Anda di halaman 1dari 7

JURNAL HUTAN LESTARI (2021)

Vol. 9 (4): 679 – 685

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN TEMBAWANG


DI DUSUN JEMONGKO DESA KUALA DUA KECAMATAN KEMBAYAN
KABUPATEN SANGGAU
(Lokal wisdom of the community in managing Tembawang in jemongko hamlet, Kuala Dua
village, Kembayan subdistrict, Sanggau Regency)

Masia ayu sari, Sofyan Zainal, Iskandar AM


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak, Jl. Daya Nasional Pontianak, 78124
E-mail : masiayusari@gmail.com

Abstract
Local wisdom is the value system or behaivior of local people in intreracting with the environment
in which they live. Jemongko hamlent in kuala dua village has wisdom in the form of tembawang
management, this study aims to find out and describe the forms of local wisdom of jemongko
hamlet community. The method used in this study is a survey method with interview techniques
with the help of questionnaires. Responden were taken by snowball sampling, with 15 responden
in total. Analysis data used is qualitative descriptive analysis. Local wisdom cared out the
jemongko hamlet community in the tembawang environment includes; prohibition of cutting down
trees, prohibition of urinating and defecating, prohibition of killing animals, prohibition of
burning sharim paste, as well as maintaining the attitude, speech and belief in a bunyik (ghost).
Keywords; local wisdom, jemongko village, tembawang management, community.

Abstrak
Kearifan lokal adalah sistem nilai atau perilaku masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Dusun jemongko di desa kuala dua memiliki kearifan berupa
pengelolaan tembawang, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-
bentuk kearifan lokal masyarakat dusun jemongko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survey dengan teknik wawancara dengan bantuan kuesioner. Responden diambil
secara snowball sampling, dengan jumlah total 15 responden. Analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif kualitatif. Kearifan lokal yang dihayati masyarakat dusun jemongko di
lingkungan tembawang meliputi; larangan menebang pohon, larangan buang air kecil dan besar,
larangan membunuh hewan, larangan membakar pasta syari'at, serta menjaga sikap, ucapan dan
keyakinan terhadap bunyik (hantu).
Kata kunci; kearifan lokal, dusun jemongko, pengelolaan tembawang, masyarakat.

PENDAHULUAN pengetahuan baik yang berhubungan


Indonesia kaya akan budaya dan dengan lingkungan maupun sosial.
kearifan lokal masyarakat. Setiap (Ariyanto et al, 2014). Penurunan
daerah di Indonesia memiliki kearifan keanekaragaman hayati umumnya
lokal yang berbeda-beda, perbedaan ini disebabkan oleh adanya degradasi
disebabkan oleh tantangan alam dan sumberdaya hayati dan kurangnya upaya
kebutuhan hidupnya berbeda-beda, konservasi. Oleh karena itu, salah satu
sehingga pengalamannya dalam upaya konservasi sumberdaya alam
memenuhi kebutuhan hidupnya dapat dilakukan dengan
memunculkan berbagai sistem mengintegrasikan kearifan lokal

679
JURNAL HUTAN LESTARI (2021)
Vol. 9 (4): 679 – 685

masyarakat dalam melestarikan melestarikan hutan menjadi


lingkungan yang berkelanjutan (Henri et ketergantungan kepada partisipasi
al, 2018). Tembawang merupakan suatu masyarakat lokal dalam pengelolaannya
bentuk pengelolaan lahan yang (Maqdalena, 2013).
dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Hutan Tembawang yang terdapat di
di Kalimantan Barat. Pengelolaan Dusun Jemongko diperkirakan memiliki
Tembawang sangat berperan penting berbagai jenis pohon penghasil buah-
bagi masyarakat sekitar terutama buahan, tanaman obat-obatan, rotan, dan
berfungsi sebagai sumber penghasilan bambu. Hutan Tebawang juga
tambahan disamping tetap terjaganya dimanfaatkan oleh masyarakat suku
kelestarian sumber daya hutan dan Dayak untuk memperoleh rotan dan
lingkungan. Pengelolaan hutan berupa daun pandan sebagai bahan untuk
tembawang melalui campur tangan pembuatan kerajianan tangan seperti
masyarakat lokal yang memiliki tikar, takin, dan bakul. Selain itu
Kearifan Lokal dengan seperangkat adat masyarakat juga berkebun di sekitaran
(lembaga adat) sangatlah diperlukan hutan tembawang dan memancing ikan
(Levi et. al, 2016). Selain memanfaatkan yang digunakan untuk memenuhi
Hutan Tembawang Masyarakat Adat kebutuhan sehari-hari maupun dijadikan
memberikan larangan tertentu pada mata pencarian sampingan.
hutan Tembawang tersebut, sehingga Pembentukan tembawang dilakukan
sampai saat ini Hutan Tembawang tetap setelah petani melakukan perladangan
terjaga kelestariannya melalui Kearifan berpindah, dimana sebelum
Lokal masyarakat setempat. Kearifan meninggalkan lahan bekas ladang
lokal merupakan tata nilai atau perilaku masyarakat harus menanam pohon
hidup masyarakat lokal dalam penghasil kayu, buah, rempah-rempah,
berinteraksi dengan lingkungan sebagai tanaman obat (Sumarhani dan
tempatnya hidup secara arif, (Haba, Kalima, 2015).
2014) Kearifan Lokal tidaklah sama METODE PENELITIAN
pada tempat dan waktu yang berbeda Penelitian ini dilaksanakan di Dusun
serta suku yang berbeda. Perbedaan ini jemongko desa Kuala Dua Kecamatan
disebabkan karena adanya tantangan Kembayan Kabupaten Sanggau waktu
alam dan kebutuhan hidupnya penelitian 1 bulan mulai pertengahan
memunculkan berbagai macam sistem bulan februari sampai dengan
pengetahuan, baik yang berhubungan pertengahan maret, alat dan bahan yang
dengan lingkungan maupun sosialnya. digunakan dalam penelitian adalah peta
Tantangan yang paling utama dalam lokasi, alat perekam, alat tulis menulis,
perlindungan dan pengelolahan hutan di kamera, dan daftar pertanyaan sebagai
Indonesia sering kali datang dari alat pengumpulan informasi atau data.
kalangan masyarakat lokal yang ada Pengumpulan data dilakukan melalui
disekitar hutan. Sehingga dalam metode survey dengan teknik wawancara

680
JURNAL HUTAN LESTARI (2021)
Vol. 9 (4): 679 – 685

dengan bantuan koesioner. Pengambilan Hasil obervasi di lapangan diketahui


data dilakukan dengan teknik snow-ball bahwa masyarakat Desa Kuala Dua
sampling, menentukan responden kunci masih masih merupakan masyarakat
untuk kemudian menentukan responden tradisional, (Suhartini, 2009)
lainnya berdasarkan informasi dari menyatakan bahwa dalam pendekatan
responden sebelumnya dan demikian kebudayaan, pengetahuan modal sosial,
seterusnya. Analisis data menggunakan seperti pranata sosial budaya, kearifan
pendekatan deskriptif kualitatif. lokal, dan norma-norma yang terkait
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan pelestarian lingkungan hidup
Tembawang merupakan hutan menjadi basis yang utama.
tembawang yang berada didusun Penelitian yang dilakukan oleh
Jemongko, hutan tembawang merupakan (Marianus et al, 2012) menjelaskan hasil
hutan yang dimiliki secara turun penelitian yaitu masyarakat suku dayak
temurun. Secara administrasi desa Kuala seberuang dusun tembak di Desa Gurung
Dua termasuk dalam wilayah Kecamatan Mali Kecamatan Tempunak Kabupaten
Kembayan Kabupaten Sanggau. Desa ini Sintang masih menjaga tembawang yang
memiliki luas kawasan 31,939 Ha dan diwarisi para leluhur. Terdapat tiga
terdiri dari 5 dusun yaitu Kuala Dua, tembawang tua di Dusun Tembak Desa
Jemongko, Simpang Jemongko, Gurun Mali Kecamatan Tempunak
Seringkong, Sungai Kutanan, Muara Kabupaten Sintang yaitu; Tembawang
Dua. Desa Kuala Dua memiliki jumlah Tiang Sanding, Tembawang Lalang dan
penduduk laki laki sebanyak 1.506 jiwa Tembawang Tangga. Ketiga tembawang
dan jumlah penduduk perempuan mempunyai kearifan lokal tradisonal
seabanyak 1,329. Tingkat pendidikan yang masih dijaga dengan baik hingga
penduduk di desa Kuala Dua diketahui sekarang. Terdapat tiga bentuk kearifan
banyak masyarakat yang telah loakl yaitu ; mitos kepercayaan adanya
meyelesaikan tingkat pendidikan D-3, nabau/siluman, larangan mendirikan
namun masih banyak yang rumah, kepercayaan tentang mistis
masyarakatnya hanya sampai Sekolah tangga/supranatural.
Menegah Atas (SMA) dan Sekolah Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal
Dasar (SD). Masyarakat yang Masyarakat Di Dusun Jemongko Desa
mendominasi desa Kuala Dua Kuala Dua
didominasi oleh suku dayak muara, suku Hasil penelitian mengenai
Jawa, suku batak, suku melayu yang penerapan Kearifan Lokal Masyarakat
hampir meyebar disetiap wilayah desa. Yang Berhubungan Dengan Upaya
Masyarakat menggantungkan Pelestarian Tembawang Di Dusun
perekonomian desa dari kegiatan petani, Jemongko Desa Kuala Dua Kecamatan
pedagang perkebunan dan membuat Kembayan Kabupaten Sanggau yang
kerajinan berupa; tikar, alat penangkap tertera pada table berikut :
ikan, nampan rotan, dan bakul.

681
JURNAL HUTAN LESTARI (2021)
Vol. 9 (4): 679 – 685

Table 1. Tabel Rekapitulasi Wawancara Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal


Masyarakat Desa Dusun Jemongko Desa Kuala Dua (Recapitulation
Table For Interview Forms Community Local Wisdom In The Kuala Dua).
No Kearifan lokal masyarakat dusun Keterangan
jemongko
1 Yeak robo bota koyuh nok timawa Larangan ini meyebabkan tidak ada
(Larangan menebang pohon di masyarakat yang berani menebang
Tembawang) pohon dalam Tembawang
2 Yeak ngkomis binatak nok timawa Larangan ini menyebabkan masyarakat
(Larangan membunuh satwa di takut untuk membunuh hewan yang ada
tembawang) di Tembawang sehingga hewan-hewan
tesebut masih ada di hutan.
3 Yeak ngkosik ngan ntoci nok timawa Larangan ini menyebabkan masyarakat
(Larangan buang air kecil dan besar takut untuk bersikap yang dianggap
di tembawang) dapat mengotori hutan Tembawang
4 Yeak nyou bulacat nok timawa Larangan ini membuat masyarakat takut
(Larangan membakar terasi di untuk berbuat yang macam-macam di
tembawang) kawasan tembawang
5 Adeh mudet bunyik nok timawa Kepercayan mitos ini membuat
(Kepercayaan terhadap orang bunyik masyarakat takut untuk berprilaku yang
(hantu) dapat merusak kelestarian Hutan
Tembawang.
6 Yeak ngomong sibarak ngan macap Kepercayaan ini membuat masyarakat
(Menjaga sikap dan tutur kata) takut untuk mengucapkan kata-kata
kotor dan hal-hal lain yang dianggap
tidak menghormati leluhur
Sumber : data hasil wawancara dan observasi lapangan di Tembawang (2020)
Bentuk-bentuk Kearifan Lokal yang sanksi yang diberikan kepada masyarakat
hingga saat ini masih ada dalam kehidupan yang telah melanggar peraturan adat ini
masyarakat dalam upaya pengelolaan adalah dikenakian sanksi adat memberikan
Tembawang di Dusun Jemongko Desa mangkok tengkorak sebanyak mereka
Kuala Dua akan dijelaskan sebagai berikut; menabang pohon, 1 pohon dikenakan
1. Larangan sanksi 4 mangkok tengkorak atau bila
a. Yeak robo bota koyuh nok timawa dinilai dengan uang 1 mangkok jika
(Larangan Menebang Pohon Di dirupiahkan menjadi Rp. 100.000. sanksi
Tembawang) adat ini dibuat agar masyarakat dusun
Hasil wawancara terhadap kearifan Jemongko Desa Kuala Dua mematuhi
lokal masyarakat Di Dusun Jemongko peraturan yang telah dibuat bersama dan
dalam Pengelolaan Tembawang berkat aturan adat ini Keadaan Tembawang
menerapkan aturan/larangan menebang tetap terjaga kelestariannya. Larangan
pohon dihutan, larangan menebang pohon menebang pohon di dalam Tembawang ini
di hutan telah dibuat oleh Temenggung bertujuan untuk menjaga ekosistem yang
sejak sepuluh tahun terakhir. Adapun ada di Tembawang yang merupakan habitat

682
JURNAL HUTAN LESTARI (2021)
Vol. 9 (4): 679 – 685

pohon-pohon seperti pohon Tengkawang, kecil maupun buang air besar di


pohon meranti, pohon beringin, pohon sembarangan di dalam Tembawang apabila
durian dan berbagai jenis pohon lain yang melanggar maka akan mendapat akibatnya
menjadi habitat bagi satwa sebagai tempat seperti susah buaang air besar atau kecil
berkembang biak dan sebagai tempat saat setelah mengotori areal tembawang.
mencari makan. Berdasarkan hasil dari Sampai sat ini masyarakat masih
obsevari di lapangan tidak ditemukan mempercayai hal tersebut sehingga hutan
adanya penebangan pohon didalam Tembawang masih terjagakelestariannya
Tembawang sehingga kondisi hutan masih sampai saat ini.
teteap terjaga. Salah satu penjaga nilai-nilai, norma,
b. Yeak ngkomis binatak nok timawa dan etika tersebut adalah pamali (Fahmi et
(larangan membunuh satwa di hutan al, 2019). Dengan adanya pamali
Tembawang) masyarakat banjar dapat mengetahui mana
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang telah dan tidak boleh dilakukan.
penduduk desa kuala dua khususnya dusun Pendidikan melalui pamali ini dirasa tidak
jemongko bahwa Tembawang merupakan terlalu menggurui, tetapi sangat efektif. Hal
tempat hidup dan berkembang biak dari ini disebabkan pamali menjadi begitu
berbagai jenis satwa seprti ular, monyet, diperhitungkan ditengah masyarakat
dan satwa lainnya masyarakat melarang banjar. Masyarakat banjat adalah
masyarakat melarang untuk membunuh masyarakat yang religius yang
satwa tersebut karena dianggap dapat mempercayai adanya alam gaib dan yang
mempengaruhi terjaganya ekosistem di memiliki kepercayaan agama. Pamali
hutan Tembawang.satwa yang ada didalam menjadikan masyarakat banjar lenih arif
hutan dapat membantu tumbuhan dalam dalam menyikapi keduannya. Dengan
penyerbukan biji-biji tumbuhan. Dengan demikian, pamali merupakan kejeniusan
adanya larangan tersebut masyarakat lokal dalam membentuk dan mendidik
berharap satwa-satwa yang ada dihutan masyarakat.
Tembawang akan tetap terjaga d. Yeak nyou bulacat nok timawa (larangan
keberadaannya, jika keberaaan satwa tetap membakar terasi didalam hutn
terjaga maka kelestarian Tembawang tetap Tembawang)
terjaga. Berdasarkan hasil wawancara dengan
c. Yeak ngkosik ngan ntoci nok timawa masyarakat setempat bahwa masyrakat
(larangan buang air kecil dan besar diareal sangat mempercayai hal mistik yang ada di
Tembawang) hutan Tembawang, bahkan ada beberapa
Berdasarkan hasil wawancara dengan tempat yang sangat bersih tanpa
masyarakat bahwa masyarakat masih dibersihkan oleh masyarakat yang berada
mempercayai hal mistik yang ada dihutan di sekitar Tembawang. Maka dari itu
Tembawang bahwa areal Tembawang tempat tersebut dilarang untuk dikotori,
tidak boleh dikotori adapun beberapa masyarakat percaya bahwa tempat tersebjut
pantangannya yaitu dilarang membuang air dihuni oleh mahluk gaib. Konon apa bila

683
JURNAL HUTAN LESTARI (2021)
Vol. 9 (4): 679 – 685

membakar terasi diareal Hutan 3. Menjaga Sikap Dan Tutur Kata


Tembawang dapat mendatangan berbagai (Yeak ngomong sibarak ngan macap)
mahluk gaib yang tidak diharapkan Berdasrkan hasil wawancara dengan
kedatangannya. oleh karena itu masyrakat masyarakat setempat, masyrakat masih
sangat dilarang untuk mebakar barang yang mempercayai nilai religious yang berlaku
dapat mengganggu keberadaan mahluk secara turun-temurun kearifan tradisional
gaib karena apabila ada yang melanggar adat istiadat bagi suku Dayak sebagai suku
dapat mendapatkan ganjarnnya. mayoritas masyarakat Dusun Jemongko
2. Kepercayaan terhadap orang bunyik Desa Kuala Dua, yang dilakukan dalam
(hantu) (Adeh mudet bunyik nok timawa) bentuk adat istiadat dan norma yang tidak
Dari hasil wawancara dengan tertulis namun diwarisi secara turun
masyarakat desa kuala dua khususnya temurun kepada generasinya yaitu adanya
dusun jemongko bahwa masyarakat masih larangan mengucapkan kata-kata kasar,
percaya akan adanya hal mistik seperti kotor dan tidak sopan ketika memasuki
orang bunyik (hantu) yang menjadi kawasan Tembawang. Masyarakat percaya
penunggu Tembawang. Orang bunyik bahwa hutan Tembawang ini dianggap
dipercayakan dapat meyesatkan orang yang sakral keberadaanya sehingga apabila hal
tidak dikenal atau orang yang baru tersebut terjadi dapat mendatangkan
memasuki kawasan Tembawang. Orang bencana karena dianggap tidak
bunyik juga dipercaya dapat memberikan menghormati mahluk gaib/penunggu
berita jika ada sesuatu yang tidak baik hutan. (Rosita et al, 2017) berpendapat
dikampung jemongko dengan diberi tanda bahwa kearifan tradisional di sini bukan
orang benyaniyi ronggeng dan bunyi suara hanya menyangkut pengetahuan dan
burung but (kelempiau) dalam hutan. pemahaman dan adat kebiasaan tentang
Kepercayaan orang bunyik yang manusia, alam dan bagai mana hubungan di
secara turun-temurun diwariskan antara semua penghuni dan komunitas
memberikan hasil positif terhadap hutan ekologis ini harus dibangun. Seluruh
Tembawang. Kepercayaan ini membuat kearifan tradisional ini dihayati,
masyarakat tidak berani merusak ekosistem diperaktekkan, diajarkan dan diwariskan
hutan karena dipercaya jika masyarakat dari satu generasi ke generasi lain yang
merusak hutan maka orang bunyik akan sekaligus membentuk pola perilaku
marah dan memberikan bencana. manusia sehari-hari, baik terhadap sesame
Masyarakat percaya bahwa orang bunyik maupun terhadap alam gaib.
mejaga hutandari mitos dan kepercayaan KESIMPULAN
yang turun temurun diwariskan masyarakat Bentuk-bentuk kearifan lokal
dudun jemongko kepada generasinya, masyarakat dalam pengelolaan
sehingga sampai saat ini hutan Tembawang Tembawang di Dusun Jemongko yaitu
tetap dianggap sakral oleh masyarakat dan meliputi : larangan menebang pohon di
tetap terjaga kelestarian ekosistemnya. Tembawang, larangan membunuh satwa di
Tembawang, larangan buang air kecil dan

684
JURNAL HUTAN LESTARI (2021)
Vol. 9 (4): 679 – 685

air besar di Tembawang, larangan Masyarakat Dalam Menjaga


membakar terasi di Tembawang, Kelestarian Hutan Tembawang di
kepercayaan terhadap orang bunyik (hantu) Desa Gunung Malai Kecamatan
Tempunak Kabupaten Sintang.
serta menjaga sikap dan tutur kata.
Jurnal Hutan Lestari, 5 (3): 757-767.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, I. Rachman., & B. Tuknok. Maqdalena. (2013). Peran Hukum dalam
(2014) . Kearifan lokal masyarakat Pengelolaan dan Perlindungan Hutan
dalam Pengelolaan Hutan di Desa di Desa Sesaot Nusa Tenggara Barat
Rano Kecamatan Balaesang Tanjung dan Desa Setulang Kalimantan
Kabupaten Donggala. Warta Rimba. Timur. Jurnal Penelitian Sosial dan
5 (2) : 84 – 91. Ekonomi Kehutanan, 10 (2): 110-
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Wa 121.
rtaRimba/article/view/3618/2621
Rosita, Rachman I, Alam A. S. (2017).
Fahmi T, Hidayati DA., Yulianto, Kearifan Masyarakat Lokal Suku
Meilinda SD & Inayah A. (2019). Lauje Dalam Pengelolaan Hutan di
Pengembangan Badan Usaha Milik Desa Bambasiang Kecamatan Palasa
Desa (Bumdes) Bersama Pada Kabupaten Parigi Moutong. Warta
Kawasan Wisata Bahari dalam Rimba, 5 (1): 80-86.
Rangka Meningkatkan http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.
Kesejahteraan Masyarakat Pesisir. php/WartaRimba/article/view/8705
Proceeding Konferensi Nasional
Ilmu Administrasi 3.0 (KNIA 3.0) Sumarhani & Kalima T. (2015). Struktur
dan Komposisi Vegetasi
http://repository.lppm.unila.ac.id/id/ Agroforestri Tembawang di
eprint/17914 Kabupaten Sanggau Kalimantan
Haba, J. (2014). Realitas Masyarakat Adat Barat. Prosiding Seminar Nasional
di Indonesia: Sebuah Refleksi. Jurnal Masyarakat Biodiversity Indonesia,
Masyarakat dan Budaya, 12 (2): 1 (5) : 1099 - 1104.
255-276. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m0
10522
Henri, Hakim, L, & Batoro, J. (2018).
Kearifan Lokal Masyarakat Sebagai Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal
Upaya Konservasi Hutan Pelawan di Nusantara Sebuah Kajian Filsafati.
Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Jurnal Filsafat, 37, (2): 111-120.
Belitung. Jurnal Ilmu Lingkungan 16 https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/arti
(1): 49-57. cle/view/33910
https://doi.org/10.14710/jil.16.1.49-
57
Levi, S, Oramahi, H. A, & Iskandar.
(2016). Kearifan Lokal Masyarakat
Desa Sidahari Kecamatan Jelai Hulu
Kabupaten Ketapang Dalam
Pengelolaan Tembawang. Jurnal
Hutan Lestari 4 (4): 648-653.
Marianus, Lumangkun, A, & Wardenaar,
E. (2017). Kearifan Lokal

685

Anda mungkin juga menyukai