Disusun oleh :
M. Rijaldi 2300311310035
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat dan karunia-Nya saya dapat menyusun serta menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia “ Ejaan Apa Saja yang Pernah Berlaku Di Indonesia “.
Ucapan terima kasih juga tidak lupa saya ucapkan kepada Bapak
Muhammad Yasin. selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia.
Saya menyadari meskipun saya telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam
menyelesaikan makalah ini. Akan tetapi, saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya meminta kritik serta
saran yang kiranya dapat membangun sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh
pembacanya. Wassalam.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.....................................................................................................................4
1.2 Permasalahan.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
2.1. Pengenalan Ejaan di Indonesia................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ejaan adalah salah satu aspek penting dalam Bahasa, karena ejaan memiliki peran krusial
dalam komunikasi yang efektif. Di Indonesia, Sejarah ejaan telah mengalami berbagai perubahan
signifikan sepanjang waktu. Pada periode awal keberadaan bahasa Indonesia, ejaan belum memiliki
standar yang tetap. Seiring dengan perkembangan dan interaksi budaya dengan bangsa-bangsa lain,
banyak pengaruh asing yang masuk ke dalam ejaan bahasa Indonesia. Hal ini menciptakan variasi
dan konflik dalam penulisan kata-kata.
Dalam makalah ini, akan dibahas secara lebih mendalam tentang perubahan-perubahan
ejaan yang pernah berlaku di Indonesia, termasuk latar belakang sejarah dan dampaknya terhadap
penggunaan bahasa Indonesia saat ini.
1.2 Permasalahan
Ejaan merupakan salah satu elemen kunci dalam bahasa, yang memiliki peran vital dalam
komunikasi yang efektif dan pemeliharaan identitas budaya suatu bangsa. Di Indonesia, sejarah
ejaan mencatat perjalanan panjang yang dipenuhi dengan perubahan signifikan seiring berbagai
peristiwa sejarah dan sosial. Perubahan ejaan tersebut mencerminkan evolusi bahasa Indonesia dan
upaya pencarian identitas nasional.
4
Beberapa permasalahan yang perlu diteliti dalam makalah ini meliputi:
1. Bagaimana perkembangan ejaan bahasa Indonesia dari zaman kolonial hingga era
modern, dan apa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut?
2. Apa dampak perubahan ejaan yang signifikan, terhadap perkembangan bahasa Indonesia
dan pemahaman masyarakat terhadapnya?
4. Bagaimana pentingnya pelestarian ejaan yang benar dan konsisten dalam konteks
keberlanjutan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional?
Makalah ini disusun dengan tujuan utama untuk menjelajahi dan menganalisis sejarah ejaan
bahasa Indonesia serta dampaknya terhadap perkembangan bahasa, budaya, dan masyarakat di
Indonesia. Dalam kerangka ini, terdapat beberapa tujuan penulisan yang ingin dicapai:
Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang perubahan ejaan bahasa Indonesia serta menyoroti isu-isu penting
yang berkaitan. Harapannya, makalah ini akan memberikan kontribusi dalam upaya menjaga dan
mengembangkan bahasa Indonesia sebagai salah satu aset budaya yang paling berharga bagi bangsa
Indonesia.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan ini menggantikan
Ejaan yang Disempurnakan. Ejaan merupakan tatacara penulisan huruf, kata, dan kalimat
sesuai dengan standarisasi yang telah disepakati dalam kaedah Bahasa Indonesia. Ejaan dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum, secara khusus ejaan dapat diartikan sebagai
pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang
telah disusun menjadi kata, kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan
ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan
penggabungannya yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca. Dari keterangan
tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ejaan merupakan hal-hal mencakup penulisan huruf,
penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda
baca. Selain itu, juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.
B. Fungsi Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa
maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting Fungsi tersebut
antara lain sebagai berikut:
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia Di samping
ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain.
Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencema informasi
yang disampaikan secara tertulis
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku Kitab
Logat Melajoe, dan mulai berlaku. Ejaan tersebut disusun oleh Ch A. Van Ophuysen, yang dibantu
oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma moer dan Mochammad Taib Soetan Ibrahim Sebelum ejaan ini
dituliskan oleh penulis, pada umumnya memiliki aturan sendiri dan sangat beragam dalam
7
menuliskan konsonan, vokal, kata kalimat, dan tanda baca. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit
banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku Kitab
Logat Melajoe, dan mulai berlaku. Ejaan tersebut disusun oleh Ch A. Van Ophuysen, yang dibantu
oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Mochammad Taib Soetan Ibrahim Sebelum ejaan ini
dituliskan oleh penulis, pada umumnya memiliki aturan sendiri dan sangat beragam dalam
menuliskan konsonan, vokal, kata. kalimat dan tanda baca. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit
banyak mengurangi
kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu. Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan
Van Ophuysen antara lain sebagai berikut:
Contoh:
1 Sayang-Sajang
2 Yakin-Jakin
3. Saya-Saja
Contoh:
1. Umum - Oemoem
2. Sempurna-Sempoerna
Contoh:
1. Rakyat - Ra'yat
2 Bapak – Bapa’
3. Rusak-Rusa’
Contoh:
1 Jakarta - Djakarta
2. Raja-Radja
3. Jalan-Djalan
8
Contoh:
1. Pacar – Patjar
2. Cara - Tjara
3. Curang-Tjurang
2. PENGERTIAN EYD
Dalam penulisan bahasa Indonesia, tentu ejaan sangatlah penting untuk diperhatikan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dikutip
dari buku Esai Penerapan Ejaan Bahasa Indonesia (2020) karya Widya Fitriantiwi, ejaan disebut juga
sebagai kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa supaya keteraturan dan keseragaman
dalam penulisan bahasa dapat tercapai. Dari beberapa pengertian tadi, bisa dikatakan kalau ejaan
adalah cara dalam menuliskan kata/kalimat dengan benar, dengan memperhatikan penggunaan
huruf serta tanda baca yang benar.
Lalu, bagaimana dengan EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan? Ejaan yang disempurnakan adalah
ejaan dalam penulisan kata-kata/kalimat dalam Bahasa Indonesia yang termuat dalam Surat
Keputusan Presiden no. 57 tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan yang disempurnakan atau lebih sering
disingkat menjadi EYD adalah aturan dasar ejaan dalam bahasa Indonesia yang hingga sampai saat
ini masih digunakan. Sebelum menggunakan EYD, bangsa kita sempat menggunakan yang namanya
ejaan Suwandi, loh!
Nah, sejak diberlakukannya EYD ada beberapa penulisan huruf dalam ejaan Suwandi kemudian
diubah seperti berikut ini:
9
3. Bahasa Indonesia pada Era Orde Baru
Kejatuhan Orde Lama pada kisaran tahun 1966 akibat peristiwa kudeta merangkak yang
dilakukan Soeharto melalui peristiwa G30S/PKI membawa Indonesia memasuki transisi dari Orde
Lama ke Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Orde Baru merupakan rezim yang terkenal dengan
karakteristiknya yang cenderung otoriter dan despotik. Pada masa pendudukannya terutama dalam
melegitimasi kekuasaannya, Orde Baru mendesain kebijakan yang sistematis, terselubung dan
tersentral melalui kebijakannya dalam beberapa aspek. Baik ekonomi, sosial dan budaya yang di
dalamnya termasuk juga bahasa.
Bahasa Indonesia pada masa Orde Baru memiliki sejarah besar dalam perkembangannya. Yaitu
berubahnya ejaan lama ke ejaan baru yang telah disempurnakan (EYD) dan diresmikan oleh Presiden
Soeharto pada peringatan HUT RI ke 27. Hal tersebut merupakan bentuk tindak lanjut dari Kepres no
57 tahun 1972 dan hasil kinerja dari panitia ejaan bahasa yang dibentuk orde baru pada masa
transisi kepemimpinan tahun 1966.
Jika kita tarik dari fenomena tersebut ini merupakan upaya penyeragaman yang dilakukan Orde
Baru dengan tujuan untuk ideologisasi dalam melegitimasi kekuasaannya. Pada masa Orde Baru ini
Bahasa Indonesia mengalami pemiskinan makna (meminjam istilah Mochtar Lubis). Pemiskinan
makna tersebut disebabkan oleh sentralisasi dan pemaknaan tunggal pada bahasa politik yang
digunakan Orde Baru. Misalnya, pada saat ada demonstrasi atas kesewenang-wenangan
pemerintahan, Orde Baru mengeluarkan istilah “provokator” yang diartikan pemerintah Orde Baru
sebagai musuh yang harus di musuhi semua warga Negara.
Selain muncul istilah “provokator” sebagai bentuk resistensi dari penguasa Orde Baru, juga
muncul istilah lain seperti “anti-pancasila, anti pembangunan.” Hal ini jelas bertujuan untuk
memperburuk citra siapa saja yang menentang kekuasaan Orde Baru. Dalam membangun citra
politiknya juga demikian, Orba menggunakan bahasa sebagai alat legitimasi dalam membangun citra
politik terhadap publik. Contohnya, Orba dengan cita-cita pembangunan yang digaungkan dengan
Soeharto sebagai Bapak Pembangunan mengistilahkan kata pembangunan sebagai “gerakan”. Hal ini
jelas untuk membuat suatu euforia publik dan nama membangun citra positif Orba di mata publik.
Selain itu media, baik cetak maupun elektronik mengalami pembatasan dalam menyampaikan
informasi publik dan hanya boleh membuat suatu berita yang membangun citra yang baik dari Orba.
Hal ini sontak seringkali membuat masyarakat saat itu melayangkan kritik sebagai counter terhadap
Orba dengan menggunakan bahasa sebagai sarana propaganda. Misalnya Wijhi Thukul. Namun naas,
Orba melakukan pembungkaman dengan penghilangan Wijhi Thukul yang tak diketemukan hingga
hari ini. Tidak hanya Wijhi Thukul, dalam hal kesenian yang berbahasa lewat musik juga mengalami
hal yang sama. Contohnya adalah Iwan Fals pada saat itu. Seperti yang kita ketahui lagu-lagu Iwan
Fals seringkali menyanyikan bahasa yang mengandung arti kritik terhadap Orba saat itu. Pemerintah
Orba membatasinya dengan larangan panggung di beberapa daerah. Bahasa pada era Orba memang
cenderung dipolitisasi dan diseragamkan. Tujuannya, tidak lain hanya untuk melanggengkan
kekuasaannya. Terbukti, Orba merupakan rezim yang paling lama menguasai Indonesia yakni
sampain 32 tahun.
10
4. Bahasa Indonesia pada Era Reformasi
Orba tumbang pada Mei 1998 oleh gerakan mahasiswa saat itu. Ditandai dengan lengsernya
Soeharto dan digantikan Oleh BJ Habibie. Kemudian, Indonesia memasuki fase yang kerap kali
disebut sebagai era reformasi. Pada era reformasi ini dikenal dimana nilai demokrasi sangat
dijunjung tinggi dan diamini sebagai era yang permanen di Indonesia. Hal itu terbukti dengan
dibukanya kritik dan masukan untuk pemerintahan yang lebih baik saat itu. Seiring bertambahnya
waktu dan pergantian rezim, era reformasi dikaitkan dengan era milenial yang saat ini kita rasakan.
Hal tersebut dibuktikan salah satunya, dimana pada awalnya bahasa hanya mencakup media baca
dan tulis sekarang ditambah dengan media sosial. Singkatnya, era milenial membuat bahasa
memasuki dunia yang terdigitalisasi. Tujuannya macam-macam, termasuk tujuan politik.
Contoh pada era milenial ini yang terkenal dengan pesatnya teknologi dan arus informasi para
stakeholder menjadikan status di media sosial mereka seperti twitter, fanspage facebook sebagai
alat politik. Selain menggunakan bahasa dalam status media sosial sebagai alat politik para politisi
kita juga kerap membangun citra politik dengan menggunakan media. Mereka mengunggah foto di
salah satu media viral seperti instagram saat kunjungan di masyarakat, pidato kenegaraan dan lain-
lain dengan caption (keterangan foto) yang cenderung membangun citra mereka.
Selain itu di era ini bahasa memiliki penyelewengan makna yang sering diutarakan oleh
kalangan masyarakat kita seperti misalnya muncul istilah “melempar bola panas”. Selain aspek
politik, di dalam aspek sosial masyarakat lebih miris lagi. Perkembangan bahasa Indonesia cenderung
mengalami anarkisme bahasa jika di dalam aspek sosial. Hal ini dapat dilihat dari fenomena hari ini
bahwa penggunaan bahasa Indonesia seringkali digunakan sebebas mungkin dengan bahasa lain
seperti fenomena “kids jaman now.” Setiap penyelenggaraan lomba kejuaraan seringkali
menggunakan bahasa Inggris seperti “Sudirman Cup”, “Jakarta Fair” atau dalam pengungkapan suka
cita terhadap hari kelahiran seseorang dengan istilah yang datang dari bahasa arab contohnya
“barakallah fii umrik”.
Dalam aspek ekonomi pun demikian. Di era ini bahasa jika kita analisis lebih jauh dapat
ditemukan bahwa bahasa terindustrialisasikan, dibatasi dan dibawa ke wacana pasar bebas. Seperti
yang kita ketahui pasar bebas merupakan wacana ekonomi global dengan karakteristiknya yang
bebas bagi arus investasi dan transfer ketenagakerjaan. Baru-baru ini pemerintah melalui Menaker
menghapus kebijakan penggunaan bahasa Indonesia oleh TKA di negara tempat ia bekerja. Seperti
yang dikutip dari pemberitaan kompas.com, Menaker melalui kebijakan ini menegaskan bahwa
kebijakan ini tidak lain untuk menumbuhkan iklim investasi yang besar-besaran di Indonesia.
Dalam melanggengkan kekuasaan pemerintah hari ini pun menggunakan bahasa sebagai alat
politik identitasnya dengan menggaungkan istilah “NKRI Harga Mati”. Munculnya wacana gerakan
radikalisme juga berujung pada Perpu Ormas. Dikeluarkannya istilah ini jika kita telisik kembali
adalah suatu bentuk ke-fasisan Negara. Mengapa melambangkan ke-fasis-an? Karena dengan istilah
itu mindset publik jelas akan terarah bahwa salah benar ini Negaraku, atau muncul opini lanjutan
“jangan tanyakan apa yang diberikan Negara padamu tapi tanyakan apa yang kamu berikan pada
Negaramu.”
11
Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan mengenai perkembangan Bahasa Indonesia pada era
ini sangat mengalami kemunduran yang cukup drastis dari penggunaannya dan cenderung
dipolitisasi menuju wacana rezim yang belum jelas dan cenderung fasis. Selain itu alih-alih akan
menginternasionalkan bahasa Indonesia, jelas melalui menaker terkait TKA akan bahasa Indonesia
merupakan bentuk pembatasan yang nyata. Ditambah dengan anarkisme bahasa di kalangan
masyarakat jelas akan berimbas pada pudarnya bahasa sebagai identitas nasional.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah aturan
penulisan yang mengatur huruf, kata, kalimat, dan tanda baca dalam bahasa Indonesia. EBI memiliki
fungsi penting dalam pembakuan tata bahasa, kosakata, dan peristilahan. Selain itu, EBI juga
berperan sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Selama perkembangan sejarahnya, bahasa Indonesia mengalami perubahan ejaan dari Ejaan Van
Ophuysen ke Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), yang kemudian menjadi dasar ejaan yang masih
digunakan hingga saat ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Faris. 2017. Bahasa Indonesia Tiga Zaman: Era Kolonial, Orde baru, dan Reformasi :
Tarakota.id
14