Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

KONTRIBUSI PEMANFAATAN HASIL HUTAN TERHADAP


PENDAPATAN MASYARAKAT DESA RANTELEMO
KECAMATAN BAMBANG KABUPATEN MAMASA

DISUSUN OLEH :

NINI ALFRENSI

A0219003

FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN AJARAN 2021 / 2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya. Dimana dengan izin-Nyalah saya dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Hutan
Terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Rantelemo Kecamatan Bambang
Kabupaten Mamasa ”.
Penulis menyusun proposal penelitian ini, sebagai persyaratan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian. Semoga proposal penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pembaca, atas kekurangannya, saya mohon maaf karena
sesungguhya kesempurnaan hanya milik Allah semata.

Wassalmu’alaikum Wr. Wb

Majene, 29 Oktober 2021

Penyusun
ABSTRACT

Utilization of Forest Products by the Society at the Time


Have Been Amended Due to Changes in Tastes and Consumption
Levels of Society and Increase Social Dynamics of Society. Slamet
E. Sumanto and Mariana Takandjandji. This study aims to determine
patterns of utilization of forest products by communities and the
pattern changes and the influence on forest management. Research
conducted in Timor Tengah Selatan regency of East Nusa Tenggara.
Methods of data collection using direct interview techniques, field
documentation and library literature.

The results showed that the general public has long


recognized and use forest products for housing construction, energy
and wood fences, craft materials and traditional musical instruments,
a dye, and the use of other (honey bees, forest products followup
likes as tamarin and walnut, as well as handicrafts). Local
knowledge and utilization of local plant species should be a
consideration in forest management policy in the future.

Keywords: Forest products, utilization, local knowledge.


ABSTRAK

Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat pada saat ini


telah mengalami perubahan karena perubahan selera dan tingkat
konsumsi masyarakat serta peningkatan dinamika sosial masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan hasil
hutan oleh masyarakat dan pola perubahannya serta pengaruhnya
terhadap pengelolaan hutan. Penelitian dilakukan di Kabupaten
Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara langsung,
dokumentasi lapang serta beberapa literatur.

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum


masyarakat telah lama mengenal dan memanfaatkan hasil hutan
untuk keperluan pembangunan rumah, kayu energi dan pagar, bahan
kerajinan dan alat musik tradisional, bahan pewarna kain, serta
pemanfaatan lainnya (lebah madu, hasil hutan ikutan asam dan
kemiri, kerajinan tangan). Pengetahuan lokal dan pemanfaatan
tumbuhan lokal seyogianya dapat menjadi pertimbangan kebijakan
pengelolaan hutandimasadepan.

Kata kunci: Pemanfaatan, hasil hutan, pengetahuan lokal.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2
ABSTRAK.................................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................6

1.2 Rumusan Masalah...................................................................8

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................8

1.4 Manfaat Penelitian...................................................................8

1.5 Sistematika Penulisan.............................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Konsep...................................................10

2.1.1 Pemanfaatan Hutan........................................................11

2.1.2 Hasil Hutan......................................................................12

2.1.3 Pengetahuan Lokal........................................................13

2.2 Kerangka Pikir.......................................................................14

2.3 Hipotesis.................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fokus dan prioritas pemanfaatan hasil hutan di Indonesia selama


beberapa dasawarsa belakangan ini lebih dititikberatkan pada pola
pemanfaatan kayu dan hasil hutan ikutan berskala komersial serta lokus yang
terbatas. Domain komersial ditujukan pada daerah-daerah penghasil produk
hutan yang melimpah seperti Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera. Hal ini
menyebabkan kajian- kajian dan fokus pengembangan hasil hutan pada
umumnya didasarkan pada standar dan parameter yang bersifat komersial.
Fakta empirik menunjukkan bahwa pemanfaatan hasil hutan non komersial
pada masyarakat di pedesaan berskala rumah tangga berpengaruh
terhadapkelestariansumberdayahutan.

Secara umum pola pemanfaatan hasil hutan di pedesaan memiliki dua


dimensi sosial yang berpengaruh terhadap eksistensi kawasan hutan. Pertama,
sebagian besar masyarakat pedesaan yang mengonsumsi hasil hutan berasal
dari kawasan hutan. Hal ini menjadikan titik sentral interaksi yang erat antara
masyarakat dan kawasan hutan. Hubungan tersebut bukan hanya terletak pada
pemanfaatan hasil hutan, melainkan juga kenyataannya telah terjadi hubungan
interaksi simbolik, di mana budaya dan tradisi terkait erat di dalamnya. Proses-
proses transformasi sosial terjadi dalam interaksi pemanfaatan hasil hutan dan
sebaliknya, menjadi karakteristik yang khas pada setiap lokasi atau daerah.
Misalnya, pemanfaatan tumbuhan dadap (Erythrina spp.) oleh sebagian
penduduk Pulau Jawa akan berbeda pola pemanfaatannya oleh masyarakat
Timor. Masyarakat tradisional di Jawa, pada bagian-bagian tertentu, tanaman
digunakan sebagai obat tradisional karena terdapat tradisi dan kepercayaan
masyarakat. Sementara pada masyarakat di Pulau Timor, kayu dadap
digunakan
sebagai bahan baku pembuatan alat musik tradisional karena kayunya bersifat
ringan, mudah dikerjakan dengan peralatan sederhana, serta tekstur kayu
dipercaya mampu menciptakan bunyi akustik yang merdu. Contoh lain adalah
pemanfaatan kayu Mayela (Artocarpus glaucus) pada masyarakat Sumba,
terkait erat dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat, di mana jenis tersebut
merupakan kayu utama pembuatan rumah adat kaum bangsawan. Persoalannya
adalah jenis kayu tersebut saat ini sulit ditemui di lahan-lahan milik
masyarakat dan lebih banyak ditemui di kawasan hutan, sehingga
menimbulkan konflik antara aspek pemanfaatan dan konservasi dalam
pengelolaan kawasan hutan (Santoso, 2008). Masih banyak jenis-jenis tanaman
eksotik lainnya yang pemanfaatannya sangat familiar dengan kehidupan
masyarakat dan masih dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan masyarakat
setempat. Pada sisi ini, generalisasi domain jenis-jenis kayu komersial dalam
masyarakat pada dasarnya terpatahkan dengan sendirinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemanfaatan hutan masyarakat di desa Rantelemo tersebut?

2. Apa saja hasil hutannya ?

3. Bagaimana peran pengetahuan lokal dalam desa Rantelemo tersebut khususnya


dalam Pemanfaatan hasil hutan tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan hutan masyarakat di desa


Rantelemo.
2. Untuk mengetahui apa saja hasil hutannya.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran pengetahuan lokal dalam desa
Rantelemo tersebut khususnya dalam Pemanfaatan hasil hutan.
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini untuk mengetahui pola pemanfaatan hasil


hutan dan pola perubahan sosio-ekologis dalam masyarakat, terutama berkaitan
dengan pemanfaatan kayu pertukangan, kayu energi rumah tangga, dan
pemanfaatan lainnya dalam rumah tangga. Manfaat lain adalah untuk
mendapatkan alternatif model kebijakan dan penerapannya dalam kaitannya
dengan pola pemanfaatan hasil hutan danaspekkelestarianhutan.

1.5 Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjabarkan tentang latar belakang masalah,


perumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan tentang teori - teori yang mendukung


penelitian ini, dan juga berisi tentang referensi yang dianggap
representatif dalam bidang pembahasan dan teori-teori yang relevan
untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti ( terdiri dari
kerangka pikir dan hipotesis ).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori dan Konsep

Pada dasarnya masyarakat telah mengenal dan memanfaatkan hasil


hutan secara periodik untuk keperluan sehari-hari. Pengetahuan dan
pengelolaan pemanfaatannya, sebagaimana pola pemanfaatan hasil hutan
cendana, pada prinsipnya telah menganut aturan dan asas kelestarian hasil
(Maemunah, 2008; Sumanto dan Pujiono, 2009) di mana proses pemungutan
hasil hutan tidak dilakukan secara sewenang-wenang, namun menganut kaidah
dan aturan adat dengan sanksi yang ketat. Pola pemanfaatan hasil hutan,
kenyataannya tidak terlepas dari pengalaman empirik masyarakat dan faktor-
faktor pembatas yang ada seperti ketersediaan di alam. Hal ini membuktikan
bahwa telah terjadi sosio- ekologi masyarakat dengan lingkungan dalam
konsep penguasaan, produksi, dan reproduksi sosial budaya dan ekonomi
berbasis kelimpahan berkah alam (Dharmawan, 2007). Masyarakat
memanfaatkan kondisi ekologi dan faktor- faktor pembatasnya untuk
membentuk sebuah interaksi sosial yang khas, sesuai ruang ekologi yang
tersedia. Pemahaman yang ada dapat berupa pola pikir dan pengetahuan
masyarakat, maupun dapat diejawentahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Transformasi nilai-nilai tersebut tercermin dalam bentuk dan tata letak rumah
tradisional dan perubahannya. Desain rumah di samping sebagai fungsi utama
keluarga, juga sebagai gudang penyimpanan bahan makanan dan sumber benih,
serta pertimbangan fungsi sosial dan kultural, yang disesuaikan dengan kondisi
dan ketersediaan sumber daya alam. Pada tahap ini, dalam pemanfaatan jenis
kayu, masyarakat tradisional secara eksplisit telah mengenal konsep komersial
walaupun hanya dipahami secara mikro olehkelompokmasyarakat.
Pada sisi lain, dinamika masyarakat juga mengalami peningkatan,
sehingga perubahan sosial masyarakat menjadi tidak terelakkan. Implikasinya
bukan hanya berkisar pada ranah sosial ekonomi dan budaya, tetapi juga pola
interaksi masyarakat dengan lingkungannya. Adanya pengetahuan baru tentang
model rumah modern, teknologi yang lebih praktis, penemuan dan
pemanfaatan sumber energi rumah tangga, serta akses informasi dan pasar
mendorong selera dan tingkat konsumsi yang secara perlahan namun pasti
mempengaruhi pola pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat. Meningkatnya
pembangunan
pemukiman modern memicu peningkatan permintaan pasokan kayu
pertukangan yang pada kenyataannya berhadapan dengan keterbatasan suplai,
sehingga memerlukan impor kayu dari daerah lain. Hal ini ditunjukkan oleh
peningkatan permintaan dan produksi kayu pertukangan terutama untuk jenis-
jenis kayu jati dan rimba campuran sejak tahun 2007 (Tabel 2). Keterbatasan
suplai sumber daya alam serta perubahan selera dan tingkat konsumsi
masyarakat, mempengaruhi pemanfaatan teknologi oleh masyarakat, misalnya
pemanfaatan bahan pewarna sintetis untuk kain adat dan konversi energi rumah
tangga, beralih dari kayu energi ke minyak tanah atau gas.

Kajian kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan hutan menjadi


topik bahasan menarik dibicarakan baik pada tingkat lokal, nasional dan global
(Chomitz dan kawan-kawan, 2007 ; Lynch dan Talbott, 2001 ; Suharjito D dan
Saputro E, 2008 ; Undri dan Efrianto, 2015). Sebab disatu sisi masyarakat
mempunyai kearifan lokal, terutama dalam pengelolaan hutan tersebut
(Awang, 2004), serta disisi lain ternyata masih banyak kearifan lokal yang
tersebar di seluruh pelosok Indonesia yang menopang akan keberlangsungan
pengelolaan hutan tersebut (Suharjito dan kawan-kawan, 2000 ; Suyanto dan
kawan-kawan, 2001). Hal ini berkaitan dengan kegagalan pengelolaan hutan
yang dikembangkan selama ini yang menyebabkan kerusakan ekologi,
kemiskinan dan kehancuran sistem budaya masyarakat. Kemudian, semakin
menipisnya sumber daya alam, keprihatinan terhadap peningkatan intensitas
kerusakan sumberdaya alam khususnya hutan sebagai akibat berbagai faktor
perilaku manusia, kepunahan pengetahuan yang menjadi basis adaptasi
berbagai komunitas lokal, serta tekanan ekonomi yang makin menglobal
mempengaruhi kehidupan masyarakat sehingga kearifan lokal mengalami
pelunturan sebagai penyangga sosial (social buffer) bagi upaya kelestarian
sumberdaya alam (Marfai, 2013).
2.1.1 Pemanfaatan Hutan

Masyarakat di daerah saya yaitu desa Rantelemo Kecamatan Bambang


Kabupaten Mamasa, bisa dibilang kebanyakan sumber pendapatannya dari
hasil hutan. Mereka memanfaatkan hasil hutan tersebut untuj memenuhi
kebutuhan ekonomi. Kemarin, selama saya di kampung, saya sempat
mewawancarai salah satu warga. Saya menanyakan perihal tentang bagaimana
cara mereka memanfaatkan hasil hutan dan bagaimana mereka memaknai
hutan tersebut khususnya dalam Pemanfaatannya. Kemudian, dia menjawab
bahwa cara memanfaatkan hasil hutan tersebut yaitu mengambil beberapa yang
ada di hutan kemudian diolah untuk diubah menjadi sesuatu yang bernilai
ekonomis. Kemudian, mereka juga menjawab bahwa memang tidak bisaa
dipungkiri mereka memaknai hutan itu sebagai sumber ekonomi mereka.
Karena, kebutuhan ekonomi mereka memang masih banyak bersumber dari
hutan. Hal inilah yang membuat saya, berpendapat setelah melakukan
penelitian dengan melihat kondisi masyarakat, bahwa tidak sedikit dari
masyarakat yang memaknai hutan tersebut. Sebagai sumber penghasilan atau
ekonomi. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang hanya memanfaatkan saja
tapi tidak untuk melestarikannya.

2.1.2 Hasil Hutan

Berbicara mengenai hasil hutan, seperti kita ketahui, negara dianugerahi


sumber kekayaan alam yang melimpah. Oleh karena itu, banyak negara -
negara asing yang tertarik akan kekayaan alam kita. Kemudian, ketika bebicara
di lingkup daerah, di desa saya salah satunya sangat kaya akan sumber daya
alam. Ditambah lagi, hutan-hutannya masih sangat asri dan hijau. Bahkan, hasil
hutan yang ada selalu menjadi andalan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya. Hasil hutan yang ada di daerah saya terbilang sangat beragam.
Seperti kayu, yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan untuk dinding rumah,
maupun sebagai kayu bakar. Dan, masyarakat di desa saya banyak yang
memanfaatkan kayu tersebut untuk diperjual belikan. Kemudian, ada juga
beberapa umbi-umbian yang biasa dimanfaatkan sebagai pengganti nasi, juga
biasa diperjual belikan, dan dimanfaatkan untuk yang lain yang bisa bernilai
ekonomis. Kemudian, ada juga hasil dari tanaman jember, salah satu yang
paling banyak dimanfaatkan masyarakat di daerah saya, karena hasilnya yang
selalu berlimpah buahnya ketika musimnya dan harganya yang sangat mahal
untuk dijual, sehingga memberikan keuntungan banyak. Selain itu, ada juga
beberapa hewan hutan yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat, salah satunya
babi hutan. Babi hutan ini biasa dimanfaatkan sebagai lauk pauk masyarakat
juga biasa diperjual belikan. Karena, masyarakat di desa saya masih mayoritas
kristen. Oleh karena itu, mereka sering beburu ke hutan.

2.1.3 Pengetahuan Lokal

Pengetahuan lokal, kearifan lokal atau kearifan tradisional (indigenous


knowledge system) adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau
budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses
hubungan timbal-balik antara masyarakat dengan lingkungannya.

Kearifan lokal itu sendiri merupakan modal utama masyarakat dalam


membangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial yang adaptif dengan
lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal dibangun dari nilai-nilai sosial
yang dijunjung dalam struktur sosial masyarakat sendiri dan memiliki fungsi
sebagai pedoman, pengontrol, dan rambu-rambu untuk berperilaku dalam
berbagai dimensi kehidupan baik saat berhubungan dengan sesama maupun
dengan alam. Sekarang eksistensi kearifan lokal dirasakan semakin memudar
pada berbagai kelompok masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang
paling rawan mengalami pelunturan kearifan lokal adalah masyarakat
pedesaan, yang semestinya sebagai penyangga sosial (social buffer) bagi upaya
konservasi dan kelestarian sumber daya alam khususnya dalam bidang
pengelolaan hutan. Hal inilah yang masih kurang dimiliki oleh masyarakat di
daerah saya, desa Rantelemo. Karena mereka hanya tahu memanfaatkan hutan,
tanpa berpikir dan berupaya untu menjaga dan melestarikan hutan tersebut.
2.2 Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis


kontribusi pemanfaatan hasil hutan terhadap pendapatan masyarakat Desa
Rantelemo Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan hutan, hasil hutan, dan
pengetahuan lokal. Sedangkan variabel terikat adalah pendapatan masyarakat
Desa Rantelemo Kecamatan Bambang Kabupaten Mamasa.

2.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :


1. Diduga bahwa rata-rata pendapatan masyarakat desa Rantelemo bersumber
dari pemanfaatan hasil hutan.
2. Diduga bahwa masyarakat desa Rantelemo belum paham mengenai fungsi
hutan yang sebenarnya.
3. Diduga bahwa masyarakat desa Rantelemo memiliki hasil hutan yang lain
tapi tidak dimanfaatkan.

Anda mungkin juga menyukai