Anda di halaman 1dari 8

KEARIFAN

LOKAL MASYARAKAT DAYAK BENUAQ


DALAM PEMANFAATAN LAHAN DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN

Hetti Rahmawati
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang
email: hettirs@yahoo.com

Abstrak: Kearifan Lokal Masyarakat Dayak Benuaq dalam Pemanfaatan Lahan


dan Pemeliharaan Lingkungan. Penelitian ini bertujuan menggali dinamika
kearifan dalam mengelola ekosistem hutan sebagai landasan perilaku ekologis
dan pemeliharaan lingkungan pada masyarakat adat Dayak Benuaq di Kalimantan
Timur dengan perspektif indigenous. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
descriptive-explorative. Data diperoleh melalui wawancara dan observasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan hutan didasarkan pada upaya
pemeliharaan keseimbangan dan kelestarian sumber daya hutan sebagai wujud
hubungan selaras dan tanggung jawab manusia dengan lingkungan alamnya. Kearifan
lokal tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup yang telah berlangsung lama
dalam nilai-nilai yang berlaku. Nilai self-transcendence, social-altruistic, dan biospheric
menjadi penguat dalam intensi perilaku ekologis untuk peduli pada hutan. Wujud
kearifan lingkungan ini ditunjukkan dalam seni lisan. Pengetahuan dan teknologi
berladang yang digunakan tidak merusak lingkungan. Pemanfaatan lahan berupa:
Umaq, Simpuk, dan Bengkak adalah perilaku konservasi yang dikembangkan oleh
masyarakat Dayak Benuaq. Peraturan adat sebagai pengendali dalam sistem perilaku
ekologis berkelanjutan dalam pengelolaan hutan.

Kata kunci: kearifan lokal, pemanfaatan lahan, pemeliharaan lingkungan

Abstract: Dayak Benuaq Local Wisdom in the Land Use and Environmental Care
efforts. This study was aimed at exploring the dynamics of wisdom in managing forest
ecosystems as the basis for ecological behavior and preservation of the environment
on Benuaq Society in East Kalimantan through indigenous perspective. This study used
qualitative descriptive-Explorative method. Data of this study were obtained through
interviews and observations. The results show that the use of forests is based on the
maintenance of balance and sustainability of forest resources as a form of harmonious
relations and human responsibility to the natural environment. The local wisdom is
re lected in the habits of life and the social values that lasted a long time . The value of
self-transcendence, social-altruistic, and biospheric become reinforcement in ecological
behavior intention to care for the forest. A form of environmental wisdom is demonstrated
in the oral arts. Farming knowledge and technologies used do not harm the environment.
Land use like Umaq, Simpuk, and the swelling are developed by the Benuaq conservation
behavior . Customs regulations role as controller in the system of ecologically sustainable
behavior in forest management.

Keywords: enviromental efforts, land use, local wisdom

106
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)

PENDAHULUAN bumi di kawasan Asia dan dunia.


Fenomena penurunan kualitas ling- Sumber kayu yang melimpah dari hutan
kungan akhir-akhir ini membutuhkan dan sumber emas dari sungai kini di-
pemikiran serius. Beberapa masalah ambang kepunahan akibat eksploitasi
lingkungan hidup yang diakibatkan pemegang konsesi hutan dan penambang
menurunnya kualitas lingkungan terkait berdampak pada deforestasi dan me-
dengan menurunnya perilaku peduli nurunnya jumlah spesies hutan dan
manusia dalam memperlakukan alam sungai, dan memburuknya kualitas air.
selama ini. Masalah banjir dan erosi Potret perilaku masyarakat industri
akibat deforestation (penebangan hutan), hutan dan tambang ini bertolak belakang
krisis energi, polusi atas tanah, air dan dengan perilaku ekologis masyarakat asli
udara telah menimbulkan penyakit dan yang tinggal dan hidup selama berabad-
menurunkan kualitas hidup manusia, abad di sekitar hutan. Masyarakat lokal
dan masalah pemanasan global yang memiliki cara sendiri dalam memelihara
berdampak pada anomali iklim dan panas tanah dan sumber daya alam lebih baik,
bumi yang ekstrim. Perilaku manusia karena masyarakat setempat hidup di
yang berlebihan mengeksploitasi alam situ, menjadi saksi atas keberadaan
dan pembangunan lansekap tanpa alam tersebut. Nilai kearifan lokal telah
mempertimbangkan fungsi ekologis membangun perilaku dalam menjaga
merupakan ancaman dalam pemanfaatan lingkungan hutan lebih baik dari
lahan berkelanjutan. komunitas yang lain.
Permasalahan di atas menunjukkan Nilai dan etika leluhur tentang bagai-
bahwa perilaku masyarakat telah ke- mana selayaknya memperlakukan alam
hilangan kepedulian akan lingkungan, dan dan berhubungan dengan alam sudah ada
perlu ditempuh agar perilaku peduli dan sejak dulu. Sebagai nilai yang mendasari
ramah pada lingkungan dapat terwujud. kelangsungan hidup manusia di bumi
Walaupun pendekatan pendidikan dalam ini. Relasi manusia dengan hutan pada
tataran sikap dan pengetahuan tentang masyarakat lokal misalnya merupakan
lingkungan telah ditingkatkan dalam hubungan fungsional sosial. Kondisi
beberapa tahun terakhir, namun masih suatu lingkungan berperan membentuk
banyak hal yang perlu diperhatikan agar kebudayaan suku bangsa sebagaimana
pendidikan lingkungan hidup berdampak masyarakat hutan mempunyai nilai-nilai
positif pada perilaku nyata yang semakin kearifan lokal tradisional yang terbentuk
peduli dengan lingkungan. Banyak hal dari interaksi berulang-ulang di antara
yang dapat dipelajari dari perilaku ramah masyarakat dengan sumber daya hutan.
lingkungan untuk menjaga kelestarian Dimilikinya pengetahuan sistem tatanan
sumber daya alam pada masyarakat budaya sosial religius masyarakat desa
lokal di Indonesia. Salah satunya adalah hutan Dayak Benuaq, maka akan lebih
masyarakat lokal di pulau Kalimantan, memahami kesesuaian ekosistem alam
khususnya masyarakat Dayak Benuaq dengan kelembagaan adat hutan dalam
yang memiliki kearifan lokal dalam perilaku ekologis anggota komunitasnya.
pemanfaatan lahan. Berdasarkan alasan tersebut maka
Kalimantan sebagai pulau terbesar kelestarian hutan, dinamika psikologis
dan memiliki nutfah khas terutama dan sosial budaya masyarakat yang
yang ada di dalam hutan tropis di pulau tinggal di sekitar hutan menjadi masalah
ini yang juga menjadi penjaga ekosistem penting yang perlu mendapatkan per-

107
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 20, No. 2, Oktober 2015: 106-113

hatian serius. Mengingat masyarakat mereka, sehingga berakibat buruk jika


lokal yang tinggal di seputar hutan seseorang menyakiti hutan. Sebaliknya
diharapkan sebagai agen penjaga utama hutan akan memberikan kebaikan jika
dalam hal biodiversity dan konservasi manusia menjaga hutan terutama species
hutan, sehingga diperlukan pemahaman tertentu dengan baik pula.
mengenai aspek psikologis sosial dalam Nilai (value) tentang hutan dan
perilaku konservasi masyarakat lokal sungai didasarkan atas fungsi hutan dan
Dayak Benuaq, khususnya yang hidup sungai dalam menjaga kualitas hidup
berdampingan dengan hutan di kawasan masyarakat dalam bertahan hidup
hutan tropis Kalimantan Timur. (survival), keber-lanjutan tersedianya
sumber daya (sustainable), fungsinya
METODE sebagai tempat aktivitas spiritual dan
Metode penelitian ini menggunakan perekat sosial. Hutan tidak dinilai dari
pendekatan kualitatif dengan teknik nilai keuntungan ekonomis saja, karena
wawancara dan observasi. Wawancara itu hutan dianggap bukanlah komoditas
dilakukan pada dua orang pemangku tapi merupakan bagian integral dari
adat, satu orang ahli budaya Dayak, dua siklus hidup mereka.
orang wakil pemuda, dua orang wakil Karakteristik hutan tropis Kaliman-
warga berusia lanjut, dan dua orang tan dahulu menurut para tetua, memiliki
sebagai wakil pendatang pengelola vegetasi yang rapat dan bervariasi
pertambangan batu bara. Analisis data dengan sungai-sungai yang melintasi
secara descriptive-explorative dilakukan, pulau ini. Menurut sebagai besar nara
keseluruhan data yang terkumpul sumber menyatakan bahwa keberadaan
diklasi ikasi dan isi dianalisis. Hasil ini kebudayaan Dayak Benuaq setidaknya
sebagai acuan untuk menemukan tema sangat dekat dengan irama kehidupan
utama dan menggambarkan dinamika hutan dan sungai dan erat kaitannya
perilaku ekologis masyarakat Dayak dengan kayu Ulin. Selain keyakinan
Benuaq dalam pemanfaatan lahan serta bahwa kayu ulin merupakan vegetasi
pemeliharaan lingkungannya yang baik bagi resapan air di hutan.
Species kayu ulin yang dahulu sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN banyak didapati di hutan Kalimantan,
Hasil kini adalah species langka yang sulit
Berdasarkan hasil wawancara dan diperoleh masyarakat Benuaq yang men-
pengamatan di lapangan, maka ada jadikan kayu tersebut sebagai bagian
beberapa hal yang mendasar terkait penting upacara adat. Pengalihan fungsi
dengan relevansi kearifan lokal dan hutan dan semakin menyempitnya
dinamika perilaku ekologis masyarakat akses pemeliharaan hutan bagi mereka.
Dayak Benuaq dalam mengelola Berkurangnya persediaan kayu ulin yang
lingkungan hutan. Kepercayaan yang berkesinambungan menurut beberapa
ada di masyarakat Benuaq memandang nara sumber adalah seperti kehilangan
hutan dan sungai sebagai “tetangga” simbol eksistensi ritual religius karena
yang merupakan tempat roh leluhur kerajinan dan perlengkapan dari kayu
tinggal sehingga keeratan hubungan yang ulin (patung, pakaian kayu, senjata)
selaras antara manusia dengan hutan dan digunakan sebagai bagian dari upacara
sungai adalah penting. Ada dewa penjaga keagamaan, adat dan pemujaan.
hutan dan yang memberikan hutan pada

108
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)

Berkurangnya lahan hutan dan ulin yang semula telah dijaga beratus
rusaknya ekosistem hutan salah satunya tahun dari generasi ke generasi ini, dalam
terjadi karena yang dipicu aktivitas sepuluh tahun terakhir lebih di bawah
perusahaan konsesi di luar komunitas kekuasaan perusahan konsesi hutan.
benuaq. Perusahaan tersebut menurut Perilaku pemanfaatan lahan non
pandangan tetua telah mengambil ulin hutan primer dilakukan bersama/
skala besar dan turut mencabut tanaman komunal disesuaikan dengan aturan adat.
belukar/bawah lain di luar itu, sehingga Simpukq (kebon hutan) menyediakan
sumber makanan bagi manusia dan pohon buah-buahan, kelapa, kemiri, kopi
hewan ikut hilang, termasuk tanaman dan karet dengan variasi pohon obat-
makanan hewan liar dan sagu hutan yang obatan, racun alam dan pohon buah-
turut musnah. buahan adalah bukti kehidupan organik
Temuan dalam pengamatan tercatat masyarakat lokal Benuaq. Ini merupakan
bahwa di daerah Jahab dan Pondok gambaran teraplikasikannya sistem agro-
Labu di Kutai Kertanegara, pemukiman forestry berkelanjutan.
komunitas Dayak Benuaq adalah desa Ada sistem bercocok tanam ber-
sederhana dengan rumah semi permanen pindah di area ladang penanaman, yang
yang terbuat dari sebatang kayu ulin untuk ditanam bermacam varietas padi tanpa
satu rumah selama beberapa generasi. irigasi, yang mengikuti alur siklus tanam
Meskipun kini rumah lebih dibuat untuk berpetak-petak sesuai masanya. Pada
keluarga tunggal, maka rumah lamin sistem ini padi gogorancah ditanam tanpa
semakin jarang. Rumah panjang/Lamin menggunakan pestisida maupun pupuk
adalah rumah adat keluarga besar. Sirap kimia tapi menghasilkan padi yang baik.
(atap) berasal dari batang pohon ulin, Lahan ini ada beberapa yang diseling
yang menjaga sirkulasi udara dengan dengan tanaman singkong atau sayuran
baik. Kayu diambil dari hutan seperlunya konsumsi. Dan nampak ada beberapa
dalam skala terbatas. Penghormatan petak lahan dibiarkan tak ditanami
untuk kayu ulin adalah penghormatan setelah beberapa tahun ditanami padi.
atas leluhur. Sebenarnya ini dilakukan agar lahan
Tekstur yang bervariasi dan ke- yang ditidurkan sementara akan kembali
kuatannya membuat kayu ulin sangat siap ditanam kembali setelah unsur hara
bernilai. Pohon ulin hanya hidup di permukaan tanah terjaga kembali.
lingkungan yang terjaga baik, hutan yang Penggunaan umaq, lahan cadangan
lebat dengan vegetasi rapat, kelembaban hutan didasarkan pengetahuan lokal
sepanjang musim dan butuh ratusan bahwa tingkat kesuburan tanah ber-
tahun untuk memperoleh bentuk dan beda, iklim mikro berbeda dan siklus
ketinggian tertentu. Pohon keramat penanaman untuk memisahkan regene-
karena roh leluhur tinggal, dan tidak rasi hutan ke dalam lima fase penanaman
boleh diperjual belikan di luar desa adat. yaitu: lapisan muda (kurat uraq), lapisan
Jika akan menebang maka dilakukan tua (kurat tuha), hutan sekunder muda
“Mekanyahu” upacara minta ijin penjaga (kurat batang muda), hutan sekunder tua
hutan termasuk penghuni pohon ulin. (kurat batang tuha) dan hutan primer
Pohon ulin hanya ditebang dengan tidak (bengkar). Hingga pada akhirnya ladang
mencabut akar sehingga pohon akan akan di siklus kembali menjadi hutan
cepat memperbaiki sendiri dan tumbuh primer setelah 100-200 tahun kemudian.
kembali. Realita saat ini pohon-pohon

109
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 20, No. 2, Oktober 2015: 106-113

Peraturan adat yang berlaku tidak karena prinsip pemenuhan kebutuhan


membolehkan menebang pohon tertentu secara domestik dan bukan karena
seperti pohon sialang karena tempat market. Akan tetapi menurut para
bersarang lebah madu yang selain tetua ada gejolak perubahan dengan
bermanfaat dapat diambil madunya, mengatasnamakan unsur ekonomis yang
karena bagi komunitas Benuaq lebah menjadi kekawatiran para angkatan tua
adalah sahabat penyerbukan bagi terhadap realita dan dinamika perubahan
vegetasi. Hal ini sudah menggambarkan di kalangan muda Benuaq.
perilaku konservasi dan sustainability Kebudayaan Benuaq lama yang
atas dasar pemikiran lokal yang kuat. kaya dengan teknik bertutur dan produk
Pengenalan yang baik atas species budaya lisan lewat karya dongeng,
tanaman yang bernilai ekologis petuah orangtua, leluhur, cerita rakyat
menjaga kesuburan tanah sebagai dan legenda. Namun dalam persepsi
pengetahuan lokal yang sebenarnya. angkatan tua budaya tutur di kalangan
Sehingga pertanian monokultur atau muda kini mulai tersingkir. Modernisasi
sistem monopoli pengelolaan hutan kampung hutan terjadi dan pola budaya
tanaman industri yang homogen dan tutur menepi sebagai akibat pergeseran
massal seperti perkebunan kelapa hubungan generasi muda Benuaq dengan
sawit sebenarnya tidak sesuai dengan pendatang yang bekerja di perkebunan,
pemikiran masyarakat Benuaq dalam perkayuan dan pertambangan.
bercocok tanam. Perilaku sosial yang
merupakan bagian dari hemat energi, Pembahasan
menghargai proses, efektif dan ramah Nilai dan kepercayaan yang dianut
lingkungan ditampakkan di dalam rumah oleh masyarakat lokal Dayak Benuaq
lamin dan ladang yang dikelola bersama sebagai pendorong perilaku ekologisnya
oleh keluarga besar dan komunitas dilihat dari kepercayaan tentang arti
sebagai contoh simbol perilaku kolektif dan nilai hutan dan sungai baginya, bagi
masyarakat Benuaq. leluhurnya dan anak cucu selanjutnya.
Kehidupan saling membantu di Nilai komunal tersebut akhirnya di-
antara penghuni rumah besar jauh dari internalisasi secara pribadi anggota
sifat individualistis dan kepemilikan komunitas. Sebagaimana dinyatakan oleh
pribadi. Kepemilikan didasarkan atas Vining (2003), bahwa emosi dan perilaku
keputusan adat dan keluarga besar. ramah lingkungan setidaknya juga
Sehingga sifat eksploitatif kompetitif didorong atas nilai pribadi, keterlibatan
adalah hal tabu. Sementara nilai emosi dan ketertarikan terhadap
kelestarian pengelolaan hutan dan binatang (biospheric) sebagai afeksi yang
semangat kerjasama membantu dan mendorong sikap dan perilaku sadar
peduli pada orang lain (altruistic) adalah lingkungan.
ciri khasnya. Kajian lintas budaya tentang relasi
Contoh lain seperti aktivitas berburu manusia dan lingkungan dalam folk
babi, berladang padi gogorancah, ecology (Kaiser & Wilson, 2000; Atran,
mencari rotan, dan gahru merupakan Ross, & Medin, 2005; Schultz & Selezny,
kegiatan yang menambah pemasukan 1999) menelaah unsur budaya dalam
bagi keluarga, namun mengambil dari membentuk perilaku konservasi dan
hutan untuk dijual di luar komunitas peduli lingkungan. Pemahaman konsep
secara komersial itu tidak dilakukan nilai-nilai budaya tentang alam dan model

110
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)

mental dalam mengelola lingkungan ber- sonality traits, value system, feeling)
dasarkan pemikiran budaya masing- dan faktor eksternal (infrastructure,
masing. Demikian pula Milfont, Sibley, social-cultural, political factor) berkon-
& Duckitt (2010) mereplikasi dan tribusi pada perilaku ramah lingkungan,
mendukung penemuan Schultz & Selezny kelebihan model ini adalah menyajikan
(1999) dan Schultz, et al. (2005) yang kemungkinan hambatan dalam im-
melihat norma berperan dalam perilaku plementasi faktor tersebut ke ranah
terhadap lingkungan, dimana nilai pribadi perilaku nyata. Teori sikap perilaku yang
dan budaya terutama self-transcedence, juga dikembangkan dari teori planned
altruistic dan biospheric memprediksikan behavior (Kaiser & Gutscher, 2003;
perilaku lingkungan. Kaiser & Scheuthle, 2003; Kaiser, Hubner,
Kaiser, et al. (1999) yang mem- & Bagner, 2005; Kaiser, 2006).
prediksi bahwa general ecological Komunitas asli masyarakat Benuaq
behavior atau perilaku ekologis yang tinggal di sekitar hutan Kalimantan
umum dibentuk dari sikap (yang Timur khususnya area Kutai Kertanegara
terdiri dari: environmental knowledge, (barat) telah berabad lamanya memiliki
environmental values dan environmental kekuatan menjaga kelestarian hutan
behavior intention) dan responsibility Kalimantan. Namun ironi di tengah upaya
feeling atau rasa tanggung jawab pada keras subkultur Dayak Benuaq menjaga
lingkungan. Wujud tanggungjawab keberadaan hutan, mereka harus ber-
altruistic dan biospheric masyarakat hadapan langsung dengan fenomena
diimplementasikan dalam sistem tata penebangan liar yang mengancam,
guna lahan dan siklus serta cara bercocok konsesi lahan dan efek kapitalisme
tanam yaitu pembagian jelas perlakuan lewat perusahaan timber dan mining,
pada: Umaq (ladang), Simpukq (kebun dan menambah potensi kon lik antara
hutan), Bengkar( hutan primer/lindung) masyarakat lokal-pendatang–pemegang
dan lima tahap Urat adalah model konsesi lahan dan pemerintah.
sistem pemanfaatan lahan yang peduli
biodiversity, konservasi dan sustainability SIMPULAN
sumber daya hutan dan sekitarnya. Kesimpulan yang dapat diambil
Kebudayaan lisan adalah ciri kesenian adalah masyarakat Dayak Benuaq telah
Benuaq, budaya bertutur lewat petuah, memiliki nilai hidup organic, menjaga
dongeng, cerita rakyat, syair disampaikan biodiversity (keanekaragaman hayati),
secara lisan dari satu generasi ke generasi. memiliki perilaku konservasi (menjaga
Muatan pesan ekologis, kepahlawanan, lingkungan secara berkelanjutan) yang
sikap satria dan hikmah kehidupan yang mengakar dan nilai tersebut diupayakan
ada di dalamnya bertujuan menggugah diturunkan dari generasi ke generasi
kesadaran, membentuk persepsi, sikap dalam bentuk kearifan lokal dalam
dan perilaku untuk diidenti ikasi. Seni berhubungan dengan alam. Lingkungan
lisan menyentuh afeksi, mengungkap hutan telah membentuk budaya
sikap, nilai dan etika lingkungan. Seni yang kompleks dan menjadi sistem
mendorong untuk berbuat, walaupun keyakinan dan sebaliknya budaya sosial
hambatan faktor eksternal telah mengikis turut membentuk kualitas lingkungan,
tradisi lisan ini. yaitu dari perilaku masyarakatnya
Kollmus & Agyeman (2002) dalam mengelola lingkungan. Perilaku
menyatakan bahwa faktor internal (per- masyarakat Dayak Benuaq yang mentaati

111
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 20, No. 2, Oktober 2015: 106-113

aturan adat sebagai hukum yang Kaiser, F.G., & Wilson, M. 2000. Assesing
mengatur etika dalam pengelolaan lahan, People’s General Ecological Behavior:
pemanfaatan hutan dan sungai dilandasi A Cross-Cultural Measure. Journal of
atas pemikiran, persepsi dan sikap yang Applied Psychology. 30,952-978.
telah diturunkan sepanjang generasi. Kaiser, F.G., & Gutscher, H. 2003. The
Bahwa sebagai bagian dari masyarakat Preposition of General Version Of
Dayak Benuaq, mereka bertugas menjaga The Theory of Planned Behavior:
keharmonisan dengan alam, dengan Predicting Ecological Behavior.
menghormati dan bertanggung jawabnya Journal of Applied Psychology, 33(3).
pada hewan dan tanaman (biospheric) di 586-603.
lingkungan hutan. Kaiser, F.G., & Scheuthle, H. 2003. Two
Modernisasi kampung hutan Chalenges to Mortal Exthension
akibat pergeseran hubungan generasi of Theory of Planned Behavior
muda Benuaq dengan pendatang yang Moral Norms And Just World Belief
bekerja di perkebunan, perkayuan dan in Conservatism. Personality and
pertambangan. Perubahan budaya Individual Differences, 35. 1033.
tradisional-modern pada masyarakat Kaiser, F.G., Hubner, G., & Bagner, Fx.
Benuaq kini berada dalam kondisi 2005. Contrasting The Theory of
masyarakat transisi yang sangat me- Planned Behavior with The Value-
merlukan pendekatan komunitas dalam Belief-Norm Model in Explaining
pengembangan wilayah dan sosialnya. Conservation Behavior. Journal of
Agar pemberdayaan potensi masyarakat Applied Social Psychology, 35(10).
lokal tetap memperhatikan nilai, ke- 2150.
sejahteraan, memerdekakan akses Kaiser, F.G. 2006. A Moral Extension of
atas hak masyarakat indigenous dalam The Theory of Planned Behavior:
menentukan self-determined model bagi Norms and Anticipated Feelings of
komunitas mereka sendiri. Sehingga Regret In Conservatism. Personality
perlu ada perlindungan tata hukum lokal and Individual Differences, 41(1).
dan pranata ada agar sistem budaya 71.
lokal masih berfungsi dalam mengatur Kollmuss, A., & Agyeman, J. 2002.
perilaku masyarakat lokal, khususnya Mind The Gap: Why Do People Act
sebagai penguat dan kontrol perilaku Environmentally and What Are
ekologis. Barriers to Pro-Environmental
Behaviors?. Environmental Education
DAFTAR PUSTAKA Research, 8(3). 239-260.
Atran, S., Ross, N.O., & Medin, D.L. 2005. Milfont, T.L., Sibley, C.G., & Duckitt, J.
The cultural mind: environmental 2010. Testing The Moderating Role of
decision making and cultural Norm Activation on The Relationship
modeling witin and across Between Values and Environmental
populations. Psychological Review, Behavior. Journal of Cross-Cultural
112 (4). 744-776. Psychology, 41(1). 124-131.
Kaiser, F.G., Ranney, M., Hartig, T., & Bowler, Schultz, P.W., & Zelezny, L.C. 1999. Values
P.A. 1999. Ecological Behavior, En- As Predictors of Environmental
vironmental Attitude, and Feelings of Attitudes: Evidence for Consistency
Responsibility or The Environment. Across 14 Countries. Journal of
European Psychologist. 4(2), 59-74.

112
Kearifan Lokal Dayak Benuaq...(Hetti Rahmawati)

Environmental Psychology, 19, 255- servation Behavior. Journal of Cross-


265. Cultural Psychology, 36. 457-475.
Schultz, P.W., Gouveia, V.V., Cameron, L.D., Vining, J. 2003. The Connection to Other
Tankha, G., Schmuck, P., & Franek, M. Animals and Caring for Nature.
2005. Values and Their Relationship Human Ecology Review, 10(2). 87-99.
to Environmental Concern and Con-

113

Anda mungkin juga menyukai