Anda di halaman 1dari 11

TEOLOGI PL 2

“ MANUSIA JATUH KE DALAM DOSA “

KEJADIAN 3 : 1 – 24

RETI SRIWAHYUNI PRADOSO

2020164634

D. TEOLOGI

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI ( STAKN ) TORAJA

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Secara umum, dosa dapat diartikan sebagai suatu tindakan-tindakan manusia yang
melanggar perintah, norma-norma, dan aturan-aturan Tuhan dalam segala aspek kehidupan,
baik yang berhubungan dengan kehidupan dunia, terutama yang berkaitan dengan norma-
norma teologis, moral, dan sebagainya. Bagaimanapu bentuk dosa tersebut, sangat
berimplikasi dengan “ rusaknya “ hubungan ataua relasi antara manusia denagn Tuhannya,
maupun manusia dengan sesamanya.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana sehingga manusia dapat ke dalam dosa dan dihubungankan dengan


hermeneutik.
BAB II

ISI

Menurut KBBI, dosa merupakan sebuah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan
1
atau agama. Dosa ( dari bahasa sansekerta : dosa ) merupakan sebuah istilah yang
digunakan dalam konteks agama untuk dapat menjelaskan tentang tindakan yang melanggar
norma maupun aturan yang telah ditetapkan Tuhan. Pun juga dosa merupakan pelanggran
cinta kasih terhadap Tuhan maupun sesama yang mengakibatkan dapat terputusnya sebuah
hubungan antara umat manusia dengan Allah. kemudian dosa juga dapat dipandang sebagai
sebuah perbuatan yangtidak sesuai dengan kehendak Tuhan, baik melalui pikiran-pikiran,
perkataan, perilaku maupun perbuatan dan tindakan manusia. 2

Secara pandangan etimologis, dosa merupakan suatu bentuk pengurangan standar


dari standar yang sudah ditentukan oleh Tuhan, dan bentuk-bentuk kesalahan yang dilakukan
oleh manusia yang membuatnya berfikir ulang tentang kesalahannya itu dan juga bentuk
pelanggran terhadap batasan yang sudah Tuhan tentukan. Dan menurut J. D. Douglas bahwa
dosa merupakan sebuah kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, sebuah kejahatan, sebuah
pelanggaran, mereka yang tidak menaati hukum, kelaliman ketidakadilan, dan lain
sebagainya. Menurutnya juga, dosa ialah sebuah bentuk kejahatan dalam segala bentuk-
bentuknya. Dosa juga menurutnya adalah suatu bentuk penentangan terhadap Allah. 3

Menurut Alkitab, awal mula semua manusia jatuh ke dalam dosa karena Adam dan
Hawa yang telah terjatuh terlebih dahulu ke dalam dosa. 4

Asal mula dari dosa itu tentang bagaimana dosa itu bisa muncul dan siapa yang
melakukan dosa itu pertama kali juga kita tidak dapat memastikannya. Tetapi, dalam Alkitab
mencatat bahwa dosa berawal dari adanya sebuah proses kejatuhan. Dosa asal terjadi dengan
jatuhnya Adam dan Hawa ke dalam dosa di Taman Eden. Di dalam alkitab juga dijelaskan
bahwa setelah Allah selesai menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Allah
beristirahat pada hari ketujuh. Dan Dia memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannnya,
karena pada hari itulah, Dia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya
1
KBBI

2
Dikutip dari: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dosa_(Kristen)

3
J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini: Jilid 1 : A – L ( jakarta : YKBK OMF, 2007 ), hal 256 - 260

4
WRF. Browning., Kamus Alkitab ( Jakarta : BPK Gunung Mulia ) 2008 ( cet. 3)
itu.5 Jadi dosa sendiri, awalnya tidak diawali atauntidak dimulai dari sebuah tindakan yang
sangat terang-terangan tetapi mulai timbul dari hati dan pikiran pelaku utamanya. Awalnya,
kejatuhan Hawa dimulai dari kesediaannya dan keterbukaannya untuk berbincang-bincang
dengan ular/ penggoda pada waktu itu. Kemudian ketidaksediaannya juga untuk menolak
saran-saran yang diberikan oleh ular. Jadi, hasil dari benih pokok pembicaraan mereka yang
sudah mulai tertanam di hati Hawa itulah yang menyebabkan lahirnya sebuah pelanggaran-
pelanggaran terhadap apa yang dilarang oleh Allah atau terhadap perintah Allah. 6

Ular menanamkan benih-benih keraguan terhadap apa yang telah dikatakan Allah ;
kemudian menyebut Allah sebagai pembohong. Tetapi karena bujuk rayu ular akhirnya
peremopuan tersebut atau Hawa tergerak hatinya dan memilih untuk mencicipi buah yang
tampak begitu menggiurkan, dan ia memperturutkan keinginannya untuk mempunyai
keinginan untuk memiliki pengetahuan yang sama seperti Allah pribadi. Jadi, hal ini sangat
bertentngan atau bahkan sangat berlawanan dengan perintah Allah yang sudah gamblang.
Keputusannya yang diambil secara sadar tetapi juga sangat fatal untuk kehidupan selanjutnya.
Manusia telah melanggar peraturan dan perintah dari Allah, menolak wewenang-Nya,
kemudian memilih jalannya sendiri, dan juga menjadikan diri-Nya sendiri sebagai “ Allah “.
Jadi, akibat yang diterima tidak dapat lagi terelakkan. Kita tahu bahwa Allah yang kudus
tidak dapat hidup dengan dosa. Pertama-tama, ular itulah yang dihukum ( ayat 14, tidak
berarti bahwa sebelumnya itu ular mempunyai kaki ). Kemudian hukuamnuntuk perempuan
yaitu, harus menderita kesakitan – pada waktu melahirkan anak, proses paling dasar dari
kejadian manusia. Ia juga harus menyadari apa arti suaminya “ berkuasa atas “ dia. Dan sejak
pada saat itulah, Adam harus bekerja membanting tulang dan mengucurkan keringat.

Oleh karena dosa, sekarang mereka tidak boleh lagi unruk dpat masuk ke tempat
pohon kehidupan itu. Merreka juga harus meninggalkan taman itu dan tidak dapat kembali
lagi kesitu. Jadi, kematian rohani , terputus dari Allah, langsung terjadi pada waktu kejadian
itu terjadi. Kematian jasmani pasti akan dialami sekali waktu. Dan peringatan dari Allah
memang benar. Tetapi Ia terus memeperdlikan mereka dan memberi mereka pakaian sebelum
mereka pergi keluar dari taman eden. 7

5
Jurnal Ushuluddin Vol. XVI No. 2, Juli 2010, hal. 2010
6
J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini: Jilid 1 : A – L ( jakarta : YKBK OMF, 2007 ), hal 256 – 260

7
Handbook To The Bible, Cet. 3, hal 145 - 146
Jadi sebenarnya, uangkapan “ yang baik dan yang jahat “ mungkin merupakan
sebuah uangkapan bahasa Ibrani untuk menyatakan seluruh lingkup pengetahuan moral yang
diwakili oleh kedua ekstrim tersebut. Jadi, dengan memakan buah dari pohon pengetahun
tersebut tentang yang baik dan yang jahat akan dapat menjadikan manusia itu dapat menjadi
seperti Allah. Pohon kehidupan tersebut, yang tidak dapat dijangkau lagi oleh manusia sejak
ia telah jatuh ke dalam dosa, dan muncul kembali dalam kitab Wahyu, yang merupakan kitab
terakhir dari Alkitab. Perlu diketahui bahwa pohon tersebut tergak berdiri di pinggir sungai di
Kota Yerusalem baru, di mana Allah beserta umat-Nya hidup bersama-sama lagi- dan daun-
daun-nya dipakai untuk “ menyembuhkan bangsa-bangsa ” ( Wahyu 22 : 2 ). Hidup yang
sejati pada akhirnya bergantung penuh pada kehadiran Allah.

Dari bukunya, menurut Dyrness, beberapa asal mula dosa sehingga bisa masuk ke
dalam dunia adalah melalui adanya kejahtuhan. Ia sendiri melihat asal mula dosa ini melalui
beberapa hal; seperti :

1. Batas persekutuan

Allah menciptakan ciptaan-Nya terutama manusia dengan amat baik ( Kejadiam


1 : 31 ), namun demikian dari segi pandang manusia, bukan berarti bahwa tidak
terdapat batasan di antara mereka. Pembatas bukannya bertentangan dengan
kesempurnan ciptaan manusia. Mereka juga harus menjalani hidpnya dalam
tubuh dan bergantung pada bumi untuk makan dan kehidupan mereka. Lagi pula,
juga terdapat suatu batas yang tak dapat diceraikan dalam hubungan manusia
dengan Allah. Allah adalah sumber dan memberi arti hidup bagi manusia
sehingga mereka harus belajar hidup secara rohani dan seturut dengan firman-
nya ( Kejadian 2 : 16 – 17 ). Jadi, Allah memberitahukan kepada manusia bahwa
hal-hal baik dari bumi telah dibuat untuk makanan mereka ( 2 : 16 ). Tatanan
ciptaan itu harus dinikmati sebagai suatu pemberian Allah. tetapi, pada saat yang
bersamaan , ada sebatang pohon yang terlarang yang letaknya terdapat di tengah-
tengah dari dari taman tersebut, Taman Eden. Pohon itu berbuah adn dinamakan
buah pohon pengetahuan yng baik dan yang jahat. Jadi, Allah melarang mereka
untuk mengkonsumsi atau memakan buah dari pohon pemgetahuan tersebut.
Larangan itu juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan di antara mereka juga
menunjukkan adanya perbedaan hubungan antara mereka dengan Allah dan
perlu ditetapkan dari pihak Allah dam bukan juga untuk membatasi mereka,
melainkan untuk menegaskan mengenani kebebasan mereka.

2. Terputusnya Persekutuan

Dosa masuk karena adanya suatu keputusan yang diambil oleh manusia secara
bebas ( Kejadian 3 ), cobaan itu berasal dari kekuatan jahat yang berada dalam
tatanan penciptaan, yang dkendaliakn dan yang diarahkan oleh iblis. Da pada
kasus Hawa ( kejadian 3 : 1 -6 ), disini awalnya iblis menanamkan benih-benih
keraguan ini sehingga menjadikan Hawa mengambil sebuah keputusan bebas,
menaati Allah atau mementingkan dirinya sendiri ( egois ). Lalu ia telah memilih.
Dan ia lebih memili untuk memakan buah tersebut dari pohon yang dilarang
untuk dimakan oleh Allah. hawa memilih memakan buah itu dengan motivasi
untuk dapat menjadikan dirinya sama seperti dengan Allah, yang tahu
membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Dan pada akhirnya mata
mereka terbuka ( Kejadian 3 : 7 ), dan mereka mengetahui bahwa ternyata selama
ini mereka telanjang. Kemudian setelah menyadari akan hal tersebut, mereka
menjadi malu dan berusaha dengan kekuatan mereka sendiri untuk menutupi hal
tersebut. Dari sinilah akibat-akibat kejatuhan mulai dirasakan.

3.  Perlindungan Persekutuan

Dosa harus dihukum, tetapi penghukuman selalu disertai rahmat. Pernyataan yang
mula-mula timbul menunjukkan kesabaran Allah, Allah mencari perbuatan yang
memungkinkan perbaikan . Namun manusia justru saling melempar kesalahan.
Akibatnya mereka dihukum. Disini dimulai pokok besar penghukuman Allah
yang bersifat penebusan. Pada waktu itu Allah membutuhkan atau mencari
pertobatan yang akan memungkinkan sebuah pertobatan. Tetapi kemudian
Adama menanggapi dengan kembali menyalahkan sumber yang dekat dengan
dirinya ( perempuan ) dan sumber pokok ( ular ), yaitu penyebab-penyebab yang
berada di luar dirinya. Jadi, disini juga sudah terlihat mengenai kecenderungan
dosa manusia yang dimasukkan oleh doa kedalam sifat manusia. Dosa melahirkan
perbuatan dosa sebagai akibatya yang wajar. Jika kita mengerti apa yang
sebenarnya tersimpul dalam tindakan-tindakan manusia yang saling berhubungan
ini ( tindakan-tindakan orang tua dan anak ), maka kita akan mengerti mengapa
dosa yang mula-mula itu tidak dapat tinggal sebagai fenomena yang berdiri
sendiri. Jadi, Allah harus menghukum ular, laki-laki da perempuan itu.8

Beberpa glongan kata yang dipakai untuk menunjukkan dosa atau pelanggaran dalam
Perjanjian Lama :

1. Penyimpangan

Kata dasar Ibrani ,,,,,,, muncul kurang lebih 225 kali sebagai kata kerja. Orientasi
yang terlihat dari gagasan ini dapat terlihat dalam 25 kali pemunculannya yang khusus
sebagai “ dosa terhadap Allah “.

2. Kesalahan

Ada kata-kata yang menunjuk pada keadaan berada dalam dosa : orang yang bersalah
atau orang fasik. Orang fasik merupakan orag yang bersalah jadi patut untuk
dihukum. Karena kefasikan adalah keadaan seseorang yang tidak tahan berdiri di
hadapan Allah dan besar kemungkinan akan ditimpa oleh murka Allah. demikian
juga orang yang besalah, yang telah melakukan pelanggaran-pelanggran dan karena
itu bersalah dihadapan hukum dan di pandangan Allah. Kata itu berarti “ menanggung
hukuman “, “ dikutuk “. Disini sifat objektif dosa tampil ke depan. Orang harus
bertanggung jawab terhadap semua perbuatan-perbuatannya, dan bahkan juga
kesalahan-kesalahan yang tidak sengaja membuat dia bersalah dan untuk kesalahan
itu ia harus mmeberi ganti rugi dan tebusan. Jadi, kesalah harus “ dipikul ” dan
dengan demikian disingkirkan dari manusia. Dengah jalan ini, kekeudusan Allah
dicerminkan di antara umat-umat-Nya.

3. Pemberontakan

Mengenai pemberontakan terhadapa atsan atau ketidaksetian terhadap suatu


persetujuan . kata ini biasanya ( tetapi agak kurang tepat ) diterjemahkan “
pekanggraan “ yang menunjuk pada tindakan pemberontakan “. Disini arti dosa
diperluas untuk meliputi perlawan yang disengaja terhadap atasan atau perjanjian –
ketidaksetiaan.

8
William Dyrness, Tema-Tema Dalam teologi Perjanjian Lama ( Malang : Gandum Mas, 2004 ) hal 81 - 92
Beberpa sifat-sifat dosa Dalam perjanjian Lama

1. Sifat Teologisnya

Dosa yang bersifat teologis merupakan dosa yang selalu berhubungan dengan
maksud-maksud Allah yang kudus. Dan dalam Perjanjian Lama terdapat perasan
yang tetap bahwa sifat manusia dan perbuatannya mempenagruhi kedudukan
mereka di hadapan Allah; dosa senantiasa merupakan penghalang untuk
memperoleh kebaikan hati Allah. dan di luar dari perjanjian Lama hanya terdapat
ketakutan akan murka para dewa karena pelanggaran terhadap hukum-hukum
tertentu, yang perlu diampuni engan upacra-upacara yang sudah ditentukan.
Kemudian, pemujuaan itu akan kita lihat selanjutnya-lebih bersifat religius dari
pada moral. Artinya, bahwa tidak ada kesadaran bahwa keadaan moral si
pemohon sendiri merupakan penghalang kepada persekutun. Merek juga tahu
bahwa merek harus tunduk pada titah para dewa, tetapi mereka tidak percaya
bahwa titah-titah tersebut adil.

2. Sifat Objketifnya

Dalam perjanjian lama terdapat kesadarn akan sifat objetif dosa. Objektivitas ini
mengajarkan norma-norma keadilan yang dicerminkan dalam tatanan ciptaan,
seperti juga yang diberikan dalam penyingkapan hukum Allah. ada sesuatu yang
telah ditetapkan pada tatatn iniyang tak dapt dielakkkan dan diabaikan.

3. Sifatnya yang pribadi dan sadar

Dosa dalam perjanjian lama juga bersifat pribadi dan sadar, maksudnya, meskipun
dosa mungkin dilakukan tanpa sengaja, dosa itu ada karena hti sedang
memberontak melawan Allah. setiap “ keadaan jasmani seseorng merupakan suau
revolusi yang permanen “ ( Emil Brunner, Man in Revolt, 152 ). Dan pada
pusatnya bahwa dosa terdapat pemberontakan yang disengaja melawan Allah dan
firman-Nya ( Maz. 51 : 6 ). Dosa adalah tindakan meninggalkan Allah
( Hak. 10 :13 ). Jadi, siat yang sangat pribadi ini menjadi sangat jelas dalam kitab
para nabi, pada saat kesempurnaan sifat Allah dapat dipahami dan rasa
pertanggungjawaban perorangan di hadapan Allah dipertajam. Dosa merupakan
tindakan menolak dan kemudia melupakan ( Hos. 4 : 6 ). Dosa adalah tindakan
membuat rancangan pribadi tanpa ,egikutsertakan Allah (Yes. 30 : 1 ) dan secara
sadar membuat berhala-berhala yang akan menggantikan kedudukan Allah ( Hos.
13 : 2). Orang fasik dengan tergesah-gesah berbuat dosa ( Yes. 59 : 7 ).

4. Sifat universalnya

Dosa tu bersifat universal karena terlah menyerbuh dan menempati watak manusia
dan seluruh umat manusia di mana-mana. Dosa bersumber pada watak manusia
yang sudah rusak dan buruk. Keburukan ini sedikit banyak mempengaruhi segala
sesuatu yang kita perbuat ( Kej. 6 : 5 ). Bahkan apa yang kita katakan sebagai
kebaikan kita telah dinodai keburukan ini.

5. Sifat dosa yng sudah tetap

Akhirnya dosa digambarkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ciptaan
yang sudah jatih, sehingga dosa itu tetap. Seperti yang sering diakui oleh bangsa
Israel, kita hanya dapat mengatakan bahwa keadaan dosa tak memberi harapan.
Karena, oada tingkat usaha manusia saja maka Perjanjian Lama ( seperti
Perjanjian Baru ) tidak memberikan harapan untuk memproleh kebenaran.
Harapan satu-satunya adalah hanyalah percaya kepada janji-janji Allah dan
memandang jauh melampaui keadaan tanpa harapan kepada pendamaian yang
disediakan oleh Allah.

Akibat-Akibat dari dosa;

1. Bersalah

Bersalah merupak sebuah keadaan dimana dapat dikenakan hukuman dari Allah.
tetapi ini bukan kutukan pembalasan yang otomatis seperti yang terdapat dalam
agama-agama kafir, tetapi keaadaan yang patut menerima murka dari Allah. ini adalah
suatu kondisi yang objektif sebelum menjadi kesadaran yang subjektif. Seperti yang
kita lihat, keadaan ini muncul karena sifat berdosa orang itu maupun karena
perbuatan ketidakataan yang dilakukannya. Jikalau kekudusan Allah selalu
diperlihatkan, tidaklah sukar untukmengerti bagaimana kondisi ini dapat berada dalam
suatu transaksi yang bersifat pribadi semata dengan Allah. Allah harus bertindak
sesuai dengan kodrat-Nya, bahkan pada waktu Ia memnaggil manusia kepada diri-
Nya. Jadi, keadaan bersalah adalah suatu keadaan objetif, kadang-kadang diakui dan
kadang-kadang juga tidak diakui. Terkadang juga baru terlihat ketika dalam proses
penghukuman.

2. Hukuman

Hukuman Allah pada akhirnya datag sebagai tanggapan yang pasti terhadap dosa. “
bahwa dosamu itu akan menimpa kamu” ( Bil. 32 : 23 ). Unsur-unsur dalam
penghukuman, bahkan ketika dinyatakan dalam kesendirian dan penderitaan, ialah
pemisahan dari Allah ( Yes. 59 : 2 ). Orang yang berdosa tidak dapat menghadap
Allah ( 1 Samuel 14 : 37 – 41 ). Hukuman yangpaling hebat adalah dihapuskan dari “
kitab kehidupan “ ( Mazm. 69 : 29 ). Sheol atau dunia orang mati menjadi tempat
kediaman orang fasik.

BAB III

KESIMPULAN DAN IMPLEMENTASI BAGI KEHIDUPAN MASA KINI


Pada hakikatnya dosa berasal dari pikiran, perkataan maupun perbuatan manusia, yang
menyimpang dari kodrat yang telah Allah tentukan atau yang telah di tetapkan oleh
Allah. demikian halnya yang dilakuka oleh nenek moyang manusia Adam dan Hawa.
Karena keduanya melanggar apa yang Tuhan telah perintahkan untuk tidak memakan
buah dari pohon pengetahuan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Dan hubungannya dengan masa kini bahwa, sampai sekarang banyak manusia yang
jatih kedalam dosa dengan perbuatan-perbuatan duniawinya. Yang kebyakan terjadi
ialah karena keinginan yang membuat manusia jatuh kedalam dosa hingga
menyebabkan manusia menjadi sangat jauh relasinya dengan Tuhan. Karena dosalah
yang menyebabkan manusia semakin jauh jarak dengan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai