Hetti Rahmawati
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang
email: hettirs@yahoo.com
Abstract: Dayak Benuaq Local Wisdom in the Land Use and Environmental Care
efforts. This study was aimed at exploring the dynamics of wisdom in managing forest
ecosystems as the basis for ecological behavior and preservation of the environment
on Benuaq Society in East Kalimantan through indigenous perspective. This study used
qualitative descriptive-Explorative method. Data of this study were obtained through
interviews and observations. The results show that the use of forests is based on the
maintenance of balance and sustainability of forest resources as a form of harmonious
relations and human responsibility to the natural environment. The local wisdom is
re lected in the habits of life and the social values that lasted a long time . The value of
self-transcendence, social-altruistic, and biospheric become reinforcement in ecological
behavior intention to care for the forest. A form of environmental wisdom is demonstrated
in the oral arts. Farming knowledge and technologies used do not harm the environment.
Land use like Umaq, Simpuk, and the swelling are developed by the Benuaq conservation
behavior . Customs regulations role as controller in the system of ecologically sustainable
behavior in forest management.
106
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)
107
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 20, No. 2, Oktober 2015: 106-113
108
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)
Berkurangnya lahan hutan dan ulin yang semula telah dijaga beratus
rusaknya ekosistem hutan salah satunya tahun dari generasi ke generasi ini, dalam
terjadi karena yang dipicu aktivitas sepuluh tahun terakhir lebih di bawah
perusahaan konsesi di luar komunitas kekuasaan perusahan konsesi hutan.
benuaq. Perusahaan tersebut menurut Perilaku pemanfaatan lahan non
pandangan tetua telah mengambil ulin hutan primer dilakukan bersama/
skala besar dan turut mencabut tanaman komunal disesuaikan dengan aturan adat.
belukar/bawah lain di luar itu, sehingga Simpukq (kebon hutan) menyediakan
sumber makanan bagi manusia dan pohon buah-buahan, kelapa, kemiri, kopi
hewan ikut hilang, termasuk tanaman dan karet dengan variasi pohon obat-
makanan hewan liar dan sagu hutan yang obatan, racun alam dan pohon buah-
turut musnah. buahan adalah bukti kehidupan organik
Temuan dalam pengamatan tercatat masyarakat lokal Benuaq. Ini merupakan
bahwa di daerah Jahab dan Pondok gambaran teraplikasikannya sistem agro-
Labu di Kutai Kertanegara, pemukiman forestry berkelanjutan.
komunitas Dayak Benuaq adalah desa Ada sistem bercocok tanam ber-
sederhana dengan rumah semi permanen pindah di area ladang penanaman, yang
yang terbuat dari sebatang kayu ulin untuk ditanam bermacam varietas padi tanpa
satu rumah selama beberapa generasi. irigasi, yang mengikuti alur siklus tanam
Meskipun kini rumah lebih dibuat untuk berpetak-petak sesuai masanya. Pada
keluarga tunggal, maka rumah lamin sistem ini padi gogorancah ditanam tanpa
semakin jarang. Rumah panjang/Lamin menggunakan pestisida maupun pupuk
adalah rumah adat keluarga besar. Sirap kimia tapi menghasilkan padi yang baik.
(atap) berasal dari batang pohon ulin, Lahan ini ada beberapa yang diseling
yang menjaga sirkulasi udara dengan dengan tanaman singkong atau sayuran
baik. Kayu diambil dari hutan seperlunya konsumsi. Dan nampak ada beberapa
dalam skala terbatas. Penghormatan petak lahan dibiarkan tak ditanami
untuk kayu ulin adalah penghormatan setelah beberapa tahun ditanami padi.
atas leluhur. Sebenarnya ini dilakukan agar lahan
Tekstur yang bervariasi dan ke- yang ditidurkan sementara akan kembali
kuatannya membuat kayu ulin sangat siap ditanam kembali setelah unsur hara
bernilai. Pohon ulin hanya hidup di permukaan tanah terjaga kembali.
lingkungan yang terjaga baik, hutan yang Penggunaan umaq, lahan cadangan
lebat dengan vegetasi rapat, kelembaban hutan didasarkan pengetahuan lokal
sepanjang musim dan butuh ratusan bahwa tingkat kesuburan tanah ber-
tahun untuk memperoleh bentuk dan beda, iklim mikro berbeda dan siklus
ketinggian tertentu. Pohon keramat penanaman untuk memisahkan regene-
karena roh leluhur tinggal, dan tidak rasi hutan ke dalam lima fase penanaman
boleh diperjual belikan di luar desa adat. yaitu: lapisan muda (kurat uraq), lapisan
Jika akan menebang maka dilakukan tua (kurat tuha), hutan sekunder muda
“Mekanyahu” upacara minta ijin penjaga (kurat batang muda), hutan sekunder tua
hutan termasuk penghuni pohon ulin. (kurat batang tuha) dan hutan primer
Pohon ulin hanya ditebang dengan tidak (bengkar). Hingga pada akhirnya ladang
mencabut akar sehingga pohon akan akan di siklus kembali menjadi hutan
cepat memperbaiki sendiri dan tumbuh primer setelah 100-200 tahun kemudian.
kembali. Realita saat ini pohon-pohon
109
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 20, No. 2, Oktober 2015: 106-113
110
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)
mental dalam mengelola lingkungan ber- sonality traits, value system, feeling)
dasarkan pemikiran budaya masing- dan faktor eksternal (infrastructure,
masing. Demikian pula Milfont, Sibley, social-cultural, political factor) berkon-
& Duckitt (2010) mereplikasi dan tribusi pada perilaku ramah lingkungan,
mendukung penemuan Schultz & Selezny kelebihan model ini adalah menyajikan
(1999) dan Schultz, et al. (2005) yang kemungkinan hambatan dalam im-
melihat norma berperan dalam perilaku plementasi faktor tersebut ke ranah
terhadap lingkungan, dimana nilai pribadi perilaku nyata. Teori sikap perilaku yang
dan budaya terutama self-transcedence, juga dikembangkan dari teori planned
altruistic dan biospheric memprediksikan behavior (Kaiser & Gutscher, 2003;
perilaku lingkungan. Kaiser & Scheuthle, 2003; Kaiser, Hubner,
Kaiser, et al. (1999) yang mem- & Bagner, 2005; Kaiser, 2006).
prediksi bahwa general ecological Komunitas asli masyarakat Benuaq
behavior atau perilaku ekologis yang tinggal di sekitar hutan Kalimantan
umum dibentuk dari sikap (yang Timur khususnya area Kutai Kertanegara
terdiri dari: environmental knowledge, (barat) telah berabad lamanya memiliki
environmental values dan environmental kekuatan menjaga kelestarian hutan
behavior intention) dan responsibility Kalimantan. Namun ironi di tengah upaya
feeling atau rasa tanggung jawab pada keras subkultur Dayak Benuaq menjaga
lingkungan. Wujud tanggungjawab keberadaan hutan, mereka harus ber-
altruistic dan biospheric masyarakat hadapan langsung dengan fenomena
diimplementasikan dalam sistem tata penebangan liar yang mengancam,
guna lahan dan siklus serta cara bercocok konsesi lahan dan efek kapitalisme
tanam yaitu pembagian jelas perlakuan lewat perusahaan timber dan mining,
pada: Umaq (ladang), Simpukq (kebun dan menambah potensi kon lik antara
hutan), Bengkar( hutan primer/lindung) masyarakat lokal-pendatang–pemegang
dan lima tahap Urat adalah model konsesi lahan dan pemerintah.
sistem pemanfaatan lahan yang peduli
biodiversity, konservasi dan sustainability SIMPULAN
sumber daya hutan dan sekitarnya. Kesimpulan yang dapat diambil
Kebudayaan lisan adalah ciri kesenian adalah masyarakat Dayak Benuaq telah
Benuaq, budaya bertutur lewat petuah, memiliki nilai hidup organic, menjaga
dongeng, cerita rakyat, syair disampaikan biodiversity (keanekaragaman hayati),
secara lisan dari satu generasi ke generasi. memiliki perilaku konservasi (menjaga
Muatan pesan ekologis, kepahlawanan, lingkungan secara berkelanjutan) yang
sikap satria dan hikmah kehidupan yang mengakar dan nilai tersebut diupayakan
ada di dalamnya bertujuan menggugah diturunkan dari generasi ke generasi
kesadaran, membentuk persepsi, sikap dalam bentuk kearifan lokal dalam
dan perilaku untuk diidenti ikasi. Seni berhubungan dengan alam. Lingkungan
lisan menyentuh afeksi, mengungkap hutan telah membentuk budaya
sikap, nilai dan etika lingkungan. Seni yang kompleks dan menjadi sistem
mendorong untuk berbuat, walaupun keyakinan dan sebaliknya budaya sosial
hambatan faktor eksternal telah mengikis turut membentuk kualitas lingkungan,
tradisi lisan ini. yaitu dari perilaku masyarakatnya
Kollmus & Agyeman (2002) dalam mengelola lingkungan. Perilaku
menyatakan bahwa faktor internal (per- masyarakat Dayak Benuaq yang mentaati
111
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 20, No. 2, Oktober 2015: 106-113
aturan adat sebagai hukum yang Kaiser, F.G., & Wilson, M. 2000. Assesing
mengatur etika dalam pengelolaan lahan, People’s General Ecological Behavior:
pemanfaatan hutan dan sungai dilandasi A Cross-Cultural Measure. Journal of
atas pemikiran, persepsi dan sikap yang Applied Psychology. 30,952-978.
telah diturunkan sepanjang generasi. Kaiser, F.G., & Gutscher, H. 2003. The
Bahwa sebagai bagian dari masyarakat Preposition of General Version Of
Dayak Benuaq, mereka bertugas menjaga The Theory of Planned Behavior:
keharmonisan dengan alam, dengan Predicting Ecological Behavior.
menghormati dan bertanggung jawabnya Journal of Applied Psychology, 33(3).
pada hewan dan tanaman (biospheric) di 586-603.
lingkungan hutan. Kaiser, F.G., & Scheuthle, H. 2003. Two
Modernisasi kampung hutan Chalenges to Mortal Exthension
akibat pergeseran hubungan generasi of Theory of Planned Behavior
muda Benuaq dengan pendatang yang Moral Norms And Just World Belief
bekerja di perkebunan, perkayuan dan in Conservatism. Personality and
pertambangan. Perubahan budaya Individual Differences, 35. 1033.
tradisional-modern pada masyarakat Kaiser, F.G., Hubner, G., & Bagner, Fx.
Benuaq kini berada dalam kondisi 2005. Contrasting The Theory of
masyarakat transisi yang sangat me- Planned Behavior with The Value-
merlukan pendekatan komunitas dalam Belief-Norm Model in Explaining
pengembangan wilayah dan sosialnya. Conservation Behavior. Journal of
Agar pemberdayaan potensi masyarakat Applied Social Psychology, 35(10).
lokal tetap memperhatikan nilai, ke- 2150.
sejahteraan, memerdekakan akses Kaiser, F.G. 2006. A Moral Extension of
atas hak masyarakat indigenous dalam The Theory of Planned Behavior:
menentukan self-determined model bagi Norms and Anticipated Feelings of
komunitas mereka sendiri. Sehingga Regret In Conservatism. Personality
perlu ada perlindungan tata hukum lokal and Individual Differences, 41(1).
dan pranata ada agar sistem budaya 71.
lokal masih berfungsi dalam mengatur Kollmuss, A., & Agyeman, J. 2002.
perilaku masyarakat lokal, khususnya Mind The Gap: Why Do People Act
sebagai penguat dan kontrol perilaku Environmentally and What Are
ekologis. Barriers to Pro-Environmental
Behaviors?. Environmental Education
DAFTAR PUSTAKA Research, 8(3). 239-260.
Atran, S., Ross, N.O., & Medin, D.L. 2005. Milfont, T.L., Sibley, C.G., & Duckitt, J.
The cultural mind: environmental 2010. Testing The Moderating Role of
decision making and cultural Norm Activation on The Relationship
modeling witin and across Between Values and Environmental
populations. Psychological Review, Behavior. Journal of Cross-Cultural
112 (4). 744-776. Psychology, 41(1). 124-131.
Kaiser, F.G., Ranney, M., Hartig, T., & Bowler, Schultz, P.W., & Zelezny, L.C. 1999. Values
P.A. 1999. Ecological Behavior, En- As Predictors of Environmental
vironmental Attitude, and Feelings of Attitudes: Evidence for Consistency
Responsibility or The Environment. Across 14 Countries. Journal of
European Psychologist. 4(2), 59-74.
112
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)
113