Anda di halaman 1dari 7

KONSEP BAMBU DALAM BUDAYA MASYARAKAT MELAYU

MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS SETS (SCIENCE,


ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY)DI
PENDIDIKAN DASAR SE SUMATRA UTARA

Disusun Oleh

Yunita Sari Harahap 8186191004


Yetri Gusnita 8186191003
Irma Yani Tarigan 8186191006

A Reguler 2018

Kajian Mandiri Proposal


Dosen Pengampu: Dr. Joharis Lubis, M.Pd

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
Kata Pengantar

Kesungguhan dalam melakukan hal-hal yang baik akan menghadiahkan yang baik
pula. Demikian juga penyelesaian makalah ini dapat terlaksana karena dilandasi niat baik dan
penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga nantinya dapat berguna bagi siapapun yang
menyimak isi dari makalah ini.
Makalah ini disusun oleh kelompok untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah Kajian Mandiri Proposal pada program studi Bahasa dan Sastra Indonesia
Pascasarjana UNIMED, dengan judul Konsep Bambu dalam Budaya Masyarakat Melayu
melalui Pembelajaran Berbasis SETS(Science, Environment, Technology, and Society)di
Pendidikan Dasar se Sumatra Utara.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dalam upaya
penyempurnaan makalah ini dari berbagai pihak terutama Bapak Dosen Pengampuh mata
kuliah ini serta mahasiswa semester I Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Pascasarjana
Unimed.

Medan, Maret 2019


Penyusun

Kelompok
Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Permasalahan ................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
D. Originalitas Penelitian .................................................................... 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Melayu adalah sebuah puak atau kelompok etnis dari orang-orang Austronesia
terutama yang menghuni Semenanjung Malaya, bagian besar Sumatera, bagian selatan
Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneopesisir termasuk Brunei
(Kalimantan Barat, dan Sarawak dan Sabah pesisir), dan pulau-pulau kecil yang terletak
antara lokasi ini. Melayu bisa pula bermakna Bahasa Melayu, Kepulauan Melayu (kini
popular dengan sebutan Nusantara), Ras Melayu, dan sebagainya.
Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, khususnya suku Melayu bambu
memegang peranan sangat penting, misalnya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah, .
Tumbuhan bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk
dimanfaatkan, Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain
karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman masyarakat.
Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) yang disebut juga dengan
Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang
tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 4-5
tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga kadang-
kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Akar
bambu terdiri atas rimpang (rhizon) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh
serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang.
Bambu memiliki banyak manfaat dari beberapa segi, yaitu Science, Environment,
Technology, dan Society. Berdasarkan banyaknya manfaat tumbuhan bambu bagi masyarakat
Melayu, dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran menggunakan Pendekatan SETS
(Science, Environment, Technology, dan Society) sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Supriono (dalam Yulistiana,
2015:76) Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, dan Society) merupakan
salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa serta
diartikan sebagai rangkaian konsep yang saling berhubungan yang dikembangkan dari hasil
eksperimen dan hasil observasi.
Selain itu, Arsyad (dalam Yulistiana, 2015:76) juga mengatakan bahwa pendekatan
pembelajaran merupakan pendekatan yang mengaitkan keempat unsure, yakni sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran. Materi pelajaran dikaitkan
dengan contoh-contoh nyata yang berhubungan dengan masyarkat disekitar peserta didik
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah memahami materi
tersebut.
Bambu, merupakan hasil hutan non kayu yang potensial untuk dikembangkan menjadi
sumber bahan baku industri. Di bidang kehutanan tanaman bambu dapat meningkatkan
kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan nasional melalui
substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan kayu semakin langka
sedangkan industri sudah telanjur ada dengan kapasitas besar, maka tuntutan pemenuhan
bahan baku industri kehutanan menjadi agenda prioritas penyelamat aset kehutanan nasional.
Dari segi lingkungan bisa sebagai tumbuhan konservasi. Tanaman bambu mempunyai
sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran
bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air,
sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Salah satu keunggulan bambu sebagai
tanaman konservasi lingkungan adalah kemampuannya dalam menjaga ekosistem air. Sistem
perakaran tanaman bambu sangat rapat. Akar-akarnya menyebar ke segala arah, baik
menyamping atau pun ke dalam. Lahan tanah yang ditumbuhi rumpun bambu biasanya
menjadi sangat stabil. Tak mudah terkena erosi. Oleh karena itu air juga lebih mudah
menyerap ke dalam tanah yang ditumbuhi tanaman tersebut.
Penggunaan bambu sebagai tanaman konservasi air dan tanah sudah dilakukan di
negara-negara lain seperti Cina dan India. Mereka telah berhasil memanfaatkan tanaman
bambu untuk kepentingan konservasi air dan tanah. Sebuah laporan penelitian yang terbit di
Cina menyebutkan bahwa bambu mempunyai kemampuan menyimpan air tanah lebih banyak
hingga 240% jika dibandingkan dengan tanaman pinus.
Dari segi teknologi bambu dimanfaatkan sebagai alternatif bahan kontruksi rumah
tahan gempa. Rumah merupakan tempat utama untuk saling berinteraksi antar anggota
keluarga agar keakraban muncul di dalamnya. Rumah dari waktu ke waktu pun mengalami
perubahan fisik dan desainnya pun semakin modern. Bahkan dapat menyaingi gedung-
gedung bertingkat perkantoran atau biasa yang disebut rumah susun atau apartemen-
apartemen. Rumah tahan gempa adalah sebuah teknologi baru bagi masyarakat.
Penerapannya membutuhkan cara berpikir yang baru, serta penyesuaian terhadap kondisi
lokal.
Penggunaan bahan baku dengan tanaman bambu dapat meningkatkan perkembangan
industri lokal secara berkelanjutan, meningkatkan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan
kerja di mana mereka bermukim. Tujuan memasyarakatkan pemanfaatan tanaman bambu: (1)
Tanaman bambu efisien dalam menyerap karbon dari atmosfir; (2) Bahan bangunan bambu
bisa tersedia secara berkelanjutan; (3) Bambu memiliki jejak karbon yang lebih rendah
dibanding baja, pvc, beton, dan material bangunan pada umumnya; (4) Perakaran bambu bisa
mencegah longsoran tanah kritis.
Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat bambu menjadi salah satu kelengkapan
yang tidak bisa ditinggalkan, misalnya dalam upacara adat, upacara perkawinan, hajatan
keluarga bahkan bahan baku bambu menjadi alat musik khas komunitas tertentu. Lebih dari
itu perkembangan sosial budaya masyarakat ditandai dengan perkembangannya aksesori
bambu dalam pembuatan perabot rumah tangga dan cindera mata yang bernilai seni tinggi. Di
beberapa tempat species bambu tentu menjadi bagian mitos dan kelengkapan ritual
masyarakat yang bernilai magis.
Dalam upacara adat, biasanya bambu dijadikan suatu alat musik yang disebut Gong
Bambu yang mempunyai nada dan menyerupai dengan bunyi nada dua buah Gong Perungu.
Gong Bambu ini dijadikan oleh masyarakat sebagai media perizinan adat (ngejon arah).
Tradisi Gong Bambu yang dimiliki oleh masyarakat Suku Melayu melekat paad kegiatan
upacara kenduri Sko. Kenduri Sko merupakan upacara ritual kepercayaan yang melibatkan
seluruh anggota masyarakat sebagai salah satu kegiatan dalam rangka pensucian benda-benda
pusaka dan naik Sko seperti Gong, gendang, keris, pedang, tombak, rambut sehelai, baju besi,
dan pagam-piagam adat yang nantinya akan dibawa ke lokasi kenduri Sko.

Penelitian ini mengkaji pemanfaatan tumbuhan bambu dalam Pembelajaran Berbasis SETS
(Science, Environment, Technology, dan Society) yang dikaitkan dengan masyarakat melayu
Sumatera Utara.
Dengan pembelajaran berbasis SETS diharapkan 1) dapat meningkatkan hasil
pembelajaran peserta didik dan terbiasa memiliki pola pikir yang menyeluruh (komrehensif)
dalam memandang materi pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai science yang
terintegrasi dengan Environment, Technology, dan Society, 2) SETS dapat membuat peserta
didik mengetahui bahwa teknologi mempengaruhi laju pertumbuhan sains, serta dampaknya
bagi lingkungan dan msayarakat, 3) dengan SETS siswa jadi lebih tertarik dalam mempelajari
materi karena dikaitkan dengan hal-hal nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki.

B. Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah kurangnya minat baca siswa
Pendidikan Dasar dikarenakan ketersediaan bahan bacaan yang kurang sesuai, dimana
kebanyakan bahan bacaan itu berasal luar daerah yang bukan kebudayaan mereka.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep bambu dalam budaya masyarakat Melayu ?
2. Bagaimana minat baca siswa pendidikan dasar Se-Sumatera Utara?
3. Apa yang menyebabkan keterbatasan bahan bacaan di Sumatera Utara?
4. Bagaimana upaya untuk mengatasi keterbatasan bahan bacaan di Sumatera Utara?

D. Tujuan
1. Menegtahui konsep bambu dalam budaya masyarakat Melayu
2. Mengetahui minat baca siswa pendidikan dasar Se-Sumatera Utara
3. Mengetahui penyebab keterbatasan bahan bacaan di Sumatera Utara
4. Mengetahui upaya untuk mengatasi keterbatasan bahan bacaan di Sumatera Utara

E. Originalitas Penelitian
Originalitas ide penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah buku yang
diharapkan dapat menambah wawasan tentang konsep Bambu dalam masayarakat Melayu
Sumatera Utara melalui Pembelajaran Berbasis SETS di Pendidikan Dasar Se-Sumatera
Utara.

Anda mungkin juga menyukai