagami SF, Inoue T (1989) Stingless bee of the genus Trigona (Subgenus
Geniotrigona) (Hymenoptera, Api-dae) with description of T. (G) incise sp. Nov. from Sulawesi. Jap J Entomol 57: 605-620.
Sforcin JM (2007) Propolis and the im-mune system: a review. J Ethnopharmacol 113(1): 1-14
Sforcin JM, Bankova V (2011) Propolis: Is there a potential for the
development of new drugs? J Ethnopharmacol 133(2): 253-260.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai