HUKUM AGRARIA
IMPLEMENTASI HAK ULAYAT SUKU BADUY DI PROVINSI BANTEN
Disusun oleh :
KELOMPOK IX
Semester II Kelas B
1.
Sadam Husain
NIM. 13222784
2.
Syamsul Arifin
NIM. 13222785
3.
NIM. 13222786
4.
NIM. 13222787
SEN
Dosen :
Dr. Oloan Sitorus, S.H., M.S
NIP. 19650805 199203 1 003
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanah
merupakan
salah
satu
sumber
bagi
kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa dalam
mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang
terbagi secara adil dan merata.Oleh sebab itu, tanah
untuk di usahakan dan digunakan bagi pemenuhan
kebutuhan yang nyata. Sehubungan dengan itu
penyediaan, peruntukan, penguasaan, penggunaan,
dan pemeliharaannya perlu di atur agar terjamin
kepastian
hukum
dalam
penguasaan
dan
pemanfaatannya
serta
sekaligus
terselenggara
perlindungan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia,
terutama
golongan
petani,
dengan
tetap
memperhatikan kelestarian kemampuannya dalam
mendukung
kegiatan
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Tanah juga merupakan salah satu faktor produksi yang
vital bagi kehidupan manusia dan pembangunan suatu
bangsa.Selain itu, tanah beroeran penting dakam
menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
nasional. Baik yang bersifat materil maupun non
materil. Tahun demi tahun terjadi peningkatan volume
pembangunan
dalam
bidang-bidang
pertanian,
industry modern, perumahan, dan lain-lain.Hal ini
semakin komplek bila dikaitkan dengan pertambahan
penduduk yang secara otomatis mengakibatkan
berkurangnya persediaan tanah.
Sejarah hukum pertanahan di Indonesia tidak terlepas
dari hak ulayat.Jauh sebelum terciptanya UU No. 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA).Masyarakat hukum kita telah mengenal
hak ulayat.Hak ulayat sebgai hubungan hukum yang
konkret, pada asal mula terciptanya nenek moyang
Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum kondisi daerah
masyarakat adat baduy di Provinsi Banten ?
2. Bagaimana peggunaan tanah ulayat masyarakat
adat Baduy di Provinsi Banten ?
3. Bagaimana
Penguasaan
hak
ulayat
oleh
masyarakat adat Baduy di Provinsi Banten ?
C.
Manfaat Penelitian
1. Untuk dapat mengetahui dan mengenal adanya
masyarakat hukum adat suku baduy di Provinsi
Banten.
2. Untuk dapat mengetahui penggunaan tanah ulayat
masyarakat baduy di Provinsi Banten
3. Untuk dapat mengetahui penguasaan hak ulayat
oleh masyarakat adat baduy di Provinsi Banten.
BAB II
Gambaran Umum Kondisi Daerah Masyarakat
Adat Suku Baduy di Provinsi Banten
A. Geograf
Gambar. 2.1.
Peta Lokasi Tanah Ulayat Masyarakat Baduy
Wilayah Baduy terletak di 60o 27 27 - 60o 30 LU dan
108o 3 9 - 106o 4 55. Luas area suku baduy sekitar
5.096 hektar, Pegunungan Kedeng memiliki ketinggian
300-600 meter diatas permukaan laut dengan
topografi
berbukit
dan
bergelombang
dengan
kemiringan tanah rata-rata mencapai 45% yang
merupakan tanah vulkanik (dibagian utara), tanah
endapan (dibagian tengah), dan tanah campuran
(dibagian selatan). Suhu rata-rata
20oC. Peta
Gambar. 2.2
Peta Administasi Tanah Adat Baduy
Wilayah Baduy dikelilingi sungai yang jernih dengan
dihiasi hamparan hutan tropis sehingga panorama
alam sangat indah dan bernuansa eksotis dipertegas
dengan rumah-rumah asli kampung yang bergaya
arsitektur tradisional yang berjajar rapi mencerminkan
kehidupan masyarakat adat Baduy yang harmonis
dengan alam dan lingkungannya.
B.
Mata Pencaharian
Mata pencarian masyarakat Baduy yang paling utama
adalah bercocok tanam padi huma menurut data
tahun 2009 sekitar 98,6% penduduk laki-laki dan
90,7% wanita bermata pencaharian sebagai petani,
sebagian berkebun serta membuat kerajinan koja atau
tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan
sebagian kecil telah mengenal berdagang, selain itu
mereka juga mendapat penghasilan tambahan dari
menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan
seperti durian, asam keranji serta madu hutan.
Kehidupan suku baduy berpenghasilan dari pertanian,
dimulai pada bulan ke-empat kalender baduy yang
dimulai dengan kegiatan ngacaryaitu membersihkan
semua belukar untuk menyiapkan ladang.Ada 4 jenis
ladang untuk padi gogo yaitu Huma serang, yang
merupakan ladang suci bagi mereka yang bermukim di
dalam.Huma
tangtu
merupakan
ladang
yang
dikerjakan oleh orang Baduy dalam meliputi Huma
Penggunaan
tanah
oleh
masyarakat
baduy
direncanakan baru akan di survey pada akhir tahun ini
melalui pemetaan tematik sosial ekonomi masyarakat
baduy, jadi data yang ada saat ini berdasarkan hasil
deliniasi dan intepretasi citra satelit sehingga data
yang di dapat bukan merupakan penggunaan tanah
(land use) melainkan tutupan lahan (land cover).Peta
tutupan lahan dapat dilihat pada gambar 3.1
Hutan Belukar
Kebun Campuran
Ladang Tegalan
Perairan Darat
Permukiman
Sawah
Semak Belukar
BAB IV
Pengusaan Hak Ulayat Masyarakat Adat Baduy di
Provinsi Banten
Secara umum, masyarakat adat di Indonesia sudah diakui
keberadannya.Berbagai peraturan telah mempertegas
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan
focus mengenai pengakuan dan perlindungan Hak
Ulayat Masyarakat Baduy di Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hak ulayat adalah Hak ulayat adalah kewenangan
yang menurut hukum adat dipunyai oleh
masyarakat
hukum
adat
tertentuatas
wilayah tertentu yang merupakan lingkungan
hidup oleh warganya untuk mengambil manfaat
dari sumberdaya alam, termasuk tanah, dalam
wilayah tersebut, demi kelangsungan hidup dan
kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara
lahiriah dan batiniah secara turun temurun dan
tidak terputus antara masyarakat hukum adat
tersebut dengan wilyah yang bersangkutan.
2.
3.
4.
C.
Saran
Setelah didapatkan kesimpulan, maka penulis
memberikan saran pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Perlu dilakukan survey detail penggunaan tanah
ulayat masyarakat baduy di Provinsi Banten.
2. Perlu dikakukannya revisi pada Peta Rencana Tata
Ruang Wilayah mengenai posisi tanah ulayat.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Yossihara. Sabtu, 10 Maret 2008.Masyarakat Baduy:
Tindak Tegas Perusak Hutan. Kompas.Bosko Rafael
Edy.2006. Hak Hak Masyarakat Adat Dalam Konteks
Pengelolaan Sumber Daya Alam.Jakarta : Elsam
B.F. Sihombing. 2005. Evolusi Kebijakan Pertanahan
dalam Hukum Tanah Indonesia. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung.
Bhumi, Jurnal Pertanahan Stpn, Eko Budi Wahyono Dkk
(Hal 25-26)