LAPORAN
OLEH
Nama: Verawaty Sinaga
NIM: 2002356
SEKOLAH PASCASARJANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang yang kaya akan suku bangsa dan budaya. BPS
(2010), mencatat terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia, atau
tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa. Masing masing suku memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda. Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari manusia karena kebudayaan
merupakan hasil karya manusia itu sendiri yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bentuk-
bentuk kebudayaan yakni, bahasa, organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, sistem religi,
kesenian, teknologi dan peralatan, serta mata pencaharian hidup. (Koentjaraningrat dalam
Erman Syarif, 2017). Salah satu bentuk kebudayaan masyarakat Indonesia adalah Kearifan
Lokal. Secara etimologi, kearifan local (local wisdom) terdiri dari dua kata, kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Local berarti regional/wilayah sedangkan kearifan berarti
kebijakan. Sebutan lain untuk kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat (local
wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local genious).
Menurut UU No. 32 Tahun 2009, Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku
di dalam tata kehidupan masyarakat yang bertujuan untuk melindungi sekaligus mengelola
lingkungan hidup secara lestari. Kearifan lokal merupakan nilai-nilai kehidupan yang tercipta
dari kebudayaan masyarakat local yang terbentuk dari hasil interaksi masyarakat dengan
lingkungan. Dalam masyarakat, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam cerita rakyat,
nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam
perilaku sehari-hari.
Secara tidak langsung Kearifan local telah memberikan kontribusi besar terhadap
pelestarian lingkungan. Perilaku/sikap masyarakat terhadap lingkungan terbentuk dari nilai-
nilai leluhur masyarakat adat yang kemudian menjadi pedoman dalam upaya menjaga dan
mengelola lingkungan. Setiap wilayah memiliki system nilai yang dijadikan sebagai pedoman
dalam melestarikan kehidupan dimana manuia berada, nilai-nilai luhur yang tumbuh
dimasyarakat telah menempatkan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan dimana manusia
berada.
Danau Toba dengan Pulau Samosir, memiliki karakteristik yang khas dilihat dari segi
ekosistem lingkungannya. Misalnya dari segi geografis, iklim (klimatologi), geologi, maupun
dari segi kultural masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba. Pada aspek hidrologis,
Danau Toba merupakan sebuah kawasan Daerah Tangkapan Air yang sangat vital bagi
kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Metode
Laporan ini akan membahas mengenai perlindungan kualitas lingkungan hidup
berbasis kearifan local. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan
mengumpulkan beberapa artikel, ataupun jurnal tentang peran karifan local terhadap
pelestarian lingkungan hidup di sekitar Danau Toba.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagi masyarakat Harian hutan memegang berperan penting dalam menjaga ekositem
Danau Toba. Hutan berfungsi dalam siklus hidrologi danau. Oleh karena itu masyarakat perlu
menjaga kelestarian lingkungan Danau Toba dengan tidak menebang pohon dengan
sembarangan. Beberapa daerah lain seperti Masyarakat Adat Karampuang Kabupaten Sinjai
Sulawesi Selatan (Erman Syarif, 2017), juga memiliki kearifan local yang hampir sama yaitu
Masyarakat adat Karampuang mempercayai bahwa setiap sudut di dalam lingkungan tersebut
ada penunggunya, oleh karena itu perlu dijaga kelestariannya. Masyarakat adat Karampuang
masih sangat terikat dan patuh terhadap aturan aturan adatnya, yang penuh dengan
kepercayaan, pengetahuan dan pandangan kosmologi, berkaitan dengan pengelolaan dan
pemeliharaan lingkungan.