Disusun oleh:
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA”. Sholawat dan salam, semoga selalu dilimpahkan
kepada nabi akhir zaman, nabi Muhammad SAW, serta kepada keluarganya dan para
sahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Karya
Tulis Ilmiah. kami berharap dengan tersusunnya makalah ini kita semua dapat lebih
memahami tentang hakikat dan fungsi bahasa secara umum.
Kami juga mengucapkan Terima kasih kepada bapak Nahnu Robid Jiwandono selaku
dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan
tugas makalah ini. Semoga dengan adanya tugas ini akan menambah ilmu dan wawasan
kami, serta memberikan manfaat untuk dimasa yang akan datang. kami menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari bapak dan teman-teman. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................2
1.4. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
apa sebenarnya hakikat dan fungsi bahasa itu. Oleh karena itu, dalam makalah ini kita
akan membahas lebih jelas tentang hakikat dan fungsi bahasa.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat bahasa?
2. Apa saja fungsi-fungsi bahasa?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1.4. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain sebagai
berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat bahasa;
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi-fungsi bahasa
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Lis Setiawati; “Hakikat Bahasa”, MKWU4108 edisi II, 2018, hlm. 7.
3
ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh kelompok masyarakat pengguna bahasa
tersebut. Inilah hakikat bahasa memiliki sistem. Jadi, sistem bahasa suatu masyarakat
terbentuk dari masyarakat penggunanya. 3
Selain itu, bahasa memiliki makna. Artinya, bunyi-bunyi yang disusun secara
teratur berdasarkan kesepakatan bersama diberi makna sehingga dapat dipahami oleh
pengguna. Bunyi yang disusun tidak berdasarkan sistem tidak akan bermakna.
Dengan kata lain, jika tidak bemakna, itu bukan bahasa, sedangkan makna akan
muncul karena penggunaan sistem secara benar. Selanjutnya adalah bahasa memiliki
fungsi. Artinya bahasa dapat digunakan oleh masyarakat pengguna untuk kepentingan
dirinya, baik diungkapkan pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Jika bahasa
digunakan maka dapat dipastikan bahwa bahasa adalah alat komunikasi baik untuk dii
sendiri maupun untuk berinteraksi dengan orang lain.
Ketika kita beralih ke buku tata bahasa oleh para ahli yang berbeda, kita
menemukan berbagai bentuk sifat bahasa. Ketika idiom ini dirinci, mereka
menghasilkan serangkaian ciri-ciri yang membentuk inti bahasa. Hakikat bahasa
terbentuk antara lain oleh kenyataan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol yang
berupa bunyi-bunyi tertentu, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Ciri-ciri ini
dibahas secara singkat di bawah ini.
a. Bahasa sebagai suatu sistem
Bahasa adalah suatu sistem, artinya bahasa terdiri dari beberapa komponen
yang tersusun secara tetap dan dapat diprediksi. Sebagai suatu sistem, bahasa
tidak hanya bersifat sistematis. Sistem tuturan berupa simbol-simbol berupa
bunyi-bunyian. Artinya, simbol-simbol itu berupa nada-nada yang sering disebut
dengan speech tone atau nada bicara. Setiap simbol dalam bahasa mewakili
sesuatu yang disebut makna atau konsep. Misalnya lambang bahasa yang berbunyi
[kuda] merepresentasikan konsep atau makna “berkaki empat yang dapat
ditunggangi” dan lambang bahasa yang berbunyi [karakter] merepresentasikan
konsep atau makna “semacam alat tulis dengan tinta”. mewakili Karena setiap
lambang fonetik membawa atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka
dapat disimpulkan bahwa setiap satuan tutur suatu bahasa mempunyai arti.
Jika ada lambang fonetis yang tidak bermakna atau tidak mengungkapkan
suatu konsep, lambang itu tidak termasuk dalam sistem bahasa. Dalam bahasa
3
Lis Setiawati; “Hakikat Bahasa”, MKWU4108 edisi II, hlm. 7.
4
Indonesia, bunyi [air], [kuda] dan [meja] merupakan lambang kebahasaan karena
memiliki arti; tetapi bunyi [rai], [udak], dan [ajem] bukanlah simbol linguistik
karena tidak memiliki arti.
b. Bahasa Bersifat Arbitrer
Simbol dalam bahasa bersifat arbitrer, artinya hubungan antara simbol dan
yang dilambangkan tidak meyakinkan, dapat berubah, dan tidak dapat dijelaskan
mengapa simbol memiliki makna tertentu. Tidak ada penjelasan konkrit mengapa
simbol fonetik [kuda] digunakan untuk menunjukkan "sejenis hewan berkaki
empat yang biasa berkuda". Jika pertalian itu wajib, tentu untuk mengatakan
bahwa binatang disebut [kuda] dalam bahasa Indonesia tidak ada yang
menyebutnya [daku], [udak] ,atau [akud]. Kesewenang-wenangan ini juga
tercermin dari banyaknya konsep yang dilambangkan dengan beberapa simbol
bunyi yang berbeda. Misalnya, ungkapan "tumpukan lembaran yang dicetak dan
dijilid" dalam bahasa Indonesia adalah [buku] dan [kitab].
Meskipun simbol bahasanya arbitrer, namun juga konvensional. Dengan
kata lain, setiap penutur suatu bahasa tunduk pada hubungan antara lambang dan
lambangnya. Misalnya, dia mempertahankan simbol [kuda] hanya untuk
menunjukkan "sejenis hewan berkaki empat yang ditunggangi" dan tidak untuk
mewakili konsep lain, karena melakukan hal itu akan menjadi pelanggaran
konvensi itu. Konsekuensinya tentu saja komunikasi menjadi sulit. Demikian juga,
simbol tidak dapat diubah secara sewenang-wenang. Misalnya, dia tidak
menggunakan simbol [tanda] untuk ungkapan “pena tinta” tetapi menggunakan
simbol yang berbeda, seperti [dolspi], [pisdol], atau [dospil]. Ketika Anda
melakukan itu, komunikasi menjadi sulit juga.
c. Bahasa bersifat produktif
Bahasa itu produktif, yaitu memiliki jumlah elemen yang terbatas, tetapi
satuan bahasa dapat dibuat hampir tanpa batas. Menurut W.J.S. Purwadar Minta,
misalnya, hanya ada sekitar 23.000 kata di Indonesia, namun 23.000 kata ini bisa
membentuk jutaan kalimat tanpa henti.
d. Bahasa bersifat dinamis
Bahasa bersifat dinamis, artinya bahasa tidak lepas dari berbagai
kemungkinan perubahan yang dapat terjadi setiap saat. Perubahan tersebut dapat
terjadi pada tataran fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan leksikal. Yang
5
biasanya jelas adalah kosakata. Kosakata baru dapat muncul kapan saja, tetapi
kosakata lama yang hilang tidak digunakan lagi.
e. Bahasa itu Beragam
Bahasa memiliki arti yang berbeda-beda, meskipun bahasa memiliki
aturan atau pola tertentu yang sama, karena bahasa digunakan oleh penutur yang
heterogen dengan latar belakang sosial dan adat yang berbeda, bahasa menjadi
beragam. Bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya tidak persis sama dengan
bahasa Jawa yang dituturkan di Pekalongan, Banyumas, atau Yogyakarta.
Demikian pula, bahasa Inggris yang digunakan di Kota London tidak sama dengan
bahasa Inggris yang digunakan di Kanada atau Amerika.
f. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa adalah manusia, artinya bahasa sebagai alat komunikasi lisan
hanyalah milik manusia. Hewan tidak memiliki bahasa. Apa yang dimiliki hewan
sebagai alat komunikasi dalam bentuk suara atau gerakan tidaklah produktif dan
tidak dinamis. Hewan memimpin secara naluriah atau naluriah. Orang tidak
menguasai bahasa secara insting atau insting, tetapi melalui belajar. Hewan tidak
memiliki kemampuan untuk mempelajari bahasa manusia. Itulah sebabnya
dikatakan bahwa bahasa adalah manusia, hanya milik manusia.
6
Hal ini sesuai dengan pandangan fungsional bahasa sebagai sistem tanda yang
tidak terlepas dari faktor eksternal yaitu sosial, karakteristik demografis dan fungsi
bahasa tidak hanya untuk komunikasi tetapi juga untuk menunjukkan identitas sosial
dan bahkan budaya pengguna (Brown dan Yule, 1996:1-4). Dari sudut pandang ini,
penggunaan bahasa merupakan fenomena sosial dan budaya yang tidak dapat
dipisahkan dari tradisi bahasa penuturnya ( Brown 2007:6). Membenarkan hal ini
dengan mengatakan bahwa setiap penutur suatu bahasa selalu dimotivasi oleh faktor
sosial dan nilai budaya serta tradisi yang melingkupinya.Kebiasaan ini dapat berbeda
dari satu tempat dengan tempat lain, antara satu bangsa dengan bangsa lain.
Penggunaan bahasa mencirikan adanya hubungan antara penutur dan lawan
bicara, bahwa berkomunikasi merupakan hubungan antara penutur sebagai pengirim
pesan dan lawan bicara sebagai penerima pesan. Sebagai alat komunikasi untuk
interaksi sosial, bahasa memiliki fungsi. Secara umum fungsi bahasa dapat dilihat
dari dua perspektif, yaitu:
a. perspektif transaksional
b. perspektif interaksional
Kedua fungsi ini sangat penting karena berkaitan dengan penggunaan bahasa
dalam proses sosial masyarakat. Menurut pendapat Brown dan Yule, penggunaan
bahasa dalam interaksi tidak dapat dipisahkan dari fungsi bahasa dan komponen
interaktif lainnya. Keberhasilan penggunaan bahasa sebagai sarana untuk
berkomunikasi dipengaruhi oleh penutur dan konteks yang mendasarinya. Oleh
karena itu, penggunaan bahasa dapat dianggap sebagai sistem yang mencakup
komponen bahasa, penutur, dan budaya. Dengan kata lain, penggunaan bahasa selalu
dipengaruhi oleh komponen bahasa, hal yang berkaitan dengan penutur, dan faktor
sosiokultural. Sangat menarik untuk memahami penggunaan bahasa dalam
percakapan di dalam kelas.
Menurut pandangan fungsional bahasa, penggunaan bahasa dapat dipahami
dengan memandang percakapan sebagai peristiwa komunikatif atau tuturan tatap
muka. Peristiwa komunikatif dicirikan dengan percakapan antara pembicara dan
lawan bicara, yaitu saling tatap muka dan bentuk ditentukan oleh tujuan sosial
(Ricardo, 1995:5). Penggunaan bahasa oleh penutur dan lawan bicara dalam situasi
7
percakapan dapat dilihat sebagai tuturan dan ditempatkan dalam konteks umum
peristiwa tuturan menurut konteks sosial budaya4.
Fungsi bahasa menurut Jakobson (Ibrahim: 1993) dipilih untuk sudut pandang
yang jelas. Menurutnya, enam fungsi bahasa adalah sebagai berikut;
1. Fungsi ekspresif adalah fungsi yang menunjukkan bahwa bahasa yang
digunakan untuk mengungkapkan emosi, seperti: senang, gembira, marah,
sedih, dll. Fungsi ekspresif didasarkan pada perspektif pembicara (penerima).
Fungsi ini disamakan dengan fungsi personal dan fungsi internal.
2. Fungsi referensial adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk membicarakan
topik tertentu. Fungsi referensial didasarkan pada perspektif konteks.
3. Fungsi putik adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk menyampaikan
amanat atau pesan tertentu. Fungsi putik bertumpu pada aspek amanat dan
disamakan artinya dengan fungsi imajinatif.
4. Fungsi fatik adalah bahasa digunakan hanya untuk mengetahui dan
menghubungi orang lain. Fungsi fatik ini didasarkan pada kontak dan dapat
disamakan dengan fungsi interpersonal.
5. Fungsi bahasa metalingual adalah ketika bahasa digunakan untuk membahas
bahasa itu sendiri. Fungsi metalingual didasarkan pada bahasa itu sendiri.
6. Fungsi konatif adalah bahasa yang digunakan dengan maksud membuat lawan
bicara melakukan sesuatu. Fungsi konatif ditemukan pada lawan bicara. Fungsi
konatif disamakan dengan fungsi direktif5.
Berdasarkan definisi-definisi fungsi bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa
hakikat dari fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dengan kata lain, fungsi
utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.
4
Eka Haryanti, “Penggunaan Bahasa dalam Perspektif Tindak Tutur dan Implikasinya bagi Pendidikan
Literasi”, Jurnal Tambora, Vol. 3, No 1, Tahun 2019, hlm. 22.
5
Aghestia & FathurRokhman, “Kode Tutur Verbal Penutur Asing daam Sosial Masyarakat
Dwibahasawan”, Jurnal Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia, Vol. 5, No 1, Tahun 2016, hlm. 64.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kami telah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah di atas masih jauh dari
kata sempurna. Kami berharap para pembaca dapat berperan dalam perbaikan
makalah ini, supaya nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu referensi belajar bagi
para pembaca. Setelah membaca makalah ini, selain dapat memahami, kami juga
berharap para pembaca dapat memahami mengenai “Hakikat dan Fungsi Bahasa”.
9
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, M. (2009). Kajian Bahasa Indnesia SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan,
Haryanti, E. (2019). Penggunaan Bahasa dalam Perspektif Tindak Tutur dan Implikasinya
bagi Pendidikan Literasi. Jurnal Tambora, 3(1).
Nusantari, A. P., & Rokhman, F. (2016). Kode Tutur Verbal Penutur Asing dalam Ranah
Sosial Masyarakat Dwibahasawan. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 5(2).
Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka.
10