KELOMPOK 1
ANGGOTA :
KELAS : A
SEMESTER : 6
Bab 1 Allah Menciptakan Langit dan Bumi
Pada mulanya Allah menjadikan langit dan bumi, ini merupakan kalimat pertama dalam Kitab
Kejadian. Semua bangsa kuno mengakui bahwa Allah tertinggi menciptakan langit dan bumi,
sebagaimana terlihat dalam cerita-mula penciptaan Allah.
Umat Israel mumuji Tuhan yang menciptakan langit dan bumi atas prakarsa-Nya senidri
dengan maksud menjalani hubungan timbale balik dengan para makhluk-Nya.
- Segala bangsa kuno mengenal Allah tertinggi sebagai Khalik akan semesta. Dengan
memuji Tuhan sebagai Pencita,
- Tuhan menciptakan langit dan bumi dengan sempurna
- Tuhan mengatasi langit kuasa-kuasa kegelapan dan kekacauan
- Tuhan menciptakan dengan perantara Firman, Roh dan Hikmat.
Segala Bangsa Kuno Mengenal Allah Tertinggi sebagai Khalik Alam Semesta
Umat Israel mengkleim bahwa Khalik itu tak lain adalah Tuhan yang membebaskannya dari
Mesir dan mengikat perjanjian dengan mereka.
Tuhan menciptakan langit dan bumii dengan Sempurna Tuhan dipuji karena Ia menciptakan
langit dan bumi secara baik sekali.
Secara tradisional dikatakan bahwa Allah memberikan perintah untuk menguji apakah
manusia sungguh-sungguh mendengar dan patuh kepadaNya, tetapi manusia melanggar
perintah dan jatuh ke dalam dosa.
Gereja mengajarkan kepatuhan kepada Allah, menegur dosa aktif sebagai dosa kesombongan,
tetapi kurang membina warganya untuk bertanggung jawab menentang dosa pasif atau ikut-
ikutan. Dalam hal ini sikap umat Yahudi lain. Mereka diingatkan untuk senantiasa
memperhatikan petunjuk ”torah", yang merupakan anugerah Allah kepada umat-Nya.
Sikap mencurigai itu membahayakan hubungan dan memberontak merusakkannya. Sebagai
akibat pertama kesalahan manusia, maka mata mereka terbuka dan mereka melihat bahwa
mereka telanjang, tak terlindung. Mereka membuat pakaian dan menyembunyikan diri
terhadap Allah di tengahtengah pepohonan. Seseorang baru merasa malu bila ditelanjangkan,
entah tubuh atau sikap dan tindakan yang jahat. Inilah yang terjadi di sini.
H.H. Schmid berpendapat bahwa jawaban Yehovis atas pertanyaan apakah manusia dapat
berdiri di depan Allah adalah pada satu sisi ia terarah kepada Allah. tetapi pada sisi lain ia
hendak bersaing dengan Dia sehingga "segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata” (Kej. 8:5). Pada dirinya manusia tidak dapat berdiri di hadapan Allah.
tetapi Tuhan mengambil keputusan untuk tidak memusnahkannya (Kej. 8:21) sehingga
karunia Allah menjadi dasar hidupnya.
Silsilah berperan penting dalam budaya lisan untuk menentukan waktu peristiwa yang penting
dan untuk mengetahui hubungan darah serta kewajiban adat antara warga masyarakat. Hal itu
berlaku bukan saja di Palestina kuno, melainkan juga di Indonesia. Saya pernah bertemu
dengan seorang Dayak yang dapat menyebutkan 50 nama leluhurnya. Nama-nama leluhurnya
pada angkatan yang lebih tua ada yang sama dengan nama tokoh-tokoh Alkitab. Beliau yakin
bahwa orang Dayak merupakan keturunan Adam.
Dalam kebudayaan Babel dibicarakan silsilah para dewa. Di Mesir, silsilah raja sebagai anak
ilahi diingatkan. Alkitab hanya mengenal keturunan manusia. Sekalipun diingat dalam budaya
patriarkhal. di dalam silsilah itu masih disebut beberapa perempuan.
Umat manusia dilihat sebagai keturunan sepasang ibu-bapak, yaitu sebagai persaudaraan yang
bersama-sama hendak memelihara ciptaan Allah dan menjalankan sejarah.
Allah menderita karena ciptaan-Nya dirusak, demikianiah pada masa mitis purbakala. Apalagi
sekarang, dengan krisis lingkungan, ketika makin banyak jenis tumbuhan dan binatang yang
punah, ketika makin banyak kerusakan ekosistem yang indah, eir dan udara tercemar, dan
makhluk-makhluk menderita. Manusia yang dipinggirkan mengalami makin banyak penyakit
dan kecelakaan. Merusak ciptaan Tuhan adalah dosa yang mendukakan Roh yang
menghidupkan segala sesuatu.
Cerita air bah dikenal oleh banyak bangsa dalam budaya yang berbedabeda. Dalam cerita
yang amat kuno disebutkan bahwa air hanya membanjiri willayah tertentu dan sejumlah orang
dan binatang dapat menyelamatkan diri dengan mendaki gunung tinggi yang tidak terendam.
Sedangkan cerita dari masa yang lebih muda dan lengkap dituturkan tentang kesalahan
manusia — atau ketegangan antardewa - menyebebkan air bah sebagai hukuman. Adakalanya
seorang diberitahukannya sebelumnya, disuruh membuat kapal untuk menyelamatkan diri
serta binatang darat dan udara. Dengan melepaskan burung setelah hujan berhenti, ia dapat
mengetahui kapan boleh keluar kapal. Semua cerita tersebut menuju pembaruan ciptaan.
Dengan demikian, bumi menjadi tempat kediaman yang aman untuk sekalian makhluk
ciptaan Allah.