Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BANGUNAN HEMAT ENERGI DI KAWASAN TROPIS


(STUDI KASUS MINISONSIBLE HOUSE)

Disusun Oleh :

Muhclis Adi Nugraha


F22119040

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat
dan tuntunannya sehingga kami dapat menyusun makalah bahasa Indonesia ini dengan baik
sebagai salah satu tanggung jawab untuk memenuhi tugas matkul Green Arsitektur. Adapun
judul dari makalah ini yaitu “Bangunan Hemat Energi di Kawasan Tropis”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Eng. Puteri Fitriaty, ST., MT dan Andi
Jiba Rifai B., ST., MT selaku dosen pengampu mata kuliah green arsitektur, atas bimbingan
dan arahannya selama proses pembelajaran. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman atas dukungannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari kekurangan
sehingga sangat dibutuhkan saran ataupun kritik yang membangun untuk melengkapi
kekurangan dari makalah ini. Kami juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
setiap orang yang membacanya dan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang
pentingnya penghematan energi. Terutama penghematan energi pada bangunan.

Palu, 01 Maret 2022

Penulis

xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI......................................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................................ 2
1.4. Manfaat...................................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
2.1. Pengertian Bahasa...................................................................................................... 2
2.2. Sumber Bahasa Indonesia.......................................................................................... 5
2.3. Kedudukan Bahasa Indonesia.................................................................................... 8
2.4. Fungsi Bahasa Indonesia............................................................................................ 9
BAB III : PENUTUP.............................................................................................................. 11
3.1. Kesimpulan................................................................................................................. 11
3.2. Saran........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………. 12

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beragam adat istiadat,
budaya, suku, serta bahasa. Karakteristik wilayah di negara Indonesia yang dipisahkan oleh
lautan membuat keberagaman tumbuh dan berkembang di negara kita. Salah satu
keberagaman yang ada di Indonesia yaitu bahasa. Bahasa merupakan cara yang dilakukan
individu yang satu untuk berkomunikasi dengan individu yang lain. Bahasa juga tentunya
mengalami perkembangan seiring dengan adanya peradaban yang dibangun oleh manusia.
Dahulu kala, manusia purba berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat ataupun
bunyi-bunyian tertentu yang bisa dipahami satu sama lain. Selain itu, manusia purba di
zaman dahulu juga menceritakan suatu kejadian dengan menggunakan media dinding-
dinding gua. Mereka menggunakan gambar ataupun simbol-simbol yang menjelaskan
tentang suatu peristiwa.
Di Indonesia sendiri, terdapat 700 lebih jenis bahasa daerah yang tersebar di seluruh
wilayah nusantara. Hal ini tentu menjadi salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh
negara Indonesia. Namun, di satu sisi,perbedaan bahasa ini membuat orang yang yang
berada di daerah yang satu kemungkinan akan sulit berkomunikasi dengan orang yang
berada di daerah yang lain. Bahasa Indonesia kemudian hadir sebagai solusi dari
permasalahan tersebut. Bahasa Indonesia tentu sangat penting bagi orang Indonesia
sebagai pemersatu cara berkomunikasi kita. Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara
yang memiliki banyak fungsi, yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan
menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan
dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Fungsi-fungsi ini tentu
saja harus dijalankan secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Darimana sumber bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia?

1
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui sejarah bahasa Indonesia dan darimana sumbernya
2.Untuk mengetahui seperti apa kedudukan bahasa Indonesia

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu untuk menambah wawasan bagi para pembacanya
terkait sejarah dan kedudukan bahasa Indonesia sehingga tumbuh rasa cinta dan rasa
bangga menggunakan bahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bahasa


Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk berkomunikasi atau
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat
untuk berinteraksi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau
perasaan. Bahasa dapat di artikan sebagai sebuah sistem lambing berupa bunyi, bersifat
arbiter, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi. Beberapa ahli pun memiliki pendapat
mengenai apa itu bahasa. Ahli- ahli tersebut diantaranya adalah :
A. Keraf.
Keraf menerangkan bahwa mengingat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi dan
memperhatikan wujud bahasa itu sendiri, kita dapat membatasi pengertian bahasa sebagai
alat komunikasi antara masyarakat berupa simbol bunyi yang di hasilkan oleh alat ucap
manusia.
B. kridalaksana
Kridalaksana (dalam Chaer, 2007:32) mengemukakan definisi bahasa yaitu bahwa bahasa
adalah sistem lambing bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.

2
C. Brown
Brown dalam pendapatnya menyatakan bahwa:

 Bahasa itu sistematis


 Bahasa itu satuan yang arbiter
 Bahasa tidak hanya tentang bunyi, namun juga dapat divisualisasikan
 Bahasa digunakan untuk berkomunikasi
 Bahasa sebagai alat berbicara dalam suatu masyarakat atau budaya
 Bahasa pada dasarnya adalah untuk manusia
 Bahasa dapat diterima oleh seluruh masyarakat dengan cara yang sama, bahasa
dan pembelajaran bahasa keduanya memiliki karakteristik yang universal.
Di dunia ini terdapat ribuan bahasa, dan setiap bahasa mempunyai sistemnya sendiri-
sendiri yang disebut tata bahasa. Terdapat tata bahasa untuk bahasa Indonesia, tata bahasa
untuk bahasa Inggris, tata bahasa untuk bahasa Jepang, dan sebagainya. Meskipun kegiatan
berkomunikasi dapat dilakukan dengan alat lain selain bahasa, pada prinsipnya, manusia
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa. Bahasa, dalam pengertian Linguistik Sistemik
Fungsional (LSF), adalah bentuk semiotika sosial yang sedang melakukan pekerjaan di dalam
suatu konteks situasi dan konteks kultural, yang digunakan baik secara lisan maupun secara
tulis.

Menurut Chaer, bahasa juga memiliki beberapa sifat. Sifat atau ciri itu antara lain :
1. Bahasa Adalah sebuah Sistem
Sistem adalah sesuatu yang tersusun, teratur, dan berpola. Kata sistem dapat diartikan
sebagai suatu susunan teratur yang berpola sehingga membentuk suatu keseluruhan yang
bermakna atau berfungsi. Artinya, sistem bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, sistem
adalah keseluruhan dari sistem bawahan yang membentuknya. Sebagai sebuah sistem,
bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa tersusun secara
terartur dan berpola. Adapun sistemis artinya bahasa tersusun dari beberapa sub-sistem.

2. Berwujud Lambang
Lambang dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem. Lambang, dalam bahasa
Indonesia juga dikenal dengan simbol. Secara sederhana lambang diartikan sebagai suatu
tanda yang mengandung maksud tertentu. Menurut W. et al. (2017:1.5) bahasa merupakan
sistem simbol, baik berupa bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan disepakati oleh
suatu kelompok sosial. Ditinjau dari ilmu bahasa (linguistik), lambang dapat berbentuk,
abjad, angka, dan pelafalannya (bunyi). Bunyi dikategorikan sebagai lambang, sebab bunyi
adalah bagian dari tanda.

3
3. Berupa Bunyi
Istilah bunyi dan suara adalah dua kata yang sama (bersinonim). Namun demikian untuk
membedakan dua kata tersebut dapat menyimak penjelasan berikut. Suara adalah bunyi
yang dikeluarkan dari alat ucap (manusia atau hewan) dan gesekan benda. Bunyi adalah
sesuatu yang terdengar oleh alat dengar. Disebut suara ketika bunyi dihasilkan, disebut
bunyi ketika suara itu diterima. Sama halnya dengan lambang, bunyi dalam bahasa juga
merupakan bagian dari sistem. Secara sederhana bunyi adalah sesuatu yang diterima oleh
alat pendengaran, baik dari gesekan benda, alat suara pada hewan atau manusia. Namun,
bunyi yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang diucapkan oleh manusia
yang berupa huruf, kata, kalimat, atau wacana. Sehingga, walaupun dihasilkan oleh alat
ucap manusia, teriakan, tangisan, dan batuk bukan merupakan bunyi bahasa.

4. Bersifat Arbitrer (Manasuka)


Arbitrer, dalam bahasa Indonesia juga dapat diartikan sebagai manasuka, berubah-ubah,
tidak tetap, dan sewenang-wenang. Istilah arbitrer dalam pengertian ini artinya tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (huruf, angka, dan bunyi) dengan konsep dari
lambang tersebut. Misalnya, konsep dari binatang berkaki empat yang biasa dipelihara
untuk ditunggangi atau angkutan dalam lambang bahasa Indonesia ditulis sebagai
kata kuda dan dibunyikan [kuda]. Sedangkan dalam bahasa lain, seperti Bima disebut
dengan [jara], bahasa Jawa [jaran], dan bahasa Inggris [horse]. Walaupun hewannya sama,
namun dilambangkan (tulis atau lisan) secara berbeda. Jika memang ada hubungan yang
wajib, maka sudah tentu nama hewan itu ditulis dan disebut dengan kata yang sama pada
semua bahasa.

5. Bermakna
Ciri lain dari bahasa adalah memiliki makna. Makna atau arti adalah pengertian yang
diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Bentuk kebahasaan atau yang juga disebut
dengan satuan kebahasaan dapat berupa morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Bentuk kebahasaan tersebut pasti memiliki makna entah itu makan leksikal (morfem dan
kata), makna gramatikal (frase, klausa, dan kalimat), atau makna pragmatik/konteks
(wacana).

6. Konvensional
Konvensional artinya berdasarkan pemufakatan atau kesepakatan suatu kelompok. Bahasa,
walaupun bersifat arbitrer (manasuka) namun dalam penggunaan lambang harus diikuti
oleh setiap kelompok masyarakat tersebut. Misalnya, kelompok masyarakat bahasa
Indonesia harus mengikuti aturan yang telah disepakati oleh masyarakat Indonesia. Begitu
juga dalam kelompok masyarakat bahasa daerah maupun komunitas yang lebih kecil.

7. Unik
Ciri selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bersifat unik. Unik secara singkat dapat
diartikan sebagai ciri khas/ciri khusus. Bahasa bersifat unik artinya bahasa memiliki ciri khas
tersendiri pada setiap sistem dan penggunaannya. Ciri khas tersebut berlaku pada semua
bahasa yang ada di dunia. Tentang keunikan ini, Chaer (2012:52) menyatakan jika keunikan
terjadi pada sekelompok bahasa yang berada dalam satu rumpun atau satu kelompok
bahasa,

4
lebih baik jangan disebut keunikan, melainkan ciri dari rumpun atau golongan bahasa itu.
Misalnya rumpun bahasa Melayu-Polinesia seperti bahasa Kalimantan, Filipina Utara,
Sulawesi, Jawa, dan Sumba. Bahasa dalam rumpun Melayu Polinesia tersebut memiliki ciri
awalan (prefix), sisipan (infix), akhiran (sufix), dan kombinasinya serta reduplikasi untuk
mengekspresikan berbagai nilai.

8. Universal
Jika sebelumnya telah dibahas bahwa bahasa itu memiliki ciri khas masing-masing (unik),
selanjutnya akan dibahas tentang ciri lain dari bahasa yaitu sifat bahasa yang universal.
Universal dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh
dunia. Ciri bahasa yang universal dapat diartikan bahwa semua bahasa di dunia memiliki
sifat tertentu yang sama dengan bahasa lainnya. Contoh ciri universal pada bahasa adalah
adanya bunyi bahasa yang berupa vokal dan konsonan pada semua bahasa di dunia. 

9. Produktif
Kata produktif dapat diartikan sebagai mampu menghasilkan secara terus-menerus. Sifat
bahasa yang produktif dapat berarti kemampuan bahasa dalam menghasilkan istilah secara
terus-menerus. Walaupun hanya terdiri dari unsur yang terbatas (a-z atau 0-9) bahasa dapat
menghasilkan berbagai macam istilah baru.

Misalnya: huruf yang terdiri dari a, h, n, t, dan u dapat membentuk kata tuhan, hutan,
hantu, dan tahun. Begitu pun dengan penggabungan huruf lain yang membentuk kata,
kemudian kalimat, paragraf, hingga wacana.

10. Bervariasi
Sifat selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bervariasi. Bervariasi dapat berarti
mempunyai berbagai bentuk, jenis atau ragam. Bahasa itu bervariasi artinya bahasa
memiliki berbagai bentuk. Variasi bahasa ini dibagi oleh Chaer (2012:55) dalam tiga bentuk,
yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi bahasa yang mencirikan
perseorangan/individu.

2.2. Sumber Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan bahasa persatuan Republik Indonesia.
Penggunaan bahasa Indonesia diresmikan setelah proklamasi kemerdekaan bersamaan
dengan mulai berlakunya konstitusi. Dari segi linguistik, Bahasa Indonesia adalah varian dari
bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan bahasa Austronesia dari cabang Sunda-Sulawesi
yang digunakan sebagai lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara sejak abad
awal penanggalan modern. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan
dengan menyebarnya agama islam di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan
bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa melayu mudah di terima oleh masyarakat
Nusantara sebagai bahasa penghubung antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar
bangsa, dan
5
antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di Indonesia menumbuhkan rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.
Penamaan “bahasa Indonesia” diawali sejak di canangkannya Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928 yang menghindari kesan imperialisme bahasa apabila nama
“Bahasa Melayu” tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia
saat ini dari varian bahasa Melayu yang sering di gunakan di Riau atau di rumpun
Semenanjung Malaya atau bagian Sumatera. Kridalaksana menjelaskan bahwa kelahiran
bahasa Indonesia tidak terpisahkan dari kebangkitan nasional. Para perintis kemerdekaan
tidak hanya berpikir untuk merebut kekuasaan dari penjajah, melainkan juga untuk
menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang merdeka dengan kebudayaannya sendiri yang
bisa di banggakan. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan
dari Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya
pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada
masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua
bahasa yang diharapkan bisa menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan bahasa
Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan. Secara sosiologis, kita bisa mengatakan bahwa bahasa
Indonesia resmi diakui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal itu sesuai pada
bunyi sumpah pemuda butir ketiga yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan,bahasa Indonesia.” Namun, secara yuridis, bahasa Indonesia diakui pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah kemerdekaan Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa
nasional. Bahasa Indonesia dulu dikenal dengan bahasa Melayu yang merupakan
penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan Nusantara. Telah dikemukakan pada
beberapa kesempatan,mengapa bahasa Melayu yang dipilih menjadi bahasa nasional bagi
negara Indonesia. Dibandingkan bahasa yang lain yang dapat dicalonkan sebagai bahasa
nasional, yaitu bahasa Jawa (yang menjadi bahasa ibu bagi sekitar setengah penduduk
Indonesia), bahasa melayu menjadi bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasa itu
diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk Kepulauan Riau, Linggau, dan penduduk pantai-
pantai di seberang Sumatera. Namun justru karena pertimbangan itulah pemilihan bahasa
Jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan. Alasan yang kedua
adalah bahasa Melayu memiliki sejarah yang panjang sebagai lingua franca.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara pada abad ke-7 . Bukti dari
hal tersebut adalah ditemukannya prasasti-prasasti yang bertuliskan huruf berbahasa
Melayu kuno seperti pada prasasti di Kedukan Bukit Karangka tahun 683M, prasasti Talang
Tuwo Berangka tahun 684M, prasasti Kota Kapur Berangka tahun 686M,dan prasasti Karang
Birahi Berangka tahun 688M. Bahasa Melayu kuno itu hanya digunakan pada zaman
kerajaan
6
Sriwijaya saja. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu kuno dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Buddha. Bahasa Melayu dipakai sebagai
bahasa penghubung antar suku di Nusantara. Adapun peristiwa – peristiwa penting yang
berkaitan dengan bahasa Indonesia diantaranya:

 Pada tahun 1908, pemerintah kolonial mendirikan buku penerbit bernama


Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun
1917 diubah menjadi Perpustakaan Pusat. Badan penerbit menerbitkan novel,
seperti Siti Nurbaya dan Salah satu Perawatan, buku panduan penanaman,
pemeliharaan buku kesehatan, yang tidak sedikit untuk membantu penyebaran
Melayu di masyarakat luas.
 Tanggal 16 Juni 1927 John Datuk Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertama kalinya di sesi Volksraad, seseorang berpidato
dalam bahasa Indonesia.
 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa nasional Indonesia.
 1933 mendirikan generasi penulis muda yang menamakan diri Pujangga Baru yang
dipimpin oleh Sutan Alisyahbana.
 1936 Sutan Alisyahbana mempersiapkan Indonesia Grammar Baru.
 Diadakan 25-28 Juni 1938 Indonesia pertama Kongres di Solo. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa pelatihan bisnis kongres dan pengembangan Indonesia
telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
 18 Agustus 1945 menandatangani Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan
salah satu artikel (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
 Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik bukannya ejaan
Van Ophuijsen sebelumnya berlaku.
 28 Oktober sampai 2 November 1954 Kongres II Indonesia di Medan. Kongres ini
merupakan perwujudan dari tekad Indonesia untuk terus meningkatkan Indonesia
yang diangkat sebagai bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
 Tanggal 16 Agustus 1972 Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan
Indonesia Peningkatan Ejaan (EYD) melalui pidato kenegaraan sebelum sesi
Parlemen didorong juga dengan Keputusan Presiden Nomor 57 1972.
 Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan Pedoman Umum
Pembentukan dan istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Nusantara).
 28 Oktober sampai 2 November 1978 Indonesia Kongres III yang diselenggarakan di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda ke-50
di samping menunjukkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan Indonesia
sejak tahun 1928, juga berusaha untuk memperkuat posisi dan fungsi bahasa
Indonesia.
 Tanggal 21-26 November 1983 Indonesia Kongres IV yang diselenggarakan di
Jakarta. Kongres ini digelar dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda ke-55.
Dalam putusannya menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia
7

harus ditingkatkan sehingga amanat yang terkandung dalam Garis-Garis Besar


Haluan Negara, yang mengharuskan semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, bisa mencapai sedekat mungkin.

 28 Oktober hingga 3 November 1988 Indonesia Kongres  V yang diadakan di


Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh sekitar tujuh ratus pakar dari seluruh Indonesia
peserta Indonesia dan tamu dari negara-negara tetangga seperti Brunei, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ditandatangani oleh pekerjaan
besar yang disajikan Pembangunan dan Pengembangan Bahasa Pusat pecinta bahasa
di Nusantara, Kamus Indonesia dan Tata Bahasa Baku Indonesia.
 28 Oktober sampai 2 November 1993 Indonesia Kongres  VI yang diadakan di
Jakarta. Sebanyak 770 peserta dari para ahli bahasa Indonesia dan 53 tamu dari
peserta asing termasuk Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hong Kong, India,
Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres
menyarankan bahwa Pembangunan dan Pengembangan Bahasa Pusat upgrade ke
Institute Indonesia, serta mengusulkan perumusan hukum Indonesia.
 26Oktober sampai 30 Oktober 1998 di Kongres VII Indonesia Hotel Indonesia,
Jakarta. Kongres yang mengusulkan pembentukan Dewan Penasehat Bahasa.
 14 Oktober sampai 17 Oktober 2003 Kongress VIII diadakan di Jakarta,tepatnya di
hotel Indonesia, kongres tersebut bertemakan “Pemberdayaan Bahasa Indonesia
Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dalam Era Globalisasi” yang dijabarkan
kedalam tiga pokok bahasan yang mencakup bahasa, sastra, dan media massa.
 28 Oktober sampai 1 November 2008 Kongres IX di Jakarta membahas lima hal
utama yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran
bahasa dan sastra, dan bahasa media massa.

2.3. Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum
pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukanya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
Menurut (Arifin,dkk. 2008:12) Bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa negara,
hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, pasal
36). Jadi dapat disimpulkan jika kedudukan bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan
bahasa negara. Hal ini yang selama ini tidak diketahui oleh semua kaum muda dan pelajar,
dimana bahasa Indonesia begitu fital di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Bahasa
Indonesia menjadi jantung dari bangsa Indonesia yang sudah menjadi keharusan sebagai
generasi penerus untuk menjaga dan mengembangkanya. Dalam kedudukanya bahasa
Indonesia harus benar-benar dipahami oleh semua kalangan terutama kaum muda dan
pelajar, agar jiwa patriotisme dan nasionalisme mereka terus terjaga, hal ini berkenaan
8
dengan keadaan saat ini yang semangkin hari semangkin krisis akan jiwa nasionalisme
tersebut. Kaum muda dan pelajar lebih bangga akan bahasa asing, seperti bahasa Inggris,
Mandarin, Arab dan lainya, yang menyampingkan bahasa nasional dan negara kita, hal ini
karena bahasa Indonesia adalah bahasa Ibu yang mudah untuk dipahami dan tidak
memerlukan belajar khusus. Dalam kenyataanya masih banyak kaum muda dan pelajar yang
tidak tahu bahsa Indonesia yang baik dan benar, mulai dari tingkatan pendidikan dasar
sampai dengan tingkatan perguruan tinggi, hal ini sesuai dengan kenyataan yang pernah
diteliti oleh salah satu mahasiswa yang pernah penulis bimbing. Dari hasil penelitian tentang
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar terlihat jika
sebagian besar pelajar tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
mereka lebih sering menggunakan bahasa daerah dengan campuran bahasa asing yang
sudah jelas merusak tatanan 289 Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB2015
kebahasaan yang telah dibakukan di Indonesia. Selain itu pendidik dalam hal ini Guru dalam
kegiatan belajar mengajar juga masih banyak yang tidak menggunakan bahasa Indonesia
secara efektif, hal ini juga berpengaruh terhadap pola pikir pelajar, sehingga mereka tidak
terbiasa untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dimana tujuan akhir
akan mengarah pada tidak terjaganya kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan baik
di mata kaum muda dan pelajar.

2.4. Fungsi Bahasa Indonesia


Menurut buku Arifin (2008:12) kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
memiliki fungsi, diantaranya:
a. Lambang Kebanggaan Kebangsaan Di dalam fungsinya sebagai Lambang Kebangaan
Kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebangsaan. Atas dasar kebangaan ini, bahasa Indonesia harus terus dijaga, pelihara dan
kembangkan serta rasa kebanggan pemakainya senantiasa kita bina.
b. Lambang Indentitas Nasional Bahasa Indonesia fungsinya sebagai Indentitas Nasional,
yang mengarah pada penghargaan terhadap bahasa Indonesia selain bendera dan lambang
negara. Di dalam fungsinya bahasa Indonesia tentulah harus memiliki indentitasnya sendiri,
sehingga serasi dengan lambang kebangsaan yang lain. Bahasa Indonesia memiliki
indentitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya terutama kaum muda dan pelajar
membina dan mengembangkanya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa
lain.
c. Alat Perhubungan Antarwarga, Antardaerah, Antarbudaya Bahasa Indonesia memiliki
peranan yang fital dimasyarakat umum dan nasional. Berkat adanya bahasa Indonesia
9
masyarakat dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak
perlu dikawatirkan. Masyarakat dapat berpergian ke seluruh plosok tanah air dengan hanya
memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satusatunya alat komunikasi.
d. Alat Pemersatu Suku Budaya dan Bahasanya. Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu
suku, budaya dan bahasa maksudnya, bahasa Indonesia memungkinkan keserasian di antara
suku-suku, budaya dan bahasa di Nusantara, tanpa harus menghilangkan indentitas
kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah
yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu masyarakat dapat meletakkan
kepentingan nasional jauh di atas kepentinggan daerah atau golongan.
Sedangkan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara memiliki fungsi diantaranya:
a. Bahasa Resmi Kenegaraan Maksud dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan, bahwa bahasa Indonesia dipakai di 290 Prosiding Seminar Nasional Bulan
Bahasa UNIB2015 dalam kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan seperti upacara, peristiwa dan
kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Salah satu
kegiatan tersebut adalah penulisan dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainya, serta pidatopidato
kenegaraan.
b. Bahasa Pengatar dalam Pendidikan Bahasa Indonesia memiliki fungsi vital di dunia
pendidikan di nusantara ini, mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi
di seluruh Indonesia, kecuali pada daerah-daerah tertentu yang masih menggunakan bahasa
daerah sebagai bahasa pengantarnya seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali dan
Makasar, akan tetapi hanya sampai tahun ke tiga pendidikan Sekolah Dasar.
c. Alat Perhubungan pada Tingkat Nasional Dalam hal ini bahasa Indonesia dipakai bukan
saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah, dan antarsuku, melainkan juga sebagai
alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya dan
bahasanya.
d. Alat Pegembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Di dalam hubungan ini,
bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki
ciri-ciri dan indentitasnya sendiri, yang membedakanya dengan kebudayaan daerah.
10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
bahasa adalah alat untuk berinteraksi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep, atau perasaan. Seperti negara-negara yang lain, Indonesia juga memiliki
bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia. Sumber dari bahasa Indonesia adalah dari bahasa
Melayu yang merupakan bahasa yang digunakan sebagai bahasa perhubungan antar suku,
antar pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di
Indonesia menumbuhkan rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia, oleh karena
itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar
mengangkat bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk
seluruh bangsa Indonesia. Secara sosiologis, kita bisa mengatakan bahwa bahasa Indonesia
resmi diakui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal itu sesuai pada bunyi
sumpah pemuda butir ketiga yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan,bahasa Indonesia.” Namun, secara yuridis, bahasa Indonesia diakui pada tanggal
18 Agustus 1945 atau setelah kemerdekaan Indonesia. Alasan mengapa bahasa Melayu yang
dipilih sebagai bahasa nasional yaitu karena jika dibandingkan bahasa yang lain yang dapat
dicalonkan sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Jawa (yang menjadi bahasa ibu bagi
sekitar setengah penduduk Indonesia), bahasa melayu menjadi bahasa yang kurang berarti.
Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk Kepulauan Riau, Linggau,
dan penduduk pantai-pantai di seberang Sumatera. Namun justru karena pertimbangan
itulah pemilihan bahasa Jawa akan selalu dirasakan sebagai pengistimewaan yang
berlebihan. Alasan yang kedua adalah bahasa Melayu memiliki sejarah yang panjang sebagai
lingua franca. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti
tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Adapun kedudukan dari
bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa nasional. Kedudukannya berada di atas bahasa-
bahasa daerah.

3.2. Saran
Sebagai warga negara Indonesia,tentu kita wajib bangga terhadap bahasa persatuan
yang kita gunakan sehari-hari. Para pendiri bangsa sudah mencurahkan segala pikirannya
sehingga tercetus bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang dapat dimengerti oleh
seluruh rakyat Indonesia. Sebagai bahasa nasional, tentu bahasa Indonesia yang baik juga
harus kita kuasai, khususnya dalam peran kita sebagai seorang mahasiswa. Oleh karenanya,
kita harus terus belajar dan terus mendalami serta mempraktekkan seperti apa sebenarnya
bahasa Indonesia yang baik dan benar tersebut.

11

DAFTAR PUSTAKA

Wiratno, T. & Santosa, R. (tanpa tahun). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks Sosial
Nugroho, A. (2015). Pemahaman Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Dasar
Jiwa Nasionalisme
Yanti, Gusti Prima, Dkk. (2016). Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan.
Jakarta:Grasindo
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta : Akademika Pressindo.
12

Anda mungkin juga menyukai