Jurnal Dany
Jurnal Dany
Abstrak: Pengumpulan data klon ubi kayu dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan
survei di Way Kanan, Lampung Tengah, Lampung Utara, Pringsewu, Tanggamus, dan
Metro). Penentuan kabupaten dilakukan dengan metode acak terarah berdasarkan luasan
budidaya. Pengambilan sampel desa dilakukan melalui rancangan sampling non-probablitas,
yaitu sampling kebetulan (accidental sampling). Data mengenai nama lokal, umur tanaman,
dan penggunaan klon yang dibudidayakan diperoleh melalui wawancara kepada petani yang
dijumpai di lokasi penelitian, sedangkan data deskripsi karakteristik morfologis karakteristik
vegetatif didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan dengan standarisasi yang
ditetapkan oleh International Institute of Tropical Agriculture (IITA) yaitu “Selected
Morphological and Agronomic Descriptors for the Characterization of Cassava”. Analisis
klaster dilakukan untuk mengetahui struktur populasi suatu kelompok individu termasuk
kemiripan (similarity) atau jarak genetik (distance) dan penyebaran kelompok tertentu dalam
populasi dengan menggunakan software SPSS Statistics 23. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, ditemukan 15 klon dari 6 kabupaten/kota, di Kabupaten Lampung Tengah
ditemui 3 klon ubi kayu (Barokah, Thailand (UJ-3), dan Kasetart (UJ-5)), Tanggamus 2 klon
(Martapuro dan Baturaja), Pringsewu 2 klon ( Melati dan Pringsewu-1), Way Kanan 3 Klon
(S.R. Lowo, Way Kanan -1 dan Way Kanan-2), Kota Metro 2 klon (Manalagi dan Klenteng)
dan di Lampung Utara 3 klon (Roti, Udang, dan Ketan). Setelah dilakukan analisis klaster
terdapat 8 level kemiripan, klon yang memiliki tingkat kesamaan karakter terbesar adalah
klon Martapuro dan S.R Lowo.
Kata kunci: Deskripsi klon, ubi kayu (Manihot esculenta Crantz), inventarisasi
Abstract: Data collection of cassava clones in this research was carried out by conducting surveys in Way
Kanan, Central Lampung, North Lampung, Pringsewu, Tanggamus, and Metro. Determination of districts is
done by using a randomized method based on the area of cultivation. Sampling of location was carried out
through a non-probability sampling design, namely accidental sampling. Data on local names, age of plants,
and use of cultivated clones were obtained through interviews with farmers found in the research location, while
data on descriptions of vegetative morphological characteristics were obtained through direct field observations
with standards set by the International Institute of Tropical Agriculture (IITA), namely “Selected Morphological
and Agronomic Descriptors for the Characterization of Cassava”. Cluster analysis was conducted to determine
the population structure of a group of individuals including similarity or genetic distance and the distribution of
certain groups in the population using SPSS Statistics 23 software. Based on the research that has been
conducted, 15 clones were found from 6 districts/cities, in Central Lampung Regency found 3 cassava clones
(Barokah, Thailand (UJ-3), and Kasetsart (UJ-5)), Tanggamus 2 clones (Martapuro and Baturaja), Pringsewu 2
clones (Melati and Pringsewu-1), Way Kanan 3 clones (S.R. Lowo, Way Kanan -1 and Way Kanan-2), Metro
had 2 clones (Manalagi and Klenteng) and 3 clones in North Lampung (Roti, Udang, and Ketan). After
conducting cluster analysis, there were 8 levels of similarity, the clones with the highest level of character
similarity were Martapuro and S.R Lowo clones.
produk makanan tersebut, ubi kayu sebagai kurang dari 10.000 Ha yang mewakili
bahan baku utama sangat berpengaruh kabupaten sentra industri olahan makanan,
terhadap cita rasa. Klon yang digunakan sehingga diperoleh sampel kabupaten
sebagai bahan baku tersebut berbeda antara Lampung Tengah, Lampung Utara, dan
satu dengan yang lain. Hal ini Way Kanan yang mewakili sentra industri
mengindikasikan bahwa di Provinsi tapioka, Kota Metro, Kabupaten
Lampung terdapat klon ubi kayu yang Pringsewu, dan Tanggamus.
beragam. Beragamnya klon ubi kayu yang Demikian pula halnya dengan
tersebar tersebut sampai saat ini belum pengambilan sampel desa untuk masing-
dapat dipastikan berapa jumlahnya dan masing kecamatan, pengambilan sampel
bagaimana karakter genetiknya. Setiap petani dilakukan melalui rancangan
kabupaten memiliki nama lokal, padahal sampling non-probablitas, yaitu sampling
tidak menutup kemungkinan yang kebetulan (accidental sampling) (Eunike,
dimaksud adalah klon yang sama. 2013). Berdasarkan petani pertama yang
Sehingga diperlukan pendataan yang jelas dijumpai ditetapkan petani kedua melalui
supaya diketahui keragaman aktual klon informasi yang diperoleh dari petani
ubi kayu di Provinsi Lampung. Deskripsi pertama.
klon beserta potensi penggunaannya ke
depan diharapkan dapat dijadikan rujukan Data penelitian diperoleh melalui
bagi petani untuk dapat membudidayakan wawancara kepada petani yang dijumpai di
klon ubi kayu sesuai dengan kebutuhan lokasi penelitian meliputi nama lokal,
industri. Sehingga setiap permintaan umur tanaman, dan informasi lain seperti
sektor industri baik tapioka maupun olahan rasa dan lain-lain. Setiap lokasi yang
pangan dapat terpenuhi dan kualitas dari diamati diwakili oleh satu tanaman untuk
produk-produk tersebut dapat ditingkatkan. setiap klon ubi kayu, yang diambil secara
acak tidak sistematis dengan memilih
tanaman sehat yang secara rata-rata
tumbuh dengan baik dan diusahakan bukan
METODOLOGI tanaman pinggir. Tanaman yang diamati
adalah tanaman yang telah berumur
Penelitian ini dilaksanakan dengan
minimal 6 bulan. Informasi umur tanaman
melakukan survei pada areal pertanaman
tersebut diperoleh dari petani, selain
ubi kayu di 6 kabupaten di Provinsi
tampilan vegetatif dari tanaman yang telah
Lampung, yaitu. Way Kanan, Lampung
berumur 6 bulan juga bisa diamati karakter
Tengah, Lampung Utara, Pringsewu,
ubinya. Penelitian ini menggunakan
Tanggamus, dan Metro. Penelitian
metode deskriptif yaitu mengidentifikasi
dilaksanakan pada bulan Desember 2018–
karakter klon tanaman ubi kayu yang
April 2019.
ditemukan.
Alat-alat yang digunakan dalam
Data yang dikumpulkan terdiri dari
penelitian ini adalah cangkul, jangka
data primer yang diperoleh melalui
sorong, meteran, mistar, alat tulis, spidol,
pengamatan langsung di lapangan yaitu
cutter, label, dan kamera digital
genotip-genotip ubi kayu yang ditemukan,
Penentuan kabupaten yang dipilih lalu diamati secara morfologis karakteristik
menjadi sampel ditentukan melalui metode vegetatifnya yang menjadi penciri antara
acak terarah berdasarkan luasan budidaya, satu genotip dengan genotip lainnya.
3 sampel diwakili oleh kabupaten dengan Pengamatan dilakukan pada batang,daun,
luasan budidaya lebih dari 10.000 Ha yang dan ubi meliputi:
mewakili sentra produksi tapioka dan 3
sampel diwakili kabupaten dengan luasan
yang digunakan untuk produksi tapioka (53,3%), epidermis berwarna coklat muda
berbentuk Lancelote. juga cukup banyak ditemukan (40%), dan
1 klon berwarna coklat tua (6,7%).
Warna tulang daun yang paling
mendominasi adalah hijau (40%) dan hijau Berdasarkan data penelitian terdapat 4
kemerahan kurang dari setengah lobus warna kulit ubi yang ditemukan di
(33,3%), sisanya berwarna hijau lapangan yaitu, putih (13,3%), cream
kemerahan lebih dari setengah bagian (20%), coklat gelap (26,7%) dan coklat
lobus (13,3%), dan hijau kemerahan terang (40%). Klon Ubi kayu untuk
(6,6%). Baik klon ubi kayu yang produksi tapioka lebih banyak berwarna
diperuntukan sebagai bahan baku tapioka putih, hanya klon Kasetsart (UJ-5) saja
maupun ubi kayu makan memiliki warna yang berwarna krim. Sementara itu ubi
tulang daun yang cukup beragam. kayu makan memiliki warna yang
beragam, namun tidak ada klon yang kulit
Warna tangkai daun menunjukan warna ubinya berwarna putih.
hijau (40%) dan ungu (33,3%) paling
banyak ditemukan, sisanya hijau (20%) Bentuk ubi yang paling banyak
dan merah (6,7%). Klon yang digunakan ditemukan adalah cylindrical dan conical
untuk produksi tapioka berwarna merah cylindrical (40%), sisanya berbentuk
dan hijau kemerahan, klon ubi kayu makan conical (20%). Klon ubi kayu untuk
memliki warna yang beragam namun tidak produksi tapioka sebagian besar memiliki
ada klon dengan tangkai daun berwarna ubi berbentuk cylindrical (Kasetsart (UJ-5)
merah, sebagian besar berwarna ungu. dan Barokah), hanya klon Thailand (UJ-3)
yang memiliki ubi berbentuk conical.
Variabel kulit luar batang menunjukan Tidak ada klon ubi kayu tapioka yang
keragaman, yang paling banyak ditemukan ubinya berbentuk conical cylindrical,
coklat terang (33,3 %) terbanyak kedua sementara klon ubi kayu makan memiliki
silver (26,7%), hijau kekuningan dan abu- bentuk ubi yang beragam.
abu mempunyai persentase yang sama
(13,3%), sisanya keemasan (6,7%). Klon Kebanyakan klon yang ditemukan
ubi kayu yang diperuntukan untuk mempunyai warna korteks ubi cream
produksi tapioka berwarna coklat terang (86,7%), sedikit klon yang berwarna merah
dan silver sementara klon ubi kayu makan muda (13,3%). Baik klon ubi kayu makan
mempunyai warna kulit luar batang yang maupun klon ubi kayu bahan baku tapioka
lebih beragam. sebagian besar berwarna cream.
Kecamatan Bumi Ratu Nuban. Semua klon 27% dengan potensi hasil 20-35 t/ha dan
yang ditemukan diperuntukan memenuhi dapat dipanen pada umur 8-10 bulan. Klon
bahan baku industri tapioka. Hal tersebut ini banyak ditanam di Provinsi Lampung
dikarenakan Lampung Tengah merupakan untuk memenuhi kebutuhan industri
kabupaten dengan luasan pertanaman dan tapioka.
produksi ubi kayu tertinggi di Provinsi Klon ubi kayu Kasetsart memiliki
Lampung. Sebagian besar pabrik tapioka karakter daun berwarna hijau gelap,
juga terletak di kabupaten ini, yang berbentuk lancelote, dengan 7 lobus, warna
berpengaruh terhadap klon yang ditanam tunas pucuk hijau keunguan, dan warna
berorientasi pada pemenuhan bahan baku tulang daunnya hijau. Kulit luar batangnya
produk tersebut. Klon Thailand dan berwarna perak, dengan korteks berwarna
Kasetsart sampai saat ini merupakan klon hijau gelap, warna epidermisnya coklat
yang paling umum dibudidayakan untuk muda, dan warna batang pada ujung
pemenuhan kebutuhan industri tapioka percabangan berwarna hijau. Kulit ubinya
dikarenakan daya hasilnya tinggi. coklat terang dengan korteks cream, ubi
Klon Barokah memiliki karakter daun berwarna putih berbentuk silinder. Kadar
berwarna hijau gelap, berbentuk lancelote, pati klon ini cukup tinggi yaitu 19-30%
dengan tunas pucuk hijau keunguan, warna dengan potensi hasil 25-38 t/ha dan
tulang daunnya hijau kemerahan kurang dipanen pada umur 9-10 bulan.
dari setengah lobus. Karakter batangnya
kulit luar berwarna coklat terang, warna B. Kabupaten Tanggamus
korteksnya hijau terang, warna epidermis
cream, dan warna pada akhir percabangan Terdapat dua klon ubi kayu yang di
hijau keunguan. Berdasarkan karakter ubi, temukan di Kabupaten Tanggamus, di
klon barokah memiliki kulit ubi berwarna Desa Sukajaya, yaitu klon Martapuro dan
putih juga dengan warna korteks ubi , Baturaja disajikan pada Tabel 18.
ubinya berwarna cream dengan bentuk Klon Martapuro mempunyai daun
silinder. Klon Barokah berdasarkan berwarna hijau gelap dengan bentuk
informasi dari petani setempat memiliki lancelote, warna tunas pucuk hiau
produksi yang lebih tinggi dari Klon keunguan, dan warna tulang daun hijau.
Thailand dan Kasetsart akan tetapi kadar Kulit luar batangnya berwarna coklat
patinya lebih rendah. terang, korteks batang berwarna hijau
gelap, epidermis batang coklat muda, dan
Klon Thailand memiliki daun dengan warna batnag pada ujung percabnagan
karakter tunas pucuknya berwarna hijau hijau. Ubinya berbentuk kerucut silindris,
muda, daun berwarna hijau gelap kulit luarnya berwarna coklat terang,
berbentuk lancelote, lobusnya berjumlah 5, dengan korteks berwarna krim/putih dan
dan warna tulang daunnya hijau ubinya berwarna cream.
kemerahan. Berdasarkan karakter batang
korteksnya berwarna hijau terang, warna Klon Baturaja memiliki daun dengan
kulit luar batang coklat terang, karakter berwarna hijau terang, berbentuk
epidermisnya berwarna cream, dan warna lancelote, lobus berjumlah 7, tulang daun
batang pada ujung percabangannya hijau. berwarna hijau kemerahan kurang dari
Klon Thailand memiliki kulit ubi berwarna setengah lobus, dan warna tunas pucuk
coklat terang dengan korteks berwarna hijau muda. Warna kulit luar batangnya
cream, ubinya berwarna cream dan keemasan dengan korteks hijau terang,
berbentuk kerucut. Klon ubi kayu Thailand epidermis berwarna coklat muda, dan
(UJ-3) merupakan klon introduksi dari warna pada batang di ujung percabangan
Thailand yang dirilis 25 Februari 2000. berwarna hijau.
Kadar pati klon ini cukup tinggi yaitu 20-
mempunyai warna kulit luar hijau dalam skor angka mengacu pada panduan
kekuningan, korteks hijau terang, karakterisasi ubi kayu Fukuda, dkk.
epidermis coklat muda, dan warna batang (2010). Karakter kualitatif dibuat analisis
pada ujung percabangan hijau. Bentuk ubi Klaster menggunakan software SPSS
silinder dengan warna kulit luar coklat Statistics 23.
gelap, korteks dan daging ubi berwarna Nilai koefisien pada Tabel 1
krim. menyatakan jarak (distance) antarklon
yang dibandingkan. Semakin kecil nilai
F. Kabupaten Lampung Utara koefisien, maka nilai kesamaan
Di Kabupaten Lampung Utara (similiarity) semakin tinggi artinya
ditemukan 3 klon yaitu Klon Roti, Udang, semakin banyak kesamaan karakter yang
dan Ketan. Ketiga klon tersebut merupakan dimiliki antar kedua klon. Sebaliknya, jika
ubi kayu makan. Klon ketan memiliki daun nilai koefisen semakin tinggi maka
berbentuk lancelote dengan warna hijau karakter klon semakin berbeda. Nilai
gelap, warna tunas pucuk hijau keunguan, koefisien ini juga menggambarkan tingkat
dan warna tulang daun hijau kemerahan. keberhasilan jika klon tersebut di
Warna luar batang hijau kekuningan, silangkan, semakin rendah nilai koefisien
korteks batang hijau terang, epidermis semakin tinggi tingkat kesuksesan
batang coklat muda, dan warna batang penyilangan. Sebaliknya semakin tinggi
pada ujung percabangan hijau. Ubinya nilai koefiesiennya maka hasil penyilangan
berbentuk silinder dengan warna kulit luar akan semakin beragam. Dalam pemuliaan
coklat gelap, korteks dan warna ubi krim. tanaman semakin tinggi keragaman yang
ditimbulkan maka semakin mudah pemulia
Klon Roti memiliki daun berbentuk
untuk menentukan karakter yang
obovate lancelote, berwarna hijau gelap,
diinginkan untuk kemudian dikembangkan
tulang daun berwarna hijau kemerahan,
menjadi klon unggul.
dan warna tunas pucuknya ungu.
Batangnya mempunyai kulit luar berwarna Tabel 1. Kombinasi kekerabatan 15 klon
perak, korteksnya hijau gelap, epidermis ubi kayu
krim, dan warna batang pada ujung Kombinasi Kelompok Nilai
percabnagan hijau keunguan. Ubinya No Aksesi Klon A Klon B koefisien
berbentuk kerucut, kulit luar, korteks, dan 1 Barokah 4 10 0.104
daging ubi berwarna krim. 2 Thailand 8 9 2.029
3 Kasetsart 3 7 2.029
Klon Udang mempunyai bentuk daun
4 Martapuro 4 6 2.081
lurus, berwarna hijau gelap, lobusnya
5 Baturaja 8 11 2.174
berjumlah 7, warna tulang daun hijau, dan 6 Pringsewu-1 12 13 3.590
warna tunas pucuknya hijau keunguan. 7 Melati 2 5 4.242
Batangnya mempunyai kulit luar berwarna 8 Way Kanan 1 8 14 4.569
perak, korteks hijau gelap, epidermis krim, 9 Way Kanan-2 4 8 6.453
dan warna batang pada ujung percabangan 10 S.R. Lowo 2 4 9.862
hijau. 11 Klenteng 3 12 10.418
12 Manalagi 2 3 10.841
Berdasarkan data yang diperoleh, 13 Ketan 2 15 13.804
diketahui perbedaan karakter kualitatif dari 14 Roti 1 2 28.491
klon-klon ubi kayu yang tersebar 15 Udang 1 4 30.169
berdasarkan karakter daun, batang, dan
ubinya. Berdasarkan data tersebut Pada tabel tersebut diketahui bahwa
kemudian ditentukan nilai koefisien klon yang paling mirip adalah klon
kemiripan karakter kualitatifnya dengan Martapuro dan S.R Lowo, dan klon yang
mengonversi hasil pengamatan kualitatif paling rendah tingkat kemiripannya adalah
yang efektif dan efisien untuk daunnya sering digunakan sebagai sayuran
mengidentifikasi genotipe tanaman. adalah klon udang, karena pertumbuhan
daunnya yang cepat, dan tekstur daunnya
Hasil analisis klaster menunjukkan
yang disukai masyarakat.
bahwa dari 15 klon ubi kayu terbentuk 7
kelompok yang berbeda-beda, masing- Penyebaran klon tersebut
masing kelompok yang terdapat pada dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat
dendrogram memiliki ciri morfologi yang sekitar. Masyarakat yang tempat
berbeda, sehingga aksesi pada kelompok tinggalnya dekat dengan pabrik tapioka
yang sama akan memiliki penciri yang cenderung menanam klon ubi kayu dengan
berbeda dengan kelompok lain. Klon yang daya hasil dan kadar pati yang tinggi.
memiliki tingkat kekerabatan terdekat Semakin tinggi kadar pati maka semakin
yaitu klon pada kelompok I yaitu klon efisien produksi tapioka. Sebaliknya,
Martapuro dan S.R. Lowo, dengan nilai masyarakat yang tempat tinggalnya jauh
perbedaan 0,104. dengan pabrik tapioka akan cenderung
membudidayakan ubi kayu makan dengan
Klon yang terdapat pada Kelompok I
kadar HCN rendah dan mengutamakan
yaitu Martapuro dan S.R Lowo. Klon
rasa ubi dan sebagian besar menanam
Martapuro dan S.R. Lowo memiliki
untuk konsumsi rumah tangganya sendiri.
kesamaan di 6 variabel kualitatif yaitu
Masyarakat juga sering ditemui menanam
warna korteks batang (hijau gelap), kulit
ubi kayu sebagai tanaman pagar dan
luar batang (coklat terang), warna kulit ubi
sengaja terus memangkas tanaman agar
(coklat terang), warna korteks ubi (krim),
tidak tumbuh tinggi sehingga daunnya
warna ubi (krim), dan bentuk ubi (silindris
yang dimanfaatkan sebagai sayur dapat
mengerucut). Jadi dapat diketahui dalam
dengan mudah dijangkau ketika akan
penelitian ini, klon tersebut memiliki
hubungan kekerabatan terdekat. dipetik.
Dari 15 klon yang ditemui, sebagian Petani yang menjadi objek penelitian
besar merupakan klon yang digunakan kami sebagian besar telah cukup cekatan
sebagai bahan pangan non-tapioka. dalam membedakan klon yang digunakan
Terdapat 3 klon (20%) yang digunakan untuk tapioka atau konsumsi. Akan tetapi
sebagai bahan baku tapioka yaitu Klon tidak jarang petani tidak mengetahui nama
Barokah, Thailand (UJ-3), dan Kasetsart klon yang ditanam. Hal ini dikarenakan
(UJ-5). Sisanya 12 klon (80%) digunakan bibit yang mereka tanam bukan dari
sebagai bahan pangan atau industri pembelian, melainkan meminta dari satu
makanan antara lain Baturaja, Martapuro, petani ke petani yang lain tanpa tahu nama
Klenteng, Manalagi, Ketan, Roti, Udang, dan asal usul bibit tersebut. Tidak jarang
Pringsewu 1, Way Kanan 1, Way Kanan 2, pula ditemukan petani yang baik sengaja
Melati, dan S.R. Lowo. Berdasarkan atau tidak sengaja menanam beberapa klon
pengamatan lapangan Klon Thailand (UJ- dalam satu areal pertanaman. Terbatasnya
3), dan Kasetsart (UJ-5) ditemui di hampir ketersediaan bibit pada saat-saat tertentu
semua kabupaten/kota. Sangat jarang membuat petani terpaksa menanam klon
ditemui klon ubi kayu makan yang tersedia.
dibudidayakan dalam skala yang luas, Ubi kayu yang berhasil
kecuali pada lokasi-lokasi yang dekat dikarakterisasi belum dapat ditentukan
dengan sentra industri makanan seperti daya hasilnya, dikarenakan pada saat
keripik, gethuk, tapai, dan klanting. Ubi diamati terdapat perbedaan umur dan
kayu tidak hanya dimanfaatkan bagian lingkungan. Pengujian daya hasil dari
ubinya saja, daun ubi kayu cukup populer masing-masing klon meliputi kadar pati,
digunakan untuk sayuran. Klon yang amilopektin, HCN dan berbagai variabel
kuantitatif yang lain dapat diamati apabila untuk bahan baku industri makanan.
klon-klon tersebut ditanam secara
Masih terdapat klon-klon di
bersamaan di lokasi yang sama kemudian
kabupaten/kota tersebut yang belum
dibandingkan dengan klon pembanding.
teridentifikasi dikarenakan keterbatasan
Sehingga data yang diperoleh akan lebih
daya jelajah peneliti, pada saat survey
akurat.
dilakukan pemilik tanaman tidak dapat
Penggunaan klon ubi kayu secara ditemui, dan umur tanaman tidak
tepat sesuai kebutuhan industri hilir masih memenuhi syarat untuk dijadikan sampel.
perlu menempuh jalan panjang. Diduga Dengan demikian, diperlukan penelitian
masih terdapat klon yang belum lanjutan untuk mengidentifikasi lebih
teridentifikasi pada penelitian ini, hal banyak klon yang tersebar di Provinsi
tersebut dikarenakan daya jelajah peneliti Lampung dengan mengacu pada hasil
yang terbatas, dan terdapat beberapa klon penelitian ini sehingga klon yang sama
yang tidak dapat diidentifikasi karena tidak perlu diidentifikasi ulang.
umurnya belum memenuhi syarat atau Ketidakseragaman umur tanaman juga
tidak ditemukan pemiliknya. Klon ubi membuat pengujian daya hasil tidak dapat
kayu yang berhasil dideskripsikan perlu dilakukan, sehingga diperlukan penelitian
diuji daya hasil dan kandungan ubinya lanjutan untuk mengetahui daya hasil dari
secara lengkap kemudian melakukan masing-masing klon. Untuk memastikan
pengembangan. Pengembangan yang perbedaan fenotipik bukan disebabkan oleh
dimaksud adalah identifikasi lebih pengaruh lingkungan, juga diperlukan uji
mendalam meliputi keunggulan- DNA.
keunggulan klon-klon yang ditemukan.
Setelah dilakukan pengujian, maka dapat
DAFTAR PUSTAKA
dilakukan pemuliaan klon untuk
melepaskan klon unggul sesuai dengan
kondisi lingkungan dan kebutuhan bahan Astuti, Henita. 2018. Efektivitas rencana
baku industri hilir. strategis pengembangan pangan pokok
berbasis sumber daya lokal di provinsi
lampung penelitian evaluasi program
SIMPULAN DAN SARAN terhadap proses penerapan jaminan
mutu beras siger. Jurnal Kelitbangan
Berhasil diidentifikasi 15 klon dari 6 Balitbangda Lampung. 9(01): 1-2.
kabupaten/kota yaitu, Kabupaten Lampung
Atmojo, S.W. 2006. Peranan Bahan
Tengah ditemui 3 klon ubi kayu (Barokah,
Organik terhadap Kesuburan Tanah
Thailand, dan Kasetsart), Tanggamus 2
dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas
klon (Martapuro dan Baturaja), Pringsewu
Maret University Press. Surakarta.
2 klon ( Melati dan 1 klon tidak diketahui
nama lokalnya), Way Kanan 3 Klon (S.R. Badan Pusat Statistik. 2017. Lampung
Lowo dan 2 klon tidak diketahui nama Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung.
lokalnya), Kota Metro 2 klon ( Manalagi Bandar Lampung.
dan Klenteng) dan di Lampung Utara Bradbury, J.H. dan Warren, D.H. 1988.
ditemui 3 klon (Roti, Udang, dan Ketan). Chemistry of Tropical Root Crops:
Dari 15 Klon yang ditemukan, 3 klon Significance for Nutrition and
(Barokah, Thailand, dan Kasetsart) Agriculture in The Pacific. ACIAR.
diperuntukan untuk produksi tapioka dan Canberra.
12 klon (Martapuro, Baturaja, Melati,
Pringsewu-1, S.R. Lowo, Way Kanan-1, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Way Kanan-2, Manalagi, Klenteng, Roti, Tanaman Pangan. 2002. Agribisnis Ubi
Udang, dan Ketan) klon diperuntukan
Halaman Kosong