Anda di halaman 1dari 5

Judul Ethnobotany of Lontar (Borassus flabellifer L.

) in Tuamese
Village, East Nusa Tenggara
Jurnal Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI)
Volume Vol. 26 (4): 555561
Tahun Oktober 2021
Penulis Ite Morina Yostianti Tnunay , Dicky Frengky Hanas
Reviewer Lona Monica Zalianti (220311100094)
Abed Nego Ardhi Yunanto (220311100103)
Larisa Salsabilla (220311100116)
Tanggal 10 Maret 2024
Abstrak Lontar merupakan tumbuhan yang tersebar di daerah tropis dan
memiliki nilai manfaat bagi masyarakat di Desa Tuamese,
Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Namun, informasi tentang etnobotani lontar belum tersedia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan lontar di
Desa Tuamese. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara semi terstruktur dan observasi
lapangan. Data etnobotani selanjutnya dianalisis untuk
menghitung Indeks Kepentingan Budaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tuamese yang umumnya
berprofesi sebagai petani lontar menggunakan batang, daun,
bunga, dan buah sebagai bahan bangunan dan pagar, bahan
kerajinan, bahan makanan dan minuman, serta kayu bakar. Produk
nira dari bunga lontar, yaitu gula cair, gula lempeng, dan
minuman fermentasi tradisional (sopi), merupakan komoditas
unggulan yang diperdagangkan. Pemanfaatan lontar di Desa
Tuamese dikelompokkan menjadi tujuh bentuk pemanfaatan
dengan Indeks Kepentingan Budaya sebesar 151 dan tergolong
sangat tinggi. Klasifikasi
tersebut berarti lontar sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat di Desa Tuamese dan penggunaannya sudah
membudaya. Ketergantungan masyarakat terhadap lontar sangat
tinggi sehingga perlu upaya konservasi agar
keberadaan lontar tetap terjaga.
Pendahuluan Lontar (Borassus flabellifer L.) adalah tanaman dari kelompok
Arecaceae yang hidup tersebar di iklim tropis, termasuk
Indonesia. Lontar memiliki nilai tinggi karena hampir semua
bagian dapat digunakan, mulai dari akar hingga buah. Lontar
berguna sebagai makanan, bahan bangunan, perabot rumah
tangga, dan bahan seni atau budaya. Buah lontar mengandung
karbohidrat, protein, antioksidan, dan air yang digunakan sebagai
makanan alternatif. Lontar memiliki adaptabilitas tinggi terhadap
lingkungan kering. Lontar, juga dikenal sebagai siwalan,
ditetapkan sebagai identitas flora Sulawesi Selatan.
Spesies lontar di Timor Tengah Utara ditemukan di Desa
Tuamese, Kecamatan Biboki Anleu. Namun, studi etnobotani
tentang lontar di Desa Tuamese belum dilakukan dan
didokumentasikan, meskipun informasi ini penting untuk
penggunaan dan pengembangan tanaman lontar di masa depan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan studi etnobotani tentang lontar
yang ditemukan di Desa Tuamese, Kecamatan Biboki Anleu,
Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pemanfaatan lontar di Desa Tuamese.
Subjek Tanaman lontar (Borassus flabellifer L.) di Desa Tuamese,
penelitian Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan lontar
penelitian di Desa Tuamese.
Metode Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi
penelitian lapangan. Wawancara dilakukan menggunakan metode
wawancara semi-struktured dan mendalam (Tardio & de
Santayana 2008; Singh & Singh 2009). Responden diwawancarai
sesuai dengan pertanyaan yang telah disiapkan. Responden yang
digunakan adalah 10 orang yang ditentukan berdasarkan
kelompok etnis, usia: di atas 20 tahun, jenis kelamin: laki-laki dan
perempuan, serta bekerja sebagai petani lontar. Kesepuluh
responden terdiri dari 5 orang dari Sabunnese (3 pria dan 2
wanita) dan 5 orang dari Rotenesse (3 pria dan 2 wanita). Kami
juga mengembangkan pertanyaan yang disesuaikan dengan
jawaban responden. Observasi lapangan dilakukan dengan
mengamati penggunaan lontar oleh masyarakat di Desa Tuamese,
Kecamatan Biboki Anleu, Kabupaten NTT. Hasil observasi dan
bagian-bagian lontar yang digunakan kemudian
didokumentasikan.
Data etnobotani digunakan untuk menghitung Index of Cultural
Significance (ICS). ICS merupakan hasil analisis etnobotani
kuantitatif yang menunjukkan pentingnya setiap spesies tanaman
berdasarkan kebutuhan masyarakat yang meliputi 3 aspek, yaitu:
kualitas "penggunaan" (k), intensitas "penggunaan" (i) dan
eksklusivitas "penggunaan" (e). Indeks Minat Budaya dihitung
dengan rumus :
n
ICS=∑ (q1 ¿ xi 1 xe 1)n1 + ( q 2 xi 2 xe2 ) n2 +…+(q n xi n xe n)nn ¿
i=1

Hasil dan Lontar merupakan tanaman yang berumur panjang sehingga


pembahasan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh hingga tahap
produksi. Usia produktif pohon lontar untuk menyadap getahnya
antara 15-30 tahun (Kurniawan dkk. 2018). Masa pertumbuhan
dan fase produktif yang sangat panjang ini memerlukan upaya
konservasi untuk dilakukan sedini mungkin. Bagian yang
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat adalah getah
lontar karena hasil olahannya dapat dijual. Kualitas getah lontar
bervariasi tergantung pada karakteristik genetik dan metabolit
pohon, faktor lingkungan, waktu pengumpulan, kandungan
mikroba, kebersihan pribadi, dan peralatan sanitasi.
Mikroorganisme mungkin merupakan faktor penting dalam
kualitas getah lontar karena mereka menggunakan gula sebagai
substrat untuk menghasilkan asam organik dan etanol. Asam
organik ini menyebabkan reaksi inversi, sedangkan etanol
memiliki rasa tidak enak dari getah lontar. Senyawa
methylacetophenone yang diisolasi dari getah lontar berperan
sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, Mycobacterium smegmatis, dan Staphylococcus simulans
(Kurniawan et al. 2018). Pemanfaatan lain dari lontar adalah
sebagai bahan baku karena batangnya digunakan sebagai tiang
selang, kayu atap, pagar, dan tempat duduk. Intensitas
pemanfaatan lontar sebagai bahan utama cukup tinggi karena
umumnya masyarakat mengambilnya langsung dari pohon di
sekitar rumah dan memanfaatkannya sesuai kebutuhan.
Pemanfaatan lontar sebagai bahan sekunder terlihat pada
penggunaan daun untuk tali pengikat dan helaian daun untuk atap
dengan intensitas pemanfaatan sedang dan sebagai alternatif
bahan atap dan tali. Masyarakat juga memanfaatkan daun sebagai
bahan baku utama pembuatan kerajinan tangan, seperti kipas
angin (ganggere, pe'se, kakehi), wadah makanan, alat penampi
(kakoko, tupa, barafai), keranjang kecil, cetakan gula pasir, wadah
sirih pinang. , bahan wadah, topi adat (Ti'i Langga). Intensitas
pemanfaatan lontar sebagai bahan baku utama kerajinan tangan
sangat tinggi karena menghasilkan peralatan rumah tangga yang
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kekuatan -. Judul sudah sesuai dengan isi jurnal serta tidak bertele – tele
penelitian -. Pemilihan metode wawancara untuk mengumpulkan data secara
langsung sangat bagus, yang artinya data yang di dapat benar
benar asli
-. Jumlah dan pekerjaan responden beragam sehingga data yang
terkumpul juga beragam
-. Penjelasan singkat dan dibedakan menurut jenis nya dengan tata
bahasa yang terstruktur tanpa ada yang salah
-. Pemberian foto sebagai pelengkap dan gambaran bentuk
komoditi apabila sudah diolah membantu para pembaca untuk
mengetahui wujud produk tersebut
Kelemahan -. Salah satu pengambilan sitasi berasal dari jurnal lama, sehingga
penellitian bisa dianggap pernyataan tersebut tidak berlaku (ada yang tahun
1988, 2008, 2009, & 2010). Lebih baik mengambil pernyataan
sitasi yang berasal dari 10 tahun ke belakang
-. Disebabkan pembagian nilai ICS di ambil dari rujukan jurnal
tahun 1988 maka bisa dianggap data tersebut kurang valid karena
tidak berdasar pada ketentuan terbaru
Kesimpulan Secara keselurahan jurnal tersebut telah menjelaskan pemanfaatan
lontar (keseluruhan bagiannya) untuk dijadikan produk pakai dan
produk konsumsi sesuai dengan judul yang ditawarkan. Isi jurnal
juga lengkap dan didukung dengan dokumentasi yang ada. Hanya
saja sebisa mungkin referensi pernyataan dari penelitian dahulu
yang diambil maksimal 10 tahun terakhir. Dikarenakan jika
mengambil jurnal lama masih menggunakan teknologi atau
ketentuan yang sudah ketinggalan zaman dengan kondisi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai