Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH PANCASILA

“BUDAYA MASYAHRAKAT TOLAKI DALAM

MENGAMALKAN SILA-SILA PANCASILA”

DISUSUN OLEH:

SYAHRUN FIKRI

D1E121018

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI 2021

:
SOAL:

Buatlah makalah tertang budaya masyarakat tolaki dalam mengamalkan sila sila Pancasila

Jawaban:

Budaya masyarakat tolaki dalam mengamalkan sila sila pancasila

1.Sila pertama “keTuhanan yang maha esa”

Sila pertama yakni “ketuhanan yang maha esa” mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia
mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran
agamanya. Sila pertama ini juga mengajak manusia Indonesia untuk mewujudkan kehidupan yang
selaras, serasi, dan seimbang antar sesama warga Negara Indonesia, maupun dengan makhluk Tuhan
yang lainnya. Dengan demikian, di dalam jiwa bangsa Indonesia akan timbul rasa saling menyayangi,
menghargai dan mengayomi.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama antara lain sebagai berikut :

- Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifatnya Yang Maha Sempurna.

- Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan menjalankan semua perintah-Nya, dan sekaligus
menjauhi segala larangan-Nya.

- Saling menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda-beda.

- Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

a.Konsep sara (adat) dan Siritualitas (Agama)

Suku tolaki terdahulu yang mempercayai adanya kinoho agama Pada sila pertama yang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa sudah sangat sejalan dengan kepercayaan masyarakat ditambah lagi setelah
masuknya islam di tanah Bone muncul ajaran baru yang dinamakan O`sara atau syariat yang mengatur
kehidupan beragama masyarakat kolaka pada masa itu.

b.Konsep sara (adat)

merupakan tema sentral dalam teks-teks hukum dan sejarah orang tolaki. Namun, istilah Ade’ itu
hanyalah pengganti istilah-istilah lama yang terdapat dalam teks-teks zaman pra-islam, kontrak-kontrak
sosial, serta perjanjian yang berasal dari zaman itu. Masyarakat tradisional tolaki.

Kinoho agamai (pantuan agama) adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada
sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi, dan pelecehan yang didasarkan pada identitas
diri dan golongan dapat dikatakan adat”, berupa serangkaian norma yang terkait satu sama lain.
sebagai tindakan barasandi. Tindakan ini melebihi dan melecehkan kemerdekaan dan segala hak-
hak dasar yang melekat pada manusia.

Budaya masyarakat tolaki sesungguhnya yang diterapkan dalam kehidupan sehari mengajarkan hal-hal
yang berhubungan dengan akhlak sesama, seperti mengucapkan tabea’(permisi) sambil berbungkuk
setengah badan bila lewat di depan sekumpulan orang-orang tua yang sedang bercerita, mengucapkan
iye’, jika menjawab pertanyaan sebelum mengatakan alasan, ramah, dan menghargai orang yang lebih
tua serta menyayangi yang muda. Inilah di antaranya ajaran-ajaran dan cara pengamalannya dalam
sehari yang terkait dengan sila pertama pancasila yang sesungguhnya termuat dalam lontara’ yang harus
diresialisasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat tolaki.

Suku tolaki terbagi dua yaitu: tolaki konawe yaitu yang mendiami bekas kerajaan konawe sekarang
kabupaten konawe,konawe selatan konawe utara dan kendari dan tolaki mekongga yang mendiami
bekas wilayah kerajaan mekongga sekarang KABUPATEN KOLAKA dan KOLAKA UATARA, agar mudah
untuk dipahami.

perkembangan agama islam ditanah tolaki konawe sejak abad ke-17 yang telah berlangsung
secara evolutif telah berhasil menanamkan akidah islamiah dan syari`ah shahiha ,memunculkan
cipta,rasa, dan karsa oleh pemeluk-pemeluknya. sebelum kedatangan islam, masyarakat memeluk
agama yang berkembang evolutif pula, baik dari penduduk (animisme dan dinamisme).hal yang
menarik, unsur-unsur budaya yang bertentangan dengan nilai kepatutan tersingkir dengan sendirinya,
sedangkan yang baik adalah mengandung unsur-unsur kepatutan dan unsur kepantasan, hidup secara
berdampingan.

pada aspek lain terdapat budaya tolaki yang sejalan dengan nilai islam yang

hingga sekarang masiH dilaksanakan seperti acara ”barasandi” atau aqiqah, “perapua” atau perkawinan.

2. Sila kedua “KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAP”

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sederetan kata yang merupakan suatu frase, unsur inti
sila tersebut adalah kata kemansiaan yang terdiri atas kata dasar manusia berimbuhan ke-an. Makna
kata tersebut secara morfologis berarti “abstrak” atau “hal”. Jadi kemanusiaan berarti kesesuaian
dengan hakikat manusia. Arti kemanusiaan dalam sila kedua mengandung makna : kesesuaian sifat –
sifat dan keadaan negara dengan hakikat (abstrak) manusia. Isi arti sila – sila pancasila adalah suatu
kesatuan bulat dan utuh. Oleh karena itu sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah dijiwa dan
didasari oleh sila ‘ Ketuhanan yang Maha Esa’ dan mendasari sila Persatuan Indonesia karena persatuan
tersebut maka sila ‘ Kemausiaan yang adil dan beradab ’ senantiasa terkandung didalamnya keempat sila
yang lainnya. Maka sila kedua tersebut : Kemanusiaan yang adil dan beradab yang Berketuhanan yang
Maha Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipmpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka sila kedua
megandung cita – cita kemanusiaan yang lengkap yang bersumber pada hakikat manusia. Adapun
makna sila ke dua antara lain :
 Mengembangkan sikap tenggang rasa

 Saling mencintai sesama manusia

 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

 Tidak semena-mena terhadap orang lain

 Berani membela kebenaran dan keadilan

 Mampu melakukan yang baik demi kebenara

 Menjaga kepercayaan orang

 Ramah dalam bermasyarakat

Sila ke-dua Pancasila ini mengandung makna warga Negara Indonesia mengakui adanya manusia
yang bermartabat (bermartabat adalah manusia yang memiliki kedudukan, dan derajat yang lebih tiinggi
dan harus dipertahankan dengan kehidupan yang layak), memperlakukan manusia secara adil dan
beradab di mana manusia memiliki daya cipta, rasa, karsa, niat dan keinginan sehingga jelas adanya
perbedaan antara manusia dan hewan.

Jadi sila kedua ini menghendaki warga Negara untuk menghormati kedudukan setiap manusia
dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, setiap manusia berhak mempunyai kehidupan yang
layak dan bertindak jujur serta menggunakan norma sopan santun dalam pergaulan sesama manusia.

Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa menghormati harkat
dan martabat oranglain sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Dengan sikap ini diharapkan dapat
menyadarkan bahwa dirinya merupakan makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Atas dasar sikap perikemanusiaan ini, maka bangsa Indonesia menghormati hak hidup bangsa lain
menurut aspirasinya masing-masing. Dan menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi ini. Hal itu
dikarenakan berlawanan dengan nilai perikemanusiaan.

Tolaki adalah sebuah komunitas masyarakat yang mendiamiPulau sulawesi disebelah tenggara
persisnya di kota kendari, kabupaten Konawe, konawe selatan, konawe utara. Kebanyakan dari mereka
punya profesi sebagai petani yang rajin dalam bekerja. selain itu mereka juga punya semangat gotong
royong yang tinggi.

Suku tolaki ini berasal dari kata TOLAKI, TO=orang atau manusia, laki=jenis kelamin laki-laki, jadi
artinya adalah manusia yang memiliki kejantanan yang tinggi, berani dan menjunjung tinggi kehormatan
diri/harga diri.
Suku tolaki menjadi salah satu suku terbesar di sulawesi tenggara di samping suku buton dan suku
muna yang terbesar di kabupaten kendari dan kabupaten kolaka, orang tolaki pada mulanya
menamakan dirinya sebagai tolohianga (orang dari langit).

Tarian suku tolaki juga biasanya di temukan di event besar misalnya, menjemput tamu besar, tari
lulo, tidaklah serumit tari tradisional lainnya.Para penarinya berpegang tangan satu sama lainnya
membentuk lingkaran saling menyambung. Setiap tamu yang tidsk bisa menari ala tari lulo oleh penari
yang mengajaknya hingga terbiasa.

Di kolaka timur mereka memiliki simbol adat yakni “KALO”, sedangkan tradisinya biasannya
disebut kalosara,kalo sendiri terbuat dari rotan dandibuat secara melingkar, kalo merupakan simbol
persatuan dan kesatuan, biasanya,masyarakat mekongga dan tolaki jika terjadi suatu masalah sosial
memerlukan penyelesaian, maka mereka akan kembali pada makna KALO.

Masyarakat di kabupaten kolaka timur hidup adil dan rukun antara agama maupun suku, sebagian
masyarakat maupun pemerintah daerah dapat bekerjasama dengan baik karena adanya keadilan dan
kehidupan yang beradap. Suku tolaki biasaya membentuk lingkaran, cara-cara mengikat yang melingkar
dan pertemuan-pertemuan atau kegiatan bersama di mana para pelaku membentuk lingkarann, kalo
dapat di buat dari emas, besi, perak benang, kain putih, akar, daun pandan, bambu dan dari kulit kerbau.

KALO meliputi (OSARA) atau adat istiadat yang berkaitan dengan pokok dalam pemerintah,
hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan, aktivitas, agama, kepercayaan, pekerjaan, keahlian, rotan
adalah simbol sangia Mbu`u dewa tertinggi) tolaki menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat. Di
katakan bahwa kalo melambangkan keselarasan dalam kesatuan persatuan antara segalah hal yang
bertentangan dalam alam tempat tempat berhuni manusia suku tolaki, melihat apa yang disumbangkan
konsep kalau pengembangan filsosofi arsitektur permukiman rakyat.

KALO secara umumnya meliputi osara (adat istiadat) khususnya owoseno tolaki atau sara
mbu`unotolaki, yaitu adat pokok yang merupakan sumber dari segala adat istiadat masyarakat tolaki
yang berlaku dalam semua aspek kehidupan.

Yaitu adat pokok dalam hubungan kekeluargadanpersatuaan pada umumnya yaitu pokok pekerjaan
yang berhubungan dengan keahlian dan keterampilan

3. sila ketiga ”PERSATUAN INDONESIA’’

Makna “persatuan Indonesia” dalam sila ketiga pancasila adalah suatu wujud kebulatan
Ipoleksosbud Hamkam dalam berbagai aspek kehidupan, yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan yang semuanya terwujud dalam suatu wadah, yaitu Indonesia.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga antara lain sebagai berikut :

- Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa serta Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
- Memiliki rasa cinta akan tanah air dan bangsa serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan
Negara.

- Pengakuan terhadap keanekaragaman suku bangsa dan budaya bangsa dan sekaligus mendorong
kearah pembinaan persatuan dan kesatuan Negara.

Dalam perjalan sejarah kerajaan konawe yang berkedudukan dikolaka pernah menerapkan
perangkat pemerintahyang di kenal dengan SIWOLE MBATOHU. Ditengah-tengah kehidupan sosial
masyarakat mereka ada satu simbol yang mampu mempersatukan dari berbagai masalah atau
menggunakan yang mampu mengangkat martabat dan menghormati mereka yang di sebut “KALO
SARA” dan masyarakat.

Di dalam interaksi sosial kehidupan bermasyarakat berisi nilai-nilai luhur lainnya yang merupakan
filosofi kehidupan yang menjadi pegangan, adapun filosofi budaya masyarakat tolaki dituangkan dalam
sebuah istilah atau perumpamaan, dan lain-lain.

BUAYA MEROU (paham sopan santun dan tata pergaulan), budaya ini merupakan budaya untuk
selalu berjuang dan sopan, saling menghormati Sesama manusia. hal ini sesuai dengan filosofi kehidupan
masyarakat dalam bentuk perempumaan.

· “INAE MEROU,NGGOIETO ANO DADIO TOONO MEROU LHANUNO ”

Artinya: barang siapa yang bersikap sopan kepada orang lain,

Maka pasti orang lain akan bannyak sopan .

· “INAE KONA WAWE IE NGGO MODUPA OAMBU”

Barang siapa yang baik budi pekertinya dia yang akan

Mendapatkan kebaikan.

· “INAE KO SARA NGGOIE PINESARA, MANO INAE LIA SARA NGGOIE PINEKASARA”

Artinya: barang siapa yang patuh pada hukum adat maka ia pasti di lindungi dan di bela oleh
hukum,namun barang siapa

Yang tidak patuh kepada hukum adat maka ia akan di kenalkan sanksi/hukuman.

· BUDAYA “SAMATURU” MEDULU RONGA MEPOKOO`ASO” (budaya bersatu , suka tolong menolong
dan saling membantu).

Masyarakat tolaki dalam menghadapi setiap permasalahan sosial dan pemerintahan baik itu berupah
upacaraa adat, pesta pernikahan, kematian maupun dalam melaksanakan peran dan fungsinya sebagai
warga negara, selalu bersatu, bekerja sama saling tolong menolong dan bantu membantu.
Budaya ini sebenarnya masuk dalam “budaya kohani” (budaya malu) namun adat perbedaan
mendasar karena pada budaya ini tersirat sifat mandir,i kebanggaan, percaya diri dan dan rendah
hati.kehidupan masyarakat di kota kolaka timur khususnya dan sulawesi tenggara umumnya bukan
hanya dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur suku bangsa tolaki tetapi juga masyarakat suku lainnya yang
berada di “BUMI ANOA” kesemuanya menjadi daya perekat.

Dalam kehidupan masyarakat di daerah ini, kerukunan antara umat beragama juga memberi warna
tersendiri di tengah-tengah kpercayaan dan keyakinan untuk menyerahkan diri kepada tuhannya
masing-masing. Suku ini menyebar di beberapa wilaya yang cukup luas yakni wilayah kota kendari,
konawe utara, konawe selatan dan kolaka, persebaran suku tolaki ini membawa serta pranata-pranata
sosial, politik, ekonomi dan rata-rata nilai. Oleh karena itu konsep KALO memiliki makna yang cukup
luas yang menyentuh aspek kehidupan orang tolaki.

Menurut tarima dalam basaula (2015:8) bahwa kalo sebagai adat pokok itu menurut konsepnya
meliputi: pertama sara wonua: yaitu adat dalam pemerintah, kedua, sara mbedulu, yaitu adat pokok
dalam aktivitas agama dan kepercayaan.

Pengaruh budaya asing masuk di indonesia terutama di sulawesi tenggara mengakibatkan


pergeseran perilaku sosial generasi muda tersebut menilai bahwa nilai-nilai budaya suku tolaki yang
cendrung hedonis dan weternisasi. Pergeseran perilakun sosial generasi mudah tersebut menilai bahwa
nilai-nilai suku adat tolaki kurang mampu mencegah dan mengatasi pengaruh dibudaya asing.

4. sila keempat “KERAKYATAN TANG DI PIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN”

Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yaitu sekelompok orang yang berdiam dalam satu wilayah negara
tertentu. Rakyat meliputi seluruh manusia itu, tidak dibedakan oleh tugas (fungsi) dan profesi (jabatan).
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung
arti bahwa Indonesia demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung (demokrasi perwakilan).
Demokrasi perwakilan sangat penting dalam suatu negara yang mempunyai daerah luas dan warga yang
banyak seperti Indonesia. Referendum sebagai salah satu perwujudan demokrasi langsung dapat
dilakukan dengan memilih wakil-wakil perantaraan rakyat.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti


bahwa " kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat ". Kerakyatan disebut juga kedaulatan rakyat
(rakyat yang berdaulat/berkuasa) atau Demokrasi (rakyat yang memerintah). Hikmat kebijaksanaan
berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur, dan bertanggungjawab serta
didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas
kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak
rakyat, hingga tercapai keputusan yang didasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan adalah
suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya Rakyat mengambil bagian
dalam kehidupan bernegara, antara lain melalui badan-badan perwakilan.

Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan Hakikat sila ini adalah demokrasi. Permusyawaratan, artinya
mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Dalam
melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti


bahwa Rakyat dalam melaksanakan tugas kekuasaannya baik secara langsung maupun tidak langsung
(Perwakilan) ikut dalam pengambilan keputusan - keputusan dalam musyawarah yang dipimpin oleh
pikiran yang sehat secara penuh tanggungjawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada
rakyat yang mewakilinya. Sila Ke IV ini merupakan sendi yang penting asas kekeluargaan masyarakat
Indonesia serta merupakan suatu asas, bahwa tata Pemerintahan Republik Indonesia didasarkan atas
kedaulatan rakyat. Sebagaimana ditegaskan dalam alenia ke-IV Pembukaan UUD 1945 : Maka disusunlah
kemerdekaan Indonesia, yang berkedaulatan Rakyat.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyarawaratan/ Perwakilan,
manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak,
dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hak-haknya ia menyadari perlunya selalu
memperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan masyarakat.

Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak boleh ada
suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebalum diambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan iusakan secara mufakat.
Musyarwarah untuk mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat kekluargaan, yang merupakan ciri
khas Bangsa Indonesia.

Manusia Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musywarah, karena
semua pihak yang bersangkutan harus menerimanya dan melaksankannya dengan baik dan tanggung
jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Pembinaan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Pancasila yang digunakan sebagai dasar negara dan ideologi negara. Dimana Pancasila juga digunakan
sebagai tolak ukur dalam berpikir dan bertingkah laku. Secara khusus kita akan membahas sila ke-empat,
yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang
mengandung arti atau makna penerimaan dari rakyat oleh rakyat, untuk rakyat dengan cara
musyawarah dan mufakat melalui lembaga- lembaga perwakilan. Masyarakat di kabupaten kolaka timur
hidup adil dan rukun antara agama maupun suku, sebagian besar masyarakat maupun pemerintah dapat
bekerjasama dengan baik karena adanya keadilan di kehidupan yang beradab.
Kepercayaan di berikan oleh masyarakat kolata timur kepada pemerintah daerah mencerminkan
pancasila ke-4 sebagai identitas nasional di kabupaten kolaka timur. Sistem pemerintah jaman dulu
menyebabkan orang tolaki perna mengenal pelapisan sosial yang cukup tajam. Golongan bangsawan
keturunan raja atau pembesar negeri disebut anakiah, rakyat biasa di sebut maradika dan di bawah
sekali terdapat golongan budak tawanan perang dan hamba sahaya, sebagai akibat kurangnya
penghayatan dan nilai-nilai budaya luhur setempat. Maka kehadiran KALOSARA adalah sebagai bentuk
penjabaran aliran filsafat pendidikan esensialisme yang berpendapat bahwa agar pendidikan memiliki
tujuan yang jelas dan kukuh yang akan mendatangkan kestabilan.

Suku tolaki merupakan yang berdiam di jazirah tenggara pulau sulawesi. Suku tolaki merupakan
suku asli daerah kendari dan kolaka, suku tolaki tersebar di 7 kabupaten/kota di provensi sulawesi
tenggara yang meliputi kota kendari, kabupaten konawe, konawe selatan, konawe utara, kolaka, kolaka
utara dan kolaka timur.

Masyarakat tolaki sejak zaman prasejarah telah memiliki jejak peradaban, hal ini dibukikan dengan
di temukannya peninggalan arkeologi di beberapa gua atau kumapo di konawe bagian utara maupun
gua-gua lain yang berada di daerah lain.gejalah terintegrasi kerajaan kecil membentuk suatu
konfederasi kerajaan terjadi juga di beberapa kerajaan di daerah ini seperti halnya kerajaan wolio
terbentuk merupakan gabungan dari beberapa kerajaan kecil lainnya, adapun beberapa kerajaan kecil
tersebut sebagai berikut:

1. Kerajaan padangguni

Kerajaan padangguni ini mulai berkembang dan memperluas wilayanya dan kerajaan ini eksis dan
berkuasa selama 12 generasi, adapun pimpinan atau raja pertama padangguni bernama tolahianga
dengan gelar bunda wula atau tenggolowuta juga biasa di gelar sangia ndudu ipadangguni.

2. kerajaan busulutu

kerajaan busulutu ini berlangsung singkat hal ini di sebabkan oleh karena kerajaan busulutu bernama
mokole mombeeno mempunyai suatu kegemaran berperang (momuha) dengan beberapa kerjaan di
sekitarnya.

3. Kerajaan watu mendonga

Kerajaan watu mendonga terletak di hulu sungai kolaka timur yang terletak di tenga lalolae kerajaan
saat ini pada saat itu masi dibawa kerajaan kolaka, pada periode selanjutnya kerajaan watu mendonga
bergabung dengan kerajaan konawe.
5. Sila kelima “KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA”

Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk semua orang, tidak ada
penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan bahagia spritual, lahir dan batin. Istilah adil
yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu
mana haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak
mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan
egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama.

Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat keadilan
manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya. Oleh
karena itu manusia dikatakan pula sebagai makhluk Monopruralisme

Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama adalah meliputi:

1. Keadilan Distributif

Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlukan
secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama. Keadilan distributif sendiri yaitu suatu
hubungan keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta
kesempatan dalam hidup bersama yang didasrkan atas hak dan kewajiban.

2. Keadilan Legal (Keadilan Bertaat)

suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak
wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani umum
dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang
menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya. Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal.

3. Keadilan Komulatif

suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini
bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles
pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan
yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
pertalian dalam masyarakat.

Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup
bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh
warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya.
Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa
di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa
di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta
keadilan dalam hidup bersama (keadilan bersama).

Sumber nilai dalam suku tolaki baik yang berdiam di pedesaan sebagai petani tradisional maupun yang
bermukim di perkotaan sebagai pegawai negeri atau pengusaha, sampai saat ini masi menempatkan
instrumen adat yang sakral, yaitu KALO berfungsi sebagai pemersatuan alat penyelesaian berbagai
masalah dalam kehidupan masyarakat.

Budaya masyarakat tolaki di sulawesi tenggara memiliki ciri-ciri umum, yang berpotensi besar
sebagai pendorong pembangunan daerah,yaitu: memliki naluri untuk hidup bertetangga secara baik,
mempunyai keinginan dan sikap kerja sama dalam bentuk gotong royong, yang di aplikasikan dalam
budaya samaturu,memiliki sikap kekerabatan yang di cerminkan dalam solidaritas dan tanggung rasa
terhadab sesama yang di aplikasikan dalam budaya medulu,rukun dalam kehidupan, mau
bermusyawarah yang di aplikasikan budaya mepokoasoa.

Memiliki sifat penyabar,menghormati orang lain yang memiliki status sosial yang lebih tinggi di
masyarakat atau lingkungan kerjanya, tercermin dalam inggomiu tolea. Potensi inovatif dari budaya
suku tolaki saat ini, harus di pandang sebagai suatu potensi dan peluang, bukan tantangan dan
hambatan pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat,secara filosofi suku tolaki telah
menetapkan kerangka budaya dalam bentuk falsafah hidup, yang merupakan penjabaran dari budaya
kalosara.

Bagi masyarakat tolaki KALO merupakan suatu pedoman yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat.KALO pada tingkat nilai budaya merupakan sistem norma adat yang berfungsi mewujudkan
ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. KALO pada
tingkat aturan khusus mengatur aktivitas-aktivitas yang amat jelas dan terbatas ruang lingkupnya,dalam
kehidupan masyarakat. Dalam konsep KALO yang mengatur aktivitas tersebut di kenal dengan
meraou,yaitu aturan khusus yang mengatur setiap individu dalam berbahasa yang menunjukan sopan
santun.

Untuk kehidupan bermasyarakat, suku tolaki mempunyai simbol budaya yang kuat yang membuat
mereka bisa bersatu padu untuk mengatasi berbagai macam persoalan yang muncul, simbol ini di
namakan KALOSARA yang di munculkan dengan tujuan untuk menciptakan masyarakat yang berbudi
luhur dan mau menjaga ketentraman dan kesejahtraan secara bersama-sama dan bisa bergaul secara
akrab dengan anggota masyarakat lainnya.

OSARA ialah seperangkat aturan-aturan pokok yang mengatur hubungan hukum antara individu dan
kelompok,dan antara kelompok yang apabilah di langgar di dapat menimbulkan sanksi baik dalam
bentuk hukuman fisik maupun berupa kutukan masyarakat. Mengajarkan kepada setiap individu suku
tolaki untuk selalu menaati segala keputusan yang di keluarkan oleh adat dengan tujuan untuk mengajak
masyarakat agar mau menciptakan rasa damai dan cinta dalam kehidupan mereka.

Anda mungkin juga menyukai