Dosen Pengampu:
Dr. Jammes J. Takaliuang
Oleh:
Fenni Dwi Kristiani
1
Fredy Simanjuntak, “Konsep Dosa Menurut Pandangan Paulus.” Real Didache: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 3, no. 2 (September 2018), 19
2
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 2 (Doktrin Manusia), (Surabaya: Momentum, 1994),
155
3
Daniel Lucas Lukito, Pudarnya Konsep Dosa dalam Dunia Kekinian, (Malang: Literatur
SAAT, 2019), 16
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Dasar
Alkitab memakai banyak sekali istilah untuk menunjuk kepada dosa.
yaitu:
1. Ἁμαρτία (Amartia). Kata ini mengartikan “gagal, gagal mencapai sasaran,
kalah, tidak ikut menikmati, keliru.” Dosa ini senantiasa merupakan dosa
terhadap Allah, karena inilah kegagalan untuk mengena sasaran yang
telah ditetapkanNya, pedoman-Nya.4
2. Αμαρτημα (amartima), kata Yunani ini menunjukkan dosa sebagai hasil
tindakan, yang berasal dari kata kerja amartano, “berdosa” atau “berbuat
dosa”, lebih menitikberatkan pada dosa itu sendiri ketimbang tindakannya
Contoh. Rm. 3:25; 1Kor. 6:18.
3. Αγνοημα (agnoima), artinya adalah kesalahan atau dosa yang disebabkan
karena ketidakpedulian. Jadi jika Allah menghendaki seseorang
“memahami” kehendak-Nya tetapi orang tadi mengabaikan, tidak
mengindahkannya, tidak mengetahui, maka ia telah berbuat dosa dalam
pengertian agnoima. Contoh. Rm 10:3; 1Tim 1: 13.
4. Παραπτωμα (paraptoma) artinya “kesalahan”, “jatuh dari kondisi yang
seharusnya berdiri tegak.” Kata paraptoma berasal dari kata kerja
παραπιπτω - parapipto, artinya "murtad", secara konseptual berarti jatuh
di samping seseorang atau benda, terpeleset, menyimpang dari jalan
yang benar, berbalik.
5. Παραβασις (paravasis) Artinya pelanggaran, melewati batas atau garis
yang ditentukan, menghancurkan. hukum yang berlaku. Kata παραβασις
berasal dari kata kerja paraveno, "melanggar", secara konseptual berarti
berjalan melewati garis, Contoh: Roma 2:23; 4:15; 5:14; Galatia 3:19; 1
Timotius 2:14.
4
Millard J. Erickson, Teologi Kristen Volume Dua, (Malang: Gandum Mas, ___) 164-166
6. Ανομια (anomia) Artinya "kejahatan". Dosa dalam kategori ανομια adalah
suatu kondisi tanpa hukum karena mengabaikannya atau karena
menentangnya. Cth: Roma 4:7; 6:19; 2 Korintus 6:14; 2 Tesalonika 2:7;
Titus 2:14. Perkataan ini bukan berarti melanggar hukum dalam suatu
perbuatan yang pasti, melainkan dalam hal tidak menurut atau tidak
mempedulikan hukum itu.5
5
Fredy Simanjuntak, “Konsep Dosa Menurut Pandangan Paulus.” Real Didache: Jurnal
Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 3, no. 2 (September 2018), 19
6
John F. M, Hamartologi (Doktrin Alkitab Tentang Dosa), Jawa Timur: Gandum Mas,
2000), 102
7
ibid., 106-112
Katanya, karena telah dilahirkan dalam kecemaran, manusia secara
universal adalah jahat (“tidak ada yang benar”), secara rohani bodoh
(“tidak seorangpun yang berakal budi”), pemberontak (“tidak ada seorang
pun yang mencari Allah”), tidak patuh (“semua orang telah
menyeleweng”), secara rohani tidak berguna (“mereka semua tidak
berguna”), dan secara moral sesat (“tidak ada yang berbuat baik”). Ayat
yang dikutip oleh Paulus adalah dalam Kitab Mazmur.
(2) mencemarkan pembicaraan (ay. 13-14), percakapan seseorang
memperlihatkan karakternya. Alkitab penuh dengan bukti akan
pernyataan tersebut (Mat. 12:34-35; Ams. 10:31-32). Rasul Paulus
menggambarkan bagaimana dosa secara keseluruhan menjalar dan
mencemari setiap aspek kehidupan manusia. Dosa menajiskan
“kerongkongan”, menyesatkan “lidah”, dan mencemarkan “mulut.”
(3) Perilaku seseorang (ay. 15-17). Disini Rasul Paulus mengutip ayat di
dalam Yesaya. Hal ini penting karena saat itu Nabi Yesaya sedang
mengencam bangsa Israel atas dosa-dosa mereka terhadap Allah.
Orang-orang berdosa pada dasarnya cenderung tertarik kepada
kebencian.
Selain dari itu Paulus memandang dosa di mana:8
1) Dosa sebagai pelanggaran Paulus, memakai kata parabasisi sebanyak
lima kali dimana dosa adalah gerakan yang belok dari jalan yang lurus.
Roma 2:23 menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi telah melanggar
hukum-hukum taurat.
2) Dosa sebagai kedurahakan. Dalam Roma 6:19 Paulus mengingatkan
para pembaca yang Kristen bahwa mereka telah mencerakan anggota-
anggota tubuh mereka menjadi hamba kecemaran dan keduruhakan
yang membawa mereka kepada keadaan yang terus makin memburuk.
3) Dosa mencakup perbutan-perbuatan lahiriah dan sikaip-sikap batin.
Paulus menyusun daftar perincian tentang dosa yang meliputi perbuatan
dan sikap (Roma 1:29-31). Dia juga menunjukan bahwa tidak ada
8
Donald Gulthrie, Teologi Perjanjian Baru I, (Jakarta: BPK, Gunug Mulia ,2001), 226
perbedaan yang mendasar antara berbagai jenis dosa mulai dari
tindakan kerminal seperti pembunuhan, sampai pada sikap hati seperti
rasa iri semunaya adalah dosa dan menyebabkan Allah menumpahakn
murkanya.
4) Dosa sebagai tuan Paulus memakai ungkapan “Hamba dosa” untuk
menjelaskan keadaan manusia yang terbelenggu (Roma 6:16-17). Hal ini
berarti bahwa Paulus ingin memberikan pengertian bahwa dosa adalah
ketidaktaatan yang sengaja di lakukan terhadap Allah.
Jelaslah bahwa manusia tidka dapat membela dirinya dan harus
bertanggung jawab atas dosanya. Tanggung-jawab mansuia terhadap Allah
(Roma 3:16), yang sangat khusus ditegaskan oelh Paulus,mencerminkan
keyakinannya bahwa manuisa harus mempertanggung jawabkan
dosanya,terutama aspek dosa yang dipandang sebagai pembrotakan
terhadap Allah.9 Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bagaimana
peranan dosa dalam kehidupan manusia. Dosa telah membuat manusia
sesat secara total dalam segala aspek kehidupan manusia. Dosa telah
merusak hubungan antara Allah dengan manusia. Karena dosa manusia
menjadi pemberontak dan melakukan pelanggaran di hadapan Allah. Dosa
menodai hati dan pikiran, merendahkan martabat, dan juga menggelapkan
pikiran. Dosa mengotori dan mencemarkan. Sehingga Paulus
menggambarkan bahwa dosa adalah pemberontakan terhadap Allah. Dosa
juga menjadikan manusia sebagai tahanan atau budak (Rm. 6:16). Bukan
hanya sekedar kejahatan yang dilakukan, melainkan suatu kekuatan yang
membelenggu.
Paulus juga sering mengaitkan atau menggambarkan dosa dengan
keinginan daging atau sarx. Dimana salah satu penyebab dosa adalah
keinginan daging manusia, di mana mereka melakukan apa yang mereka
kehendaki yang dianggap benar. Paulus juga menyadari hal itu dimana
keinginan daging berkuasa atas dirinya (Rm. 7: 19). Istilah sarx juga
digambarkan dimana manusia di dalam dosanya, sehingga kata ini
9
Donald Gulthrie, Teologi Perjanjian Baru I, (Jakarta: BPK, Gunug Mulia , 2001), 218-
222
menunjukkan bahwa menjadi manusia berarti serupa dengan menjadi orang
berdosa. Dapat dilihat dalam surat-surat Paulus (Rm. 5; Rm. 7; Gal. 5:19;
6:8; Efe. 2:3), di mana menjelaskan bahwa daging identik dengan dosa yaitu
berada dalam daging, bersifat daging. Paulus menunjukkan ciri antropologi
yang khas menghubungkan dpsa dengan kedagingan.
Akibat dari dosa adalah (1) membuat manusia yang sebagai gambar
dan rupa Allah telah kehilangan citrannya dihadapan Allah atau telah
kehilangan kemuliaan Allah. Dalam Roma 3:23, menurut Paulus kemuliaan
itu adalah kemuliaan Allah yang berhubungan erat dengan kekudusan Allah.
sebagai gambar Allah, harus bersekutu dengan Allah sehingga ia boleh
mengambil bagian dalam kemuliaan Allah, tetapi karena dosa-dosa maka
sekarang manusia tidak boleh mengambil bagian dalam kemuliaan Allah.
Dosa telah menjauhkan manusia dari Tuhan, sehingga ia kehilangan
kemuliaan itu;10 (2) Membawa kepada kematian atau maut (Rm. 6:23).
Dalam Roma 6:23 disini upah dosa dikontraskan dengan karunia Allah, dan
maut dikontraskan dengan hidup kekal. Upah adalah akhir dari proses
pekerjaan, dalam ayat ini dosa dikiaskan sebagai pribadi yang membayar
upah. Paulus berkata bahwa kalau menyerahkan diri terhadap dosa maka
akan menjadi budak kecemaran dan menjadi tuan dan upah yang didapatkan
adalah maut.11 (3) Mendatangkan Murka Allah. Paulus membuktikan bahwa
murka Allah menimpa setiap orang yang tidak mencari kebenaran. Hal ini
bisa diketahui Roma 1:18 menjelaskan murka Allah dinyatakan dari atas
surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia. Paulus menjelaskan
bahwa akibat dosa manusia yang menyusahkan kehidupan manusia itu
sendiri, hal itu merupakan murka Allah.12 Paulus tidak menyamakan murka
Allah dengan balas dendam yang tak terkontrol dan mengabaikan norma,
sebaliknya murka Allah diarahkan oleh keadilan dan kekudusan-Nya.13 Maka
dapat disimpulkan bahwa dosa tidaklah mendatangkan yang baik dalam
10
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 155
11
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 123
12
Ibid., 31
13
Herman Ridderbos, Paulus Pemikiran Utama Theologinya, (Surabaya: Momentum,
2013),104
kehidupan manusia namun dosa hanya menjadi seteru Allah dan manusia
mendapat kematian atau maut yang membinasakan.
KESIMPULAN
Dosa telah membawa manusia pada keadaan yang sesat dan rusak
secara total. Dosa membuat manusia tidak lagi mencintai kebenaran namun
menindas kebenaran. Dosa sebagai upaya, dosa sebagai pelanggaran
(kemauan atau keinginan). Akibatnya setiap orang yang melakukan dosa
akan mendapat hukuman dari Allah. Untuk itu sebagai orang percaya harus
dapat mengerti bahwa dosa merupakan tindakan pemberontakan terhadap
Allah dan hasil dari dosa tidak ada yang baik. Sebagai orang percaya jangan
lagi untuk mau diperhamba oleh dosa karena kasih karunia Allah telah
membebaskan dari belenggu dosa. Orang-orang percaya telah dibebaskan
dari keadaan yang sesat secara total. Orang percaya harus hidup dalam
kebenaran Firman Tuhan yang memerdekakan.
KEPUSTAKAAN
Berkhof, Louis.,
1994 Teologi Sistematika 2 (Doktrin Manusia), Surabaya:
Momentum
Gulthrie, Donald.,
2001 Teologi Perjanjian Baru I, Jakarta: BPK, Gunug Mulia
Hagelberg, Dave.,
1996 Tafsiran Roma, Bandung: Yayasan Kalam Hidup
M, John F.,
2000 Hamartologi (Doktrin Alkitab Tentang Dosa), Jawa Timur:
Gandum Mas
Ridderbos, Herman.,
2013 Paulus Pemikiran Utama Theologinya, Surabaya:
Momentum
Sumber Lain:
Simanjuntak, Fredy.,
2018 “Konsep Dosa Menurut Pandangan Paulus.” Real Didache:
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 3, no. 2
(September 2018)