Anda di halaman 1dari 27

BAHASA INDONESIA

BAKU

TUGAS MAKALAH

Oleh:

KELOMPOK III

Melani Putria Dewi Sari (105391100122)

Nuraini (105391100522)

Dina (105391101522)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Adapun isi dari makalah, yaitu
menjelaskan tentang penggunaan, fungsi dan ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku.
Penyusun berterima kasih kepada Bpk. Andi Syamsul Alam, S.Pd.,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
arahan serta bimbingan dan juga kepada semua pihak yang telah membantu,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak, tak ada
mawar yang tak berduri”. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun
sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang
positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik
dan berdaya guna dimasa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan serta dalam penyusunan tugas makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.

Sungguminasa, 10 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 3
E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Bahasa Baku ...................................................................................... 4
B. Proses Terjadinya Pembakuan Bahasa .............................................. 6
C. Ciri-ciri Bahasa Baku ........................................................................ 7
D. Fungsi Bahasa Baku .......................................................................... 19
a. Bahasa baku sebagai fungsi pemersatu ...................................... 19
b. Bahasa baku sebagai fungsi pemisah ......................................... 20
c. Bahasa baku sebagai fungsi harga diri ....................................... 21
d. Bahasa baku sebagai kerangka rujuk ......................................... 21
E. Minimnya Penggunaan Bahasa Baku dalam Kehidupan Masyarakat 21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................ 23
B. Saran .................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cikal bakal Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
Negara berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan
ikrar sumpah pemuda. Menurut sugono (2007) sikap politik pemuda
nusantara yang menyatakan “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”
merupakan pengakuan terhadap banyaknya bahasa di Indonesia sebanyak 746
bahasa. Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
disamping menjadi alat komunikasi antar etnik yang mempunyai bahasa
daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga telah
menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnik di
Indonesia. Sedangkan dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara yang
ditetapkan sehari setelah hari proklamasi kemerdekaan republik Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam pasal 36 UUD 1945, sejak saat itu bahasa
Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan dalam mengelola Negara
dalam situasi formal, seperti interaksi dikantor-kantor, disekolah-sekolah,
pidato dan ceramah serta secara tertulis dalam buku. Namun tidak semua
orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya
pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan ejaan.
Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara
komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti
bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama
dengan bahasa yang baik dan benar. Mereka tidak mampu membedakan antara
bahasa yang baku dan yang nonbaku. Pateda (Alwi, 1997:30) mengatakan
bahwa, “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang
baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan
bahasa yang baku.”

1
Slogan “Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”,
tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu
hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan
bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikian juga,
masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintah agar
bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa. “Manakah ada
bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa
Indonesia lisan baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu
menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal dari daerah.‟‟ Atau
mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka
berbahasa Indonesia secara lisan.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
a. Apa itu bahasa baku?
b. Bagaimana proses terjadinya pembakuan bahasa baku?
c. Bagaimana ciri-ciri bahasa baku?
d. Bagaimana fungsi bahasa baku?
e. Mengapa penggunaan bahasa baku sangat minim di dalam kehidupan
masyarakat?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Menjelaskan pengertian dari bahasa baku
b. Menjelaskan proses terjadinya pembakuan bahasa baku
c. Menjelaskan ciri-ciri bahasa baku
d. Menjelaskan fungsi bahasa baku
e. Menjelaskan minimnya penggunaan bahasa baku didalam kehidupan
masyarakat.

2
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Mengetahui pengertian dari bahasa baku
b. Mengetahui proses terjadinya pembakuan bahasa baku
c. Mengetahui ciri-ciri bahasa baku
d. Mengetahui fungsi bahasa baku
e. Mengetahui minimnya penggunaan bahasa baku dalam kehidupan
masyarakat

E. Sistematika Penulisan
Pada makalah ini, penyusun menjelaskan mengenai bahasa Indonesia
baku yang dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab berikutnya yaitu bab dua, penyusun menguraikan secara rinci
berdasarkan data-data yang penyusun peroleh dari buku dan internet mengenai
kajian teori tentang bahasa Indonesia baku.
Bab ketiga, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan
saran dalam makalah ini. Pada bagian ini, penyusun menyimpulkan uraian
sebelumnya dan memberikan saran agar para pembaca khusunya para
mahasiswa untuk lebih memahami mengenai bahasa Indonesia baku.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bahasa Baku
Bahasa Indonesia bukanlah sebuah sistem yang tunggal dan kaku.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang hidup mempunyai variasi-variasi yang
masing-masing mempunyai fungsi tersendiri sebagai proses komunikasi.
Variasi-variasi tersebut sejajar dari yang lain. Namun, dalam hubungannya
atau dalam komunikasi resmi perlu dilakukan aturan/rambu berupa ketentuan-
ketentuan khusus yang dapat dijadikan sebagai pedoman, dalam hal ini,
ketentuan khusus atau disebut standarisasi.
Dalam proses standarisasi, salah satu variasi bahasa yang diangkat
untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu yakni variasi yang dinamakan bahasa
standar atau bahasa baku. Untuk itu, bahasa baku perlu memiliki sifat
kemantapan yang dinamis yang berupa kaidah dan aturan-aturan yang tepat.
Variasi-variasi lain yang disebut bahasa nonstandard atau tidak baku. Bahasa
tidak baku tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam
pemakaian bahasa yang tidak resmi.
Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang menghubungkan
seseorang dengan yang lainnya. Keraf (2005:54) menyebutkan ada dua
pengertian dari bahasa yaitu pertama menyatakan bahasa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Kedua bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku
dan bahasa tidak baku.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language
dalam bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali
diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran
Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranek dan Vilem Mathesius

4
merumuskan pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa
baku sebagai bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan
sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai
dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai
ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran
atau pemikiran teratur, logis dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat
kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang
digunakan secara efektif, baik dan benar. Efektif karena memuat gagasan-
gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai
kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan,
secara tertulis maupun terucap.
Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat.
Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa
standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku
mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun
bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan
pada saat proses belajar mengajar di dalam dunia pendidikan, pada urusan
resmi pekerjaan misalnya saat rapat besar, dan juga pada semua konteks resmi.
Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang
menggunakan bahasa tidak baku.
Bahasa Indonesia bukan saja sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan maksud dan perasaan seseorang kepada orang lain, melainkan
lebih dari itu harus diperhatikan sesuai pemakainya. Berdasarkan situasinya
dan pemakaiannya, bahasa Indonesia dapat dibedakan atas:
a. Situasi resmi: yaitu pemakaian bahasa Indonesia yang berkaitan dengan
masalah-masalah kedinasan atau keilmuan. Misalnya: memberi ceramah,
belajar berkhotbat, surat-menyurat resmi dan lain-lain yang bersifat
resmi. Pada situasi seperti ini, peranan bahasa bukan saja semata-mata
sebagai alat komunikasi, melainkan sebagai alat penyampai gagasan atau

5
ide secara tepat. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan pemakaian
bahasa yang benar yaitu bahasa standar atau bahasa baku.
b. Situasi tidak resmi atau situasi santai: yaitu pemakaian bahasa
Indonesia dalam pergaulan sehari-hari dengan masalah-masalah pokok
yang bersifat tidak resmi. Misalnya: komunikasi dalam lingkungan
keluarga, tawar-menawar barang di pasar, bertegur sapa dijalanan dan
lain-lain yang bersifat tidak resmi. Pada situasi seperti ini, peranan
bahasa semata-mata hanya sebagai alat komunikasi (perhubungan). Asal
lawan bicaranya dapat memahaminya, maka memadailah pemakaian
bahasa tersebut. Dengan demikian, pelanggaran terhadap kaidah-kaidah
bahasa, bukanlah hal yang tercela, asal pelanggaran tersebut tidak
mengubah maksud atau menimbulkan kesalahpahaman.

B. Proses Terjadinya Pembakuan Bahasa


Bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia, sebab bahasa
merupakan alat bagi manusia untuk berinteraksi. Bahasa Indonesia
mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam
prakteknya kita sering menggunakan kata non baku. Hal tersebut dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek
berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakan
sama yaitu bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia
perlu diperhatikan situasi dan kondisinya. Pembakuan bahasa juga dibutuhkan
masyarakat. Usaha pembakuan bahasa tersebut bertujuan agar tercapai
pemakaian bahasa yang cermat, cepat, dan efisien dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan masyarakat.
Pembakuan disebut juga standardisasi. Menurut J.S. Badudu
pembakuan atau standardisasi adalah penetapan aturan-aturan atau norma-
norma bahasa. Berdasarkan bahasa yang dipakai oleh masyarakat, ditetapkan
pola-pola yang berlaku pada bahasa itu. Pola yang dipilih itulah yang
dijadikan acuan. Bila kita akan membentuk kata atau menyusun kalimat, maka
bentukan itu haruslah mengacu pada pola bahasa yang sudah ditetapkan.

6
Pembakuan bahasa dapat dilakukan terhadap tulisan, ejaan, ucapan,
perbendaharaan kata, pembentukan istilah, dan penyusunan tata bahasa.
Pembakuan bahasa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain yaitu :
1. Standardisasi dapat dilakukan secara spontan, seperti penetapan bahasa
Melayu Riau sebagai standar bahasa Melayu yang dipakai oleh sekolah-
sekolah sebelum Perang Dunia ke-2.
2. Standardisasi dapat dilakukan secara terencana, seperti penyusunan suatu
sistem ejaan, misalnya ejaan Suwandi, Van Ophyusen, dan penerapan
istilah-istilah ilmu pengetahuan oleh Komisi Istilah.

C. Ciri-ciri Bahasa Baku


Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa
kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah
setiap saat.
2. Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan
satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau
pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
3. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan
sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan
penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.
Ciri-ciri lain bahasa baku adalah:
1. Tidak terpengaruh bahasa daerah
2. Tidak dipengaruhi bahasa asing
3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari
4. Pemakaian imbuhannya secara eksplisit
5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
6. Tidak terkontaminasi dan tidak rancu

7
Bahasa Indonesia baku mempunyai ciri-ciri berikut ini.
1. Menggunakan ucapan baku (pada bahasa lisan) yaitu: ucapan yang tidak
terpengaruh ucapan bahasa daerah dan dialek-dialek yang ada.
2. Menggunakan/berpedoman pada ejaan yang berlaku: yaitu Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (sebagai pedoman umum).
3. Memakai peristilahan resmi yaitu: Pedoman Umum Pembentukan istilah.
4. Menghidari pemakaian unsur-unsur yang terpengaruh oleh bahasa-bahasa
dialek atau bahasa tutur sehari-hari, baik leksikal maupun gramatikal,
contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
- Bagaimana - Gimana
- Mengatakan - Bilang
- Pergi - Pigi
- Mengapa - Kenapa
- Tak, tidak, tiada - Ndak, nggak
- Laki-laki, pria - Cowok
- Perempuan, wanita - Cewek
- Silakan - Silahkan
- Bertemu - Ketemu
- Tertawa - Ketawa

Unsur gramatikal ialah unsur yang bersifat ketatabahasaan, contoh:


Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
a. Rumah orang itu bagus a. Rumahnya orang itu bagus.
b. Beritahukan mengapa mereka! b. Beritahukan sama dia orang!
c. Mereka sudah datang? c. Apa mereka sudah datang?
Sudah datangkah mereka?
Sudahkah mereka datang?
d. Banyak hal yang ingin saya d. Ada banyak hal yang saya ingin
tanyakan. tanyakan.

8
Pengaruh unsur gramatikal bahasa asing, contoh:
Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
a. Rumah tempat tinggalnya a. Rumah di mana dia tinggal jauh
jauh dari sini. dari sini.
b. Kita membutuhkan makanan b. Kita membutuhkan makanan yang
yang cukup mengandung mana cukup mengandung banyak
vitamin. vitamin.
c. Ia kawan lama saya. c. Ia adalah kawan lama saya.
d. Ia sedang mencari dompet d. Ia sedang mencari dompet,
tempat ia menyimpan uangnya. di dalam mana ia menyimpan
uangnya.

5. Pemakaian susunan yang dipadukan, contoh:


Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
a. Saudaranya a. Dia punya saudara
Rumahnya Dia punya rumah
b. Mengomentari b. Kasih komentar
Dikomentari Dikasih komentar
c. Membersihkan c. Dibikin bersih
d. Beri tahukan d. Kasih tau
e. Padamkan (lampu) e. Kasih mati (lampu)

6. Pemakaian awalan me- (pada bentuk yang seharusnya dipakai)


Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
a. Dialah yang mengambil a. Dialah yang ambil majalah itu tadi
majalah itu tadi.
b. Siapakah yang membawa b. Siapakah yang bawa mobil itu?
mobil itu?
c. Mahasiswa harus rajin c. Mahasiswa harus rajin baca.
membaca.
d. Hama kutu loncat menyerang d. Hama kutu loncat serang tanaman

9
tanaman lantoro gun. Lantoro gun
e. Ahmad mengirim surat e. Ahmad kirim surat kepada orang
kepada orang tuanya. tuanya.

7. Pemakaian awalan ber- (pada bentuk yang seharusnya dipakai), contoh:


Bahasa Indonesia Baku Bahasa Indonesia Tidak Baku
a. Bapak saya bekerja di kantor a. Bapak saya kerja di kantor pos.
pos.
b. Orang tua itu tidak dapat b. Orang tua itu tidak dapat jalan lagi
berjalan lagi.
c. Orang tuanya masih hidup c. Orang tuanya masih hidup ketika
ketika ia bersekolah di kota ini. ia sekolah di kota ini.

8. Bandingkan contoh-contoh dibawah ini.


Aktif Pasif
a. Aku sudah membaca buku a. Buku itu sudah kubaca.
ini.
b. Saya akan membaca buku b. Buku itu akan saya baca.
itu.
c. Kami telah membaca buku itu. c. Buku itu telah kami baca.
d. Mereka membaca buku. d. Buku dibaca mereka.
Buku dibaca oleh mereka.
e. Ayah sedang membaca buku. e. Buku sedang dibaca ayah.
Buku sedang dibaca oleh ayah.

9. Pemakaian kata depan (preposisi)


Pemakaian kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contoh:
a. Ia tinggal di jalan Veteran. a. Ia tinggal dijalan Veteran.
b. Pameran pembangunan b. Pameran pembangunan

10
di lapangan Karebosi. dilapangan Karebosi.
c. Mereka menuju ke sana. c. Mereka menuju kesana.

10. Pemakaian kata depan dari, pada, daripada dan kepada:


Dari
a. Menunjukkan tempat (yang ditinggalkan)
Contoh: Ia baru kembali dari kampung.
b. Menyatakan asal/bahan
Contoh: Ia berasal dari Bandung.

Pada
a. Bila menghadapi kata ganti orang:
Contoh: Uangnya disimpan pada ibunya. (bukan di ibu)
Bukunya ada padaku. (bukan di Aku/Saya)
b. Bila menghadapi kata benda abstrak:
Contoh: Pada pendapat saya, tindakannya itu kurang manusiawi.
(menurut pendapat saya)
c. Di depan kata keterangan waktu:
Contoh: Pada waktu itu, tak seorang pun yang melihatnya.
(bukan di waktu itu)
d. Bila di depan kata bilangan:
Contoh: Tongkat itu diikat pada kedua ujungnya.
(bukan di kedua ujungnya)

Daripada:
Dipakai sebagai petunjuk perbandingan:
Contoh : Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang
tanah.
Amat lebih pandai daripada Budi.
(bukan dari Budi)

11
Kepada:
Dipakai di depan kata ganti orang sebagai petunjuk objek yang
berkepentingan.
Contoh: Hal itu diberitahukannya kepada saya.
Berkaitan dengan kata depan (preposisi), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.

11. Pemakaian kata depan yang tidak tepat.


Contoh;
a. Hari ulang tahun dari adik saya dirayakan secara sederhana
(baku tanpa dari)
b. Anak dari tetangga saya akan dilantik menjadi dokter senin besok.
(baku tanpa dari)
c. Kebijaksanaan itu diambil untuk memenuhi keinginan daripada rakyat.
(baku tanpa daripada)

12. Memperhatikan pemakaian ungkapan-ungkapan tetap dalam susunan ber-


an+dengan dan se+dengan, contoh:
Berkaitan dengan Bersangkut paut dengan
Berhubungan dengan Sejalan dengan
Bertalian dengan Seiring dengan
Berkenan dengan Sesuai dengan
Bertepatan dengan

13. Pemakaian ungkapan-ungkapan tetap dalam untaian frase kata kerja


partikel, contoh:
Terdiri atas Bergantung pada
Terbagi atas Berdasarkan kepada/pada
Terima kasih atas Terima kasih kepada
Terjadi dari Hormat kepada
Berasal dari

12
Bersumber pada.

14. Pemakaian kata ganti orang yang berpasangan secara tepat, contoh:
Saya - Engkau
Saya - Anda, saudara
Saya - Tuan, ibu, bapak
Kami - Kalian
Kita - Mereka

15. Menghindari gejala bahasa


Yang dimaksud dengan gejala bahasa ialah peristiwa dalam bahasa
yang menyebabkan terjadinya bentukan kata, susunan kata atau kalimat
yang menyimpang dari ketentuan umum bahasa yang bersangkutan.
Gejala kontaminasi (kerancu-kerancuan) ialah ragam kesalahan
yang berupa bentuk-bentuk yang kacau karena tumpang tindihnya dua
bentuk yang masing-masing betul bila berdiri sendiri.
a. Kontaminasi kata
Contoh:
Bentuk Asal (yang betul) Bentuk rancu (yang salah)
Ditinggikan, dipertinggi Dipertinggikan
Mengesampingkan, Mengenyampingkan
Menyampingkan
Diajarkan, dipelajari Dipelajarkan
Mengajarkan (matematika) Mengajar (matematika)

b. Kontaminasi susunan kata


Bentuk Asal (yang betul) Bentuk rancu (yang salah)
Berulang-ulang Berulang kali
Berkali-kali
dan lain-lain
dan sebagainya dan lain sebagainya

13
c. Kontaminasi kalimat
Contoh:
Susunan yang betul Susunan yang rancu
Yang tidak berkepentingan Kepada yang tidak berkepentingan
dilarang masuk. diharapkan agar tidak masuk.
Mereka dilarang merokok Mereka dilarang tidak boleh
Di dalam ruangan. Mengisap rokok di dalam ruangan.
Atau
Mereka tidak boleh mengisap rokok
di dalam ruangan.

Penulisan yang betul Penulisan yang salah


a. Amoxilli Amoksilin
Apotek Apotik
Acne Akni
b. Berkat, berkah Barokah
Bus (mobil penumpang) Bis
Biaya Beaya
Biseksual Bisexsual
c. Cacat Cacad
Kecambah Cambah
Cuma Cuman
d. Dasyat Dahsat
Daftar Daptar
Definisi Dipinisi
e. Ekspor Eksport, axport
Edema Udem
Esensial Esensil
Ekuator Eqwator
Ekuivalen Ekwivalen
Ekstrem Ekstrim

14
Ekskresi Exkresi
Energi Enersi, enerhi
Enzim Ensim
f. Formal Formil
Februari Pebruari
Fisik Pisik, phisik
Film Filim, filem
Frekuensi Frekwensi
h. Hakikat Hakekat
Hafal Hapal
Khianat Hianat
Hipotesis Hipotesa, hipotese
Hierarki Hirarki
i. Izin Ijin, isin
Ikhlas Ihlas
Ihwal Ikhwal
Ijazah Izazah
Itikad Itikat
Inza Insa
Isyarat Isarat
Insaf Insyaf
Influenza Influensa
Ilmuwan Ilmiawan
Istri Isteri
Ikhtiar Ihtiar
Intensif Intensip
j. Juang, berjuang Joang, berjoang
Jenazah Jinasah
Jadwal Jadual
Jumat Jum‟at
Jenderal Jendral

15
k. Kaidah Kaedah
Kuitansi Kwitansi
Kualitas Kwalitas
Karier Karir
Komersial Komersil
Konduite Kondite
Koordinasi Kordinasi
Khawatir Kuatir
Khotbah Khutbah, hutbah
Kurva Kurve
Kuorum Korum, Kworum
Konsekuensi Konsekwensi
Kolesterol Kolestrol
l. Lafal Lapal
Langsing Lansing
Lazim Lajim
Lewat Liwat
Laboratorium Labolatorium
m. Manajemen Managemen
Mangkuk Mangkok
Masalah Masalah
Masyhur Mashur
Metode Metoda
Mufakat Mupakat
Museum Musium
Manajer Manager
n. Napas Nafas
Nafsu Napsu
Nasihat Nasehat
November Nopember
o. Objek, objektif Obyek, obyektif

16
Operasional Operasionil
p. Panitera Panitra
Pastor Pastur
Pensil Pinsil
Paracetamol Parasetamol
Putra Putera
Prangko Perangko
Pigmen Pikmen
Promag Promah
Peraga Praga
Pasal Fasal
Pengebor Pembor
Perusakan Pengrusakan
Penerapan Pentrapan
Persen Porsen, prosen
Persentase Porsentase, prosentase
Positif Positip
Produktif Produktip
Produktivitas Produktifitas
r. Rapi, kerapian Rapih, kerapihan
Rezeki Riski, rejeki
Reumatik Rematik
Rohaniwan Rohaniawan
Rasional Rasionil
Ransum Rangsum
s. Syahadat Sahadat
Sabtu Saptu
Saksama Seksama
Silakan Silahkan
Sopir Supir
Saraf Syaraf

17
Spesifik Spesivik
Struktural Struktril
Sintesis Sintesa, sintese
Sistem Sistim
Standardisasi Standarisasi
Stasiun Station
Subjektif Subyektif
Syahdu Sahdu
Sutra Sutera
Syakwasangka Sahwasangka, sakeasangka
t. Tafsir Tapsir
Taraf Tarap
Tobat Taubat
Teladan Tauladan
Topan Taupan
Teknik, teknologi Tehnik, tehnologi
Tekad Tekat
Telanjur Terlanjur
Tuberculosis Tuberkolosis
u. Umat Ummat
Ubah, mengubah, diubah Rubah, merubah, dirubah
Urine Urin
v. Varietas Varitas
Vagina Fagina
w. Wujud Wujut, ujud
Wakaf Wakap
z. Zaman Jaman
Zygote Zigot

18
D. Fungsi Bahasa Baku
Bahasa baku ialah salah satu daripada variasi bahasa yang diangkat
dan disepakati ragam bahasa yang akan dijadikan kayu pengukur sebagai
bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik secara
lisan atau tulisan.
Berdasarkan situasi pemakainya, bahasa Indonesia baku berfungsi
antara lain :
1. Sebagai alat komunikasi resmi: misalnya surat-menyurat resmi,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi
resmi, undang-undang, surat-surat keputusan dan sebagainya.
2. Dipergunakan dalam wacana resmi: misalnya karangan-karangan ilmiah,
buku-buku pelajaran, laporan-laporan resmi dan sebagainya.
3. Dipakai dalam pembicaraan-pembicaraan resmi (yang bersifat keilmuan
atau penyampai ide-ide) misalnya mengajar, memberi ceramah,
berkhotbah, berdiskusi dan sebagainya.
4. Siaran-siaran resmi: misalnya siaran radio, televisi, surat-surat kabar,
majalah, bulletin, selebaran, spanduk dan sebagainya.
5. Dipakai dalam pembicaraan orang-orang yang dihormati termasuk orang
yang belum dikenal atau belum akrab.
Selain fungsi penggunaannya untuk situasi-situasi resmi, ragam bahasa
baku menurut Gravin dan Mathiot (1956:785-787) juga mempunyai fungsi
lain yang bersifat sosial politik, yaitu :
a. Fungsi pemersatu
b. Fungsi pemisah
c. Fungsi harga diri
d. Fungsi kerangka rujuk

a. Bahasa baku sebagai fungsi pemersatu


Bahasa baku sebagai fungsi pemersatu adalah kesanggupan
bahasa baku untuk meghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat
dan membuat terciptanya kesatuan dalam masyarakat tutur dalam

19
bentuk minimal, memperkecil adanya perbedaan variasi dialektal dan
menyatukan masyarakat tutur yang berbeda dialeknya.
Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika
setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka
kemungkinan terbesar masyarakat tersebut tidak dapat berkomunikasi
dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku
memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu.
Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka
menjadi satu masyarakat bangsa. Bahasa Indonesia baku
mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai dialek
bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi
satu masyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku
mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia
dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa Indonesia baku
merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional
yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha
memberlakukannya sebagai salah satu syarat atau ciri manusia
Indonesia modern.

b. Bahasa baku sebagai fungsi pemisah


Bermaksud bahwa ragam bahasa baku itu dapat memisahkan
atau membedakan penggunaan bahasa tersebut untuk situasi yang
formal dan tidak formal. Para penutur perlu tahu menentukan bila dia
harus menggunakan ragam yang baku dan ragam tidak baku.
Pemisahan kedua-dua ragam bahasa tersebut tidak akan menimbulkan
persoalan sosial selama ragam-ragam tersebut digunakan sesuai pada
tempatnya. Misalnya, ragam tidak baku digunakan apabila seseorang
penutur hendak berbicara dengan rekan-rekan, ibu bapak, dan
sebagainya, manakala ragam baku digunakan apabila berbicara dengan
orang yang tidak dikenali, dengan orang yang berpangkat tinggi, dan
dengan orang lebih tua daripada penutur.

20
c. Bahasa baku sebagai fungsi harga diri
Bermaksud pemakai ragam baku itu akan memiliki perasaan
harga diri yang lebih tinggi daripada yang tidak dapat
menggunakannya. Hal ini demikian karena, ragam bahasa baku
biasanya tidak dapat dipelajari daripada lingkungan keluarga atau
lingkungan sehari-hari. Ragam bahasa baku hanya dapat dicapai
melalui pendidikan formal, yang tidak menguasai ragam baku tentu
tidak dapat masuk ke dalam situasi-situasi formal, di mana ragam baku
itu harus digunakan. Ragam bahasa baku juga merupakan lambang
atau simbol suatu masyarakat tutur.

d. Bahasa baku sebagai fungsi kerangka rujuk


Bermaksud bahwa ragam bahasa baku itu akan dijadikan
pengukur untuk norma pemakaian bahasa yang baik dan benar secara
umum. Ini mungkin lebih kepada kesepakatan
ramai (kovensional) dalam sebuah masyarakat penutur. Misalnya,
dalam bahasa Melayu „kerusi‟ merujuk sesuatu yang dibina daripada
kayu dan mempunyai empat kaki. Dalam bahasa Inggris,
„kerusi‟disebut „chair‟.

E. Minimnya Penggunaan Bahasa Baku dalam Kehidupan Masyarakat


Di dalam masyarakat kita saat ini masih banyak orang yang tidak
menggunakan bahasa baku, mereka cenderung menggunakan bahasa gaul.
Namun terkadang mereka juga berbicara dengan menggunakan logat
daerahnya masing-masing. Kebanyakan orang yang menggunakan bahasa
baku ialah kalangan terpelajar yang sopan dan beretika. Mereka berbicara
kepada orang yang lebih tua, atau pejabat dengan menggunakan bahasa yang
baik, bahasa yang baku dan tidak menggunakan bahasa gaul. Bahasa
merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang
lain .

21
Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain
yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia
mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam
praktiknya kehidupan sehari-hari sering terjadi penyimpangan dari aturan
yang baku tersebut. Kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu di
perhatikan waktu dan kesempatan, misalnya kapan kita menggunakan bahasa
baku pada situasi resmi dan ilmiah . Bahasa baku telah menjadi bahasa asing
dalam komunikasi sehari-hari di masyarakat Indonesia, dapat kita ambil
contohnya dalam waktu 24 jam siaran ditelevisi, bahasa baku hanya nampak
dan terdengar hanya dalam siaran berita yang berdurasi 90 menit per hari.
Selebihnya kita tidak menemukan bahasa baku dalam komunikasi periklanan,
pemilihan nama acara televisi, dan praktik bahasa di dalam siaran itu sendiri.
Alasannya beragam, bahasa baku tidak bernilai jual, tidak gaul, tidak
mengangkat gengsi, dan tidak mampu mengangkat penghayatan pembaca.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting dalam kehidupan.
Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan isi pikirannya kepada orang
lain. Pada bahasa terdapat dua bahasa yaitu bahsa baku dan nonbaku. Bahasa
Indonesia baku merupakan bahasa standar atau pokok yang di gunakan oleh
masyarakat sebagai alat komunikasi yang mewakili semua bahasa yang ada di
Negara Indonesia. Bahasa Indonesia baku pada umumnya sesuai dengan pola
SPOK dan biasanya di pelajari di sekolah dan di gunakan pada lingkungan dan
keadaan resmi. Bahasa Indonesia Baku merupakan suatu bahasa yang sangat
penting karena salah satu Fungsinya itu sebagai Bahasa Pemersatu Negara.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, kita menyadari pentingnya Bahasa
Indonesia Baku sebagai bahasa pemersatu di antara masyarakat. Pembaca di
harapkan untuk lebih meningkatkan penggunaan Bahasa Indonesia Baku di
dalam kehidupan sosial di dalam masyarakat, dengan mengurangi penggunaan
bahasa gaul yang dari hari ke hari semakin meningkat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer. 1984. Tata Bahasa Pendidikan Bahasa Indonesia. Laporan


Penelitian untuk Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Bahasa
Indonesia Baku. Jakarta: FPBS-IKIP Jakarta.

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, G. 1991. Tata Bahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk


Pendidikan Menengah. Jakarta: Gramedia.

Syamsuri, Andi Sukri. 20 . Bahasa Indonesia Mata Kuliah Dasar Umum.


Makassar: Unismuh Makassar.

http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-
baku.html

https://unserebloggie.wordpress.com/2013/05/09/kelompok-2-bahasa-indonesia-baku/

24

Anda mungkin juga menyukai