Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

“Keterampilan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Tanaman Bambu”

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai


mata kuliah kearifan lokal pada
Jurusan/Program Studi Penyuluhan Pertanian

Oleh:
KELOMPOK 7

Anissayyid Sharimsyah (DIEI22021)


Lulu Hikmawati (DIEI22038)
Afridal Dwi Putra (DIEI22040)
Tri Ayu Lestari (DIEI22049)

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, patut dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala berkat kasih dan kemurahan-Nya yang dikaruniakan-Nya kepada kami
sebagai penulis, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum tentang
"Penyuluhan Melalui Media Cetak " ini sebagaimana mestinya.
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Dr. Dasmin Sidu, S.P., M.P. Serta
koordinator asisten Dewi Kurniati serta asisten dosen Muh. Rafil yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh rasa ikhlas dan
tanggung jawab.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan laporan yang saya buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan
kalimat, atau hal lain yang tidak penulis sadari. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan
laporan selanjutnya sehingga pembaca maupun pendengar dapat memahami
dengan baik isi dari laporan ini.
Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca saat ini
ataupun di masa yang akan datang serta memberikan manfaat dalam kehidupan
masyarakat baik dalam bidang pertanian, non pertanian maupun dalam bidang
lainnya.

Kendari, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Sampul............................................................................................... i
Halaman Judul.................................................................................................. ii
Halaman Pengesahan........................................................................................ iii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Daftar Isi............................................................................................................ v
Daftar Gambar.................................................................................................. vi
I. Pendahuluan............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3. Tujuan dan Kegunaan........................................................................... 3
II. Tinjauan Pustaka........................................................................................ 4
2.1. Konsep Teori......................................................................................... 4
III. Metode Praktikum...................................................................................... 7
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan............................................................. 7
3.2. Populasi dan Sampel............................................................................. 7
3.3. Prosedur Kerja....................................................................................... 7
IV. Hasil Dan Pembahasan.............................................................................. 8
4.1. Hasil dan Pembahasan.......................................................................... 8
4.1.1. Leaflet “Cara Mengatasi Penyakit Pada Buah Kakao”...................... 9
4.1.2. Leaflet “Penanggulangan Lalat Buah Pada Tanaman Cabai”............ 10
4.1.3. Leaflet “Penanggulangan Hama Pada Tanaman Mentimun”............ 12
4.1.4. Leaflet “Penanggulangan Busuk Leher Pada Tanaman Padi”........... 13
4.1.5. Leaflet “Merawat Dan Menanam Tanaman Nilam”.......................... 14
V. Penutup....................................................................................................... 11
5.1. Kesimpulan........................................................................................... 11
5.2. Saran...................................................................................................... 11
Daftar Pustaka................................................................................................... 12
Lampiran .......................................................................................................... 13
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan hasil kerajinan yang
beraneka ragam, wujud dan jenisnya. Kerajinan di Indonesia bukan suatu yang
baru, melainkan kerajinan sudah ada sejak zaman prasejarah yaitu dengan ditandai
peninggalan-peninggalan dari kebudayaan nenek moyang di masa lampau. Pada
waktu itu kerajinan masih sebatas barang-barang yang bentuknya kasar, seperti
pembuatan dari bahan batu, pembuatannya masih sederhana dan sifatnya masih
kecil-kecilan. Kerajinan itu dapat diterima dan dikembangkan oleh masyarakat
dalam hal peningkatan mutu bahan, bentuk, motif dan warnanya, dengan
mengikuti perkembangan jaman sehingga karya kerajinan mengalami
perkembangan. Salah satu jenis kerajinan yang berkembang di Indonesia adalah
kerajinan bambu.

Bambu adalah salah satu jenis tumbuhan yang mudah didapat dan ditemui di
Indonesia. Banyaknya pohon bambu di Indonesia merupakan modal dasar
masyarakat untuk membuat sesuatu sesuai dengan kebutuhannya, jaman dahulu
bambu banyak digunakan untuk bangunan rumah, khususnya daerah pedesaan
yang perekonomiannya relatif rendah. Melihat kebutuhan yang semakin banyak
untuk keperluan rumah tangga, maka masyarakat memanfaatkan bambu tersebut
untuk diolah menjadi barang sesuai kebutuhannya.

Bambu mempunyai banyak kegunaan, baik dari bagian luarnya atau kulitnya
maupun dalam keadaan belahan serta irat iratannya. Potongan potongan yang
melintang, tebal tipisnya dinding buluh bambu serta Panjang pendeknya ruas ruas
bambu, apabila diolah secara baik akan menghasilkan produk mebel yang baik
pula. Pengelolaan bambu menjadi produk mebel merupakan hal yang tidak asing
bagi masyarakat, karena pengolahan bambu sudah ada sejak dulu dan dapat
dirasakan manfaatnya, dan sampai saat ini masih dilestarikan dan diupayakan
pengembangannya. Jadi, berdasarkan latar belakang tentang pemanfaatan bambu
sebagai kerajianan mebel, maka penulis tertarik untuk mengkaji tentang hal-hal
apa saja yang menjadikan produk bambu menjadi pilihan masyarakat untuk
produk kerajinan mebel.

Anyaman bambu atau kerajinan anyaman dari bambu merupakan salah satu
jenis dari berbagai macam hasta karya yang anda di Indonesia. Di tambah lagi
iklim tropis yang ada di Indonesia sangat mendukung perkembangan tanaman
bambu yang. Sehingga ketersedian bahan baku untuk membuat anyaman dari
bambu sangat melimpah, selain digunakan sebagai anyaman bambu juga bisa
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan alat-alat rumah tangga. Tapi bambu
paling banyak dimanfaatkan sebagai anyaman. Anyaman bisa dibuat dari bahan
yang hemat tapi bisa menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang memiliki
banyak manfaat dan juga nilai ekonomis yang tinggi.

Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan bambu


sebagai bahan anyaman. Berbagai barang rumah tangga dibuat dengan anyaman
bambu seperti tampah, kap lampu, piring, loka penyajian makanan, meja, dipan,
dan juga topi caping. Berbagai benda dari anyaman bambu ini ternyata memiliki
daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Oleh karena itu tidak heran bila banyak
berkembang usaha rumahan membuat usaha kerajinan tangan dengan
memanfaatkan bambu.

Bambu adalah salah satu sumber daya alam yang banyak di manfaatkan
karena memiliki sifat sifat yang menguntungkan yaitu batang yang kuat, lurus,
rata, keras, mudah di belah, mudah di bentuk, mudah di kerjakan dan mudah di
anggkat. Selain itu, harga bambu relatif murah di bandingkan bahan lain karena
sering di temukan di sekitar pemukiman khususnya di daerah perdesaan. Bambu
menjadi tanaman serba guna bagi kebanyakan orang di indonesia.
1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada tugas ini yaitu:


1. Bagaimana meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam mengenal tanaman
bambu?
2. Bagaimana meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
merawat tanaman bambu yang di budidayakan?
3. Bagaimana meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa untuk
mengetahui cara pengawetan tamnaman bambu?
4. Bagaimana meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang hasil dari
tanaman bambu?

Adapun kegunaan dari tugas ini yaitu melatih mahasiswa dalam penelitian
mengenai tanaman bambu dan juga memberikan inovasi kepada masing individu
dalam kekreatifannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori

Indonesia merupakan Negara tropis di dunia memiliki sumber daya bambu


yang melimpah. Sumber daya hambu yang berlimpah tersebut perlu ditingkatkan
pemanfaatannya agar dapat memberi pemasukan terhadap pertumbuhan ekonom
nasional. (Nasendi, 1995)

Tanaman bambu sudah dari dulu dipergunakan masyarakat misalnya sebagai


bahan bangunan,bahan perkakas, perabot rumah tangga dan bahan baku kerajinan
anyaman. Proses pengerjaan bahan bambu biasanya dilakukan secara manual
dengan keterampilan tangan pada waktu menyiapkan bahan, proses pengerjaan
maupun pada saat pengerjaan akhir suatu produk kerajinan misalnya pemotongan
dengan panjang tertentu dan pembelahan menjadi batang dengan penampang
tertentu namun dengan cara manual membutuhkan waktu yang lama.
(Tutik.P.2011).

Budidaya bambu diperlukan untuk menambah populasi bambu yang


cenderung berkurang yang disebabkan oleh beralihnya fungsi lahan yang
digunakan untuk pemukiman atau diganti dengan komoditi tanaman lain yang
dianggap lebih menguntungkan. Sementara itu kebutuhan bahan baku bambu terus
meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan kemajuan
ilmu pengetahuan. Budidaya bambu bermanfaat selain untuk menjaga
ketersediaan suplai juga untuk meningkatkan kualitas bambu untuk memenuhi
permintaan pasar (Husnul Khotimah, Sutiono. 2014)

Bambu merupakan salah satu bahan bangunan tertua dan sangat serbaguna
dengan banyak aplikasi di bidang konstruksi bangunan, khususnya di negara-
negara berkembang. Bambu tumbuh melimpah di seluruh kepulauan Indonesia,
dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-
abad. Pertumbuhan bambu yang cepat membuat bambu sebagai sumber daya yang
dapat berkelanjutan. Bambu merupakan material kuat dan ringan dan sering dapat
digunakan tanpa pengolahan atau finishing. Konstruksi bambu mudah untuk
membangun, tahan terhadap gaya gempa, dan mudah diperbaiki jika terjadi
kerusakan. Sumber daya kayu berkurang dengan adanya pembatasan yang
dikenakan pada penebangan di hutan alam, terutama di daerah tropis, telah
memfokuskan perhatian dunia pada kebutuhan untuk mengidentifikasi pengganti
material yang dapat diperbaruhi, ramah lingkungan dan secara luas dapat
dimanfaatkan. (Ni Komang Ayu Artiningsih. 2012)

Bambu di Indonesia potensinya sangat menjanjikan untuk dimanfaatkan


dengan baik, bambu merupakan tumbuhan mudah dikembangkan dan mempunyai
daur hidup yang relatif cepat, dengan waktu panen hanya 3–4 tahun. Bambu
merupakan tumbuhan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai substitusi bahan
baku kayu komersial, karena kayu komersial semakin tahun produksinya makin
menurun dan harganya yang relatif mahal. Sedangkan bambu memiliki
keunggulan tersendiri dibanding kayu, karena bambu mudah dikembangkan
dibanding kayu, ulet, elastisitas yang tinggi, mudah dibentuk dan harganya relatif
murah dibanding kayu. Bambu dapat digunakan dengan teknologi sederhana
hingga teknologi tinggi, seperti di Eropah, Amerika dan banyak Negara lainnya.
Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah agar bambu di Indonesia dapat
dikembangkan dalam bidang perkebunan, teknologi pengolahan, teknologi proses,
teknologi pengawetan dan lainnya, Secara maksimal dan berkualitas, guna
meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis bambu dengan baik. (Effendi
Arsad. 2015)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan

1. Kearifan Lokal

Secara umum local wisdom (kearifan lokal) adalah gagasan-gagasan setempat


(a) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai haik yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya (Sartini, 2004). Sementara itu Ayatrohued: (1986)
dalane Sartini (2004) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai
lonal genin karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang,
Ciri-ciri kearifan lokal tersebut adalah:
1. Mampu bertahan terhadap pengaruh budaya luar.
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur unsur budaya luar,
3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam
budaya asli,
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan,
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya

4.1.2 Pengetahuan Lokal

Pengetahuan Lokal adalah pemahaman keterampilan dan filosofi yang


dimiliki oleh masyarakat tertentu yang mengandung ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengetahuan tradisional, dan/atau kearifan lokal. Pengetahuan lokal
adalah inti kebudayaan sehingga kerap disebut pula sebagai modal sosial yang
menjadi modal dasar, sarana dan prasarana penghidupan, perekat kesatuan dan
persatuan, serta pertahanan dan keamanan suatu masyarakat lokal. Jenis -- jenis
pengetahuan lokal yaitu Pengetahuan pertanian asli, merupakan pengetahuan
seseorang dalam hal pertanian dengan menggunakan sistem pertanian asli dari
masyarakat daerah tersebut.
4.1.3 Keterampilan Pengelolaan Tanaman Bambu

Bambu diproduksi menjadi bahan yang mempunyai barang yang lebih


mempunyai nilai ekonomis. Namun, proses pengolahan bambu di Indonesia
tergolong sederhana. Produk olahan dari bambu antara lain:
1. Bambu untuk anyaman
Bambu yang digunakan untuk anyaman pertama dipotong dengan
menggunakan parang tajam atau gergaji bergerigi halus. Pemotongan bambu
dilakukan dengan hati-hati. Pemotongan hambu untuk anyaman tidak boleh
mengelupaskan kulitnya karena akan menyulitkan proses selanjutnya. Selanjutnya
Bambu harus dikuliti. Kulit luar yang halus dan berwarna disayat atau dibuang.
Kemudian pembelahan, membelah bambu dengan cara yang salah akan
menghasilkan belahan bambu yang tidak simetris sehingga menyulitkan proses
pengolahan selanjutnya dan banyak menghasilkan sisa limbah.
2. Bambu untuk pelupuh
Batangan bambu yang ruasnya dibelah dengan kapak atau parang.
Kemudian bambu dibelah sepanjang batang pada satu sisi dan selanjutnya celah
direntangkan. Sekat rongga pada masing-masing ruas dihilangkan sampai dinding
batang bambu dapat dipukul-pukul, diratakan sehingga menjadi pelupuh (papan
bambu).
3. Bambu untuk kursi
Kursi bambu merupakan salah satu pemanfaatan bambu yang sampai kini
terus berkembang. Tempo dulu orang hanya mengenal bangku panjang ada yang
menggunakan sandaran (lincak), Bambu untuk fincak, umumnya menggunakan
bambu tutul atau bambu wulung.
4. Bambu untuk alat music
Alat musik bambu merupakan karya lokal yang sampai kini tak terlupakan,
pada masanya alat musik ini banyak digemari oleh masyarakat. Alat music bambu
juga sering kali di jadikan pertunjukan. Seperti pertunjukan angklung dan di
daerah Konawe Selatan biasa disebut dengan musik bambu.
4.1.4 Proses Pemeliharaan & Pengawetan Tanaman Bambu

1. Cara Merawat Tanaman Bambu


Setelah tanaman berumur 1 (satu) bulan jika ada yang mati perlu disulam
secepatnya. Perlu dilakukan pemupukan sebanyak 0.5 kg dengan komposisi
campuran sbb, 1 Urea: 2 TSP: 1 KCI untuk setiap rumpun. Pada bulan-bulan
berikutnya dilakukan pembersihan di sekitar tanaman dari rumput dan gulma
karena berpotensi menghambat dan membunuh.

Pemupukan dapat dilakukan dua kali setahun tergantung pada keadaan dan
tingkat kesuburan tanah, dan umumnya dapat dilakukan menjelang musim hujan
(oktober) dan menjelang musim kemarau (April). Untuk rumpum yang sudah
berumur 4 tahun ke atas cukup diberi pupuk 2 kg per rumpun, cara perawatan ini
dapat meningkatkan kualitas dari bambu yang dihasilkan.

2. Cara Pengawetan Tanaman Bambu


Tanaman bambu mudah rusak oleh hama pengisap cairan yang disebut
Oregma bambusae. Hama ini akan melibas rebung dan pucuk tanaman bambu
muda yang telah tumbuh menjulang tinggi. Faktor lain yang menyebabkan
kerusakan bambu adalalah pengaruh alam, misalnya iklim, cuaca, kelembapan
udara, air hujan, penetrasi sinar matahari, suhu udara, dan serangan organism
perusak. Penyebab kerusakan non biologis yang terpenting adalah air. Kadar air
yang tinggi menyebabkan kekuatan bambu menurun dan mudah lapuk.

Pengawetan bambu bertujuan untuk menaikkan umur pakai dan nilai


ekonomis bambu. Pengawetan perlu dilakukan, namun jarang diterapkan oleh
orang karena kurangnya pengetahuan tentang teknik pengawetan, kurangnya
fasilitas untuk metode perlakuan tertentu dan ketersediaan bahan kimia. Bambu
tanpa perlakuan pengawetan, apabila dibiarkan bersentuhan secara langsung
dengan tanah dan tidak terlindungi dari cuaca, hanya mempunyai umur pakai
sekitar 1-3 tahun.
Bambu segar lebih mudah diberi perlakuan dibanding bambu yang sudah
kering. Makin tinggi berat jenis bambu, maka semakin si-ulit diawetkan karena
ikatan pembuluhnya makin rapat dan kandungan serabutnya makin banyak. Makin
tua umur bambu, kadar airnya makin turun sehingga bambu makin sulit
diawetkan. Metode kimia lebih baik diterapkan pada musim hujan. Penetrasi
pengawet akan lebih baik bila digunakan senyawa garam laut dalam air.

Pengawetan bambu dalam jumlah yang kecil akan menaikkan biaya


pengawetan. Aspek ekonomis yang perlu dipertimbangkan adalah biaya
pengawetan. Aspek ekonomis yang perlu dipertimbangkan adalah biaya
pengangkutan dari hutan (kebun) ke tempat pengawetan. Suatu metode
pengawetan dikatakan ekonomis apabila umur pakai bambu dapat mencapai
waktu 10-15 tahun, untuk bambu dalam keadaan terbuka, dan 15 25tahun untuk
bambu yang diberi perlindungan tertentu.

Metode pengawetan bambu ada dua macam yaitu:

 Metode non-kimia
Pengawetan bambu secara non-kimia dilakukan dengan pengeringan dan
perendaman dalam air atau perebusan dalam air mendidih.

1. Pengeringan dan Perendaman

Bambu utuh yang baru ditebang disandarkan dengan kemiringan 75 derajat


agak tegak di bawah naungan pohon yang teduh dan dibiarkan sampai kadar
airnya berkurang dan berubah warna menjadi kuning dan kering atau setengah
kering. Bambu disandarkan ditempat terbuka dengan tujuan agar bambu tersebut
tidak melengkung dan menghindari kekeringan yang tidak merata.

Bambu yang sudah berubah warna dan benar-benar kering selanjutnya


direndam dalam kubangan air (kolam) yang menggenang atau mengalir selama 1-
6 bulan. Volume air perendaman bambu harus melebihi permukaan bambu paling
atas agar semua dapat

.
2. Perebusan

Tempat perebusan untuk pengawetan bambu dapat berupa drum bekas atau
wadah lain yang ditaruh di atas tungku. Drum berisi air sebanyak 75% bagian,
kemudian direbus hingga mendidih.

 Metode Kimia
Pengawetan secara kimiawi bertujuan mencegah kerusakan bambu dari
serangan serangga atau jamur. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengawetan
antara lain soda ai, abu, prusi, natrium bisulfit, dan lain-lain. Bahan-bahan
tersebut dapat dipakai berulang-ulang dan cara penggunaan bahan pengawet ini
cukup praktis dan tidak berbahaya.
1. Pengawetan dengan Soda Api (NaOH)
Cara pengawetan ini adalah dengan memasukkan soda api ke dalam air,
kemudian direbus hingga mendidih sambil diaduk agar bahan tersebut larut
dalam air. Kemudian potongan bambu dicelupkan dalam larutan selama 5-30
menit. Selanjutnya diangkat, dicuci bersih dan dikeringkan.
2. Pengawetan dengan Prusi
Prusi merupakan bahan kimia berwarna biru berupa gumpalan (bongkahan)
kecil seperti gula batu. Bambu direbus dalam air mendidih yang mengandung
prusi sebanyak 5% 10% selama 5-30 menit. Setelah itu diangkat, dicuci
bersih dan dikeringakan.
3. Pengawetan dengan Soda Abu atau Natrium Bisulfit
Cara ini juga hamper sama dengan pengawetan soda api. Soda abu
dimasukkan kedalam air mendidih kemudian memasukkan bambu selama 60
menit. Setelah direbus kemudian bambu tersebut diangkat, dicuci bersih dan
dikeringkan.

Beberapa metode pengawetan bambu yang dapat diterapkan antara lain:


1. Curing
Mula-mula batang bambu dipotong pada bagian bawah tetapi cabang dan
daunnya tetap disisakan. Kemudian, selama waktu tertentu rumpun bambu
tersebut disimpan di dalam ruang khusus. Karena proses asimilasi daun masih
berlangsung, kandungan pati ruas bambu akan berkurang. Akibatnya, ketahanan
bambu terhadap serngan kumbang bubuk meningkat. Tetapi metode ini tidak
berpengaruh terhadap serangan jamur atau rayap.
2. Pengasapan
Bambu diletakkan di atas rumah perapian selama waktu tertentu sampai
pengaruh asap menghitamkan batang bambu. Proses pemanasan menyebabkan
terurainya senyawa pati dalam jaringan parenkim. Efek negatif dari metode ini
adalah kemungkinan terjadinya retak yang dapat mengurangi kekuatan bambu.
3. Metoda Butt Treatment
Bagian bawah batang bambu yang baru dipotong diletakkan di dalam tangki
yang berisi larutan pengawet. Cabang daun pada batang tetap disisakan. Karena
prosesnya memakan waktu yang lama, metode ini hanya tepat diterapkan pada
batang bambu yang pendek dan berkadar tinggi.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

Anda mungkin juga menyukai