Anda di halaman 1dari 4

ALLAH SEBAGAI PEMELIHARA

Setelah Allah mencipta manusia dan seluruh ciptaan lainnya, Ia mengurus dan merawat untuk
seterusnya, dalam istilah teologisnya disebut providensia. Ia tidak mencipta seluruh ciptaan lalu
membiarkannya berjalan sendiri, tetapi Ia memelihara semua ciptaan-Nya terlebih manusia.
Layaknya sebuah rumah yang telah dibangun dan dipelihara oleh pemiliknya, demikian juga
Allah memelihara ciptaan-Nya dan memberkati seluruh ciptaan-Nya. Dasar Alkitab yang banyak
dipakai oleh para theolog adalah Matius 6:26;10:30, bahwa Allah mengetahui segala sesuatu
yang ada pada ciptaanNya dan memelihara mereka seturut dengan kehendak-Nya. Tuhan
memelihara dan menyediakan segala sesuatunya (Providentia Dei). Salah satu bentuk ungkapan
atas pemeliharaan Tuhan tercermin juga dalam Doa Bapa Kami (Matius 6: 9-13): “Berikanlah
kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Doa yang kita ucapkan sebagai doa harian
umat Kristiani di seluruh dunia.

Pengertian Providensia Allah :

Istilah Providensia tidak terdapat di dalam Alkitab secara eksplisit, tetapi memiliki makna
implisit yang sangat jelas dalam Alkitab. Namun ketika Alkitab diterjemahkan ke dalam bahasa
latin, terlihat jelaslah kata ini. Kata ini terdapat dalam Kejadian 22:8,14, saat Abraham berada
dibukit Moria dan akan mempersembahkan korban, yaitu anaknya Ishak. Tetapi Allah
menyediakan domba untuk mengganti Ishak. Dari sinilah konsep Providensia ini berasal.
Providensia berasal dari bahasa latin, dari kata kerja Providare, yang berarti memandang ke
depan, melihat lebih dulu terjadinya sesuatu, dan sebab itu juga: terlerbih dulu mengambil
tindakan-tindakan, terlebih dulu menyelenggarakan atau menyediakan sesuatu." Lalu Sudarmo
menambahkan lagi, bahwa: Providensia berarti pemeliharaan Allah terhadap segenap makhluk
dan mengarahkan ke tujuan yang Ia rencanakan. Fakta ini dinyatakan dalam Mazmur 93, Tuhan
adalah Raja, Ia memerintah segala makhluk (bnd. Maz. 97 & 99). Mazmur 121: Tuhan menjaga;
Ibrani 1 :3: Ia menopang segala yang ada; I Petrus 5:7: Ia memelihara mereka yang percaya
kepada-Nya. Jadi Allah tidak pemah membiarkan dunia seisinya, tetapi Ia selalu memelihara
segala sesuatu (Mat. 10: 29, 30). Segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, Ia biasa
memakai manusia sebagai alat untuk melakukan perintah-Nya (Kej. 1:26-28;2:15), tetapi pada
dasarnya, Ia yang mengarahkan segala perkembangan menuju Penggenapan rencana-Nya.
Manusia harus bekerja, itulah perintah Allah, manusia diberi kecakapan untuk melakukan
perintah Allah.

Jadi, Providensia adalah pemeliharan Allah terhadap semua ciptaan-Nya yang berlangsung
dalam kekekalan (rencana total Allah), Allah menyediakan bagi ciptaanNya seturut dengan
kehendak-Nya guna mengarahkan ke tujuan yang direncanakanNya.
Di Yohanes 5:17, Yesus berkata: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja
juga.” Ucapan Yesus di Yohanes 5:17 menegaskan bahwa Allah yang mencipta adalah Allah yang
terus bekerja secara kontinyu, terus-menerus dan tidak terputus sehingga seluruh ciptaan-Nya
tetap terpelihara dan berlangsung secara tertib. Pemeliharaan Allah merupakan
penyelenggaraan ilahi yang aktif dengan kasih-setia-Nya sehingga tidak ada yang lepas dari
perhatian dan kehendak-Nya. Di Matius 10:29-30, Yesus berkata: “Bukankah burung pipit dijual
dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak
Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.” Dengan demikian,
pemeliharaan Allah dinyatakan dalam hukum-hukum alam yang teratur, tertib dan serba pasti.
Melalui hukum-hukum alam, kita dapat melihat penyelenggaraan ilahi (providential Dei) yang
begitu cermat, teliti, tidak relatif dan sempurna.

Pemeliharaan Allah menjadi suatu pertanyaan yang sulit dijawab saat umat percaya
menghadapi realitas kejahatan dan penderitaan yang sewenang-wenang serta ketidakadilan
merajalela. Dalam praktiknya di tengah-tengah realitas yang jahat tersebut Allah berdiam diri.
Allah absen (deus absconditus). Padahal pada sisi lain firman Tuhan menyatakan: “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”
(Rm. 8:28). Melalui surat Rasul Paulus tersebut menegaskan bahwa Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Tetapi dalam
praktiknya mengapa Allah berdiam diri segala orang-orang jahat membunuh atau membantai
orang-orang yang hidupnya saleh? Konteks pemeliharaan Allah melalui hukum-hukum alam
berbeda secara esensial dengan masalah etis-moral yang dilakukan sesama kepada sesamanya
yang lain. Hukum-hukum alam bekerja melalui prinsip yang serba pasti, terukur, tertib, dan
sinambung. Tetapi realitas kejahatan dan dosa bekerja melalui kehendak bebas (free will)
manusia. Allah tidak mencegah terjadinya pembunuhan yang dilakukan Kain terhadap Habel,
adiknya (Kej. 4). Kejahatan dan kebaikan adalah pilihan etis-moral setiap orang. Demikian pula
tindakan seseorang yang mengasihi atau membenci, mengampuni atau mendendam,
memelihara atau merusak adalah pilihan etis-moral yang lahir dari kebebasan kehendak
manusia.

Bentuk Pemeliharaan Allah Dalam Alkitab :

Dalam kasus Kain yang marah dan ingin membunuh Habel adiknya, Allah telah terlebih dahulu
berfirman: “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi
engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:7). Firman Allah yang mengingatkan Kain adalah bukti
pemeliharaan Allah agar ia mampu mengambil keputusan yang benar. Allah juga memelihara
kehidupan manusia dengan mengaruniakan hati-nurani, akal sehat, dan firman-Nya yang
dimeteraikan di dalam hati manusia agar umat mampu memilih dan mengambil keputusan yang
sesuai dengan kehendak Allah.

Pemeliharaan Allah kepada umat-Nya dinyatakan melalui peringatan akan karya Allah yang
telah terjadi pada leluhur mereka yaitu Abraham dan Sara. Sebab melalui Abraham dan Sara,
Allah menetapkan sebagai leluhur yang melahirkan keturunan bernama umat Israel. Padahal
Abraham dan Sara pada waktu itu mustahil dapat memiliki seorang anak. Di usia senja mereka,
Abraham dan Sara sama sekali belum memiliki tanda-tanda dapat melahirkan seorang anak.
Tetapi apa yang tidak mungkin bagi manusia menjadi suatu kemungkinan. Sara akhirnya dapat
mengandung dan melahirkan Ishak. Karena itu sebagai milik Allah yang dipilih karena anugerah-
Nya, mereka percaya bahwa Allah akan senantiasa memelihara dan menjaga kehidupan mereka
dalam situasi apapun.

Konteks Yesaya 51:3 adalah umat Israel yang telah mengalami kekalahan dan pembuangan di
Babel. Peristiwa pembuangan di Babel sangatlah pahit. Ekspresi kesedihan yang mendalam
dapat kita lihat di Mazmur 137:1, yaitu: “Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk
sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.” Umat Israel saat itu tidak memiliki harapan dan
masa depan apapun. Bait Allah telah dihancurkan, seluruh pemuka, orang-orang terpelajar,dan
orang-orang yang memiliki keahlian ditawan dan dibawa ke Babel. Mereka di pembuangan
hampir 70 tahun lamanya, dan terpisah dari tanah perjanjian yang telah dikaruniakan Allah
sebab harus tinggal di Babel, negeri asing. Tetapi pemeliharaan Allah tetap nyata dalam
kehidupan dan sejarah umat Israel. Karena melalui pembuangan di Babel tersebut mereka
mulai menuliskan setiap firman yang pernah diwahyukan Allah kepada para nabi. Tanpa
peristiwa pembuangan di Babel, mungkin kita tidak pernah memiliki Alkitab Perjanjian Lama
secara tertulis. Mereka memiliki gagasan untuk mendirikan Sinagoge sebagai tempat
berkumpul untuk mempelajari Taurat dan beribadah kepada Yahweh. Di Babel umat Israel
diperintahkan Allah untuk mendatangkan berkat dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya
(Yer. 29:7).

Makna pemeliharaan Allah tidak berarti meniadakan realitas penderitaan, sakit, kematian,
kekalahan, dan malapetaka. Namun di tengah-tengah realitas yang penuh kepahitan dan
kesedihan yang menimpa umat-Nya Allah tetap bekerja dengan kesetiaan-Nya. Allah menjaga
mereka seperti biji mata-Nya. Ulangan 32:10-11 menyatakan: “Didapati-Nya dia di suatu negeri
di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia
dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.” Di dalam Kristus, setiap umat percaya
dijadikan milik Allah. Rasul Paulus dalam Galatia 3:29 menyatakan: “Dan jikalau kamu adalah
milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah.”
Sebagai milik Kristus, kita akan senantiasa dipelihara Allah dengan kuasa kasih-Nya. Namun
status sebagai milik Allah tersebut tidak berarti meniadakan kita untuk mengalami penderitaan,
sakit, kegagalan, dan malapetaka. Bahkan mengikut Kristus berarti kita harus menyangkal diri
dan memikul salib-Nya setiap hari (Mat. 16:24). Kita dipanggil untuk setia dan tidak menyangkal
Kristus walau konsekuensinya kita akan menderita dan menjadi martir (Mat. 10:28).

Anda mungkin juga menyukai