Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEOLOGI PERJANJIAN LAMA II


“Implikasi Mata Ganti Mata, Gigi Ganti Gigi Menurut Keluaran 21:22-25 Bagi
Orang Kristen Masa Kini”

Dosen Pengampu:
Dr. Wilianus Illu

Oleh:
Alfi Fionita Mau
Debbie Emanuela Lapoli
Fenni Dwi Kristiani
Meysterlia A. Burunaung
Novilia Dian Bitriyani

PROGRAM STUDI TEOLOGI


FAKULTAS TEOLOGI
INSTITUT INJIL INDONESIA

BATU, DESEMBER 2022


ABSTRAK

Hukum “mata ganti mata, gigi ganti gigi” disebut dengan istilah Lex Talionis
yang pada umumnya dipahami sebagai bentuk hukum yang menuntut tindakan
balas dendam secara maksimal. Adapun kajian hukum Lex Talionis dilihat dari
Keluaran 21:22-25. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kajian pustaka dengan menggunakan metode tafsir narasi dan analisa kritik teks.
Maka, dalam hukum Lex Talionis justru tidak menunjuk pada upaya pembalasan
dendam secara maksimal, melainkan sebagai hukum yang memungkinkan untuk
menjaga ketertiban dalam kehidupan bangsa Israel sehingga ada keadilan di
dalamnya dan juga mencerminkan kepedulian sosial yang benar terhadap
sesamanya. Dengan demikian, hukum mata ganti mata dan gigi ganti gigi menjadi
sebuah hukum yang memberikan keadilan dan untuk menjaga ketertiban
masyarakat bukan sebagai hukum pembalasan dendam secara maksimal.

Frasa Kunci: Mata ganti mata, gigi ganti gigi, keadilan, dan Lex talionis.

PENDAHULUAN
Sepuluh Perintah yang Allah berikan di gunung Sinai dimaksudkan untuk
mengatur hubungan umat dengan Allah. Dimana adanya perjanjian (Covenant)
yang bersifat bersyarat.1 Hukum itu terdiri dari 3 bagian yaitu: Dekalog (hukum
moral) yaitu hukum yang terbentuk dalam Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:2-17) dan
bersifat absolute atau mutlak harus ditaati/mengikat, Misypatim (hukum sipil) yaitu
hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat dengan kepedulian yang adil,
meliputi budak, kepemilikan, janda dan yatim piatu (Kel. 21:1-24; 18) dan bersifat
fleksibel yang artinya berdasarkan situasi tertentu2, dan Khuqqim (hukum
seremonial) hukum yang mengatur tentang upacara meliputi bait suci, kurban, hari
raya, persembahan, pakaian dan fungsi iman dan bersifat fleksibel, persembahan
(Kel. 25-40; Im.; Bil). Hukum Israel adalah hukum yang diberikan Allah yang berupa
petunjuk mengenai cara hidup bersosial yang benar serta berisi hukum etika dan
moral yang dalam pelaksanaannya langsung diawasi oleh Allah sendiri.3
Dalam Keluaran 21:22-25 terdapat hukum Lex Talionis yang sering diartikan
sebagai hukum pembalasan dendam secara total (mata ganti mata, gigi ganti gigi).
Adapun menurut Hinson prinsip hukum ini adalah seseorang akan mendapatkan
hukuman yang setimpal sebagai akibat dari tindakan yang telah dilakukannya.4
Menurut Th. C. Vriezen menyatakan hukuman dalam Kel. 21:22-25 diberikan
dengan tujuan untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran ekstrim, yaitu bahwa jika
seseorang melakukan suatu pelanggaran yang bisa mendatangkan sebuah luka
bagi orang lain, maka orang tersebut layak untuk menerima sebuah sanksi, dan
orang yang melakukan pelanggaran tersebut harus menjalani hukuman sebagai
sebuah bentuk tanggung jawab dari penerima hukuman tersebut sebagai sebuah
bentuk tanggung jawab.5 Dalam kajian Van Drunen juga mengatakan bahwa hukum

1
Ruly Runturambi dan R. Solomon, Aspek Teologis dan Aplikatif Dasa Titah, Vol. 1,
No.2 (Jurnal), (Karanganyar: STT Berita Hidup, 2019), 155
2
Herbert Wolf, Teologi Biblika PL Pengenalan Pentateukh, (Malang: Gandum Mas,
2017), 126
3
Moriska Simamora dan Firman Panjaitan, Lex Talionis menurut Keluaran 21:22-25,
(Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2018), 4-5
4
Ibid.,
5
Andri Arbet Laik, dkk, (Jurnal) Refleksi Hukum Lex Talionis dalam Keluaran 21:22-25
Demi Terwujudnya Keadilan Hukum di Indonesia, (Jakarta: STT Ekumene, 2021), 35
ini tetap relevan secara hukum dan teologis dalam menyatukan dua gagasan yang
sangat penting, yaitu bahwa hukum kodrat adalah standar untuk hukum perdata,
dan Lex Talionis sebagai ekspresi keadilan yang ketat dan proporsional yang
secara alami dikenal dan secara Alkitabiah.6
Adapun dalam hal ini, kelompok akan membahas mengenai hukum “mata
ganti mata dan gigi ganti gigi” yang disebut Lex Talionis yang sering disalah pahami
sebagai hukum yang menuntut tindakan balas dendam secara maksimal dan
biasanya disalahartikan.7 Maka kelompok akan melakukan kajian terhadap teks
Keluaran 21:22-25 tentunya berdasarkan kaidah-kaidah hermeneutika.

METODE PENELITIAN

Dalam bagian ini kelompok menggunakan metedologi penelitian kuantitatif


tentang hukum Lex Talionis. Winarno Surakhmad mengatakan, “metode merupakan
cara yang utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.”8 Jadi, metode
digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Materi dan Sumber Penelitian


Materi dan sumber penelitian yang dipakai kelompok dalam penulisan ini
terdiri atas beberapa sumber, yaitu Alkitab, literatur tentang sejarah, literatur
penggalian teks, tafsiran Alkitab dan bahan internet.

Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan
beberapa teknik sebagai berikut.
Metode tafsir narasi
Untuk memahami kitab Keluaran 21:23-25 maka penguraian penelitian ini
menggunakan metode tafsir narasi. Menurut Gordon Fee mengatakan bahwa untuk
memahami hukum Taurat tidak terpisah dari narasi dimana hukum tersebut
ditanamkan.9 Tujuan dari penggunaan metode tafsir narasi yaitu untuk memahami
konteks berdasarkan narasi yang ada.
Analisa Kritik Teks
Kritik teks adalah salah satu metode penafsiran Alkitab yang
mempelajari teks yang ada secara terperinci untuk memahami makna yang
terkandung di dalamnya.10 Analisa kritik teks terhadap beberapa kata yang menjadi
kata kunci dalam ayat-ayat tersebut sangat dibutuhkan dalam mengali makna dalam
teks tersebut.11 Maka kehadiran kritik teks sangat membantu kelompok dalam
menyusun karya ilmiah ini.

6
Ibid.,
7
Robert M. Peterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 294
8
Winarno Suratman, Penelitian Ilmiah: Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito,
1982), hal. 131
9
Gordon Fee & Douglas S., Hermeneutika: Bagaimana Menafsirkan Firman Tuhan
dengan Tepat, (Malang: Gandum Mas 2000), 107
10
Kritik teks (Alkitab) - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
11
Firman Panjaitan dan Martin S. Lumingkewas, Keadilan dalam Hukum Lex Talionis:
Tafsir terhadap Keluaran 21:22-25, Jurnal Vol.1 No.2, Juli 2019, (Tawangmangu: Sekolah
Tinggi Teologi Tawangmangu), 75
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam hasil dan pembahasan, kelompok akan membahas mengenai definisi


Lex Talionis, analisa Keluaran 21:22-25, dan pandangan beberapa ahli.
Definisi Lex Talionis
Lex Talionis atau yang biasa dikenal dengan hukum “mata ganti mata dan gigi
ganti gigi” adalah salah satu hukum bangsa Israel yang termasuk dalam Misypatim
atau hukum sipil yang terdapat dalam Keluaran 21:1-24:18. Lex Talionis sendiri
merupakan bahasa latin yang memiliki arti hukum pembalasan atau hukum yang
memiliki asas bahwa orang yang telah melukai orang lain harus diganjar dengan
luka yang sama oleh pihak yang merugikan.12 Lex Talionis pun merupakan
ketentuan-ketentuan sosial dirancangkan untuk mengatur batasan yang tepat dan
untuk melindungi masyarakat, terutama yang secara sosial menentang yang dimana
hukum tersebut diberlakukannya hukum pembalasan.13 Robert Peterson
menyederhanakannya menjadi hukum pembalasan yang dapat dimintakan ganti
kerugian dari setiap yang telah dirugikan oleh orang lain.14
Hukum pembalasan dendam (mata ganti mata dan gigi ganti gigi) juga
ditemukan dalam hukum 197 dan 200 dari undang-undang Hammurabi, tetapi kitab
undang-undang non-alkitabiah ini memberikan hukuman tambahan dalam bentuk
pemotongan anggota tubuh. Karena satu dan lain hal, undang-undang Asyur
Tengah menuntut pemotongan anggota badan bagi sejumlah besar kejahatan,
walaupun kitab undang-undang ini disusun lebih belakangan daripada kebanyakan
kitab-kitab undang-undang lainnya.15 Jika seorang laki-laki mencederai orang lain
dalam suatu perkelahian, baik kitab undang-undang Hamumurabi maupun kitab
undang-undang bangsa Het menetapkan bahwa pihak yang bersalah harus
membayar biaya perawatan dan pengobatan yang diminta oleh tabib.16
Lex Talionis mencerminkan kepedulian sosial dimana orang Israel akan hidup
dengan kepedulian yang benar terhadap sesamanya dalam kerajaan meditorial.17
Sehingga, hukum Lex Talionis adalah hukum yang menuntut sebuah perbuatan
timbal balik bagi pihak yang bersalah yang karena perbuatannya itu mendatangkan
kerugian terhadap orang lain. Hukum ini diberlakukan agar dapat membela hak-hak
asasi dari umat Israel yang bertujuan untuk melindungi dan memberikan keadilan
bagi umat Israel. karena pada umumnya Kitab Keluaran menyatakan keprihatian
yang besar terhadap hak-hak khusus para budak dan menganjurkan perlakuan
yang manusiawi.18 Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya Lex Talionis
merupakan suatu hukum perlindungan bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga
ada keadilan di dalamnya bukan untuk suatu pembalasan dendam yang
berkelanjutan.
Kata “Lex Talionis” memiliki dua pengertian dari arti atau penerapan hukum
tersebut. Pengertian pertama ialah dimana hukum tersebut merupakan hukuman

12
https://id.wikipedia.org/wiki/Mata_ganti_mata, diakses pada tanggal 28 Oktober 2022
13
Gary E. Schnittjer, The Torah Story, (Malang: Gandum Mas, 2015), 263-264
14
Robert M. Peterson, Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), 294
15
Jonathan Vroom,An Eye for An Eye in Context: The Meaning and Function of the Lex
Talionis in the Torah (Thesis), (Hamilton: McMaster Divinity College, 2009), 40
16
Herbert Wolf, Teologi Biblika PL Pengenalan Pentateukh, (Malang: Gandum Mas,
2017), 211
17
Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, (Malang: Literatur SAAT, 2004), 64
18
Herbert Wolf, Teologi Biblika PL Pengenalan Pentateukh, (Malang: Gandum Mas,
2017), 211
yang dapat diberlakukannya pembayaran atau penggantian ganti kerusakan yang
dilakukan oleh seseorang dan seseorang itu dapat membayar ganti rugi yang
dilakukannya. Dalam hal ini biasa disebut dengan kompensasi. Kompensasi
merupakan Lex talionis yang lebih ringan karena tidak berlaku hukum yang lain
dalam kompensasi namun dalam hal ini kompensasi tetap pada jalur hukum yang
dilakukan di bangsa Israel untuk menyatakan keadilan bagi setiap orang yang
melakukan kesalahan atau melukai yang tidak disengaja.19
Pengertian kedua, dari kata Lex Talionis memiliki arti mengenai penerapan
hukum secara literal. Hukum ini berlaku bagi semua lapisan masyarakat khususnya
bagi bangsa Israel yang mana hukum ini merupakan hukum yang dapat dilakukan
yakni “mata akan diambil mata” dalam pengertian bagian tubuh harus digantikan
dengan bagian tubuh. Dasar dari Lex Talionis adalah keadilan yang menjaga
masyarakat bukan untuk melakukan pembalasan dendam yang berkelanjutan tetapi
yang menjunjung tinggi manusia yang bermartabat yang melakukan tindak
kejahatan dengan logika dan dapat menerima hukuman yang sesuai dengan
kejahatan tersebut.20
Menurut Moriska Simamora memaparkan prinsip-prinsip Lex Talionis, yaitu
sebagai berikut:21
1. Lex Talionis merupakan hukum yang menyatakan keadilan dalam suatu
masyarakat. Lex Talionis adalah suatu hukum yang dapat digunakan dalam
bentuk keadilan yang sah bagi bangsa Israel untuk diterapkan dalam semua
lapisan dalam masyarakat itu sendiri.
2. Lex Talionis adalah hukum yang menggambarkan tentang seseorang yang
melukai seseorang sehingga dianggap sebagai orang yang paling hina atau
ditenggelamkan dalam masyarakat. Jadi, ketika sesorang melakukan kejahatan
yang menyebabkan orang lain terluka parah atau luka serius bahkan
menyebabkan kematian maka orang tersebut ditempatkan dipaling bawah atau
terendah.
3. Lex Talionis adalah hukum kompensasi untuk keadilan dimana seseorang
melukai dengan tidak sengaja. Dalam hal ini membayar dengan mengganti
kerugian atau kerusakan yang dialami orang lain akibat kelakuannya itu.
sedangkan, disisi lain Lex Talionis berdiri sebagai hukum yang secara literal
diterapkan untuk tuntutan dari pengambilan sebagai gantinya, boleh dilakukan
baik oleh bagian tubuh maupun oleh perlakuan-perlakuan yang terlihat yakni
luka ataupun bengkak akibat perlakuan tersebut. Lex Talionis sebagai
penerapan literal adalah suatu hukum yang dilakukan secara sengaja sebagai
bentuk keadilan yang diberikan untuk menjaga kehidupan masyarakat Israel
pada waktu itu. Dengan demikian, hukum diberlakukan bagi setiap orang yang
melakukan perbuatan merugikan orang lain sebagai wujud keadilan dalam
masyarakat.
Analisis Keluaran 21:22-25
Dalam analisa Keluaran 21:22-25, kelompok akan membahas mengenai latar
belakang kitab Keluaran, Konteks jauh dan dekat kitab Keluaran, dan analisa kata.

Latar Belakang Kitab Keluaran


Kitab Keluaran membahas tentang peristiwa keluarnya bangsa Israel dari
tanah perbudakan (Mesir) yang dipimpin oleh Allah (Teokrasi) dan terdapatnya

19
Moriska Simamora dan Firman Panjaitan, Lex Talionis menurut Keluaran 21:22-25,
(Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2018), 79
20
Ibid.,
21
Ibid., 79-80
hubungan perjanjian antara Allah dan umat pilihan-Nya (Covenant). Adapun tujuan
utama dari kitab ini adalah pemenuhan janji Allah kepada leluhur Israel yaitu
Abraham, Ishak, dan Yakub, yang dimulai dari perkembangan keturunan menjadi
suatu bangsa yang besar. Kitab ini ditulis oleh Musa (8:34).22 Melalui bangsa Israel
sebagai bangsa yang dituntun langsung oleh Allah, bangsa lain dapat melihat
bagaimana seharusnya hidup dipimpin Allah dan inilah sebagai mata rantai dalam
keseluruhan penyataan diri Allah untuk mencapai puncaknya dalam diri Yesus.23
Kitab Keluaran dibagi dalam tiga bagian, yaitu (1) keluaran Israel (ps. 1-18),
(2) Hukum Taurat (ps. 19-24), dan (3) Kemah Suci (25-20).24 Dalam Keluaran
bagian I Israel dibawa ke suatu keadaan yang baru yaitu kemerdakaan. Dalam
Hukum Taurat (bg II) Israel menerima suatu undang-undang dasar baru, yaitu
undang-undang Teokrasi (suatu pemerintahan baru). Dalam Kemah Suci (bg. III)
Israel dibawa ke dalam suatu pengertian baru, yaitu pengertian tentang hal ibadat
dan Allah (Israel dibawa ke dalam persekutuan yang baru).25 Keluaran, Hukum
Taurat, dan Kemah Suci mengungkapkan penebusan, pembangunan kembali dan
perdamaian atau kehidupan, perundang-undangan dan kasih.
Keluaran 21:12-26 di dalamnya terbagi menjadi beberapa hukum: hukuman
mati (ay.12-17), hukum pertengkaran (ay.18-19), hukum budak (ay.20-21), hukum
Lex Talionis (ay.22-25). Dalam Keluaran 21:22-23 menyatakan suatu keadilan atau
hukuman yang akan diberikan kepada setiap orang yang melukai sesamanya dan
membalaskan perbuatan orang sesuai dengan yang diperbuatnya. Dalam ayat 22
menjadi latar belakang dari permasalahan Lex Talionis dan dalam ayat 23-25 hal ini
menunjukkan bahwa akibat dari perbuatan orang akan dilakukan pembalasan
sesuai dengan perbuatan orang tersebut dan dalam hal ini menunjukkan suatu
keadilan. Hukum tentang mata ganti mata dan gigi ganti gigi sesungguhnya adalah
suatu ukuran perlindungan. Ini dikontraskan pada pernyataan Lamekh (Kej.4:23-24)
dan pengertian singkatnya adalah kebijakan legal klasik bahwa tanggung jawab
legal dibatasi sejauh luka yang diakibatkan pelaku. Hilangnya mata atau gigi tidak
memberikan hak untuk menuntut atau menghukum pelaku.

Konteks Kitab Keluaran 21:22-24


Konteks Dekat
Pada pasal 21:1-11 berbicara mengenai hak budak Ibrani bagaimana
bangsa Israel memperlakukan budak bahkan mengenai peraturannya. Kemudian
pada pasal 21:12-21 berbicara mengenai peraturan tentang jaminan nyawa sesama
manusia atau hukum balas dendam. Ayat-ayat ini menyebut empat kejahatan yang
dikenakan hukuman mati oleh Allah: pembunuhan yang direncanakan
(ayat 12,14,20), memukul orang-tua (ayat 15), menculik (ayat 16), dan mengutuk
orang-tua (ayat.17).26 Hukuman ini menunjukkan pentingnya hubungan yang patut
antara manusia (pembunuhan, penculikan) dan hubungan keluarga yang patut
(perlakuan terhadap orang-tua).27 Kemudian ayat 22 berbicara mengenai
pembunuhan yang tidak direncanakan sehingga tidak membawa pada hukuman

22
Andrew E Hill dan Walton Jhon H, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2008), 100
23
W. S. Lassor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mula, 2009),
38
24
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab I (Kejadian-Ester), (Jakarta: Yayasan Bina
Kasih, 2016), 74
25
Ibid., 75
26
Keluaran 21:23 (Versi Paralel) - Tampilan Ayat - Alkitab SABDA
27
Keluaran 21:23 (Versi Paralel) - Tampilan Ayat - Alkitab SABDA
mati dikenakan denda menurut keputusan yang diberikan hakim. Pada ayat 26-36
menjelaskan mengenai kepemilikan seseorang seperti budak, ternak dan sumur dan
lain-lain yang sudah diperingatkan tetapi tidak menjaganya, maka apa yang dimiliki
orang tersebut harus dibunuh atau didenda.
Konteks Jauh
Konteks jauh memudakan untuk memahami teks yang harus dibahas. Kitab
Keluaran 21:22-25 berbicara mengenai hukum sipil yang biasa di sebut hukum Lex
talionis. Inti dari teks ini mengenai peraturan tentang jaminan nyawa sesama
manusia. Jika seorang dengan sengaja melakukan pembunuhan dengan
sesamanya maka orang tersebut harus dihukum mati. Teks ini juga dibahas dalam
Kitab Ulangan dan Imamat. Dimana dalam kitab Ulang pasal 19:4-10 berbicara
mengenai pembunuhan yang dilakukan dengan tidak sengaja maka orang tersebut
diperbolehkan untuk melarikan diri ke suatu kota yang sudah dikhususkan Allah
yang dinamakan kota perlindungan (Yosua 20:7-9) dan bertujuan agar penuntut
tebusan darah (keluarga korban) tidak membunuh orang yang melakukan
pembunuhan yang tidak berencana, karena orang tersebut tidak patut mendapatkan
hukuman mati.28 Orang itu mendapatkan perlindungan terhadap penuntut balas
(penuntut tebusan darah), supaya pembunuh jangan mati, sebelum ia dihadapkan
untuk rapat umat untuk diadili.29 Hal ini karena pembunuhan yang dilakukan dengan
tidak sengaja tidak pantas mendapatkan hukuman yang setimpal dengan hal
tersebut. Dalam Imamat 24:19-20 menegaskan bahwa pembunuhan kepada
manusia yang dilakukan secara sengaja maka harus dihukum mati. Hukum tersebut
berlaku bagi bangsa Israel maupun orang asing.
Dalam Perjanjian Baru injil matius 5:38 tidak menunjukkan suatu kontradiksi
mengenai Yesus dan Hukum Lex talionis. Tetapi dalam teks ini Yesus mengacu
pada aturan dalam Perjanjian Lama (Ulangan 19:21) yang disebut lex talionis,
sering diringkas sebagai "mata ganti mata." Sebenarnya, Tuhan menetapkan ini
untuk membatasi kekerasan dan balas dendam. Inti dari "mata ganti mata" adalah
bahwa hukuman harus proporsional (seimbang) dengan kejahatan, daripada siklus
balas dendam yang terus meningkat. Namun, dalam masalah pribadi, Yesus juga
menetapkan standar yang sangat berbeda. Menanggapi penghinaan dan perlakuan
tidak adil, orang Kristen harus bertahan, bukan membalas. Menolak balas dendam
adalah kehendak Tuhan dan perintah Yesus kepada para pengikut-Nya (Roma
12:19).

Analisis kata ‫( ַ ַּ֥תחַ ת‬Taµat)


Adapun kata yang sangat penting pengaruhnya dalam Keluaran 21:22-25
adalah takhat. Kata “ganti” ‫( ַ ַּ֥תחַ ת‬takhat) berarti underneath dan below (dibalik atau
dibawah).30 Dengan bentuk particle preposisi homonym yang menyatakan
mengenai ukuran tinggi dan digunakan bila sesuatu dibawah yang lain dan
homonym menyatakan bahwa nilai dari sesuatu yang digantikan harus sama
dengan nilai dari sesuatu yang dilukai. Menurut Harris dalam TWOT kata “takhat”
menunjukkan bahwa berada ditempat yang terendah atau dibawah atau diturunkan
pada tempat yang paling bawah dan paling rendah.31 Ketika kata “takhat” dijadikan
dalam bentuk plural maka kata ini memiliki makna bahwa orang yang melakukan
kejahatan tidak mendapatkan tempat atau orang tersebut menempati tempat

28
I. J. Cairns, Tafsiran Alkitan Ulangan jilid 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 116.
29
https://p2k.unkris.ac.id/id3/2-3073-2962/Kota-Perlindungan-Untuk
pembunuh_186038_p2k-unkris.html
30
Bibleworks 10
31
Bibleworks 10
terendah dalam masyarakat. Menurut Moriska, kata ‫( ַ ַּ֥תחַ ת‬taµat) memiliki
pengertian bahwa apabila seseorang melakukan suatu kejahatan maka orang
tersebut akan ditempatkan di tempat yang paling rendah atau benar-benar terhina
dan orang tersebut layak untuk diperlakukan seperti demikian.32 Maka, dapat
disimpulkan bahwa ketika seseorang melukai orang lain dan dengan parah maka
orang tersebut akan menempati tempat terendah dalam masyarakat dan akan
mendapat hukuman yang secara adil dengan perbuatan yang ia lakukan. Dengan
ditempatkan di tempat terendah maka orang yang melukai itu akan bertanggung
jawab dengan apa yang telah ia lakukan.
Seperti yang dimaksudkan oleh Raphael Drai seorang ahli hukum Yahudi
mengatakan bahwa sebenarnya kata ‫( ַ ַּ֥תחַ ת‬takhat) lebih baik diterjemahkan dengan
istilah kompensasi. Kompensasi yang dimaksudkan ialah diberikan dalam bentuk
uang atau dengan kepuasan yang akan diberikan oleh pihak yang dirugikan dan
yang terluka.33 Khusus untuk diperhatikan bahwa pelaksanaan hukum ini tidak
diserahkan ke pribadi yang bersangkutan dan bukan kelonggaran untuk balas
dendam secara pribadi, tetapi aturan untuk mengatur sesuai dengan keputusan
hakim.34 Karena kehadiran hakim tentunya berperan sebagai pengambil keputusan
sesuai dengan pertimbangan yang ada. Sehingga, peraturan “mata ganti mata, gigi
ganti gigi” dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim. Dengan demikian, akan
mencegah terjadinya hukuman yang kejam yang menjadi ciri khas dari negara-
negara Timur Tengah zaman dahulu.
Dalam teks Keluaran 21:23-25 dinyatakan bahwa ketika mata budak itu
dilukai maka budak tersebut akan dibebaskan sebagai ganti dari mata yang dilukai.
Apabila gigi budak itu sampai tanggal maka budak itu harus melepaskan budak itu
sebagai orang merdeka sebagai ganti kerusakan giginya.35 Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa “mata ganti mata” bukan berarti secara literal “jika gigi
dirusakkan maka diganti juga dengan gigi orang yang merusakkannya” tetapi
maksudnya ialah ada kompensasi bagi kerusakan yang ditimbulkan. Dengan kata
lain, hukuman dapat diberikan sesuai dengan keadaan, namun tidak boleh
melampaui batas maksimal. Hal ini berlangsung sebagai suatu bentuk keadilan
yang menjaga kehidupan dan ketertiban masyarakat baik bagi bangsa Israel
maupun bagi bangsa-bangsa sekitar Israel. Mengenai ini Albrech Alt menyatakan
bahwa hukuman adalah untuk mencegah pelanggaran yang dimana seseorang
dapat diberikan hukuman apabila melakukan suatu pelanggaran yang membuat
luka seseorang dan akibat pelanggaran maka layak untuk menerima sanksi dan
harus menjalani hukuman sebagai suatu tanggung jawab. Hukum diberlakukan
untuk dapat membela hak asasi warga Israel yang dapat diartikan bahwa hukum
berlaku untuk dapat melindungi atau memberikan keadilan bagi setiap warga yang
menjalani hukum tersebut untuk memelihara kehidupan bangsa Israel.36
Maka kelompok menyimpulkan bahwa prinsip Lex Talionis berfungsi sebagai
penuntun untuk mencegah pertumpahan darah dan balas dendam yang tidak wajar.
Jadi, dalam Lex Talionis memiliki pengertian dimana hukum tersebut merupakan
hukuman yang dapat diberlakukannya penggantian ganti kerusakan yang dilakukan

32
Moriska Simamora dan Firman Panjaitan, Lex Talionis menurut Keluaran 21:22-25,
(Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2018), 63
33
Firman Panjaitan dan Martin S. Lumingkewas, Keadilan dalam Hukum Lex Talionis:
Tafsir terhadap Keluaran 21:22-25, Jurnal Vol.1 No.2, Juli 2019, (Tawangmangu: Sekolah
Tinggi Teologi Tawangmangu), 79
34
https://biblehub.com/commentaries/exodus/21-24.htm, Diakses 26 Oktober 2022
35
Paul Copan, Is God a Moral Monster?, (Malang: Literatur SAAT, 2012), hal. 145-146
36
Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 146-147
oleh seseorang dan seseorang itu dapat membayar ganti rugi yang dilakukannya.
Hukum dapat berlaku dengan memberikan kompensasi. Lex Talionis akan berdiri
untuk membangun keadilan dalam kehidupan masyarakat Israel. Lex Talionis tidak
diragukan maksudnya untuk memastikan bahwa tidak ada ketidakadilan dan adanya
hukuman yang sesuai dengan yang diperbuatan orang yang melakukan kesalahan.

Pandangan Beberapa Tafsiran


Lex Talionis dalam keluaran 21:22-25, menurut beberapa tafsiran hukum ini
berfungsi sebagai:
1. Menurut Matthew Henry, Lex Talionis memberikan suatu aturan keadilan, dan
masih digunakan untuk memutuskan hal-hal serupa. Hukum ini mengajarkan
bahwa harus berhati-hati agar tidak berbuat salah. Jika seseorang telah
berbuat kesalahan yang sangat fatal kepada sesamanya maka harus bersedia
untuk membuatnya menjadi baik dan berhasrat agar tidak ada yang
dirugikan.37
2. Menurut Warren W. Wiersbe, Lex alionis merupakan suatu bentuk pengadilan
hukum yang harus sesuai dengan kejahatan. Jadi, dalam hal ini dinyatakan
bahwa hukum tidak berlaku ketika tidak didapati luka atau cedera kepada
seseorang sekalipun terdapat peluang untuk terluka dan hukum tidak perlu
memberikan peringatan kepada orang tersebut. Tetapi hukum akan berlaku
ketika seseorang mengalami cacat atau kecelakaan dan pelaku akan
menerima balasan yang sesuai dengan yang telah dilakukan oleh orang
tersebut sebagai ganti rugi.38
3. Menurut IVP Bible Background Commentary, dalam Keluaran 21:23-25
menyatakan hukum Lex Talionis memiliki prinsip hukum yang berdasarkan
pada gagasan timbal balik dan pembalasan yang sesuai dengan kejahatan
yang dilakukan. Dan yang perlu diingat bahwa Lex Talionis berlaku apabila
terkandung kejahatan di dalamnya yaitu pembunuhan terencana.39
4. Menurut Barnes, dalam Keluaran 21:22-25 menyatakan hukum Lex Talionis
sebagai hukum yang memberlakukan kompensasi bagi setiap orang yang
dirugikan, bukan suatu hukum untuk pembalasan dendam pribadi tetapi suatu
hukum yang berdiri untuk melindungi masyarakat. Dalam hal ini Lex Talionis
juga memiliki arti bahwa yang menjadi korban boleh atau dapat memaafkan
setiap kerugian yang ada.40
5. Menurut Wycliffe, hukum Lex Talionis sering kali dikutip sebagai ciri khas
peraturan-peraturan Perjanjian Lama yang keras. Namun ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, pertama perlu diperhatikan bahwa peraturan-
peraturan ini dibatasi hanya untuk soal-soal yang menyangkut luka tubuh saja.
Kedua, maksudnya bukanlah untuk memperkuat peraturan tetapi untuk
membatasi pembalasan denda, semena-mena misalnya untuk luka ringan
sering dibalas dengan pembunuhan dan penghancuran.41

Berdasarkan dari beberapa tafsiran, maka disimpulkan bahwa Lex Talionis


merupakan hukum yang menerapkan kompensasi atau ganti rugi. Hukum ini lebih

37
https://biblehub.com/commentaries/mhc/exodus/21.htm, Diakses pada tanggal 27
Oktober 2022
38
The Bible Exposition Commentary:
39
Johnston Philip, IVP Introduction To The BIBLE (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 69
40
Moriska Simamora dan Firman Panjaitan, Lex Talionis menurut Keluaran 21:22-25,
(Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2018),
41
Wyclife
kepada hukum yang menunjukkan keadilan yang seimbang yang dapat diberikan
kepada setiap korban yang mengalami luka. Hukum ini juga berfungsi untuk
mengatur perlindungan bagi masyarakat Israel.

IMPLIKASI MATA GANTI MATA, GIGI GANTI GIGI MENURUT KELUARAN


21:23-25 BAGI ORANG KRISTEN MASA KINI

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan maka implikasinya bagi orang


percaya masa kini, adalah:
1. Lex Talionis menjabarkan tentang keadilan yang didasarkan atas keadilan
Allah. Melalui hukum ini Allah hendak menegaskan bahwa setiap tindakan
yang salah pasti akan menghasilkan sebuah hukuman dan hukuman tersebut
dapat dilakukan secara langsung maupun melalui kompensasi.
2. Lex Talionis bukanlah menunjuk kepada hukum pembalasan yang maksimal,
melainkan jenis hukum yang mengatur setiap tindakan hukum yang relevan
dan seimbang.
3. Lex Talionis mengajarkan bahwa setiap orang mempunyai tanggung
jawabnya masing-masing untuk menanggung perbuatannya. Segala
perbuatan yang jahat harus ditanggung dengan konsekuensi yang ada akibat
kejahatan tersebut merugikan orang lain.
4. Lex Talionis dalam ruang pengadilan menjamin terjaganya setiap hak
individu, sehingga melalui hukum ini keadilan benar-benar ditegakkan.
5. Lex Taliomis menegaskan tidak ada kompromi terhadap kesalahan atau
kejahatan baik terhadap pembunuhan berencana atau tidak bercana dalam
kehidupan masyarakat terutama orang percaya.
PENUTUP

Kesimpulan
Dengan demikian, dalam kehidupan bersosial bangsa Israel maka tentunya
memerlukan suatu hukum yang mengatur mereka. Sehingga, dengan adanya
hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi maka kehidupan bangsa Israel dapat terarah
dalam suatu peraturan yang berlandaskan pada kebenaran yang bersumber dari
Allah sendiri (Lex Talionis). Hukum ini diterima melalui perantaraan Musa di atas
Gunung Sinai, yang juga tergolong sebagai hukum sipil. Hukum Lex Talionis
menegaskan bahwa perlu adanya keadilan, rasa tanggungjawab dan tidak ada
kompromi terhadap kejahatan yang dilakukan manusia. Sehingga, ketika hak
seseorang dirusak atau dalam keadaan fisik dilukai, pelakunya harus menerima
pembalasan ganti pelanggaran yang dilakukannya. Akan tetapi maksud dari
pembalasan ganti disini adalah menuntut adanya tanggung jawab dari pelaku
kepada korban dengan kompensasi yang akan diberikan sesuai dengan keputusan
hakim, maka dengan ini dengan tegas hukum ini ingin menegakkan suatu
pemahaman bahwa kompromi terhadap suatu kejahatan harus ditiadakan. Oleh
karena itu, hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi tetap relevan bagi masyarakat
hingga kini, karena prinsipnya yang menekankan tanggung jawab dan menjaga
ketertiban masyarakat.

Rekomendasi
Hukum Lex Tailonis masih berlaku dan tanpa disadari setiap orang telah
menerapkan Hukum Lex Talionis dimasa sekarang. Hukum Lex Tailonis berfungsi
untuk mengatur perlindungan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Keadilan Dalam Hukum Lex Talionis maka setiap individu diakui
martabatnya dan sekaligus mendapatkan perlindungan maksimal terhadap hak
asasinya. Dan yang paling penting dari semua ini, hukum Lex Talionis
memungkinkan setiap orang yang terkena bentuk ketidakadilan menuntut keadilan
yang seutuhnya melalui lembaga pengadilan yang ada. Dalam ruang pengadilan,
setiap orang akan mendapat perlindungan karena hukum Lex Talionis menjamin
terjaganya setiap hak individu, sehingga melalui hukum ini keadilan benar-benar
ditegakkan. Siapa yang benar akan mendapat hak untuk menerima kompensasinya
dan setiap yang bersalah akan menanggung hukuman dari kesalahan yang
diperbuatnya sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Tidak ada kompromi dan
toleransi terhadap kesalahan, dan ini adalah jaminan yang pasti dalam menegakkan
hukum Lex Talionis.
DAFTAR PUSTAKA

Baxter, J. Sidlow
2016 Menggali Isi Alkitab I (Kejadian-Ester). Jakarta: Yayasan Bina
Kasih

Copan, Paul,
2012 Is God a Moral Monster?. Malang: Literatur SAAT)

Enns, Paul
2004 The Moody Handbook of Theology. Malang: Literatur SAAT

Hill, Andrew E. dan Jhon H. Walton,


2008 Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas

Peterson, Robert M.,


2006 Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Philip, Johnston
2011 IVP Introduction to The Bible. Bandung: Kalam Hidup

Schnittjer, Gary E.
2015 The Torah Story. Malang: Gandum Mas

Simamora, Moriska dan Panjaitan, Firman


2018 Lex Talionis Menurut Keluaran 21:22-25. Yogyakarta: Diandra Kreatif

Vriezen, Th. C.,


2015 Agama Israel Kuno. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Wolf, Herbert
2017 Teologi Biblika PL Pengenalan Pentateukh. Malang: Gandum
Mas

W. S. Lassor, dkk,
2009 Pengantar Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Suratman, Winarno
1982 Penelitian Ilmiah: Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito

Sumber Lain:
Laik, Andri Arbet dkk,
2021 Refleksi Hukum Lex Talionis dalam Keluaran 21:22-25 Demi
Terwujudnya Keadilan Hukum di Indonesia (Jurnal). Jakarta:
STT Ekumene
Panjaitan, Firman dan Lumingkewas, Martin S.,
2019 Keadilan dalam Hukum Lex Talionis: Tafsir terhadap Keluaran
21:22-25, Jurnal Vol.1 No.2, (Jurnal). Tawangmangu: STT
Tawangmangu
Runturambi, Ruly dan Solomon, R.
2019 Aspek Teologis dan Aplikatif Dasa Titah, Vol. 1, No.2 (Jurnal).
Karanganyar: STT Berita Hidup

Jonathan Vroom,
2009 An Eye for An Eye in Context: The Meaning and Function of the
Lex Talionis in the Torah (Thesis). Hamilton: McMaster Divinity
College

https://id.wikipedia.org/wiki/Mata_ganti_mata, diakses pada 28 Oktober 2022

https://biblehub.com/commentaries/exodus/21-24.htm, diakses pada 26 Oktober


2022

https://biblehub.com/commentaries/mhc/exodus/21.htm, diakses pada tanggal 27


Oktober 2022

Anda mungkin juga menyukai