Anda di halaman 1dari 10

Nama : Adi Putra Sinaga

Radella C Butar-butar
Tingkat/Jurusan : III-A/Teologi
Mata Kuliah : Teologi PB I
Dosen : Dr. Batara Sihombing Kelompok 3

DOSA MANUSIA
I. PENDAHULUAN
Sejak semula Allah menciptakan alam semesta dan manusia sungguh amat baik
adanya. Namun karena kehendak bebas, manusia berbuat dosa karena godaan oleh iblis
melalui ular sehingga manusia berdosa. Dosa merupakan suatu pemberontakan yang
dilakukan manusia terhadap perintah Allah. Setelah dosa berawal dari Adam dan Hawa
maka keturunannya juga hidup dengan dosa dan manusia dikuasai oleh dosa. Untuk lebih
jelasnya, pada sajian ini akan dijelaskan tentang dosa manusia, khususnya dalam
Perjanjian Baru.
II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Dosa Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dosa adalah perbuatan yang
melanggar hukum Tuhan atau agama. 1 Kata Ibrani paling umum adalah khatta't. Dosa
ialah kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak menaati
hukum, keleliman atau ketidakadilan. Dosa ialah kejahatan dalam segala bentuknya. 2
Dosa ialah penentangan yang ditujukan kepada Allah, dan patokan inilah yang
menerangkan keanekaragaman bentuk kegiatan dosa. Dosa juga dikatakan
penyimpangan dari jalan yang benar. Maka dosa juga suatu keadaan di mana manusia
bersalah dihadapan Allah dan besar kemungkinannya akan mendapat hukuman-Nya.3

Istilah yang menjelaskan tentang dosa di dalam Alkitab baik itu diperjuang baru
dan perjanjian lama dipergunakan dalam beragam istilah. Definisi tersebut akan
sangat menolong dalam memahami hakikat dari dosa itu sendiri. Definisi sederhana
dari dosa di Alkitab adalah "meleset dari sasaran", di mana sasaran itu
merupakan/norma dari hukum Allah. Maka hukum Allah menyatakan kebenarannya
dan merupakan standar tertinggi bagi perilaku manusia.

1
… KBBI Edisi Keempat (Jakarta: Gramedia Pustakan Utama, 2008), 342
2
… Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 256-
257.
3
William Dyrness, Tema-tema Teologi dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1999), 87-88.
Dosa didefinisikan sebagai pelanggaran terhadap hukum Allah, yang diberikan
kepada makhluk yang berakal budi (Kej. 3; Hos. 6:7; Yes. 24:5 dengan hati dan
perbuatan (Kej. 20:3, 17; Kej. 6:5). Dosa merupakan ketidakmauan untuk menaati, itu
tidak taatan terhadap hukum Allah. Bisa inilah dosa yang tidak dilakukan yang
diperintahkan Allah. Dosa juga didefinisikan sebagai pelanggaran terhadap hukum
Allah. Pelanggaran terhadap hukum berarti melanggar batas yang telah ditentukan.
Maka dosa juga merupakan tindakan yang dilakukan oleh makhluk yang berakal budi,
yang di mana sebagai makhluk yang diciptakan menurut gambar Allah, manusia
merupakan pribadi yang memiliki kebebasan moral, memiliki akal budi dan
kehendak, maka manusia mampu untuk bertindak secara moral. Pada waktu manusia
melakukan sesuatu yang ia tahu salah, rangkaian itu tidak menaati hukum Allah dan
berdosa.

Di dalam Perjanjian Baru, kata yang sering digunakan menjelaskan dosa adalah
hamartia yang muncul beberapa kali dalam kitab-kitab injil sinoptik dan kata tersebut
dipakai hubungan pengakuan dosa (Mat. 3:6; Mrk 1:5) atau dengan pengampunan
dosa. Dosa dalam Kisah Para Rasul diartikan sebagai “tindakan berdosa” dan hal itu
melambangkan kebutuhan manusia yang hanya dapat dipenuhi di dalam Kristus. 4

II.2. Asal Usul Dosa


Dosa sudah di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa.
Serangan iblis ditujukan terhadap keutuhan dan kebenaran Allah (bnd Kej. 3:4). Dan
silat katanya yang meyakinkan Hawa ialah bahwa Hawa dan suaminya akan menjadi
sama seperti Allah, yakni akan mengenal yang baik dan yang jahat. Kepada keinginan
durhaka inilah perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya
terungkap bisikan "pohon itu menarik hati karena memberi pengertian", yang justru
adalah tahapan menuju Aids dan kemurtadan dalam hati dan pikiran Hawa. Reaksi
Hawa menunjukkan bahwa iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa, dan bahwa
Hawa membenarkan perkataan iblis terhadap kebenaran Allah. Jenis keinginan atau
hawa nafsu inilah yang disoroti untuk melacak asal mula dosa. Hawa menyetujui
serangan iblis yang bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Dan dalam
persetujuan hatinya secara diam-diam terletak tahap langkah-langkahnya yang

4
Lisda Tirtapraja Gamadih, Teologi Perjanjian Baru (Jakarta, Gunung Mulia 2015), 222
mendahului tindakannya memakan buah terlarang itu. Di situlah letak asal mula dosa
manusia dan sifat yang sesungguhnya.5
II.3. Istilah Dosa dalam Konsep Alkitab.
II.3.1. Istilah Dosa dalam Perjanjian Lama
a. Khata
Kata ini muncul sebanyak 522 kali dalam Perjanjian Lama. Kata tersebut
digunakan untuk menjelaskan dosa, kejahatan moral, penyembahan berhala
dan yang berhubungan dengan upacara. Beberapa ayat penting yang
menjelaskan perkara ini antara lain keluaran 20:20; Hak. 20:16; Ams. 8:36;
19:2.
b. Ra
Kata ini sepadan dengan kaos dan phoneros dalam bahasa Yunani yang
arti utamanya ialah menghentikan atau menghancurkan. Maka kata ini
seringkali diartikan sebagai malapetaka bencana besar, dan banyak kali
terjemahkan dengan kata "jahat". Kata ini bisa juga menyatakan sesuatu yang
berbahaya maupun sesuatu yang salah secara moral (Kej. 3:5; 38:7; Hak.
11:27).
c. Pasha
Arti kata dari Pasha ini adalah memberontak, biasa juga diterjemahkan
sebagai pelanggaran misalnya dalam 1 Raja-raja 12:19; 2 Raj. 3:5; Ams. 28:21
dan Yes. 1:2.
d. Awon
Kata ini berarti perbuatan salah maupun rasa bersalah, yang dalam
pemikiran Ibrani sangat bertautan (1 Sam. 3:13). Kata ini berhubungan dengan
dosa yang bersifat menantang (Bil. 15:30-31).

Selain istilah-istilah di atas, ada beberapa istilah lainnya yang terdapat di


dalam Perjanjian Lama yang digunakan untuk menjelaskan tentang dosa, seperti
awon, shagag, asham, rasha taah. Jadi tentang dosa, sedikitnya ada 8 kata dasar
dalam Perjanjian Lama sebagaimana sudah dicantumkan di atas.
Jika ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas, maka penjelasan tentang dosa
dalam Perjanjian Lama yaitu:

5
… Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 257.
 Dosa bisa berupa banyak bentuk dan karena penggunaan kata yang beraneka
ragam itu, maka seorang Israel dapat menyadari perbuatan dosa khususnya
yang dilakukannya.
 Dosa adalah hal yang bertentangan dengan norma, dan pada dasarnya dosa itu
merupakan ketidaktaatan kepada Allah.
 Karena ketidaktaatan mencakup pemikiran positif maupun negatif, maka dosa
merupakan perbuatan aktif terhadap apa yang salah dan bukan hanya sebagai
tindakan peniadaan secara pasif terhadap hal-hal yang benar. Dosa bukan saja
merupakan perbuatan yang tidak mencapai sasaran, melainkan juga sebagai
tindakan mencapai sasaran lain yang keliru.6

II.3.2. Istilah Dosa dalam Perjanjian Baru


Sedikitnya ada 12 kata dasar dalam kerja perjanjian baru yang menjelaskan
dosa, yakni
a. Kakos
Kakos berarti buruk (tidak baik), kata tersebut kadang-kadang
menunjuk kepada keadaan fisik yang buruk seperti penyakit (Mrk. 1:32).
Namun kata ini biasanya juga menyatakan keadaan moral yang buruk (Mat.
21:41; 24:48, Mrk.7:21; Kis. 9:13).
b. Poneros
Kata poneros ini merupakan istilah dasar untuk kejahatan dan hampir
selalu menunjuk tentang kejahatan moral (Mat. 7:11; 12:39; 15:19; Kis. 17:5).
Selain itu peneros juga digunakan untuk menunjuk tentang setan atau iblis
(Mat. 13:19, 38; 1 Yoh. 2:13-14, dll), serta tentang kuasa-kuasa yang disebut
sebagai roh-roh jahat (Luk. 11:26; Kis. 19:12).
c. Asebes
Asebes artinya tanpa Allah, muncul paling banyak dalam surat 2 Petrus
yang berarti orang-orang yang murtad dari Allah. Belum diselamatkan disebut
sebagai orang-orang durhaka (Rm. 4:5; 5:6). Kadang-kadang kata ini muncul
bersama kata-kata lainnya yang memberi pengertian tentang dosa (Rm. 1:18; 1
Tim. 1:9; 1 Ptr. 4:18)
d. Enokhos

6
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Andi, 1986), 305-307.
Kata ini berarti kesalahan dan biasanya menyatakan seseorang untuk
melakukan kejahatan sehingga patut mendapat hukuman mati (Mat. 5:21-22;
Mrk. 14:64; 1 Kor. 11:27; Yak. 2:10).
e. Hamartia
Hamartia sering dipakai untuk bersisakan tentang dosa, muncul dalam
berbagai macam bentuknya sekitar 227 kali. Dosa berarti mencapai sasaran
lain yang tidak semestinya. Di dalam Injil, kata ini hampir selalu dipakai
dalam konteks yang menyatakan tentang keselamatan dan pengampunan dosa
(Mat. 1:21; Yoh. 1:29).
f. Adikia
Katanya berarti setiap langkah atau setiap tingkah laku yang tidak
benar dalam arti yang sangat luas. Kata ini dipakai untuk menyatakan tentang
orang yang belum diselamatkan (Rm. 1:18), uang (Luk. 16:9), bagian-bagian
dari tubuh manusia (Rm. 6:13; Yak. 3:6), dan tindakan-tindakan (2 Tes. 2:10).
g. Anomos
Di antara ketiga injil sinoptis, hanya Matiuslah yang menggunakan
istilah ini. Pengertian istilah ini lebih mengarah secara khusus pada sikap
permusuhan dengan Allah, kebalikan dari apa yang benar. dalam Matius 7:22-
23, para pelaku kejahatan dipertentangkan dengan pelaku-pelaku kehendak
Allah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang tidak memenuhi
kehendak Allah melakukan anomia atau anamos.7 Kata ini sering sekali
diterjemahkan dengan "kedurhakaan" maka kata ini berarti melanggar hukum
dalam arti yang sangat luas (Mat. 13:41; 24:12). Maka secara eskatalogis, kata
ini menunjuk kepada anti Kristus, si pendurhaka (2 Tes. 2:8).
h. Parabates
Parabates artinya pelanggar atau orang yang berdosa dan kata ini
biasanya dihubungkan dengan pelanggaran khusus terhadap hukum (Rm. 3:23;
5:14; Gal. 3:19).
i. Agnoein
Kata ini berhubungan dengan ibadah yang keliru yang ditujukan
kepada allah selain Allah yang benar (Kis. 13:27; Rm. 2:4). Tetapi kekeluan
semacam ini membuat seseorang bersalah, maka sebab itu perlu atau
membutuhkan penebusan dosa (Ibr. 9:7).
7
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), 202.
j. Planao
Planao berarti menyimpang atau tersesat dalam arti sebagai perbuatan
yang patut dicela (1 Ptr. 2:25). Orang dapat menyesatkan orang lain (Mat.
24:5-6); atau menyesatkan diri sendiri (1 Yoh. 1:8); dan iblis atau setan
menyesatkan seluruh dunia (Why. 12:9; 20:3,8).
k. Paraptoma
Kata ini mengandung arti pelanggaran yang dilakukan secara sengaja.
Kata tersebut dipakai Paulus sebaiknya 6 kali dalam Roma 5:15-20. Saya ini
juga terdapat dalam Matius 6:14; 18:35, dll.
l. Hipokrisis
Ada tiga pengertian yang dikandung kata ini yakni menafsirkan secara
keliru bagaimana yang mungkin dilakukan suatu ramalan, berpura-pura
bertindak sebagaimana seorang aktor, darma ikuti tafsiran yang jelas salah.
Pengertian ini tempatnya terdapat dalam kasus ketidaktegasan Petrus dalam
Galatia 2:11-21.

Kata umum yang dipakai untuk dosa (hamartia) muncul beberapa kali
dalam kitab-kitab injil sinoptik, dan kata itu sering dipakai dalam hubungan
dengan pengakuan dosa (Mat. 3:6; Mrk. 1:5) atau dengan pengampunan dosa
yaitu sebanya 21 kali dalam injil sinoptik. Berdasarkan penjelasan yang
bersangkutan dengan dosa di dalam perjanjian baru, dapat ditarik kesimpulan
bahwa Perjanjian Baru memberikan pengajaran tentang dosa sebagai berikut:

 selalu ada ukuran yang jelas terhadap dosa yang dilakukan seseorang,
 sesungguhnya semua dosa adalah pemberontakan secara positif terhadap
Allah, dan satu pelanggaran terhadap standar yang ditetapkan-Nya.
 kejahatan dapat mengambil berbagai macam bentuk
 tanggung jawab manusia pasti dan dapat dipahami secara jelas.8
II.4. Pandangan Yesus Tentang Dosa Manusia
Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik tentang ajaran Yesus mengenai dosa
manusia yaitu:
1. Dosa meliputi semua manusia. Yesus menjelaskan tidak seorangpun luput dari
dosa. Yesus menilai manusia secara realistis, bahwa Yesus memilikimu Yesus
sangat berharga dalam pandangan Allah dan Dia juga menerima kenyataan semua
8
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1 (Yogyakarta: Andi, 1986), 308-310.
orang yang telah gagal dalam mencapai perencanaan Allah bagi kehidupan
mereka karena dosa.
2. Pulsa itu bersifat batiniah. Walaupun ajaran Yesus tentang dosa sering berpusat
pada tindakan-tindakan lahiriah, namun penyebab dasarnya berakar jauh lebih
dalam. Yesus mengatakan apa yang keluar dari manusia itulah yang
menajiskannya. Sifat batiniyah ini juga ditonjolkan dalam beberapa bagian PB
yang lain, khususnya surat-surat Paulus, namun itu berasal dari ajaran Yesus.
3. Dosa berarti perbudakan. Dengan latar belakang kuasa-kuasa kegelapan, terlihat
bahwa manusia dalam keadaan berdosa itu ada dalam genggaman iblis.
4. Dosa berarti pemberontakan. Yesus menjelaskan dalam perumpamaan tentang
anak yang hilang (Luk. 15:11-32), titik balik yang menentukan ialah saat anak
bungsu itu menjadi sadar bahwa ia telah berbuat dosa terhadap Allah dan terhadap
ayahnya (Luk. 15:18, 21). Dosanya bukan terletak pada pemborosan harta milik
keluarga, meskipun hal itu tidak dibenarkan. Dosanya terletak pada penolakannya
untuk bertindak sebagai seorang anak yang harus berlaku sebagaimana
semestinya, hari ini sebenarnya berarti pemberontakan terhadap ayahnya.
5. Dosa sepatutnya mengakibatkan hukuman. Manusia berada di bawah
penghakiman Allah. Setiap orang akan mempertanggungjawabkan perbuatannya
dihadapan Allah, bahkan juga setiap kata yang diucapkannya (Mat. 12:36). Maka
ajakan Yesus untuk bertobat yang disampaikan berulang kali dalam kitab-kitab
Injil sinoptik menunjukkan bahwa tiada manusia yang berdosa dapat diubah.9
II.5. Pandangan Yohanes Tentang Dosa Manusia
1. Dosa sebagai keadaan manusia yang terasing dari Allah
Dunia menurut Injil Yohanes digambarkan sebagai sesuatu yang dengan giat
bermusuhan dengan Allah, hal ini melukiskan dosa sebagai rasa permusuhan.
Yesus menjelaskan bahwa alasan dunia membenci-Nya ialah karena Dia bersaksi
tentang dunia sebagaimana hakkikatnya, sepeti dijelaskan oleh pekerjaannya,
bersifat jahat (Yoh 7:7).
2. Dosa sebagai ketdakpercayaan
Hukuman dengan tegas dinyatakan terhadap orag-orang yang mempunyai skap
tidak percaya pada Anak Allah (Yoh 3:18). Selain itu, penyebab ketidakpercayaan
serta kegelapan yang menjadi akibatnya perbuatan-perbuatan manusia yang jahat
(Yoh 3:19), karena perbuatan itu mencerminkan sifat yang sebenarnya dari orang
9
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 206-207.
yang melakukannya. Ketidakpercayaan juga berhubungan dengan ketidaktaan,
karena “barangsiapa yang tidak taat kepada Anak, murka Allah tetap ada di
atasnya” (Yoh 3:36). Dalam pernyataan-Nya tentang tugas Roh Kudus yang
menginsafkan, Yesus menyatakan bahwa Roh itu akan menginsafkan dunia akan
dosa “karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku” (Yoh 16:9). Hubungan
antara ketidakpercayaan dan dosa penting artinya mengingat seringnya penekanan
masalah iman dalam kitab Injil ini. Karena tujuan Yohanes sebenarnya ialah
menuntun orang-orang agar percaya kepada Yesus Kristus, maka tidaklah
mengherankan apabila ketidakpercayaan ditekankan sebagai dosa.
3. Dosa sebagai ketidaktahuan
Beberapa orang ahli berpendapat bahwa tugas utama Yesus ialah membawa
pernyataan tentang Allah, karena itu kita harus memberikan perhatian pada
pandangan yang menyatakan hal ini, dosa menurut Injil Yohanes berarti
ketidaktahuan. Ada beberapa keterangan yang dapat mendukung pandangan ini.
Jika kegelapan itu dimengerti sebagai tidak ada terang, maka Yesus yang akan
datang sebagai Terang (Yoh 1:4,5,9, 8:12, 1 Yoh 2:8, dst.)yang mnghilangkan
kegelapan, memenuhi kebutuhan manusia yang paling dalam. Jika demikian
keadannya, maka manusia hampir tidak dapat disalahkan karena tidak adanya
terang itu. Tetapi masalahnya tidak berhenti di situ saja. Itu baru sebagian dari
masalah. Pengetahuan memang perlu, akan tetapi PB tidk terjerumus dalam
perangkat gnostisisme yang beranggapan bahwa yang diperlukan hanyalah
pengetahuannya saja. Dalam PB iman tidak pernah dikacaukan dengan
pengetahuan, sama seperti dosa tidak pernah dikacaukan dengan ketidaktahuan.
4. Dosa mendatangkan maut
Pandangan Yohanes tentang keselamatan dapat disimpulkan dengan perkataan
“hidup yang kekal”. Hal ini menyatakan secar tidak langsung bahwa orang-orang
yang tidak percaya akan tertimpa oleh kematian yang kekal pula (Yoh 3:16-17; 1
Yoh 2:25). Iman memampukan seseorang untuk pindah dari dalam maut ke dalam
hidup (Yoh 5:24), yang menyiratkan bahwa manusia duniawi sebelum memiliki
iman, berada dalam maut. Di samping itu, terdapat perbedaan antara mereka yang
akan bangkit untuk hidup dan mereka yang akan bangkit untuk dihukum (Yoh
5:29). 1 Yohanes 5:16-17 telah menimbulkan kesulitan karena di situ disebutkan
tentang “dosa yang mendatangkan maut”. Sepertinya Yohanes mengajukan dua
jenis dosa, yaitu dosa yang membawa maut, dan dosa yang tidak membawa maut.
5. Dosa meliputi setiap manusia
Pafa waktu berbicara tentang Yesus Kristus, Yohanes mencatat bahwa
persembahan diri Kristus untuk mendamaikan dosa seluruh dunia (1 Yoh 2:2).
Selanjutnya ia menyatakn bahwa “semua yang ada di dalam dunia.....bukanlah
berasal dari Bapa” (1 Yoh 2:!6). Yohanes menggambarkan unsur yang bukan
keangkuhan hidup dan ia tidak meragukan bahwa seluruh umat manusia terlibat di
dalamnya. Sifat dosa yang meliputi semua manusia ini diperlihatkan oleh
kenyataan bahwa seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat (1 Yoh 5:19, bnd
Yoh 14:30)10
6. Dosa sebagai kedurhakaan
Orang-orang Kristen memiliki penahan terhadap tindakan dosa yang disengaja
ini sedagkan dunia tidak memiliki penahan seperti itu. Sesungguhnya mereka
yang tidak hidup di dalam Kritus, berada dalam daerah kekuasaan Iblis. Karena itu
Yohanes dapat meyatakan, “Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari
Iblis sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya” (1 Yoh 3:8). Anak-anak iblis adalah
mereka yang tidak berbuat kebenaran (1 Yoh.3:10).
7. Asal Mula Dosa
Ketika Yesus berbicara dengan orang-orang Yahudi tentang Abraham dan
keturunannya, Ia menuduh mereka bahwa iblis lah yang menjadi bapamu (Yoh.
8:44). Hal ini menunjukkan bahwa di dalam kitab Injil Yohanes menceritakan
bahwa Yesus sendiri menganggap kejahatan bersumber dari iblis. Orang-orang
Yahudi tersebut telah bersalah karena mereka tidak percaya kepada Yesus
(Yoh.8:45). Walaupun demikian, Yesus melihat kembali pada sumber utama dosa.
Pernyataan dalam 1 Yohanes 3:8,10 memandang bahwa iblis sebagai penyebab
dosa. Meskipun Yohanes tidak mencatat tentang pencobaan Yesus, yang
dituliskan dalam kitab-kitab Injil sinoptik, bahwa ia menghubungkan dengan erat
antara dosa dan iblis.11
II.6. Dosa dalam Kitab Kisah Para Rasul
Sama seperti dalam kitab Injil sinoptik, kata umum untuk dosa yaitu hamartia,
dipakai dalam bentuk jamak, pengertiannya untuk menjelaskan maksud Injil,
penghapusan atau pembersihan (Kis. 2:38; 3:19; 5:31, dll). Dalam kisah para Rasul
terdapat juga istilah poneros dan kakas. Kata dengar terdapat dalam kisah Rasul 17:5;

10
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1, Hal 212
11
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1
18:14, dll, dan kata ini lebih berhubungan dengan tindakan kriminal daripada dengan
tindakan dosa secara umum. Kata-kata juga dapat dipakai secara khusus untuk
tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh Saulus (Kis. 9:13) atau untuk kesalahan
secara umum (Kis. 16:28; 23:9; 28:5). Kata yang mempunyai asal kata yang sama
yaitu kakia, yang dipakai hanya dalam Kisah Rasul 8:2 yang menceritakan tentang
Petrus yang mengajak Simon di tukang sihir untuk bertobat dari kejahatannya.
Maka oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dosa dalam kisah para Rasul
diartikan sebagai tindakan berdosa dan hal itu melambangkan kebutuhan manusia
yang hanya dapat dipenuhi di dalam Kristus. Lukas dalam kitab ini tidak
menyebutkan bahwa dosa merupakan pelanggaran hukum Allah, tetapi ia mencatat
beberapa ungkapan mengenai hari penghakiman, seperti umpamanya dalam khotbah
Paulus di Areopagus (Kis. 24:25).12
III. KESIMPULAN
Dosa adalah pemisah antara Allah dan manusia, dan dosa merupakan ketidaktaan
manusia atas perintah-perintah Allah. Konsekuensi dari dosa, manusia berada di bawah
kutukan dan kehilangan kemuliaan Allah. Bahkan merusak hubungan dengan sesama
manusia dan merusak hubungan dengan diri sendiri. Walaupun demikian, banyak orang
percaya tidak memahami tentang dosa dan konsekuensinya. Jalan keluar dari dosa adalah
percaya kepada Yesus Kristus Juruselamat umat manusia. Salib Yesus Kristus adalah
lambang kemenangan atas dosa. Dimana salib itu membawa manusia lama yaitu tubuh
dosa telah tersalib beserta dengan Yesus. Artinya, semua yang lama telah berlalu dan
sekarang telah memiliki hidup yang baru.
IV. DAFTAR PUSTAKA
KBBI Edisi Keempat, Jakarta: Gramedia Pustakan Utama, 2008.
…Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
1995.
Dyrness, William. Tema-tema Teologi dalam Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas,
1999.
Gamadih, Lisda Tirtapraja. Teologi Perjanjian Baru, Jakarta, Gunung Mulia 2015.
… Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
1995.
Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 1, Yogyakarta: Andi, 1986.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: Gunung Mulia, 1996.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.

12
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 215-216.

Anda mungkin juga menyukai