Makalah ini bertujuan untuk mengulas secara komprehensif tentang Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia, yang telah menjadi bagian integral dari identitas bahasa kita. Ejaan adalah
aspek penting dalam komunikasi dan pemahaman bahasa, dan oleh karena itu, pemahaman
yang mendalam tentang pedoman ejaan sangatlah relevan. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
telah mengalami sejarah panjang, perubahan, dan kontroversi, yang akan kami bahas dengan
lebih rinci dalam makalah ini.
Selain itu, makalah ini juga akan membahas dampak pedoman ejaan terhadap
berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, media massa, dan identitas bahasa Indonesia.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang betapa
pentingnya pedoman ejaan dalam menjaga keseragaman dan kekayaan bahasa Indonesia.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan kami
mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan di masa depan.
Terakhir, kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan pemahaman yang lebih
baik tentang Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia kepada pembaca. Selamat membaca!
Zakia Azzahra
ii
DAFTAR ISI
iii
C. Identitas Bahasa Indonesia ........................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP................................................................................................................................ 11
KESIMPULAN .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang digunakan oleh manusia dalam
berinteraksi dan menyampaikan pesan kepada sesama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi dan nasional di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam mempersatukan
bangsa yang beragam budaya dan etnis. Untuk memastikan konsistensi dan keseragaman
penggunaan bahasa Indonesia, Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat
relevan dan esensial.
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia adalah seperangkat aturan yang digunakan untuk
mengatur cara penulisan dan ejaan kata-kata dalam bahasa Indonesia. Pedoman ini
memainkan peran penting dalam memastikan bahwa setiap orang dapat menggunakan bahasa
Indonesia dengan benar dan efektif, baik dalam konteks formal maupun informal. Pedoman
Ejaan ini mengatur berbagai aspek ejaan, seperti pemilihan huruf, penggunaan tanda baca,
penggunaan huruf kapital, serta ejaan kata-kata majemuk dan singkatan.
Dalam sejarahnya, Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia telah mengalami beberapa revisi
yang bertujuan untuk mengikuti perkembangan bahasa dan kebutuhan komunikasi
masyarakat. Revisi-revisi tersebut mengacu pada prinsip-prinsip dasar yang bertujuan untuk
menjaga keseragaman ejaan serta memudahkan pemahaman teks yang ditulis dalam bahasa
Indonesia.
Komitmen terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan sesuai dengan
Pedoman Ejaan menjadi semakin penting dengan meningkatnya globalisasi, perubahan
teknologi, dan peran bahasa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu,
pemahaman yang mendalam tentang Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia menjadi relevan bagi
semua individu yang ingin berkontribusi dalam memelihara, mengembangkan, dan
memajukan bahasa Indonesia.
Dalam konteks pendidikan, media massa, dan komunikasi sehari-hari, pemahaman yang
baik tentang Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk memastikan pesan
yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas tanpa adanya kebingungan atau kesalahan
ejaan yang mengganggu. Oleh karena itu, makalah ini akan menguraikan lebih lanjut
mengenai sejarah, prinsip dasar, implementasi, serta dampak Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia dalam konteks masyarakat Indonesia saat ini.
1.2.. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, termasuk peran
dan relevansinya dalam memelihara bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?
2. Apa prinsip-prinsip dasar yang mendasari Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia, dan
bagaimana prinsip-prinsip ini memengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari?
3. Bagaimana implementasi Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia terkini dalam praktik
penggunaan bahasa di berbagai bidang, seperti pendidikan, media massa, dan
komunikasi sehari-hari?
4. Apa saja kontroversi dan perdebatan yang muncul seputar Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia, dan bagaimana persepsi masyarakat terhadapnya?
5. Apa dampak penggunaan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia terhadap pembelajaran
bahasa, komunikasi, serta identitas bahasa Indonesia?
6. Bagaimana upaya pembaruan dan perbaikan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia untuk
mengikuti perkembangan bahasa dan kebutuhan komunikasi yang terus berubah?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah:
a. Bahasa Indonesia untuk memahami evolusi aturan ejaan bahasa dalam konteks
budaya Indonesia.
2
f. Mengidentifikasi Upaya Pembaruan: Mengidentifikasi upaya pembaruan dan
perbaikan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia dalam upaya mengikuti perkembangan
bahasa dan kebutuhan komunikasi yang terus berubah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam
menjaga dan mengembangkan bahasa nasional. Pada bagian ini, kita akan mengulas
perjalanan panjang ejaan bahasa Indonesia dari awal hingga saat ini.
a.Ejaan Pra-Kemerdekaan
Sebelum Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945, ejaan bahasa Indonesia telah
mengalami berbagai perubahan dan pengaruh yang mencerminkan proses panjang menuju
penentuan norma-norma ejaan yang sesuai dengan karakteristik bahasa Indonesia. Bagian ini
akan membahas dua aspek penting dalam ejaan pra-kemerdekaan, yaitu pengaruh ejaan
Belanda dan upaya pembaruan oleh tokoh-tokoh bahasa.
Sejarah awal ejaan bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh ejaan Belanda. Hal ini terjadi
karena Indonesia merupakan koloni Belanda selama berabad-abad, dan bahasa Belanda
adalah bahasa resmi kolonial. Beberapa aspek pengaruh ejaan Belanda pada bahasa Indonesia
mencakup:
• Penggunaan Huruf "Tj": Dalam bahasa Belanda, konsonan "tj" digunakan untuk
mengeja bunyi tertentu yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, ejaan
bahasa Indonesia awal mencoba memasukkan huruf "tj" untuk mewakili bunyi
tersebut, seperti dalam kata "tjinta" untuk "cinta."
• Ejaan Huruf Vokal: Ejaan huruf vokal dalam bahasa Belanda juga mempengaruhi
ejaan bahasa Indonesia pada awalnya. Contohnya, penggunaan "oe" untuk bunyi /u/
dan "j" untuk bunyi /y/.
b.Upaya Pembaruan
Meskipun bahasa Indonesia telah terpengaruh oleh ejaan Belanda, terdapat upaya serius
untuk melakukan pembaruan ejaan agar lebih sesuai dengan karakteristik bahasa Indonesia
yang sebenarnya. Inisiatif ini datang dari tokoh-tokoh bahasa yang berkomitmen untuk
4
memurnikan ejaan bahasa Indonesia. Beberapa tokoh dan upaya pembaruan yang mencolok
antara lain:
• Soetomo: Tokoh pergerakan kebangsaan yang juga aktif dalam bidang bahasa. Dia
memperjuangkan ejaan yang lebih sesuai dengan fonologi bahasa Indonesia, termasuk
menghapus konsonan ganda yang tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia.
• Ejaan van Ophuijsen: Seorang ahli bahasa Belanda yang merumuskan salah satu
bentuk ejaan yang disebut "ejaan van Ophuijsen." Meskipun ejaan ini memiliki
pengaruh Belanda, ia berusaha menghilangkan beberapa konsonan ganda dan
menciptakan aturan ejaan yang lebih konsisten.
• Kongres Bahasa Indonesia Pertama (1926): Kongres ini menjadi tonggak penting
dalam perjuangan pembaruan ejaan. Para delegasi dari berbagai daerah di Indonesia
membahas masalah ejaan, dan hasilnya adalah peningkatan kesadaran akan
pentingnya ejaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan karakteristik sendiri.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan pada tahun 1945, ejaan bahasa Indonesia
mengalami perubahan signifikan yang mencerminkan semangat nasionalisme dan upaya
memperkuat identitas bahasa nasional. Bagian ini akan membahas periode ejaan
kemerdekaan awal dan pengenalan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Pertama (PEB1).
1. Keharmonisan Ejaan
• Upaya Penyusunan: PEB1 disusun oleh berbagai tokoh bahasa yang berkomitmen,
seperti Soewandi, Chaerul Saleh, dan Sutan Takdir Alisjahbana. Mereka mengambil
berbagai elemen dari ejaan-ejaan yang ada dan menggabungkannya untuk
menciptakan aturan ejaan yang lebih konsisten.
5
• Perubahan Signifikan: PEB1 mengenalkan berbagai perubahan signifikan dalam ejaan
bahasa Indonesia. Beberapa perubahan meliputi:
• Penghapusan konsonan ganda yang tidak ada dalam bahasa Indonesia, seperti
"sch" dan "th."
• Pemakaian huruf "j" untuk bunyi /y/ dan "j" untuk bunyi /dz/ yang tidak ada
dalam ejaan sebelumnya.
• Penggunaan "oe" untuk bunyi /u/ yang sebelumnya ditulis dengan "oe."
• Penerimaan dan Implementasi: PEB1 diterima dengan baik oleh masyarakat dan
menjadi acuan utama dalam penulisan bahasa Indonesia pada masa itu.
Implementasinya terutama terlihat dalam publikasi sastra dan media massa.
• Revisi PEB1: Meskipun PEB1 berhasil memperbaiki ejaan bahasa Indonesia, revisi-
revisi kecil terus dilakukan untuk menyempurnakan aturan ejaan dan menjaga
konsistensi.
Setelah pengenalan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Pertama (PEB1) pada tahun
1947, bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan dan perubahan yang mencerminkan
semakin kuatnya peran dan identitas bahasa nasional. Dalam bagian ini, kita akan melihat
periode revisi-revisi pedoman ejaan bahasa Indonesia yang mengikuti PEB1.
• Pengaruh Perkembangan Bahasa: Revisi PEB2 hingga PEB4 terjadi sebagai respons
terhadap perkembangan bahasa Indonesia dan kebutuhan masyarakat. Perubahan-
perubahan tersebut mencakup pemutakhiran kosakata dan aturan ejaan.
• Pengenalan Ejaan Dwibahasa: Pada periode ini, muncul usaha untuk mengakomodasi
dwibahasa dalam aturan ejaan. Ejaan dwibahasa mengakui pengaruh bahasa daerah
terhadap ejaan dan kosa kata bahasa Indonesia.
• Pemisahan dan Penggabungan Kata: Revisi-revisi ini juga mengatur pemisahan dan
penggabungan kata, yang menciptakan aturan yang lebih jelas dalam penulisan kata
majemuk.
• Masa Orde Baru: Era Orde Baru membawa perubahan dalam ejaan bahasa Indonesia.
Terdapat usaha untuk menegakkan keseragaman ejaan, yang berdampak pada revisi
PEB3 pada tahun 1972.
6
• Aspek Politik: Keputusan-keputusan mengenai ejaan bahasa Indonesia pada masa ini
juga dipengaruhi oleh pertimbangan politik, seperti penggunaan huruf kapital untuk
kata-kata yang berhubungan dengan pemerintah atau ideologi.
• Deskripsi PEB5: PEB5 adalah pedoman ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini.
PEB5 diterbitkan pada tahun 2015 oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
• Penerimaan dan Implementasi: PEB5 diterima oleh masyarakat dan digunakan dalam
berbagai konteks, termasuk pendidikan, media massa, dan komunikasi sehari-hari.
Bagian ini akan membahas Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia terkini, yang saat ini
berlaku dan memiliki perbedaan dengan pedoman ejaan sebelumnya.
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Terkini, dikenal sebagai PEB5, adalah pedoman ejaan yang
berlaku saat ini di Indonesia. PEB5 merupakan hasil pembaruan dan penyempurnaan dari
pedoman ejaan sebelumnya, dan digunakan sebagai panduan resmi dalam penulisan bahasa
Indonesia. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai PEB5:
1. Penyusunan PEB5: PEB5 disusun oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Proses penyusunannya
melibatkan berbagai ahli bahasa, linguistik, dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Tujuan PEB5: Salah satu tujuan utama PEB5 adalah menyempurnakan aturan ejaan
bahasa Indonesia agar lebih sesuai dengan perkembangan bahasa dan kebutuhan
komunikasi modern. PEB5 juga bertujuan untuk menjaga konsistensi ejaan dan
keseragaman penggunaan bahasa Indonesia di berbagai bidang.
4. Penggunaan Huruf Kapital: PEB5 memberikan panduan yang lebih jelas mengenai
penggunaan huruf kapital, yang lebih terbatas dibandingkan dengan pedoman
sebelumnya. Penggunaan huruf kapital dibatasi pada nama diri, gelar, dan beberapa
konteks tertentu.
7
5. Ejaan Kata-kata Majemuk: PEB5 juga mengatur aturan ejaan kata-kata majemuk yang
lebih konsisten, termasuk penggunaan tanda hubung.
Perbedaan antara PEB5 dengan pedoman ejaan sebelumnya mencakup beberapa aspek yang
penting. Berikut adalah contoh perbedaan utama:
1. Penggunaan Huruf Kapital: Salah satu perbedaan mencolok adalah penggunaan huruf
kapital yang lebih terbatas dalam PEB5. Hal ini mencerminkan upaya untuk menjaga
keseragaman dan menghindari penggunaan huruf kapital yang berlebihan.
2. Ejaan Kata-kata Serapan: PEB5 mencakup pemutakhiran kata-kata serapan yang lebih
sesuai dengan asal-usulnya. Ini berarti ada beberapa perubahan ejaan untuk kata-kata
yang telah diserap dari bahasa asing.
3. Pemisahan Kata: PEB5 memberikan aturan yang lebih jelas tentang pemisahan kata
dalam penulisan. Hal ini membantu meningkatkan konsistensi dalam penulisan kata-
kata majemuk.
4. Kaidah-kaidah Ejaan Lainnya: PEB5 juga mencakup penjelasan lebih rinci mengenai
kaidah-kaidah ejaan lainnya, seperti penggunaan tanda baca dan penggunaan tanda
hubung.
Pada bagian ini, kita akan melihat beberapa contoh penerapan Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia dalam berbagai konteks penggunaan bahasa, termasuk ejaan kata-kata tunggal,
kata-kata majemuk, huruf kapital, serta ejaan singkatan dan akronim.
Ejaan kata-kata tunggal adalah dasar dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia. Berikut
adalah beberapa contoh penerapannya:
1. Konsisten dengan Pedoman: PEB5 menekankan penggunaan huruf "e" di akhir kata
daripada "è" atau "é" dalam kata seperti "konek" bukan "konèk" atau "konék."
2. Penggunaan Tanda Hubung: Contoh lain adalah penggunaan tanda hubung dalam
kata-kata seperti "rumah-sakit," "pemerintah-pusat," atau "teknologi-informasi" sesuai
dengan aturan pemisahan kata yang telah diatur.
Ejaan kata-kata majemuk memerlukan perhatian khusus dalam Pedoman Ejaan. Contoh-
contoh penerapannya adalah:
8
1. Pemisahan Kata: Kata majemuk seperti "matahari," "bola basket," dan "cuci tangan"
harus diuraikan sesuai aturan, bukan digabung menjadi satu kata.
2. Tanda Hubung: Penggunaan tanda hubung yang benar dalam kata majemuk, seperti
"anak-anak" atau "ibu-bapak," memastikan pemahaman yang jelas dalam penulisan.
Penggunaan huruf kapital dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia harus sesuai dengan
aturan. Contoh-contoh penerapannya adalah:
1. Nama Diraih: Huruf kapital digunakan untuk nama diraih seperti "Siti," "Ahmad,"
atau "Susilo."
2. Gelar: Penggunaan huruf kapital dalam gelar seperti "Dokter," "Profesor," atau
"Presiden" pada awal kalimat atau saat merujuk kepada seseorang dengan gelar.
Pedoman Ejaan juga mencakup penggunaan singkatan dan akronim. Berikut adalah
beberapa contoh penerapannya:
1. Singkatan: Singkatan seperti "dll." untuk "dan lain-lain" atau "dsb." untuk "dan
sebagainya" digunakan sesuai dengan aturan dan diakhiri dengan tanda titik.
2. Akronim: Akronim seperti "UNESCO" atau "ASEAN" diuraikan secara lengkap saat
pertama kali disebutkan dalam teks, dan akronim itu sendiri ditulis dalam huruf
kapital.
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk pendidikan, media massa, komunikasi, dan identitas bahasa
Indonesia. Bagian ini akan membahas dampak-dampak tersebut secara lebih rinci.
9
2. Kemampuan Literasi: Penggunaan Pedoman Ejaan yang benar meningkatkan
kemampuan literasi siswa, membantu mereka dalam pemahaman bacaan, penulisan,
dan berbicara.
1. Kesesuaian dengan Standar: Media massa, termasuk surat kabar, majalah, dan media
daring, mengikuti Pedoman Ejaan dalam menulis berita dan konten lainnya. Hal ini
memastikan bahwa informasi yang disampaikan sesuai dengan standar ejaan yang
berlaku.
2. Kebanggaan Nasional: Bahasa Indonesia yang benar dan sesuai Pedoman Ejaan
menciptakan rasa kebanggaan nasional. Ini juga mencerminkan upaya untuk
melestarikan bahasa sebagai simbol identitas bangsa.
Dengan demikian, Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia bukan hanya berdampak pada aturan
penulisan, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam dalam pendidikan, media massa,
komunikasi, dan identitas bahasa Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya dan
jati diri bangsa Indonesia.
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Oleh karena itu, dalam era globalisasi dan teknologi informasi yang semakin
berkembang, penting bagi masyarakat Indonesia untuk terus memahami,
mematuhi, dan memelihara Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia sebagai bagian
integral dari identitas dan budaya bangsa. Dengan begitu, bahasa Indonesia akan
11
tetap menjadi sumber kebanggaan nasional yang tumbuh dan beradaptasi
dengan perubahan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
12
13.Crown, Ian. (2012). Indonesian Grammar in Context, Volume 1: Asyik
Berbahasa Indonesia. Equinox Publishing.
13
14